You are on page 1of 12

PRINSIP KARAKTERISTIK DAN ASUMSI PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN BAB I PENDAHULUAN Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem

pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Visi sistem pendidikan nasional di atas pada dasarnya dimaksudkan menyiapkan manusia Indonesia seutuhnya, utuh dalam potensi dan utuh dalam wawasan (Sumitro, dkk. ,1998). Utuh dalam potensi meliputi potensi badan dengan pancainderanya, potensi berpikir, potensi rasa, potensi cipta yang meliputi daya cipta, kreativitas, fantasi, khayal dan imajinasi, potensi karya, potensi budi nurani yaitu kesadaran budi, hati nurani, dan kata hati. Utuh dalam wawasan adalah manusia yang sadar nilai, yaitu wawasan dunia akhirat, wawasan jasmani rohani, wawasan individu dan sosial, dan wawasan akan waktu, yaitu masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Pendidikan kejuruan yang merupakan salah satu jenis pendidikan nasional juga memiliki peran penting dalam menyiapkan manusia utuh, baik sebagai tenaga kerja maupun sebagai warga masyarakat dan bangsa. Adanya dampak globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi menyebabkan pendidikan kejuruan dinilai masih belum optimal dalam menyediakan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja. Pendidikan kejuruan belum dapat maksimal mengimbangi dampak kemajuan teknologi di pasar kerja. Menurut Tilaar (2006), saat ini terdapat empat krisis pokok pendidikan nasional, yaitu masalah kualitas pendidikan, relevansi atau efisiensi external, elitisme dan manajemen. Kualitas pendidikan menyangkut standar isi, proses, sarana prasarana, pendidik, dan standarstandar lainnya. Relevansi pendidikan atau efisiensi eksternal diukur dari keberhasilan sistem pendidikan memasok tenagatenaga terampil dalam jumlah yang memadai bagi kebutuhan sektor-sektor pembangunan. Pendidikan kejuruan pada dasarnya memiliki beberapa perbedaan dibanding dengan pendidkan umum baik dari segi prinsip, karakteristik, dan asumsi dari kedua jenis sistem pendidikan tersebut. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dalam makalah ini akan dipaparkan prinsip, karakteristik, dan asumsi pendidikan teknologi kejuruan.

BAB II PRINSIP KARAKTERISTIK DAN ASUMSI PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN A. PRINSIP PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN Pendidikan kejuruan adalah bagian dari pendidikan yang mencetak individu agar supaya dia dapat bekerja pada kelompok tertentu. (Evan, 1978). Pendidikan kejuruan suatu program yang berada di bawah pendidikan tinggi yang diorganisasi menyiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja tertentu atau meningkatkan pekerjaan dalam dunia kerja. (Good, 1959). Pendidikan kejuruan bermaksud menyiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja tingkat menengah tertentu yang sesuai dengan tuntutan yang dipersyaratkan oleh dunia kerja, dan memberikan bekal kepada peserta didik untuk mengembangkan dirinya.Oleh karena pendidikan kejuruan pada dasarnya mengarahkan peserta didik pada bidang tertentu melalui suatu organisasi , tentulah hasil pendidikan ini dapat dipakai sebagai bekal mencari kehidupan atau nafkah. Pendidikan ini dapat juga dinamakan : education for earning a living Seperti kata Prosser. 1949 bahwa: education as preparation for society as it is, yang mengandung arti adanya pembudayaan (alkulturasi), dan tentu saja hal ini berbeda dengan gagasan Dewey. 1900. yakni education is preparation to change for society atau pendidikan justru akan merubah masyarakat. Namun di dalam masyarakat pendapat kedua pakar itu dibutuhkan semua. Menurut Slamet PH, bahwa di samping kedua hal tersebut pendidikan juga bertugas untuk menumbuhkan kemampuan untuk beralkurturasi secara kritis. Berikut prinsip-prinsip pendidikan teknologi kejuruan: MILLER. 1986: sangat diutamakan terhadap filosofinya. America Vocational Association. 1974 : filosofi pada kualitas program pendidikan kejuruan adalah meliputi prinsip, isu-isu, konsep, dan dasar-dasar pertimbangan yang dihubungkan dengan pendidikan kejuruan pada umumnya. Prinsip pendidikan kejuruan didefinisikan sebagai generalisasi untuk menyiapkan dan pelayanan arahan untuk program dan konstruksi kurikulum, evaluasi, seleksi praktik instruksional, dan kebijakan pembangunan. Dengan kata lain: para praktisi pendidikan kejuruan dapat merencanakan/membuat program dan kurikulum pendidikan, evaluasi, dan proses pembelajaran maupun kebijaksanaan lain yang dikembangkan berdasarkan kepentingan dan perkembangan zaman atau IPTEK. Barlow. 1974: ada 7 prinsip pendidikan kejuruan: 1. Dikembangkan dan diselenggarakan untuk warganegara 2. Disediakan melalui pendidikan secara umum 3. Membuat variabel pendidikan kejuruan untuk semua 4. Integrasikan teori dan praktek di dalam pendidikan kejuruan 5. Melibatkan pemberi kerja di (dalam) program kejuruan 6. Melibatkan pemerintah secara umum di (dalam) pendidikan kejuruan di (dalam) area penetapan standard diinginkan dan pemerintah menyediakan dana untuk program 7. Menyediakan penguasaan belajar (mastery learning) dan instruksi secara individual.

