You are on page 1of 45

Pengertian Peserta Didik

SatuLagiCom::: peserta didik adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan,

peserta didik

dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan social, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif/paedagogis. 1. Pendekatan sosial, peserta didik adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, dan masyarakat yang lebih luas. Peserta didik perlu disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri dari masyarakat. Kehidupan bermasyarakat itu dimulai dari lingkungan keluarga dan dilanjutkan di dalam lingkungan masyarakat sekolah. Dalam konteks inilah,

peserta didik
melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-guru, dan masyarakat yang berhubungan dengan sekolah. Dalam situasi inilah nilai-nilai social yang terbaik dapat ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung. 2. Pendekatan Psikologis, peserta didik adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. Peserta didik memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti: bakat, inat, kebutuhan, social-emosional-personal, dan kemampuan jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan secara menyeluruh menjadi manusia seutuhnya. Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan efisiensi. Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan intelegensi, sosial, emosional, spiritual, yang saling berhubungan satu dengan lainnya. 3. Pendekatan edukatif/paedagogis, pendekatan pendidikan menempatkan

peserta didik
sebagai unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan menyeluruh dan terpadu.
Posted by akhnayzz29 Responses

Share This Article


Share on Facebook Stumble This Article Digg this Article Bookmark on Delicious

Free Email Newsletter


Stay Updates with this Blog. Get Freeemail newsletter updates..

Enter Your em Subscribe

And then confirm your email subcription

Related Article to Pengertian Peserta Didik



What is Personality? How to Become a Success Marketer With an Online Marketing Degree Games for Teaching Reading Online Survey: Gamers Prefer Roulette Everyday and Family Learning Syarat-syarat Evaluasi Pembelajaran Introduction to Online Nursing Schools

Marketing Degree Online marketing degree Peserta Didik Confirm

29 Comments to Pengertian Peserta Didik


1. Perbedaan Individual - Satu Lagi [dot] Com says:
January 26, 2011 at 12:25

[...] lingkungan. Kedua faktor ini memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa/peserta didik. Mungkin salah satu factor ada yang lebih dominan, namun tetap kedua faktor tersebut masing-masing [...] Reply 2. Aktivitas Belajar - Satu Lagi [dot] Com says:
January 26, 2011 at 12:33

[...] (peserta didik) adalah suatu organisme yang hidup. Dalam dirinya terkandung banyak kemungkinan dan potensi yang [...] Reply 3. Prinsip-prinsip Belajar - Satu Lagi [dot] Com says:
January 26, 2011 at 13:55

[...] bukan hanya mempersiapkan peserta didik untuk hidup sebagai orang dewasa, melainkan membantu mereka agar mampu hidup dalam kehidupan [...] Reply 4. Pembelajaran - Satu Lagi [dot] Com says:

January 26, 2011 at 14:01

[...]

(dalam

Rifai,

2009:

191),

pembelajaran

bahwa

seperangkat

peristiwa

(events)

yang

mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan. Seperangkat peristiwa itu [...] Reply 5. Meningkatkan Motivasi Belajar - Satu Lagi [dot] Com says:
January 26, 2011 at 14:07

[...] Peserta didik akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik dan berguna bagi dirinya. [...] Reply 6. Pembelajaran Patisipatif - Satu Lagi [dot] Com says:
March 18, 2011 at 09:14

[...] hakekatnya belajar merupakan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang optimal perlu keterlibatan [...] Reply 7. Talking Stick - Satu Lagi [dot] Com says:
April 15, 2011 at 17:50

[...] metode talking stick diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk ativitas [...] Reply 8. Concept Mapping - Satu Lagi [dot] Com says:
April 16, 2011 at 06:38

[...] lain untuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan-bahan yang telah dibacanya adalah metode pembelajaran peta konsep. Hal-hal yang [...] Reply 9. Learning Journals - Satu Lagi [dot] Com says:
April 17, 2011 at 20:02

[...] jurnal belajar dipergunakan untuk memantau learning strategies yang telah dibuat oleh peserta didik dalam kontrak belajarnya. Pemantauan tersebut lewat aktivitas-aktivitas belajar yang dilakukan [...] Reply

10. Ceritanya Aji Mumpung - Satu Lagi [dot] Com says:


May 8, 2011 at 15:49

[...] tidak posting, akhirnya dapat inspirasi juga. Untuk kali ini artikel saya tidak ada hubungan dengan peserta didik, media tiga dimensi, media dua dimensi, media pembelajaran, dll. Iyaa.. Langsung saja suatu hari [...] Reply 11. Gladi Resik dengan Nyontek Massal SD - Satu Lagi [dot] Com says:
June 6, 2011 at 04:39

[...] massal kerap dijadikan sebagai sesuatu yang dilaksanakan oleh segelintir sekolah-sekolah khususnya peserta didik tingkat sekolah dasar (SD). Ternyata terdapat oknum guru yang memang memberikan perintah terhadap [...] Reply 12. Ngomong-ngomong soal Mr.A - Satu Lagi [dot] Com says:
June 7, 2011 at 06:18

[...] tanggal 6 bulan 6 tahun 2011, saya enggan menulis tentang artikel-artikel yang hubungannya dengan peserta didik, pembelajaran, motivasi belajar, jurnal, dll. Akhir-akhir ini sering kali melihat di media cetak [...] Reply 13. Sudah Bolos Sekolah, Judi Lagi|Satu Lagi [dot] Com says:
July 23, 2011 at 06:34

[...] Memang peran kedua orang tua sangat menentukan keberhasilan peserta didik. Saya dapat berita ini dari salah satu program televisi Metro TV Discover [...] Reply 14. Hakikat Peserta Didik Dalam Pendidikan anamcs says:
September 17, 2011 at 14:11

[...] http://satulagi.com/education/pengertian-peserta-didik. [...] Reply 15. Kecerdasan Logis Matematis|Satu Lagi [dot] Com says:
October 6, 2011 at 16:03

[...] menyusun hipotesis dan mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Peserta didik semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam [...] Reply 16. Landasan Pedagogis Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa | Matematika Lagi [dot] Info says:
December 3, 2011 at 16:51

[...] boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak terpishkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidahkaidah budayanya. [...] Reply 17. Landasan Pedagogis Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa | Matematika Lagi [dot] Info says:
December 3, 2011 at 16:51

[...] boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak terpishkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidahkaidah budayanya. [...] Reply 18. Sekolah Lagi | Matematika Lagi [dot] Info says:
January 2, 2012 at 20:47

[...] telah mengguyur di Semarang dari pukul 02.00-09.00 WIB. Perjalanan berangkat ternyata banyak peserta didik yang memang masih terdapat di perjalanan karena memang hujan. Sekolah lagi, kemacetan [...] Reply 19. Teaching Stories Margaret Metzger | Matematika Lagi [dot] Info says:
January 24, 2012 at 05:10

[...] perhatian pada bagaimana cara belajar, bukan pada untuk apa belajar. Murid mungkin tak pernah tahu beberapa fakta tertentu, tetapi murid selalu butuh tahu bagaimana cara [...] Reply 20. Aplikasi dari Berpikir Abstraksi dalam Pikiran Anak-Anak | Matematika Lagi [dot] Info says:
February 1, 2012 at 03:57

[...] benda cair. Dalam eksperimen meminta murid untuk memprediksi tingkatan dimana jumlah yang telah diketahui dari benda cair akan meningkat pada [...] Reply 21. Keahlian Teknologi | Matematika Lagi [dot] Info says:
February 5, 2012 at 14:35

[...] Lagi [dot]Info::: Teknologi itu sendiri tidak elalu meningkatkan kemampuan belajar murid. Dibutuhkan syarat atau kondisi lain untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung proes [...] Reply 22. Berkirim Salam dan Soal | Matematika Lagi [dot] Info says:
February 14, 2012 at 20:31

[...] untuk melatih pengetahuan dan keterampilannya. Peserta sendiri, sehingga akan merasa lebih terdorong untuk [...] Reply

didik membuat

pertanyaan

23. Kancing Gemerincing | peserta didik. | Satu Lagi [dot] Com says:
February 14, 2012 at 20:48

[...] Kagan (1992). Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. Dalam kelompok mendapatkan [...] Reply 24. Keliling Kelas | Matematika Lagi [dot] Info says:
February 16, 2012 at 06:44

kegiatan

Kancing

Gemerincing, masing-masing anggota

[...] Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia [...] Reply 25. Bercerita Berpasangan (Paired Storytelling) :- peserta didik. | Satu Lagi [dot] Com says:
February 16, 2012 at 08:25

[...] Dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara peserta didik, pengajar, dan bahan pelajaran (Lie, 1994). Teknik ini bisa digunakan dalam [...] Reply

26. Hubungan Konstruktivisme dan Kontekstual | Matematika Lagi [dot] Infosays:


March 8, 2012 at 21:25

[...] peserta didik [...] Reply 27. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran | Satu Lagi [dot] Com says:
April 5, 2012 at 07:25

