You are on page 1of 9

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Banyak masalah yang terjadi pada ibu hamil yang sering tidak diketahui, dikarenakan para ibu hamil kurang menyadari banyaknya hal yang harus ibu ketahui tentang kehamilannya. Jarangnya melakukan pemeriksaan ke puskesmas atau ke bidan praktik swasta menyebabkan terlambatnya mengetahui gejala patologis tentang kehamilan itu sendiri. Identifikasi ibu hamil adalah suatu cara pencegahan terjadinya patologis kehamilan, oleh karena itu disarankan kepada ibu hamil agar memeriksakan kehamilannya paling sedikit 4 kali pemeriksaan antental selama kehamilannya. Telah disadari bahwa pertolongan pertama/penangan atau kegawatdaruratan obstetri noenatal merupakan komponen penting dan merupakan bagian tak terpisahkan dari pelayanan kebidanan disetiap tingkat pelayanan. bila hal tersebut dapat diwujudkan, maka angka kematian ibu dapat diturunkan berdasarkan itu standar pelayanan kebidanan ini mencakup standar untuk penanganan keadaan tersebut, disamping standar untuk pelayanan kebidanan dasar. Dengan demikian ruang lingkup standar pelayanan kebidanan meliputi 24 standar, yang termasuk salah satunya standar pelayanan antenatal. Dalam standar pelayanan antenatal terdapat standar 3 yang mengenai identifikasi ibu hamil. Dengan membahasnya standar 3 pelayanan antenatal diharapkan kepada bidan bekerjasama dengan tenaga kesehatan untuk melakukan penyuluhan atau konseling kepada ibu hamil agar timbul kesadaran pada ibu hamil seberapa pentingnya manfaat memeriksa kehamilannya. Pada makalah ini kami akan membahas lebih rinci, standar pelayanan antenatal khususnya standar 3 mengenai identifikasi ibu hamil.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Standar Asuhan Kebidanan? 2. Apa tujuan identifikasi ibu hamil? 3. Apa saja persyaratan identifikasi ibu hamil pada standar pelayanan antenatal ? 4. Bagaimana proses identifikasi yang harus dilakukan bidan ? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan kebidanan I (Kehamilan). 2. Untuk mengetahui pengertian dari Standar Asuhan Kebidanan. 3. Untuk mengetahui tujuan identifikasi ibu hamil. 4. Untuk mengetahui persyaratan identifikasi ibu hamil pada standar pelayanan antenatal. 5. Untuk mengetahui proses identifikasi ibu hamil yang harus dilakukan bidan. 1.4 Manfaat Penulisan. 1. Mahasiswa dapat memenuhi tugas Asuhan kebidanan 1 (kehamilan). 2. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian Standar asuhan kebidanan. 3. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan identifikasi ibu hamil. 4. Mahasiswa dapat mengetahui persyaratan identifikasi ibu hamil pada standar pelayanan kebidanan 5. Mahasiswa dapat mengetahui proses identifikasi ibu hamil yang harus dilakukan bidan.

1.5 Batasan Masalah Makalah ini membahas tentang standar asuhan kebidanan khususnya standar III baik itu mengenai standar pelayanan kebidanan dan standar praktek kebidanan. 1.6 Metode Penulisan Metode yang kami gunakan adalah metode pustaka. Metode pustaka adalah metode yang bersumber dari beberapa buku dan situs internet yang berkaitan dengan standar asuhan kebidanan.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 pengertian Standar Asuhan Kebidanan. Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan atau tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Standar pelayanan kebidanan berguna dalam penerapan norama dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Penerapan standar pelayanan akan sekaligus melindungi masyarakat, kerena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat dilakukan dengan dasar yang jelas. Dengan adanya standar pelayanan, yang dapat dibandingkan dengan dasar yang jelas. Dengan adanya standar pelayanan, yang dapat dibandingkan dengan pelayanan yang diperoleh, maka masyarakat akan mempunyai kepercayaan yang lebih mantap. Suatu standar akan efektif bila dapat diobservasi dan diukur, realistik, mudah dilakukan dan dibutuhkan. Bila setiap ibu diharapkan mempunyai akses terhadap pelayanan kebidanan, maka diperlukan standar pelayanan kebidanan untuk penjagaan kualitas. Pelayanan berkualitas dapat dikatakan sebagai tingkat pelayanan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan. Dengan demikian, standar penting untuk pelaksanaan, pemeliharaan, dan penilaian kualitas pelayanan. Hal ini menunjukan bahwa standar pelayanan perlu dimiliki oleh setiap pelaksanaan pelayanan. Masalah yang ditemukan dalam penyusunan standar pelayanan kebidanan adalah bahwa diantara apa yang telah biasa diterapkan dalam praktek, sebenarnya hanyalah tindakan ritualistik, yang tidak didasarkan pada pengalaman praktek terbaik. Dalam standar ini tindakan yang bersifat ritualistik, seperti melakukan episiotomi secara rutin dan memandikan bayi segera setelah lahir, tidak dianjurkan lagi. Perubahan standar pelayanan seperti itu didasarkan pada pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.