Sedangkan Miller : 1986 memberi penjelasan tentang prinsip-prinsip pendidikan kejuruan digolongkan ke dalam 10 prinsip, yaitu: 1. Bimbingan merupakan komponen pendidikan kejuruan yang penting. Bimbingan merupakan unsur penting dalam pendidikan kejuruan, dan lebih jauh dari itu dengan bimbingan melalui pendidikan kejuruan dapat memberikan bimbingan dan tuntunan kepada masyarakat dalam rangka hidup dan kehidupannya. 2. Belajar seumur hidup dipromosikan melalui pendidikan kejuruan Prinsip belajar seumur hidup atau secara terus menerus dapat ditingkatkan melalui pendidikan kejuruan. Dengan adanya perkembangan IPTEK dan perubahan zaman, melalui pendidikan kejuruan masyarakat akan selalu dapat menyesuaikan, mengantisipasi dan adaptif. 3. Kebutuhan masyarakat dicerminkan oleh program pendidikan kejuruan. Segala kebutuhan masyarakat akan terpenuhi baik dari kepentingan individu, masyarakat, maupun nasional. Hal ini tergambarkan pendapat dari Presiden National Metal Trades Association: Kebutuhan dari pendidikan kejuruan di Amerika sangat besar, efisiensi industri masa depan secara hebat daat berkembang melalui sistem pelatihan kejuruan (vocational training) 4. Pendidikan kejuruan terbuka bagi semua Pendidikan ini terbuka untuk semua masyarakat tanpa kecuali, tanpa membedakan yang kaya atau miskin, pria ataupun wanita. Hal ini senada dengan Prosser, Snedden, Dewey, Gompers, dan lain-lain yang mengatakan : . Pendidikan kejuruan sangat potensial untuk menjadikan pendidikan masyarakat lebih demokrasi Pendidikan kejuruan memberikan kebebasan individu/masyarakat untukmenentukan alternatif pilihan pendidikannya maupun keahliannya sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan yang dimiliki. Dan dikatakan pula vocational education is intended to serve people of all ages 5. Penempatan di (dalam) langkah berikutnya adalah suatu tanggung jawab pendidikan kejuruan Pendidikan kejuruan lebih bertanggungjawab dalam mencetak dan membentuk individu/masyarakat untuk dapat menduduki atau menempati di dalam berbagai bidang pekerjaan atau jabatan di dalam hidupnya. Asumsi dari pernyataan ini dikemukakan oleh Miller sebagai berikut: Pendidikan kejuruan secara umum,kurang lebih merupakan format penawaran bimbingan lapangan kerja dan tindakan penempatan tenaga kerja untuk lulusan mereka. 6. Perbedaan peran pendidikan jenis kelamin dipromosikan melalui pendidikan kejuruan. Melalui pendidikan kejuruan dapat menghilangkan anggapan yang salah terhadap pendapat yang mengatakan bahwa pendidikan kejuruan hanya untuk kaum pria saja. Sesuai prinsip baha pendidikan kejuruan tidak membedakan kaum pria dan wanita, memberikan kesempatan bagi semua orang untuk mendapatkan pendidikan tersebut. Prinsip ini pada kenyataannya di dunia usaha/industri banyak memerlukan tenaga kerja baik pria maupun wanita dengan keterampilan dan penegtahuan yang memadai. Pekerjaan-pekerjaan tertentu malah memerlukan tingkat ketelitian, kesabaran,kecermatan maupun kehalusan yang tinggi, hal ini memerlukan tenaga wanita yang berasal dari pendidika kejuruan. 7. Individu dengan kebutuhan khusus dilayani melalui pendidikan kejuruan. Setiap individu/masyarakat mempunyai keinginan atau kebutuhan yang khusus yang saling berbeda dengan yang lainnya. Pendidikan kejuruan menawarkan berbagai program sesuai dengan kebutuhan tersebut.