[...] penyajian isi suatu bidang studi, dan synthesizing terkait dengan cara untuk menunjukkan kepada siswa hubungan/keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur, atau prinsip suatu isi [...] Reply 28. Anak Didik Sebagai Komponen Pendidikan theofani19 says:
April 5, 2012 at 12:01

[...] http://satulagi.com/education/pengertian-peserta-didik [...] Reply 29. Mengembangkan Sikap, Idealisme, dan Minat | Satu Lagi [dot] Com says:
May 3, 2012 at 22:23

[...] oleh manusia terdapat standar kesempurnaan. Prinsip utama dalam mengajarkan idealisme adalah bahwa peserta didik harus mengetahui idealisme melalui bacaan, diskusi, pengamatan, dan [...] Reply

Leave your comment here:


Name (required) Mail (will not be published) (required) Website (Optional)

Subscribe to comments feed


Submit Comment

Jan

19
2011

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembuatan makalah ini didasarkan karena adanya mata kuliah Pendidikan Peserta Didik yang mengharuskan setiap mahasisiwa S1 program studi PGSD Universitas Sebelas Maret untuk dapat menyumbangkan karyanya minimal 1 artikel ataupun makalah disetiap akhir penutupan Kompetensi Dasar. B. Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan? 2. Apa maksud dari anak adalah totalitas? 3. Apa maksud perkembangan sebagai proses holistic? 4. Apakah yang dimaksud kematangan dan pengalaman? 5. Apakah yang dimaksud kontinuitas dan diskontinuitas dalam perkembangan? 6. Bagaimana perkembangan biologis dan perseptual anak? 7. Apakah pengaruh faktor hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan anak? C. Tujuan 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan 2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan anak adalah totalitas 3. Mengetahui maksud perkembangan sebagai proses holistic 4. Mengetahui arti kematangan dan pengalaman

5. Mengetahui arti kontinuitas dan diskontinuitas dalam perkembangan 6. Mengetahui perkembangan biologis dan perseptual anak 7. Mengetahui pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan anak

PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan diartikan sebagai perubahan alamiah secara kuantitatif pada segi jasmaniah atau fisik dan atau menunjukkan kepada suatu fungsi tertentu yang baru (yang tadinya belum tampak) dari organisme atau individu. Konsep pertumbuhan mempunyai makna luas, mencangkup segisegi kuantitatif dan kualitatif serta aspek-aspek fisik-psikis seperti yang terkandung dalam istilah-istilah pertumbuhan, kematangan dan belajar atau pendidikan dan latihan. Belajar atau pendidikan menunjukkan kepada perubahan pola-pola sambutan atau perilaku dan aspek-aspek kepribadian tertentu sebagai hasil usaha individu atau organisme yang bersangkutan dalam batas-batas waktu setelah tiba masa pekanya. Dengan demikian, dapat dibedakan bahwa perubahan-perubahan perilaku dan pribadi sebagai hasil belajar itu berlangsung secara intensional atau dengan sengaja diusahakan oleh individu yang bersangkutan, sedangkan perubahan dalam arti pertumbuhan dan kematangan berlangsung secara alamiah menurut jalannya pertambahan waktu atau usia yang ditempuh oleh yang bersangkutan. Pertumbuhan terbatas pada perubahanperubahan yang bersifat evolusi (menuju ke arah yang lebih sempurna). Perubahan-perubahan aspek fisik dapat diidentifikasikan relative lebih mudah manifestasinya karena dapat dilakukan pengamatan langsung seperti tinggi dan berat badan, tanggal dan tumbuhnya gigi dan sebagainya. Lain halnya dengan segi-segi psikis yang relative sulit diidentifikasi karena kita hanya mengamati dan sampai batas tertentu. Perkembangan diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan baik fisik maupun psikis.

Perkembangan juga bertalian dengan beberapa konsep pertumbuhan (growth), kematangan (maturation), dan belajar (learning) serta latihan (training).. Perkembangan individu dapat ditujukan dengan munculnya atau hilangnya, bertambah atau berkurangnya bagian-bagian, fungsi-fungsi atau sifat-sifat psikofisis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, yang sampai batas tertentu dapat diamati dan diukur dengan mempergunakan teknik dan instrument yang sesuai. Contoh perkembangan proses berpikir, kemampuan berbahasa dan lain-lain. B. Anak Sebagai Suatu Totalitas Konsep anak sebagai suatu totalitas mengandung tiga pengertian, yaitu : 1. Anak adalah makhluk hidup yang merupakan suatu kesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat dalam dirinya. Sebagai suatu totalitas, anak dipandang sebagai makhluk hidup yang utuh, yakni sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan aspek fisik dan psikis yang terdapat dalam dirinya. Keseluruhan aspek fisik dan psikis anak tersebut tidak dapat dapat dipisahkan satu sama lain. Karena itu anak dipandang sebagai suatu individu. Dalam hal ini kita tidak akan memandang anak sebagai kumpulan organ-organ misalnya ada kepala, kaki, tangan, dan bagian tubuh yang terpisah satu sama lain. 2. Keseluruhan aspek anak saling terjalin satu sama lain Keseluruhan aspek yang terdapat dalam diri anak tersebut secara terintegrasi saling terjalin dan memberikan dukungan satu sama lain. Sebagai misal, anak yang dimarahi orang tuanya bisa tidak berselera makan, anak yang sedang sakit nafsu makannya berkurang dan lainlain. Contoh tersebut mengilustrasikan adanya keterkaitan dan perpaduan dalam proses kehidupan dan aktivitas anak. Reaksi-reaksi psikis anak selalu disertai dengan reaksi fisiknya, begitu pula sebaliknya. 3. Anak berbeda dari orang dewasa bukan sekedar fisik, tetapi secara keseluruhan.

Anak bukan miniature orang dewasa, tetapi anak adalah anak yang dalam keseluruhan aspek dirinya bisa berbeda dengan orang dewasa, baik dalam segi fisik, cara berfikir, rasionalitas, daya pikir maupun pola pikirnya. Jadi jangan memaksa anak sesuai dengan yang kita inginkan karena anak itu juga mempunyai dunianya sendiri. Biarlah mereka menjadi diri mereka sendiri, suatu saat dengan kematangan dan pengalaman mereka akan menjadi dewasa. C. Perkembangan sebagai Proses Holistik dari aspek biologis, kognitif, dan psikososial. Sesuai dengan konsep anak sebagai suati totalitas atau sebagai individu, perkembangan juga merupakan suatu proses yang sifatnya menyeluruh (holistik). Artinya perkembangan terjadi tidak hanya dalam aspek tertentu, melainkan melibatkan keseluruhan aspek yang saling terjalin satu sama lain. Secara garis besar, proses perkembangan individu dapat dikelompokkan ke dalam 3 domain, yaitu : 1. Proses Biologis Proses biologis atau perkembangan fisik mencangkup perubahanperubahan dalam tubuh individu seperti pertumbuhan otak, otot, sistem syaraf, struktur tulang, hormon, organ-organ indrawi, dan sejenisnya. Perubahan dalam cara menggunakan tubuh atau keterampila motorik dan perkembangan seksual juga dikelompokkan ke dalam domain ini. Tetapi domain perkembangan ini tidak mencangkup perubahan fisik karena kecelakaan, sakit, atau peristiwa-peristiwa khusus lainnya. 2. Proses Kognitif Proses ini melibatkan perubahanperubahan dalam kemampuan dan pola berpikir, kemahiran bahasa, dan cara individu memperoleh pengetahuan dari lingkungannya. Aktivitas-aktivitas seperti mengamati dan mengklasifikasikan benda-benda, menyatukan beberapa kata menjadi satu kalimat, menghafal sajak atau doa, memecahkan soal-soal matematika, dan menceritakan pengalaman merefleksikan peran kognitif dalam perkembangan anak. 3. Proses Psikososial