Standar pelayanan kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan bidan dalam menjalani praktek sehari-hari. Standar ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan pengembangan kurikulum pendidikan. Selain itu, standar pelayanan dapat membantu dalam penentuan mekanisme, peralatan dan obat yang diperlukan. Ketika audit terhadap pelayanan kebidanan pelayanan dilakukan, maka berbagai kekurangan yang berkaitan dengan hal- hal tersebut akan ditemukan sehingga perbaikannya dapat dilakukan secara lebih spesifik. 2.2 Tujuan Identifikasi Ibu Hamil : Mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya. Bidan melakukan kunjungan rumah dengan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur. 1. Pernyataan Standar : Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur. 1. Hasil : 1. Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan. 2. Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaatpemeriksaan kehamilan secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan kehamilan. 3. Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu.

2.3 Prasyaratan identifikasi ibu hamil 1. Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk menemukan ibu dan memastikan bahwa semua ibu hamil telah memeriksakan kehamilan secara dini dan teratur. 2. Bidan harus memahami : 1. Tujuan pelayanan antenatal dan alas an ibu tidak memeriksakan kehamilannya secara dini. 2. Tanda dan gejala kehamilan 3. Keterampilan berkomunikasi secara efektif 4. Bahan penyuluhan kesehatan yang tersedia dan sudah siap digunakan oleh bidan. 5. Mencatat hasil pemeriksaan pada KMS Ibu hamil/Buku KIA dan Kartu Ibu. 6. Transportasi untuk melakukan kunjungan ke masyarakat tersedia bagi bidan.

2.4 Proses identifikasi ibu hamil yang harus dilakukan bidan. Bidan harus : 1. Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur untuk menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu hamil, suami, keluarga maupun masyarakat. 2. Bersama kader kesehatan mendata ibu hamil serta memotivasinya agar memeriksakan kehamilannya sejak dini. 3. Melalui komunikasi dua arah dengan beberapa kelompok kecil masyarakat, dibahas manfaat pemeriksaan kehamilan. 4. Melalui komunikasi dua arah dengan pamong, tokoh masyarakat, ibu, suami keluarga dan dukun bayi, jelaskan prosedur pemeriksaan kehamilan yang diberikan. 5. Tekankan bahwa tujuan pemeriksaan kehamilan adalah ibu dan bayi yang sehat pada akhir kehamilan. Ibu harus melakukan pemeriksaan antenatal paling sedikit 4 kali. Satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga. 6. Berikan penjelasan kepada seluruh ibu tentang tanda kehamilan, dan fungsi tubuhnya.

7. Bimbing kader untuk mendata/mencatat semua ibu hamil di daerahnya. 8. Perhatikan ibu bersalin yang tidak pernah memeriksakan kehamilannya 9. Jelaskan dan tingkatkan penggunaan KMS Ibu hamil/Buku KIA dan Kartu Ibu. Mengapa Ibu Tidak Memeriksakan Kehamilannya : Ada banyak alasan mengapa ibu tidak melakukan pemeriksaan antenatal. 1. Ibu seringkali tidak berhak memutuskan sesuatu, karena itu hak suami atau mertua, sementara mereka tidak mengetahui perlunya memeriksakan kehamilan dan hanya mengandalkan cara-cara tradisional. 2. Fasilitas untuk pelayanan antenatal tidak memadai, tidak berfungsi sebagaimana mestinya, tidak memungkinkan kerahasiaan, harus menunggu lama atau perlakuan petugas kurang memuaskan. 3. Beberapa ibu tidak mengetahui mereka harus memeriksakan kehamilannya, maka ibu tidak melakukannya. 4. Transportasi yang sulit, baik bagi ibu untuk memeriksakan kehamilan maupun bagi bidan untuk mendatangi mereka. 5. Kurangnya dukungan tradisi dan keluarga yang mengizinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilan. 6. Takhayul atau keraguan untuk memeriksakan kehamilan kepada petigas kesehatan (terlebih bila petugasnya seorang laki-laki). 7. Ketidakpercayaan dan ketidaksenangan pada tenaga kesehatan secara umum beberapa anggota masyarakat tidak mempercayai semua petugas kesehatan pemerintah. 8. Ibu dan atau anggota keluarga tidak mampu membayar atau tidak mempunyai waktu untuk memeriksakan kehamilan.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat kita ambil dari makalah ini adalah : 1. Standar asuhan kebidanan dapat diartikan sebagai acuan dalam proses pengambilan keputusan atau tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. 2. Yang dapat digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan bidan dalam menjalani praktek sehari-hari. Standar ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan pengembangan kurikulum pendidikan. 3. Dan bidan dapat melakukan kunjungan rumah dengan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur. 3.2 Saran Jika terdapat salah satu hal yang telah dibahas pada makalah ini, bidan bidan harus bekerja sama dengan masyarakat untuk mengembangkan strategi dalam mengatasi masalah ini. Jika ibu hamil melakukan paling sedikit 4 x dalam pemeriksaan antenatal selama kehamilannya. Bekerja sama dengan setiap ibu, suami dan keluarganya untuk membuat suatu strategi untuk memungkinkan ibu untuk melakukan perawatan antenatal.

DAFTAR PUSTAKA baskomworld.blogspot.com bidanfitri.blogspot.com desirusmiatianas.blogspot.com Kusmiyati, Yuni. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya Nadi Aprilyadi.S.Sos.blogspot.com Standar Pelayanan Kebidanan. 2001. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Varney,Helen dkk.2006.Buku-ajar asuhan kebidanan.Jakarta:EGC

You might also like