8. Organisasi siswa adalah suatu corak pendidikan kejuruan integral. Melalui pendidikan kejuruan dapat dibentuk berbagai macam kelompok peserta didik yang terorganisir secara melembaga. Dalam pendidikan kejuruan dapat dibeda-bedakan antara lain: pendidikan/sekolah teknik, bidang kedokteran, bisnis, ekonomi, pertanan, kehutanan, industri, management, dan lain sebagainya. pada dasarnya semua jenis pendidikan apapun tidak lain adalah pendidikan kejuruan juga. 9. Guru pendidikan kejuruan merupakan komponen guru profesi dan guru jabatan. Guru merupakan komponen utama dalam pendidikan kejuruan, di samping komponen lain yang harus ada, seperti: a. guru harus berkompeten secara khusus dibidang yang akan diajar b. guru harus mengetahui bagaimana cara memberi pengajaran c. guru harus berhadapan dengan suatu kelompok permasalahan yang melibatkan pengetahuan siswa dan bisa hadapi secara khusus. d. guru harus mempunyai suatu pengalaman mendidik yang luas . 10. Suatu etos kerja (work ethic) dipromosikan melalui pendidikan kejuruan. Slamet PH, etos (ethic) dapat diinterpretasikan sebagai kebiasaan, kecendrungan modal, sikap terhadap sesuatu, atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Jadi etos kerja dapat diartikan sebagai kebiasaan kerja, kecendrungan modal kerja atau pandangan hidup tentang kerja. Sehingga dapat dikatakan semakin tinggi etos kerja seseorang akan semakin tinggi dalam prestasi kerjanya. Melalui pendidikan kejuruan, seseorang dapat meningkatkan etos kerjanya, prestasi kerjanya, dan akhirnya dapat menunjukkan produktivitas yang tinggi. Oleh karena itu dalam pendidikan kejuruan, di samping menekankan segi skill, tetapi juga segi afektif dan knowlegde pada umunya. Di mana pada pendidikan non kejuruan tidak akan di jumpai. Dari uraian di atas, dapat diketahui tentang berbagai prinsip yang digunakan sebagai pedoman yang banyak berkaitan dengan alasan-alasan pentingnya eksistensi pendidikan kejuruan. Sebagai pedoman dalam aktivitas pengajaran dapat digunakan prinsip ini. Muller. 1986 memberikan 8 prinsip pengajaran pendidikan kejuruan. 1. Kesadaran akan karir. Kesadaran akan karir merupakan bagian penting dalam pendidikan kejuruan khusunya pada proses awal pendidikan itu sendiri. 2. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang menyeluruh dan merpakan bagian dari masyarakat (public system) 3. Kurikulum dalam pendidikan kejuruan berdasarkan atas kebutuhan-kebutuhan dunia kerja/dunia industri. 4. Jabatan atau pekerjaan dalam kelompok/keluarga sebagai salah satu pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan khususnya pada tingkat menegah. 5. Inovasi merupakan bagian yang sangat ditekankan dalam pendidikan kejuruan. 6. Seseorang dipersiapkan untuk dapat memasuki dunia kerja melali pendidikan kejuruan. 7. Keselamatan merupakan unsur penting dalam pendidikan kejuruan. 8. Pengawasan dan meningkatan pengalaman okupasi/pekerjaan dapat diberikan melalui pendidikan kejuruan. Sehubungan dengan proses program pendidikan kejuruan di dalam pelaksanaannya, diperlukan berbagai prinsip penting untuk pengembangan dan peningkatannya.

Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1. Pendidikan kejuruan selalu terbuka untuk diberikan saran, nasehat, kritik, dan sebagainya untuk program-programnya. 2. Artikulasi dan koordinasi merupakan salah satu titik sentral dalam pendidikan kejuruan 3. Evaluasi merupakan proses yang terus menerus ada dalam pendidikan kejuruan. 4. Prinsip follow-up (tindak lanjut) merupakan pengembangan dalam pendidikan kejuruan 5. Adanya lembaga legeslatif dalam pendidikan kejuruan sangat dibutuhkan. 6. Perencanaan menyeluruh sangat ditekankan dalam pendidikan kejuruan. 7. Penelitian yang dilakukan secara kontinyu dapat memberikan fondasi yang kuat dalam pendidikan kejuruan

B. KARAKTERISTIK PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN Untuk memahami tentang pendidikan kejuruan, semestinyalah kita harus memahami karakteristik pendidikan kejuruan terlebih dulu. Meskipun pendidikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara keseluruhan, namun sudah barang tentu mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu yang membedakannya dengan pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi dan tujuan pendidikannya saja, tetapi juga tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan perencanaan kurikulum, yaitu : 1. Orientasi pendidikan kejuruan Sebagai suatu system pendidikan yang bertujuan mempersiapkan lulusannya memasuki lapangan kerja, maka orientasi pendidikan kejuruan haruslah tertuju kepada keberhasilan belajar berupa output atau lulusannya yang dapat dipasarkan di pasar tenaga kerja. Lebih jauh keberhasilan program pendidikan kejuruan secara tuntas berorientasi pada penampilan para lulusannya kelak di lapangan kerja. 2. Justifikasi untuk eksistensinya Untuk mengembangan program pendidikan kejuruan perlu alasan atau jastifikasi khusus yang ini tidak begitu dirasakan oleh pendidikan umum. Justifikasi khusus adalah adanya kebutuhan nyata yang dirasakan tenaga kerja di lapangan kerja atu industri baik jasa maupun barang. 3. Fokus kurikulumnya Pendidikan kejuruan bukan hanya menekankan pada aspek skill material saja, tetapi juga menekankan kepada aspek belajar yang lainnya. Rangsangan dan pengalaman belajar yang disajikan melalui pendidikan kejuruan mencakup rangsangan dan pengalaman belajar yang mengembangkan domain afektif, kognitif dan psikomotor berikut paduan integralnya yang siap untuk dipadukan baik pada situasi kerja yang tersimulasi lewat proses belajar maupun nanti dalam situasi kerja yang sebenarnya. Ini termasuk sikap kerja dan orientasi nilai yang mendasari aspirasi, motivasi dan kemampuan kerjanya. 4. Kriteria keberhasilannya Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan pada dasarnya menerapkan 2 kriteria yaitu keberhasilan di sekolah (in school success) dan out of school succes. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan kurikuler yang sudah diorientasikan ke persyaratan dunia kerja, sedang kriteria yang kedua diindikasikan oleh keberhasilan atau penampilan lulusan setelah berada di dunia kerja yang sebenarnya. 5. Kepekaannya terhadap perkembangan masyarakat Karena komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan kejuruan mempunya ciri lain berupa kepekaan atau daya suai yang tinggi terhadap perkembangan masyarakat dan dunia kerja. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pasang surutnya dunia suatu bidang pekerjaan, inovasi dan penemuanpenemuan baru di bidang produksi barang dan jasa, semuanya itu sangat besar pengaruhnya terhadap kecenderungan perkembangan pendidikan kejuruan.