Proses ini melibatkan perubahan-perubahan dalam aspek perasaan, emosi dan kepribadian individu serta cara yang bersangkutan berhubungan dengan orang lain. Aspek-aspek tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Misalnya saja jika seorang anak mengalami gangguan pendengaran maka dia dapat mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa dikarenakan tidak adanya kata-kata yang dapat masuk dan dicerna di otaknya. D. Kematangan dan Pengalaman dalam Perkembangan Anak Kematangan atau masa peka menunjukkan kepada suatu masa tertentu yang merupakan titik kulminasi dari suatu fase pertumbuhan sebagai titik tolak kesiapan (readiness) dari suatu fungsi (psikofisis) untuk menjalankan fungsinya.Pengalamanadalah peristiwa-peristiwa yang dialami individu dalam interaksi dengan lingkungan. Kematangan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain pengalaman, pola asuh dan kesempatan yang diberikan. Secara usia anak yang berusia 7tahun harusnya memiliki pengalaman yang lebih banyak dibandingkan usia 6tahun. Namun pengalaman menjadi berbeda ketika pola asuh yan diberikan berbeda E. Kontinuitas dan Diskontinuitas dalam Perkembangan Perkembangan dari segi kesinambungan menjelaskan bahwa perkembangan merupakan perubahan kumulatif yang berlangsung secara bertahap dari masa konsepsi hingga meninggal dunia. Perkembangan adalah perubahan yang sifatnya bertahap dan merupakan akumulasi dari perilaku dan kualitas pribadi yang sama yang sudah diperoleh sebelumnya. Dalam proses perkembangan ini terjadi penambahan maupun pengurangan keterampilan yang akan dikombinasikan dengan keterampilan yang sudah ada untuk menghasilkan perilaku yang semakin kompleks. Sedangkan dari segi ketidaksinambungan menganggap bahwa perkembangan individu melibatkan tahapan-tahapan yang berbeda. Dalam hal ini perkembangan individu dianggap berlangsung melalui terjadinya perubahan yang relatif tiba-tiba dari suatu tahap ke tahap berikutnya. F. Perkembangan Biologis dan Perseptual Anak 1. Perkembangan Fisik

a. Tinggi dan Berat Badan Pertumbuhan fisik pada usia SD cenderung lebih lambat dan relatif konsisten. Laju perkembangan seperti ini berlangsung sampai terjadinya perubahan-perubahan besar pada awal masa pubertas. Kaki anak lazimnya menjadi lebih panjang dan tubuhnya menjadi lebih kurus. Massa dan kekuatan otot anak secara bertahap terus meningkat di saat semakin menurunnya kadar lemak bayi. Selama usia SD ini, kekuatan fisik anak lazimnya meningkat dua kali lipat. Gerakan-gerakan lepas pada masa sebelumnya sangat menbantu pertumbuhan otot ini. b. Proporsi dan Bentuk Tubuh Anak SD kelas awal umumnya masih memiliki proporsi tubuh yang kurang seimbang. Kekurangseimbangan ini sedikit demi sedikit berkurang sampai terlihat perbedaannya ketika anak mencapai kelas 5 atau 6. Pada kelas-kelas akhir SD, lazimnya proporsi tubuh anak sudah mendekati keseimbangan. Berdasarkan tipologi Sheldon ada tiga kemungkinan bentuk primer tubuh anak SD. Tiga bentuk primer tubuh tersebut adalah : 1) Endomorph, yakni yang tampak dari luar berbentuk gemuk dan berbadan besar 2) Mesomorph, yakni yang kelihatannya kokoh, kuat, dan lebih kekar 3) Ectomorph, yakni yang tampak jangkung, dada pipih, lemah, dan seperti tak berotot 2. Perkembangan Perseptual Persepsi adalah interpretasi terhadap informasi yang ditangkap oleh indra penerima. Persepsi merupakan proses pengolahan informasi lebih lanjut dari aktivitas sensasi. a. Persepsi Visual Adalah persepsi yang didasarkan pada penglihatan dan sangat mengutamakan peran indra penglihatan dalam proses

perseptualnya. Dilihat dari dimensinya, ada enam jenis persepsi visual yang dapat dibedakan, yakni : 1) Persepsi Konstanitas Ukuran Adalah kemampuan individu untuk mengenal bahwa setiap objek memiliki suatu ukuran yang konstan meskipun jaraknya berbeda. Contohnya anak mampu mempersepsikan bahwa bahwa jalan dipegunungan itu sama lebarnya tetapi ketika digambar semakin jauh semakin kecil. Anak yang sudah mengerti tentang konsep ini akan menjawab bahwa ini berkaitan dengan jarak, tetapi yang belum mengerti mereka akan menjawab dengan sekenanya Emang dari dulu gambarnya gitu bu !. 2) Persepsi Objek atau Gambar Pokok dan Latar Persepsi ini memungkinkan individu untuk menempatkan suatu objek yang berada atau tersimpan pada suatu latar yang membingungkan. Kemampuan ini akan terlihat dalam gambar anak. Misalnya kemampuan anak dalam menggambar gambar yang tertutup oleh gambar lain. 3) Persepsi Keseluruhan dan Bagian Merupakan kemampuan untuk membedakan bagian-bagian suatu objek atau gambar dari keseluruhannya. 4) Persepsi Kedalaman Kemampuan seseorang untuk mengukur jarak dari posisi tubuh ke suatu objek.persepsi ini memerlukan ketajaman visual yang baik 5) Persepsi Tilikan Ruang Merupakan kemampuan penglihatan untuk mengidentifikasi, mengenal, dan mengukur dimensi 6) Persepsi Gerakan

Melibatkan kemampuan memperkirakan dan mengikuti gerakan atau perpindahan suatu objek oleh mata. Kemampuan persepsi ini juga sudah mulai dikembangkan sejak bayi terhadap gerakan horizontal, disusul terhadap gerakan vertikal, gerakan diagonal, dan terakhir terhadap gerakan berputar. b. Persepsi Pendengaran Persepsi pendengaran merupakan pengamatan dan penilaian terhadap suara yang diterima oleh bagian telinga. Seperti halnya persepsi penglihatan, perkembangan persepsi pendengaran mencakup beberapa dimensi, yaitu: persepsi lokasi pendengaran, persepsi perbedaan terhadap suara-suara yang mirip, dan persepsi pendengaran pokok dan latarnya. 1) Persepsi Lokasi Pendengaran Persepsi ini berkenaan dengan kemampuan mendeteksi tempat munculnya suatu sumber suara. Misalnya, kalau si anak dipanggil dari sebelah kiri, maka ia menenggok ke sebelah kiri; kalau ada pada langit langit ada suara yang menakutkan, maka ia memusatkan perhatiannya ke arah sumber suara tersebut 2) Persepsi Perbedaan 3) Persepsi Pendengaran Utama dan Latarnya Kemampuan untuk memperhatikan suara-suara tertentu dengan mengabaikan suara-suara lain yang tidak berhubungan. Misalnya kita perlu mendengarkan suara guru yang sedang mengajar sambil mengabaikan suara-suara gaduh yang datang dari luar kelas. G. Faktor Hereditas dan Lingkungan dalam Perkembangan Anak Setiap manusia mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Faktor Hereditas

Faktor hereditas ada dalam diri manusia itu sendiri. Disini terjadi totalitas karakter dari orang tua kepada anak, dari sini pula kepribadian anak mulai terbentuk karena didikan orang tua. b. Faktor Lingkungan Faktor ini juga dapat disebut dengan faktor luar. Dalam lingkungan anak diajarkan tentang nilai-nilai budaya setempat. Dengan faktor tertentu dan faktor lingkungan tertentu pula maka akan menghasilkan pola pertumbuhan dan perkembangan tertentu pula. Setiap individu lahir dengan hereditas tertentu. Namun individu itu tumbuh dan berkembang tidak lepas dari lingkungannya baik lingkungan fisik, lingkungan psikologi, maupun lingkungan social. Setiap pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks merupakan hasil interaksi dari hereditas dan lingkungan. Hubungan antara faktor hereditas dan lingkungan, faktor hereditas beroperasi dengan cara yang berbeda-beda menurut kondisi dan keadaan lingkungan yang berbeda-beda pula. Selain dengan interaksi hubungan antara hereditas dan lingkungan dapat pula digambarkan sebagai additive contribution (sama-sama menyumbang bagi pertumbuhan dan perkembangan fisiologi dan juga tingkah laku. Diantara kedua faktor tersebut tidak ada faktor yang lebih dominan karena keduanya saling mengisi dan mempengaruhi satu sama lain. Tidak selamanya yang diinginkan lingkungan kepada seorang anak akan menjadi kenyataan, begitu pula sebaliknya.

