You are on page 1of 2

Gambaran Umum Pasar Modal Pada dasarnya, pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan investasi. Pasar modal di Indonesia sudah dimulai sejak zaman pemerintah kolonial Belanda. Perdagangan sekuritas dimulai dengan pendirian bursa di Batavia pada tanggal 14 Desesmber 1912. Bursa tersebut merupakan cabang dari Amsterdamse Effectenbuerus, dan penyelenggaraannya adalah Verreniging Voor de Effectenhandel. Bursa efek pertama kali didirikan oleh13 perusahaan efek (sekuritas) Belanda, di mana sekuritas yang diperjualbelikan adalah saham dan obligasi perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, serta obligasi yang diterbitkan pemerintah Belanda lainnya (Eduardus tandelilin, 2001) Terjadinya gejolakpolitik di Eropa pada awal tahun 1939 ikut mempengaruhi perdagangan bursa efek di Indonesia. Akibatnya, pemerintah Belanda menutup bursa efek yang ada di Surabaya dan Semarang. Pada tanggal 10 Mei 1940 bursa efek di Jakarta juga ditutup akibatnya perang dunia II. Dengan penutupan ketiga bursa tersebut, maka kegiatan perdagangan efek di Indonesia menjadi terhenti. Pada pasca kemerdekaan, kegiatan pasar modal di Indonesia diaktifkan kembali.pada tahun 1960, pemerintah mengawali kebangkitan kembali pasar modal dengan penertiban Obligasi Pemerintah Republik Indonesia. Hal ini ditegaskan lagi dengan UU Darurat tentang Bursa Nomor 13 tanggal 1 September 1951, yang kemudian ditetapkan sebagai UU Nomor 15 Tahun 1952. Sedangkan penyelenggara bursa saat itu diserahkan kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-Efek (PPUE) dan sebagai penasehatnya adalah Bank Indonesia (Anoraga dan Piji, 2003). Pada tahun 1952, PPUE membuka bursa efek di Jakarta, yang diharapkan menjadi indikator penunjang perekonomian. Namun karena inflasi dan resesi ekonomi yang berlangsung di Indonesia pada waktu itu, maka pada tahun 1958 kegiatan bursa dihentikan (Ang, 1997). Pada tahun 1967 pasar modal di Indonesia diaktifkan kembali, dengan sebelumnya berdiri BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) dan PT dana reksa pada tahun 1977. Emiten yang pertama kali mencatatkan sahamnya di BEJ adalah PT. Semen Cibinong (SMCB). Dari tahun 1977 sampai 1987 hanya tercatat 21 perusahaan yang go public (Ang, 1997). Untuk merangsang para emiten memasuki pasar modal, pemerintah mulai membuat paket-paket deregulasi tentang pasar modal. Paket-paket tersebut, antara lain Pakdes

1987, Pakto 1988, dan Pakdes 1988, yang bertujuan untuk menggairahkan perdagangan bursa efek indonesia. Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, BEJ membangun suatu sistem komputerisasi perdagangan efek yaitu JATS (Jakarta Automated Trading System). Sistem ini mulai beroperasi pada tahun 1995. Sejak diterapkannya JATS, maka nilai kapitalisasi, volume dan frekuensi bursa efekdi Indonesia menjadi meningkat dengan pesat. Peningkatan yang sedemikian pesat tentunya seiring dengan kestabilan politik dalam negeri dan perekonomian yang baik sehingga memberi kepercayaan kepada investor yang akan menanamkan modalnya ke dalam bursa efek jakarta.

You might also like