6. Perbekalan logistiknya Ditinjau dari segi peralatan belajar, maka untuk mewujudkan situasi atau pengalaman belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik yang lain. Bengkel kerja dan laboratorium adalah kelengkapan umum yang menyertai eksistensi suatu sekolah kejuruan. Hal ini membuat membuat sekolah kejuruan membutuhkan biaya yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan sekolah umum. 7. Hubungannya dengan masyarakat dunia usaha/ dunia industri. Hubungan lebih jauh dengan masyarakat yang mencakup daya dukung dan daya serap lingkungan yang sangat penting perannya bagi hidup dan matinya suatu lembaga pendidikan kejuruan. Perwujudan hubungan timbal balik yang menunjang ini mencakup adanya dewan penasehat kurikulum kejuruan (curriculum advisory commitee), kesediaan dunia usaha menampung anak didik sekolah kejuruan dalam program kerjasama yang memungkinkan kesempatan pengalaman belajar di lapangan. C. ASUMSI PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN Asumsi adalah anggapan yang diterima sebagai kebenaran. Asumsi diuji dari keseringannya terjadi dimasyarakat (reliablility) dan keajegannya terjadi di masyarakat (konsistensi), dan kebenarannya diterima oleh umum (valid). Asumsiasumsi pendidikan vokasi adalah ((Thompson, 1973, p.89-116): 1. Pendidikan vokasi digerakkan oleh kebutuhan pasar kerja dan berkontribusi pada penguatan ekonomi nasional. 2. Pendidikan vokasi dapat membantu pengentasan pengangguran melalui training anakanak muda dan orang dewasa dan mentraining kembali untuk layanan ketrampilan dan kompetensi teknis. 3. Pendidikan vokasi dapat mengembangkan marketable man dengan pengembangan kemampuannya untuk membentuk ketrampilan yang dapat melebihi sebagai alat produksi. Asumsi ini merupakan dasar dari justipikasi dari pendidikan vokasi, yang dihubungkan dengan teori ekonomi. (Prosser and Allen) 4. Pendidikan vokasi adalah pendidikan untuk produksi, melayani akhir dari sistim ekonomi dan dikatakan memiliki kelengkapan sosial. 5. Pendidikan vokasi pada tingkat menengah difokuskan pada penyiapan individu awal memasuki dunia kerja. 6. Pendidikan vokasi harus berorientasi pada kebutuhan komunitas (lokal, regional, nasional, internasional). Pendidikan vokasi mensyaratkan setiap orang harus belajar bekerja sebab setiap orang harus bekerja. 7. Pendidikan vokasi harus dievaluasi berdasarkan efisiensi ekonomis. Pendidikan vokasi secara ekonomis efisien jika menyiapkan siswa untuk pekerjaan spesifik dalam masyarakat berdasarkan kebutuhan tenaga kerja. Pekerjaan yang nyata adalah apa yang kita cari. Pendidikan vokasi adalah baik jika menyiapkan siswa untuk pekerjaan nyata yang eksis dimasyarakat dan mereka inginkan.

8. Pendidikan vokasi efisien jika menjamin penyediaan tenaga kerja untuk satu bidang pekerjaan. Pendidikan vokasi efektif harus terkait dengan pasar kerja. Harus direncanakan berdasarkan prediksi pasar kerja. 9. Pendidikan vokasi efisien jika siswa mendapatkan pekerjaan pada bidang yang mereka ikuti.