perkembangan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apabila kita memperhatikan segala sesuatu yang ada di sekitar kita, baik kehidupan manusia, binatang, flora, maupun fauna, kita akan melihat suatu hal yang abadi, yaitu selalu adanya perubahan. Segalanya selalu berubah, lambat atau cepat, berwujud penyusutan, pertumbuhan maupun perkembangan, menurut sifat kodratnya masing-masing. Semuanya berubah, tidak satupun yang abadi. Demikian pula halnya dengan kehidupan manusia, yang bermula dari telur, kemudian melalui garis pertumbuhan: janin, bayi, kanak-kanak, anak, adolesen, dewasa, orang tua, dan akhirnya meninggal. Semuanya menurut garis perkembangan dengan segala variasinya sendiri, menurut irama perkembangannya sendiri-sendiri, tiada dua orang yang sama persis. Tidak ada seorang ahlipun yang menemukan suatu hukum tertentu, melainkan baru sampai ke tingkat kategori teori-teori di dalam kehidupan organisme di dunia ini. Bahwa setiap anak secara kodrat membawa variasi dan irama perkembangannya sendiri, perlu diketahui oleh setiap orang tua, agar ia tidak bertanya-tanya bahkan bingung atau bereaksi negatif dalam menghadapi perkembangan anaknya. Justru ia harus bersikap tenang sambil mengikuti terusmenerus pertumbuhan itu agar terhindar dari segala gangguan yang merugikan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi persoalannya adalah apa yang dimaksud dengan perkembangan? Prinsip-prinsip apa saja yang mendasari perkembangan? Apa saja aspek-aspek perkembangan dan bagaimana ciri-ciri perkembangan? C. Tujuan Penulisan Makalah ini disusun guna memperoleh kejelasan serta pemahaman secara integral tentang makna perkembangan, prinsip-prinsip perkembangan, aspek-aspek perkembangan, dan ciri-ciri perkembangan. D. Sistematika Pembahasan Makalah ini disusun dalam tiga bab, yaitu: Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika pembahasan. Bab II Pembahasan, menguraikan tentang pengertian perkembangan, prinsip-prinsip perkembangan, aspek-aspek perkembangan, dan ciri-ciri perkembangan. Bab III Kesimpulan. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Perkembangan Pada pembahasan konsep mengenai perkembangan, kami akan merangkaikan pengertian perkembangan dengan pertumbuhan. Hal ini dikarenakan dua kata tersebut dalam kedudukannya sebagai pengubah serta pemberi pengaruh terhadap diri individu tidak dapat dipisahkan keberadaannya. Alasan kami ini senada dengan pendapat Agoes Dariyo antara lain: Untuk dapat memahami tahapan perkembangan manusia secara menyeluruh, perlu diperhatikan istilah-istilah penting yang lazim digunakan dalam disiplin ilmu psikologi perkembangan. Seorang yang mempelajari psikologi perkembangan berarti sedang mempelajari proses perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Ada dua hal penting dalam perubahan psikologi perkembangan, yaitu pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development). (Dariyo, 2007:19). Demikian halnya dengan pendapat Nana Syaodih yakni, Kata perkembangan seringkali digandengkan dengan pertumbuhan dan kematangan. Ketiganya mempunyai hubungan yang sangat erat. Pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya adalah perubahan, perubahan menuju pada tahap yang lebih tinggi atau lebih baik. (Syaodih, 2003:111). Menurut para ahli, pengertian atau konsep dari perkembangan antara lain yaitu: "Perkembangan (development) adalah perubahan manusia yang mengarah pada kualitas substansi perilaku, akibat proses perubahan fisik maupun proses pembelajaran. Pertumbuhan memberi pengaruh pada kesiapan fisik untuk mengembangkan potensi menjadi kompetensi. Misalnya, seorang bayi setelah

lahir hanya bisa menangis, tidur, makan, atau minum saja. Setengah tahun kemudian, sudah bisa tersenyum, tengkurap, memegang benda dan lain-lain. (Dariyo, 2007: 20,190). Sedangkan perkembangan menurut Hurlock dan Syamsu Yusuf adalah: Serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks. (Hurlock, 1994:2). Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis (perubahan yang bersifat saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara satu bagian dengan bagian lainnya, baik fisik maupun psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis), progresif (perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan meluas, baik secara kuantitatif/fisik mapun kualitatif/psikis), dan berkesinambungan (perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara beraturan atau berurutan) dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya. (Yusuf, 2003:15). Menurut Moh. Kasiram, perkembangan adalah "suatu proses perubahan yang berlangsung secara teratur dan teru menerus, baik perubahan itu berupa bertambahnya jumlah atau ukuran dari hahal yang telah ada, maupun perubahan karena timbulnya unsur-unsur yang baru." Selanjutnya menurut Sumadi Suryabrata (1990: 71) menyatakan bahwa "perkembangan adalah perubahan kea rah yang lebih maju, lebih dewasa." Di samping itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (855) perkembangan sosial adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara terus menerus menuju pendewasaan yang memerlukan adanya komunikasi dengan masyarakat. (http://www.siaksoft.net, diakses 30 Mei 2008). Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) yaitu "perkembangan sejalan dengan prinsip orthogenetis (berlangsung dalam keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai dimana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap." Perkembangan (development) berkaitan dengan pematangan dan penambahan kemampuan (skill) fungsi organ atau individu. (http://www.infoibu.com, diakses 30 Mei 2008). Secara sederhana Seifert dan Hoffnung mendefinisikan perkembangan sebagai "long term change in a person's growth, feeling, patterns, of thinking, social relationship, and otr skills". (http://www.google.com, diakses 29 Mei 2008). Sementara itu Chaplin mengartikan "perkembangan sebagai perubahan yang berkesinambungan dann progresif dalam organisme, mulai dari lahir sampai mati." Menurut Reni Akbar Hawadi, "perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemamuan, sifat, dan ciri-ciri yang baru." Menurut F. J. Monks, "pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan juga dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi yang pada tingkat integritas yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar." (http://www.lutfhis.wodrpress.com, diakses 30 Mei 2008). Perkembangan merupakan suatu proses sosialisasi dalam bentuk irnitasi yang berlangsung dengan adaptasi (penyesuaian) dan seleksi. (http://blogs.unpad.ac.id, diakses 30 Mei 2008). Pengertian perkembangan, yaitu bertambahnya fungsi tubuh seperti pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan tanggung jawab. (http://www.warmasif.co.id, diakses 30 Mei 2008). Di samping gejala pertumbuhan diri seseorang maka ia juga mengalami gejala perkembangan, dimana gejala ini tidak ditekankan pada segi materil, melainkan pada segi fungsional. Untuk itu perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif dari fungsi fungsi. Kemahiran seorang anak diiringi dengan seperangkat vitalitas kehidupan apa itu jasmaniah, rohaniah maupun eksistensi. Jasmaniah artinya seperangkat fisik yang mengalami pertumbuhan, maka harus dipupuk diberi materi agar mampu bertahan hidup, sehat maka pendidikan jasmaniah diawali dari konsep ini. Rohaniah adalah seperangkat fsikis yang mengalami perkembangan, maka harus dibina dan diberi bimbingan arah kehidupan agar mampu memiliki arti kehidupan. Eksistensi artinya seperangkat nilai yang mengalami perobahan keberadaan, maka harus dikembangkan dan diarahkan agar anak mempunyai satu nilai sosial dalam lingkungannya. http://mardianto-iainsu.blogspot.com, diakses 30 Mei 2008). Keluarga modern sadar bahwa anak anak mereka tidak akan menikmati perkembangan akal yang sempurna yang merupakan pemberian Tuhan, kecuali jika mereka mendapatkan pendidikan akal, dan jiwa mereka mendapat kesempatan yang cukup di rumah, keluarga, sekolah dan masyarakat pada

umumnya untuk mengembangkan, menumbuhkan, dan menggarap kesediaan kesediaan, bakat bakat, minat, dan kecakapan kecakapan intelektual anak anak tersebut. (Hasan Langgulung: 1995, 368). Konsep psikologi tentang perkembangan anak tentunya tidak hanya didasarkan pada eksistensi lingkungan orang tua satu satnya pemeran pembentukan pribadi anak. Dalam hal ini, menurut pada ahli psikologi kognitif, pendayagunaan kapasitas rana kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu mulai mendayagunakan kapasitan motor dan sensoriknya, hanya, cara dan intensitas pendayagunaan kapasitas rana kognitif tersebut masih belum jelas benar. (Muhibbin Syah: 1995, 65). Perkembangan (development) berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perubahan ini bersifat kualitatif mengenai suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks. J. P. Chaplin mengumpulkan empat arti perkembangan; (1) perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, mulai lahir sampai mati; (2) pertumbuhan; (3) perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional; dan (4) kedewasaan atau kemunculan pola-pola dari tingkah laku yang tidak dipelajari. Perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organorgan jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniah itu sendiri. Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang organ-organ fisik. Perkembangan akan lebih berlanjut terus hingga manusia mengakhiri hayatnya. Dalam Psikologi Perkembangan, terdapat tiga aliran besar yang memiliki pendapat tentang faktorfaktor yang mempengaruhi perkembangan: Aliran Nativisme Aliran Nativisme adalah satu aliran yang menitik beratkan pandangannya pada peranan sifat bawaan, keturunan dan kebakaan sebagai penentu perkembangan tingkah laku seseorang. Persepsi tentang ruang dan waktu tergantung pada faktor-faktor alamiah atau pembawaan dari lahir. Aliran Nativisme memandang hereditas (heredity) sebagai penentu tingkah laku. James Drever menyebut hereditas sebagai anugrah alam yang mempunyai hukum-hukum tersendiri. Aliran Empirisme Aliran Empirisme disebut juga aliran Environmentalisme, yaitu suatu aliran yang menitikberatkan pandangannya pada peranan lingkungan sebagai penentu perkembangan tingkah laku. Aliran ini semula dipelopori oleh filosof berkebangsaan Inggris yaitu John Locke (1632-1704) kemudian dikembangkan oleh psikolog seperti George Berkeky (1685-1753) dalam bukunya New Theory of Vision; David Hume (1711-1776) yang menelorkan paham Asosiasionisme yang menekankan pada ide-ide kompleks; David Harley (1705-1757); James Mill (1773-1836). Aliran Konvergensi Aliran ini adalah aliran yang menggabungkan dua aliran di atas. Konvergensi adalah interaksi antara faktor hereditas da faktor lingkungan dalam proses perkembangan tingkah laku. Menurut aliran ini, hereditas tidak akan berkembang secara wajar apabila tidak diberi ransangan dari faktor lingkungan. Sebaliknya, rangsangan lingkungan tidak akan membina perkembangan tingkah laku yang ideal tanpa didasari oleh faktor hereditas. Penentuan kepribadian seseorang ditentukan oleh kerja yang integral (potensi bawah) maupun faktor eksternal (lingkungan pendidikan). Aliran ini dipelopori oleh William Stern (1871-1938) dan Adler. B. Prinsip-Prinsip Perkembangan Menurut Jean Piaget ada empat prinsip perkembangan yang dialami oleh manusia, yaitu: a. Setiap tahap perkembangan manusia ditandai dengan upaya mencapai keseimbangan hidup. Setiap manusia memiliki tugas perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya. Tugas perkembangan dari setiap tahap perkembangan akan berbeda dengan tahap perkembangan berikutnya. Untuk mencapai keseimbangan hidupnya masing-masing tugas perkembangan harus dilaksanakan dengan baik. Bila seorang individu belum melaksanakan tugas perkembangan dengan baik, maka ia tidak akan merasa bahagia dalam menjalani kehidupannya. b. Setiap tahap perkembangan dipengaruhi oleh tahap perkembangan sebelumnya dan mempengaruhi tahap perkembangan berikutnya. Setiap tahap perkembangan dipengaruhi oleh tahap perkembangan sebelumnya, yakni masa anak usia tiga tahun dipengaruhi oleh masa masa bayi, demikian pula masa bayi dipengaruhi masa pranatal. c. Tahap-tahap perkembangan manusia itu bersifat universal. Bahwa setiap tahap perkembangan yang dialami oleh manusia adalah sama atau tidak adaperbedaan antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Masing-masing individu akan mengalami tahap-tahap

yang sama dari sejak masa pranatal, bayi, anak, remaja dewasa dan kematian. d. Setiap tahap perkembangan sebagai proses menjadi secara integratif (being process). Setiap tahap perkembangan individu berupaya untuk mengoptimalkan potensi-potensinya dengan sebaik-baiknya. Jadi setiap tahap perkembangan kognitif individu harus dicapai dengan baik sehingga dapat menopang atau mendukung tahap perkembangan kognitif berikutnya. (Dariyo, 2007:24-25). Sedangkan menurut Miller prinsip perkembangan manusia itu ada lima prinsip, yaitu: a. Nature Perkembangan bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal (nature) tetapi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal (nurture). b. Kuantitatif Istilah kuantitatif mengandung pengertian sebagai perubahan fisik yang cenderung semakin meningkat atau menurun kapasitas ukurannya. Sementara istilah kualitatif adalah konsep perubahan yang menyatakan sebagai perubahan kemampuan, keterampilan, keahlian, dan kompetensi dari individu. c. Normatif Yang dimaksud asas normatif adalah suatu tahap perkembangan individu yang cenderung mengikuti pola-pola yang sudah umum sesuai dengan konsep perkembangan secara normal dan formalistik, aturan-aturan, adat istiadat, sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, misalnya, anak masuk SD umur 6 tahun, masuk SMP 12 tahun, dan seterusnya. Prinsip non normatif adalah suatu perkembangan individu yang tidak mampu mengikuti asas norma-norma tersebut yang disebabkan oleh faktor-faktor status sosial ekonomi, kemiskinan, kesehatan, adat istiadat yang kuno dan sebagainya, sehingga menyimpang dari norma tersebut. Misalnya, setelah tamat SMP seorang remaja laki-laki atau wanita terpaksa harus menikah dan mempunyai anak. d. Kesinambungan Pola perkembangan manusia dapat dipandang secara kontinyu (berkesinambungan) tanpa ada tahapan yang jelas, tetapi seperti garis lurus, bersifat terus menerus, tanpa jeda, dan tidak terputus, linier dan berkelanjutan. Disamping itu, juga dapat dipandang secara diskontinyu, yaitu, tahap perkembangan itu harus melewati tahap-tahap tertentu untuk dapat memasuki tahap berikutnya, karena tahap tertentu mempengaruhi tahapan berikutnya. Berada pada lima tahapan, yaitu oral (0-1,5 th), anal (1,5-3 th), phallic (3-5 th), latensi (5-12 th), genital (13 th ke atas). e. Progresif Perkembangan progresif adalah suatu konsep perubahan secara fisiologis yang sangat cepat dan meningkat secara tajam yang dialami pada usia pranatal, bayi, anak, remaja, dan dewasa muda, akibat makanan bergizi. Perkembangan regresif cenderung ditandai dengan penurunan ukuran fisik, makin kurus, makin ringan, dan sebagainya. (Agoes Dariyo, 2007: 26-32). C. Aspek-aspek Perkembangan Bila kita membicarakan tentang perkembangan manusia, maka tidak akan lepas dari aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi serta mengalami perubahan dalam diri individu. Sebagaimana diungkapkan oleh Agoes Dariyo antara lain: Secara garis besar ada tiga aspek dalam diri individu yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan, yaitu aspek fisik, aspek kognitif dan aspek psikososial. Dengan penjelasan sebagai berikut: a. Aspek fisik, merupakan aspek yang paling menonjol dan nampak dalam diri individu. Hal ini terbukti dengan adanya perubahan fisik individu yang terjadi sangat cepat sejak masa konsepsi hingga masa kelahiran. Kemudian dilanjutkan pada masa bayi, anak-anak, remaja dan dewasa. Proses perkembangan fisik ditandai dengan perubahan ukuran organ fisik eksternal seperti tangan, kaki, badan yang makin membesar, memanjang, melebar, atau makin tinggi. Sedangkan perubahan organ internal ditandai dengan matangnya sistem syaraf dan jaringan sel-sel yang makin kompleks, sehingga mampu meningkatkan kapasitas fungsi hormon, kelenjar maupun keterampilan motoriknya. b. Aspek kognitif berhubungan dengan meningkatnya kemampuan berpikir, memecahkan masalah, mengambil keputusan, kecerdasan dan bakat. Optimalisasi perkembangan kognitif sangat dipengaruhi oleh kematangan fisiologis terutama pada bayi dan anak-anak. Artinya, kemampuan kognitif harus diiringi dengan kematangan fisiologis, sehingga perkembangan kognitif makin baik dan koordinatif. c. Aspek psikososial berhubungan dengan ketergantungan seorang individu pada orang lain. Artinya manusia tidak akan mampu hidup seorang diri, karena secara kodrati manusia dikenal sebagai makhluk sosial. Dalam menjalani kehidupan sosialnya, seseorang dituntut untuk mengembangkan kemampuan menyesuaikan diri, yaitu dengan berhubungan dan bergaul dengan lingkungan hidupnya. (Dariyo,