BAB III MODEL PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN BERBASIS KEBUTUHAN Kebijakan otonomi daerah mendorong daerah (kabupaten) berlomba untuk memacu pembangunan guna meningkatkan kemajuan di segala bidang khususnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketergantungannya terhadap daerah lain. Namun, banyak daerah yang belum mampu mewujudkan tujuan tersebut, karena beberapa kendala, misalnya Kabupaten Rembang yang mempunyai letak geografis yang sulit air, tanahnya cenderung tandus, sehingga kesejahteraan masyarakat rendah, pendidikan masyarakatnyapun jadi rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya adalah peningkatan Sumber Daya Manusia, dan peningkatan SDM tersebut dapat dicapai dengan peningkatan pendidikan masyarakatnya. Peningkatan sarana pendidikan menjadi mutlak diperlukan namun harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat dan lingkungannya (potensi daerah) Oleh karenanya perlu dikembangkan sarana (jenis) pendidikan yang dapat memberikan bekal keahlian dan keterampilan yang pada akhirnya dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terkait dengan kondisi tersebut, maka sekolah menengah kejuruan (SMK) memberikan alternative solusi dengan memberikan bekal kompetensi yang terpakai di dalam kehidupan bermasyarakat. Banyak SMK saat ini mengembangkan program keahlian yang sifatnya mengikuti tren pasar (marketable) sebagai akibat dari besarnya animo masyarakat yang memilih program keahlian tersebut, sedangkan program keahlian yang disiapkan untuk mendukung pengembangan wilayah justru tidak diminati oleh masyarakat. Disisi lain, banyak potensi sumber daya alam di beberapa daerah belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Misalnya, potensi kelautan yang didalamnya banyak dihasilkan ikan laut seperti daerah sepanjang pantai hampir semuanya dihuni oleh nelayan yang menghasilkan tangkapan ikan yang sangat potensial. Tetapi hasil ikan tangkapan nelayan ini hanya dijual dalam bentuk bahan asli, kalaupun ada proses hanya proses tradisional tanpa sentuhan teknologi sehingga kurang dapat memberikan nilai ekonomi. Tidak adanya proses teknologi dalam pengolahan hasil laut ini tidak terlepas dari tidak adanya sumber daya manusia. Hal ini karena memang tidak ada institusi pendidikan yang menghasilkan tenaga kerja terampil yang disiapkan untuk mengelola hasil laut agar dapat mendongkrak nilai ekonomi hasil laut tersebut. Banyak bahan tambang dan galian yang juga belum dimanfaatkan secara optimal. Misalnya batu kapur yang mempunyai mutu yang baik sebagai bahan bangunan. Namun hanya diambil dan dipasarkan dalam bentuk bongkahan yang nilai ekonomisnya kecil. Salah satu penyebab tingginya angka pengangguran adalah tidak terpenuhinya kualifikasi pendidikan dan keahlian yang dapat diserap oleh industri/perusahaan yang ada, karena sebagian besar pengangguran adalah lulusan SMA yang sama sekali tidak mendapatkan (tidak mempunyai) bekal keterampilan pada saat sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan belum dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu faktor penyebabnya adalah ketidaktepatan sarana pendidikan yang tersedia dan minimnya sarana pendidikan yang ada. Oleh karenanya perlu dikembangkan