2007:43-44). 4. Ciri-ciri Perkembangan Untuk mempermudah memahami pengertian, prinsip dan aspek perkembangan individu, maka kita dapat mengenalinya melalui ciri-ciri perkembangan tersebut. Sebagaimana diungkapkan oleh Syamsu Yusuf dalam bukunya Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja antara lain: a. Terjadi perubahan dalam aspek fisik dan aspek psikis. Contohnya perubahan tinggi dan berat badan serta organ tubuh lainnya sebagai pertumbuhan dalam aspel fisik. Dan semakin bertambahnya perbendaharaan kata, serta matangnya kemampuan berpikir, mengingat, dan imajinasi kreatifnya sebagai pertumbuhan dalam aspek psikisnya. b. Terjadinya perubahan dalam proporsi aspek fisik dan aspek psikis. Contohnya, perubahan aspek fisik adalah proporsi tubuh anak berubah sesuai dengan fase perkembangannya. Sedangkan contoh aspek psikis, perubahan imajinasi dari fantasi ke realitas, perubahan perhatian yang tertuju kepada dirinya beralih kepada orang lain atau teman sebaya. c. Lenyapnya tanda-tanda lama, baik fisik maupun psikis. Contohnya, lenyapnya rambut-rambut halus dan gigi susu, itu tanda fisik, bentuk gerak kerik kanak-kanak (merangkak) dan perilaku impulsif atau dorongan untuk bertindak sebelum berpikir, itu sebagai tanda psikis. d. Diperolehnya tanda-tanda yang baru, baik fisik maupun psikis. Misalnya pada usia remaja, karakteristik seksnya, wanita mendapatkan menstruasi, perubahan pada pinggul, buah dada, dan pria mimpi basah, kumis, jakun, suara. Tanda psikisnya, berkembangnya rasa ingin tahu, terutama yang berhubungan dengan seks, ilmu, nilai-nilai moral, dan keyakinan beragama. (Yusuf, 2003:16). BAB III PENUTUP Kesimpulan Memahami perkembangan secara lengkap, integratif dan sesuai dengan kaidah-kaidah disiplin ilmu psikologi perkembangan merupakan suatu keharusan yang mesti dipenuhi oleh siapapun yang memusatkan perhatian pada persoalan ini. Agar dengan begitu, ia dapat memandang suatu permasalahan perkembangan secara tajam dan integral. Pemahaman tersebut akan sangat berguna untuk menganalisis masalah perkembangan, mencari solusi pemecahan terapi maupun strategi pengembangan potensi di masa yang akan datang. Banyak sekali hal-hal yang berkenaan dengan persoalan perkembangan, akan tetapi yang terpenting adalah mengenai perubahan yang tidak akan pernah berhenti. Dalam aspek fisik maupun psikis, secara cepat ataupun lambat, aspek kapasitas ataupun kompetensi, atas pengaruh potensi bawaan yang dimiliki dan konteks lingkungan yang dijalani. Apabila proses perubahan serta perkembangan dilalui dengan cara yang efektif dan efisien, maka pada tingkat tertentu karakteristik yang matang secara maksimal dapat dimiliki. Demikianlah uraian kami. Wallahu alam bishawab. DAFTAR PUSTAKA Chaplin, James P. 1989. Kamus Lengkap Psikologi: terj. Kartini Kartono. Jakarta: Rajawali. Drever, James. 1986. Kamus Psikologi: terj. Nancy Simanjuntak. Jakarta: Bina Aksara. http://blog.unpad.ac.id http://ms.wikipedia.org http://www.google.com http://www.infoibu.com http://www.lutfhis.wordpress.com http://www.siaksoft.net http://www.unika.ac.id Hurlock, Elizabeth B. 1997. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan: terj. Istiwidayanti, judul asli "Developmental Psychology: A Life-Span Approach". Jakarta: Erlangga. Mujib, Abdul. 2002. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Noor, Muhammad Syam. 1986. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional. Suryabrata, Sumadi. 1989. Psikologi Pendidikani. Jakarta: Rajawali. Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pelajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB II PEMBAHASAN BAB III PENUTUP Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
Diposkan oleh perkembangan manusia di 05:46

Pengertian Perkembangan vs Pertumbuhan Santrock Yussen (1992) mengatakan bahwa perkembangan merupakan pola perkembangan individu yang berawal pada masa konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi. Pendapat ini sangat tepat untuk menjelaskan pengertian perkembangan. Manusia berkembang tidak hanya dari masa kelahiran saja tetapi dari masa konsepsi manusia sudah mulai berkembang. Masa konsepsi mempunyai arti waktu dimana sel telur (ovum) bertemu sperma. Pada saat itu pula manusia berkembang hingga mempunyai bagian-bagian tubuh yang lengkap. Perkembangan manusia akan terus berlanjut sampai saat pengambilan ruh tiba. Semua makhluk Tuhan tidak akan tahu kapan perkembangan dalam dirinya itu terhenti. Menurut E.B Hurlock perkembangan bersifat kualitatif dan kuantitatif, artinya proses perkembangan ada yang dapat diukur dan adapula yang tidak dapat diukur. Misalnya perkembangan otak manusia tidak dapat kita lihat proses perkembangannya, yang kita lihat adalah gejala-gejalanya. Demikian pengertian dari perkembangan itu sendiri. Selanjutnya pengertian pertumbuhan menurut Drs. H. M. Arifin, M.Ed, pertumbuhan merupakan suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran dimensif serta bagian-bagiannya. Dalam pengertian tersebut dapat kita ambil gagasan bahwa manusia dikatakan mengalami pertumbuhan jika dalam dirinya terjadi penambahan fisik, misalnya bertambah tingginya tubuh individu, penambahan berat badan dan ukuran bentuk dari bagian-bagian tubuh individu. Hal ini menandakan bahwa pertumbuhan bersifat kuantitatif. Sekarang kita tahu perbedaan perkembangan dan pertumbuhan, dimana keduanya merupakan bentuk perubahan dalam diri individu. Dalam pengertian yang kita kemukakan di depan perkembangan manusia bersifat kualitatif. Intinya bahwa pengertian pertumbuhan dapat mencakup pengertian perkembangan, namun pengertian perkembangan tidak semuanya diartikan dalam petumbuhan.

B. Anak Sebagai Suatu Totalitas Kata Totalitas berarti menyeluruh. Dalam hal ini dikatakan bahwa anak sebagai totalitas mempunyai arti anak adalah makhluk hidup yang merupakan satu kesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat dalam dirinya (menurut Prof. Dr. Conny R.S). Maksud dari pendapat tersebut adalah adanya hubungan erat dan keterkaitan antar seluruh aspek dalam diri seorang anak dimisalkan dalam kehidupan sehari-hari pada saat anak menangis maka nanti wajahnya akan berubah menjadi warna kemerah-merahan. Dari contoh tersebut telah terbukti ada saling keterkaitan antara aspek menangis dengan berubahnya raut wajah sang anak. Hal ini membuktikan bahwa pendapat dari Prof. Dr. Conny R.S sesuai dalam mengartikan anak sebagai totalitas. C. Perkembangan Sebagai Proses Holistik dari Aspek Biologis, Kognitif dan Psikososial. Maksud dari proses holistik adalah suatu proses yang menyeluruh. Sehingga perkembangan sebagai proses holistik mempunyai arti bahwa tidak hanya aspek tertentu saja yang terlibat dalam perkembangan, namun keseluruhan aspek yang terjalin satu sama lain juga ikut dilibatkan. Dalam buku yang dikarang oleh Santrock dan Yussen, 1992 dikatakan bahwa perkembangan dikeloompokkan dalam tiga domain yaitu proses biologis, kognitif dan psikososial. Ketiga proses ini memiliki keterkaitan satu sama lain. Dari katanya saja kita sudah bisa menebak arti dari masing-masing proses tersebut. Proses biologis mempunyai arti perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuh individu. Proses kognitif maksudnya adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada kemampuan diri individu dalam berbagai aspek. Proses psikososial mencakup perubahan-perubahan dalam berbagai aspek yang berhubungan dengan orang lain. Ketiga proses diatas mempunyai hubungan yang erat.. Misalnya seorang anak yang mempunyai penyakit Folio, ia sulit untuk berjalan, dan akhirnya ia merendahkan dirinya saat melihat teman-temannya bisa berlari. Dari contoh tersebut adanya keterkaitan antara proses biologis, kognitif dan psikososial. Pemberian motivasi anak pada usia dini sangat diperlukan sekali agar saat proses psikososialnya nanti tidak ada hal yang tidak kita inginkan dalam diri anak. D. Kematangan vs Pengalaman dalam Perkembangan Anak Inilah kematangan dan pengalaman berhubungan dengan perkembangan anak. Menurut Santrock dan Yussen, kematangan dapat diartikan urutan perubahan yang dialami individu yang teratur yang ditentukan oleh rancangan genetiknya. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan kematangan itu merupakan pembawaan. Sedangkan pengalaman adalah sesuatu yang dilihat, dilakukan, dan dialami dalam lingkungan. Sebagian pendapat dari para ahli mengemukakan bahwa pengalaman dalam suatu lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan anak. Namun sebenarnya antara kematangan dan pengalaman, keduaduanya mempunyai peran penting dalam perkembangan anak, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Misalkan di sini adalah seorang anak yang sulit sekali untuk menangkap materi pelajaran di sekolah, maka cara penganalisiannya dengan kita mencari terlebih dahulu hal-hal yang menyebabkan otaknya sulit menangkap materi. Bila hal yang mempengaruhinya adalah faktor lingkungan anak, maka akan beda cara penyelesaian masalah ini dengan yang disebabkan oleh faktor generik (pembawaan). E. Kontinuitas dan Diskontinuitas