sarana (jenis) pendidikan yang dapat memberikan bekal keahlian dan keterampilan yang pada akhirnya dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terkait dengan kondisi tersebut, maka Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memberikan alternatif solusi dengan memberikan bekal kompetensi yang terpakai di dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan bekal inilah, siswa diharapkan mampu menghadapi kehidupan dengan lebih baik sebab mempunyai kemampuan untuk bekerja. Tetapi, yang penting adalah bahwa bersekolah bukan semata-mata untuk mencari pekerjaan, karena bersekolah secara khusus memang tidak dialokasikan sebagai alat untuk mencari pekerjaan, melainkan sebagai bekal untuk bekerja dengan cara menciptakan pekerjaan untuk dirinya dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Orientasi Sekolah Menengah Kejururan adalah: 1. Membekali kompetensi/keterampilan siswa untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja di dunia usaha/dunia industri; 2. Membekali kompetensi/keterampilan siswa untuk hidup mandiri mengembangkan wirausaha, menciptakan lapangan kerja; 3. Membekali kompetensi/keterampilan dan kecakapan akademis siswa untuk memberikan peluang melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Siswa yang bersekolah di sekolah kejuruan dipersiapkan sedemikian rupa dengan berbagai keterampilan kejuruan sesuai bidang yang dipelajarinya. Mereka mendapatkan pembelajaran teknik di bengkel sekolah dengan melakukan secara langsung kegiatan-kegiatan keterampilan. Dengan bekal inilah, maka siswa yang sudah lulus dapat menerapkan keterampilannya dan tidak perlu mencari pekerjaan sebab pekerjaan itu sebenarnya sudah ada di dalam dirinya. Dalam Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 2005 merumuskan bahwa Pendidikan Menengah Kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan Pasal 15. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

BAB IV KESIMPULAN Prinsip pendidikan kejuruan didefinisikan sebagai generalisasi untuk menyiapkan dan pelayanan arahan untuk program dan konstruksi kurikulum, evaluasi, seleksi praktik instruksional, dan kebijakan pembangunan. Sedangkan karakteristik pendidikan kejuruan berbeda dengan pendidikan umum, perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi dan tujuan pendidikannnya saja, tetapi juga tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan perencanaan kurikulum, yaitu : orientasi pendidikan kejuruan, justifikasi untuk eksistensinya, fokus kurikulumnya, criteria keberhasilannya, kepekaannya terhadap perkembangan masyarakat, perbekalan logistiknya, hubungannnya dengan masyarakat, perbekalan logistiknya, hubungannnya dengan masyarakat dunia usaha/industry. Inilah yang membedakan pendidikan kejuruan dengan pendidikan lainnya. Begitu pula pendidikan teknologi kejuruan memiliki beberapa asumsi, salah satunya adalah bahwa pendidikan vokasi pada tingkat menengah difokuskan pada penyiapan individu awal memasuki dunia kerja. Sehingga tujuan sebenarnya dari lembaga-lembaga pendidikan kejuaruan adalah menyiapkan tenaga kerja siap pakai yang terampil untuk memasuki dunia kerja, untuk mwewujudkan hal ini maka kompetensi/keahlian dari anak didik perlu ditingkatkan misalnya dengan melakukan pembelajaran teori dan praktik, penerapan PSG, atau pembangunan sekolah kejuruan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Anonim.2011. KPTK (Kajian Pendidikan Teknologi Kejuruan), (online), (http://kptk.weebly.com/index.html, diakses tanggal 30 September 2011) Ana dkk.2011. Sejarah Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (online), (http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_MESIN/194904271976031........LAPORA~2.pdf,diakses 30 September 2011) Dasmanjohan.2010. Dasmanjohans blog: Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (online), (http://dasmanjohan.wordpress.com/2010/11/04/pendidikan-teknologi-dankejuruan/, diakses 29 September 2011) Djohar, Asari.2006 Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan.Bandung: Fakultas Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia. Maknun, Johar.2011.Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (online), (http://www.scribd.com/doc/44013104/Pend-Kejuruan#, diakses 29 September 2011) Pramono,Yoga. 2009. Kajian Kebutuhan Dan Penyediaan Sekolah Menengah Kejuruan Di Kabupaten Rembang. Semarang : Program Pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota Universitas Diponegoro Widiaty, Isma.2011. Laporan Buku Model Pengembangan Kurikulum, (online), (http://curriculumstudy.files.wordpress.com/2007/10/kuteknik.doc, diakses 30 September 2011) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga-kerjaan

You might also like