Kontinuitas dan diskontinuitas merupakan kata yang berlawanan arti. Kontinuitas berarti kesinambungan (continuity) sedangkan diskontinuitas berarti tidak kesinambungan (discontuinity). Dari kedua arti tersebut akan tergambar dalam pikiran kita pengertian kontinuitas dan diskontinuitas dalam perkembangan. Sebagian para ahli yang menekankan segi kesinambungan mempunyai arti bahwa perkembangan itu merupakan perubahan komulatif yang berlangsung secara bertahap dari masa konsepsi hingga meninggal dunia. Dimisalkan disini adalah seorang anak yang mulanya hanya bisa mengucapkan satu kata, dua kata dan seterusnya hingga ia bisa berbicara dengan baik dan pelafalan yang benar. Sedangkan para ahli yang menekankan segi ketidaksinambungan (discontuinity) dalam perkembangan menganggap bahwa proses perkembangan individu melibatkan tahapan-tahapan yang berbeda. Misalkan disini adalah deskripsi tahap berpikir anak dari piaget - sensori motor, praoperasional, konkrit operasional, dan formal operasional. Contoh tersebut menggambarkan bagaimana perbedaan kualitatif (diskontinuitas) itu terjadi dalam proses perkembangan berpikir anak. KESIMPULAN Perkembangan mempunyai arti suatu proses perubahan individu yang pelaksanaannya teratur berawal dari masa konsepsi dan berlangsung sampai akhir hayat. Sedangkan pertumbuhan merupakan proses perubahan individu secara fisik. Perkembangan dan pertumbuhan pada diri individu dapat diamati gejalagejalanya. Dalam perkembangan peserta didik banyak berbagai proses yang saling terkait yaitu proses biologis, kognitif, psikososial. Ketiga proses ini tidak dapat terpisahkan satu sama lain. Pendapatpendapat para ahli yang berbeda dalam hal pengertian istilah-istilah dalam perkembangan dan penjelasan materi menjadikan pembahasan tentang Hakikat Perkembangan Peserta Didik lebih luas materi dan penjelasannya

Perkembangan Peserta Didik (makalah)


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan anak adalah bertambahnya kemampuan(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Aspek aspek perkembangan individu meliputi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama. Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual (kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situas baru atau lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap individu selalu berinteraksi dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia lainnya. Emosi merupakan perasaan tertentu yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan yang lain. Moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Agama merupakan kepercayaan yang dianut oleh individu. Untuk efisiensi waktu , maka penulis membatasi penulisan ini pada perkembangan anak khususnya siswa fase remaja . Karena Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat.

2.1

Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini penulis ingin mengetahui : 1. Apakah definisi perkembangan ? 2. Apakah ciri-ciri dari perkembangan? 3. Apa saja prinsip-prinsip perkembangan? 4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan? 5. Apa saja aspek aspek perkembangan remaja? 6. Bagaimana proses perkembangan berlangsung? 7. Apa saja hukum perkembangan? 8. Apa saja problem perkembangan yang dihadapi dalam proses pembelajaran siswa? 9. Bagaimana solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa 10. Apa saja tugas-tugas perkembagan pada masa belajar?

1.3

Tujuan

1. Untuk menjelaskan definisi perkembangan. 2. Untuk mengetahui ciri-ciri perkembangan. 3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip perkembangan. 4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan. 5. Untuk mengetahui aspek aspek perkembangan remaja . 6. Untuk mengetahui proses perkembangan. 7. Untuk mengetahui hukum perkembangan. 8. Untuk mengetahui beberapa problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa. 9. Untuk mengetahui solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa. 10. Untuk mengetahui tugas-tugas perkembagan pada masa belajar.

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Perkembangan

Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebuh maju. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah,ukuran dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga berarti sebuah tahapan perkembangan (a stage of development) (Mc. Leod, 1989). Adapun perkembangan adalah proses perubahan kualitati yang mengacu pada mtu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu sendiri. Dengan kata lain penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik.

2.2
1) 2)

Ciri Perkembangan

Seumur hidup (life-long) tidak ada periode usia yang mendominasi perkembangan. Multidimentional terdiri atas biologis kognitif sosial; bahkan dalam satu dimensi

terdapat banyak komponen misalnya: inteligensi :-inteligensi abstrak, inteligensi non verbal, inteligensi sosial dsb. 3) Multidirectional beberapa komponen dari suatu dimensi dapat meningkat dalam

pertumbuhan, sementara komponen lain menurun. Misalnya : orang dewasa tua dapat semakin arif tapi kecepatan memproses informasi lebih buruk. 4) Lentur (elastis) bergantung pada kondisi kehidupan individu.

Secara rincinya bila dilihat dari fisik & psikis: 1. Terjadi perubahan : fisik: perubahan tinggi/berat badan/organ-organ tubuh lain : psikis: bertambahnya perbendaharaan kata matangnya kemampuan berpikirmengingat & menggunakan imajinasi kreatifnya 2. Perubahan dalam proporsi fisik: proporsi tubuh berubah sesuai dengan fase perkembangannya ; psikis : perubahan imajinasi dari fantasi ->realitas, perhatiannya dari dirinya sendiri -> orang lain/kelompok teman sebaya.

3. Lenyapnya tanda-tanda lama. Fisik : lenyapnya kelenjar thymus (kelenjar kanak-2) yg terletak pada bagian dada, kelenjar pineal pada bagian bawah otak , gigi susu & rambut-rambut halus. Psikis: masa mengoceh/meraban-gerak gerik kanak-kanak, merangkak-perilaku impulsive (dorongan untuk bertindak sebelum berpikir) 4. Diperoleh tanda-tanda baru. Untu fisik: pergantian gigi, karakteristik seks padd usia remaja, perubahan anggota tubuh dan menstruasi/mimpi basah. Untuk psikis: rasa ingin tahu terutama yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, seks, nilai moral, keyakinan beragama.

2.3

Prinsip-Prinsip Perkembangan

Secara garis besar perkembangan itu memiliki prinsip antara lain: 1. Perkembangan itu mengikuti pola-pola tertentu dan berlangsung secara teratur. Dalam hal ini perkembangan mulai dari kepala ke kaki, dan dari pusat ke bagianbagian. 2. Pertumbuhan dan perkembangan tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi berlangsung berangsur-angsur secara teratur dan terus menerus. 3. Suatu tingkat perkembangan dipengaruhi oleh sifat perkembangan sebelumnya. Terlambatnya suatu tingkat perkembangan, akan menghambat pula perkembangan pada tingkat berikutnya. Sebaliknya sukses dalam suatu tingkat perkembangan, akn sukses pula pada perkembangan berikutnya. 4. Perkembangan itu antara anak satu berbeda dengan anak yang lain, baik dalam perkembangan masing-masing organ/aspek kejiwaannnya maupun cepat atau lambatnya perkembangan tersebut.

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan


Secara garis besar, pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu a) Aliran Nativisme

Menurut aliran ini bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktorfaktor yang dibawa sejak lahir (natus = lahir). Anak sejak lahir membawa sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu yang dinamakan sifat pembawaan. Para ahli yang mengikuti paham ini biasanya menunjukkan berbagai kesamaan/kemiripan antara orangtua dengan anakanaknya. Misalnya kalau ayahnya ahli musik maka anaknya juga akan menjadi ahli musik, ayahnya seorang ahli fisika maka anaknya juga akan menjadi ahli fisika. Keistimewaankeistimewaan yang dimiliki oleh orangtua juga dimiliki oleh anaknya. Sifat pembawaan tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan individu. Pendidikan dan lingkungan hampir-hampir tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Akibatnya para ahli pengikut aliran ini berpandangan pesimistis terhadap pengaruh pendidikan. Tokoh aliran ini ialah Schopenhauer dan Lombroso.

b) Aliran Empirisme Menurut aliran ini bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor dari luar/lingkungan. Sedangkan pembawaan tidak memiliki peranan sama sekali. Tokoh aliran ini ialah John Locke (1632 1704) yang terkenal dengan teori Tabularasa. Ia mengatakan bahwa anak lahir seperti kertas putih yang belum mendapat coretan sedikitpun, akan dijadikan apa kertas itu terserah kepada yang menulisnya. Aliran empirisme menimbulkan optimisme dalam bidang pendidikan. Segala sesuatu yang terdapat pada jiwa manusia dapat diubah oleh pendidikan. Watak, sikap dan tingkah laku manusia dapat diubah oleh pendidikan. Pendidikan dipandang mempunyai pengaruh yang tidak terbatas. Keburukan yang timbul dari pandangan ini adalah anak tidak diperlakukan sebagai anak, tetapi diperlakukan semata-mata menurut keinginan orang dewasa. Pribadi anak sering diabaikan dan kepentingannnya dilalaikan.

c)

Aliran Konvergensi

Menurut aliran ini bahwa manusia dalam perkembangan hidupnya dipengaruhi oleh bakat/pembawaan dan lingkungan atau dasar dan ajar. Manusia lahir telah membawa

benih-benih tertentu dan bisa berkembang karena pengaruh lingkungan. Aliran ini dipelopori oleh W. Stern. Pada umumhnya paham inilah yang sekarang banyak diikuti oleh para ahli pendidikan dan psikologi, walaupun banyak juga kritik yang dilancarkan terhadap paham ini. Salah satu kritik ialah Stern tidak dapat dengan pasti menunjukkan perbandingan kekuatan dua pengaruh itu. Dengan demikian pendidikan harus mengusahakan agar benih-benih yang baik dapat berkembang secara optimal dan benih-benih yang jelek ditekan sekuat mungkin sehingga tidak dapat berkembang.

2.5

Aspek Aspek Perkembangan Remaja

Semua individu khususnya remaja akan mengalami perkembangan baik fisik maupun psikis yang meliputi aspek-aspek intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama. (a) Perkembangan Fisik

Dalam perkembangan remaja, perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik. Tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Ciri ciri seks primer : (1) Remaja pria Ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan statis pada tahun pertama dan kedua, kemudian pada tahun berikutnya tumbuh lebih lambat dan akan mencapai ukuran pada usia 20 21 tahun. Matangnya organ organ seks yang memungkinkan remaja pria yang berusia sekitar 14 15 tahun mengalami mimpi basah. (2) Remaja wanita Ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina dan ovarium (indung telur). Ovarium menghasilkan ovum dan mengeluarkan hormon- hormon yang diperlukan untuk

kehamilan, menstruasi dan perkembangan seks sekunder. Pada usia 11 15 tahun, menstruasi pertama sering ditandai dengan sakit kepala, sakit pinggang, kadang kejang, lelah, depresi dan mudah tersinggung.

(b)

Perkembangan Psikis

1. Aspek Intektual Perkembangan intelektual (kognitif) pada remaja bermula pada umur 11 atau 12 tahun. Remaja tidak lagi terikat pada realitas fisik yang konkrit, remaja mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek yang hipotesis dan abstrak dari realitas. Bagaimana dunia ini tersusun tidak lagi dilihat sebagai satu-satunya alternatif yang mungkin terjadi, misalnya aturanaturan dari orang tua, status remaja dalam kelompok sebayanya dan aturan-aturan yang diberlakukan padanya tidak lagi dipandang sebagai hal-hal yang mungkin berubah. Kemampuan-kemampuan berpikir yang baru ini memungkinkan individu untuk berpikir secara abstrak, hipotesis dan kontrafaktual, yang nantinya akan memberikan peluang pada individu untuk mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal.

2. Aspek Sosial Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial atau proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi. Meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Aspek ini meliputi kepercayaan akan diri sendiri, berpandangan objektif, keberanian menghadapi orang lain, dan lain-lain. Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan

sebaya atau lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan. Pada masa ini berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada lingkungan sosial remaja (teman sebaya) yang menampilkan sikap dan perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya: taat beribadah, berbudi pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga beberapa remaja yang terpengaruh perilaku tidak bertanggung jawab teman sebayanya, seperti : mencuri, free sex, narkotik, miras, dan lain-lain. Remaja diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Berikut ini ciri-ciri penyesuaian sosial remaja, diantaranya :

Di Lingkungan Keluarga

Menjalin hubungan yang baik dengan orang tua dan saudaranya Menerima otoritas orang tua (menaati peraturan orang tua) Menerima tanggung jawab dan batasan (norma) keluarga Berusaha membantu anggaran kalau sebagai individu atau kelompok

Di Lingkungan Sekolah

Bersikap respek dan mentaati peraturan Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah Menjalin persahabatan dengan teman sebaya Hormat kepada guru, pemimpin sekolah atau staf lain Berprestasi di sekolah

Di Lingkungan Masyarakat

Respek terhadap hak-hak orang lain Menjalin dan memelihara hubungan dengan teman sebaya atau orang lain Bersikap simpati dan menghormati terhadap kesejahteraan orang lain Respek terhadap hukum, tradisi dan kebijakan-kebijakan masyarakat.

3.

Aspek Emosi (Afektif)

Perkembangan aspek emosi berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun) pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya. Pada masa remaja tengah rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka, kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab bertukar dengan kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir (18 21 tahun). Pada masa remaja tengah anak terombang-ambing dalam sikap mendua (ambivalensi) maka pada masa remaja akhir anak telah memiliki pendirian, sikap yang relatif mapan. Mencapai kematangan emosial merupakan tugas yang sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan-lingkungan keluarga dan teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut kondusif maka akan cenderung dapat mencapai kematangan emosional yang baik, seperti adolesensi emosi (cinta, kasih, simpati, senang menolong orang lain, hormat dan menghargai orang lain, ramah) mengendalikan emosi (tidak mudah tersinggung, tidak agresif, optimis dan dapat menghadapi situasi frustasi secara wajar). Tapi sebaliknya, jika seorang remaja kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau pengakuan dari teman sebaya, maka cenderung mengalami perasaan tertekan atau ketidaknyamanan emosional, sehingga remaja bisa berealisi agresif (melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi, senang mengganggu) dan melarikan diri dari kenyataan (melamun, pendiam, senang menyendiri, meminum miras dan narkoba).

4.

Aspek Bahasa

Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi baik alat komunikasi lisan, tulisan, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang, baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya lingkungan teman sebaya sedikit banyak lebih membentuk pola perkembangan bahasa remaja. Pola bahasa remaja lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Pada umumnya remaja akhir lebih memantapkan diri pada bahasa asing tertentu, menggemari literatur yang mengandung nilai-nilai filosofis, etnis dan religius. Penggunaan bahasa oleh remaja lebih sempurna serta perbendaharaan kata lebih banyak. Kemampuan menggunakan bahasa ilmiah mulai tumbuh dan mampu diajak berdialog seperti ilmuwan.

5.

Aspek Moral

Perkembangan moral pada remaja menurut teori Kohlberg menempati tingkat III: pasca konvensional stadium 5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara remaja dengan lingkungan sosial. Ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial dan masyarakat. Pada tahap ini remaja lebih mengenal tentang nilai-nilai moral, kejujuran, keadilan kesopanan dan kedisiplinan. Oleh karena itu moral remaja harus sesuai dengan tuntutan norma-norma sosial. Selain itu peranan orang tua sangat penting. Dalam membantu moral remaja, orang tua harus konsisten dalam mendidik anaknya, bersikap terbuka serta dialogis, tidak otoriter atau memaksakan kehendak.

6.

Aspek Agama

Pemahaman remaja dalam beragama sudah semakin matang, kemampuan berfikir abstrak memungkinkan remaja untuk dapat mentransformasikan keyakinan beragama serta mengapresiasikan kualitas keabstrakan Tuhan.

2.6 1.

Proses Perkembangan Perkembangan motor (fisik) siswa

Terdapat empat macam faktor yang mendorong kelanjutan perkembangan motor skillsanak yang juga memungkinkan campur tangan orang tua dan guru dalam mengarahkannya. Keempat faktor itu sebagai berikut: a) Pertumbuhan dan perkembangan sistem syaraf. Pertumbuhan dan perkembangan kemampuannya membuat intelegensi (kecerdasan) anak meningkat dan menibulkan pola tingkah laku yang baru. Semakin baik perkembangan kemampuan sistem syaraf seorang anak akan semakin baik dan beragam pula pola-pola tingkah laku yang dimilikinya. Akan tetapi organ sitem syaraf ini lain dari yang lain, karena apabila rusak tidak dapat diganti atau tumbuh lagi. b) Pertumbuhan otot-otot. Otot merupakan jaringan sel-sel yang dapat berubah

memanjang dan juga sekaligus merupakan unit atau kesatuan sel yang memiliki daya mengkerut. Diantara fungsi-fungsi pokoknya adalah sebagai pengikat organ-organ lainnya dan sebagai jaringan pembuluh yang mendistribusikan sari makanan. Peningkatan tegangan otot anak dapat menimbulkan perubahan dan peningkatan aneka ragam kemampuan dan kekuatan jasmaninya. Perubahan ini sangat tampak dari anak yang sehat dari tahun ke tahun dengan semakin banyaknya keterlibatan anak tersebut dalam permainan yang bermacam-macam atau dalam membuat kerajinan tangan yang semakin meningkat kualitas dan kuantitasnya dari masa ke masa. c) Perkembangan dan pertumbuhan fungsi kelenjar endokrin. Kelenjar adalah alat tubuh

yang mengahasilkan cairan atau getah, seperti kelenjar keringat. Perubahan fungsi dari

kelenjar-kelenjar endokrin akan mengakibatkan berubahnya pola sikap dan tingkah laku seorang remaja terhadap lawan jenisnya. Perubahan ini dapat berupa seringnya bekerja sama dalam belajar atau beolah raga, perubahan pola perilaku yang bermaksud menarik perhatian lawan jenis, berubahnya gaya dandanan/penampilan dan lain-lain d) Perubahan struktur jasmani. Semakin meningkat usia anak maka akan semakin

menigkat pula ukuran tinggi dan bobot serta proporsi tubuh pada umumnya. Perubahan jasmani ini akan banyak berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan dan kecakapan motor skills anak. Pengaruh perubahan fisik seorang siswa juga tampak pada sikap dan perilakunya terhadap orang lain, karena perubahan fisik itu sendiri mengubah konsep diri (self-concept) siswa tersebut.

1. Perkembangan kognitif siswa Menurut Jean Piaget, perkembangan kognitif anak terdirir dari empat tahapan, diantaranya: a) Tahap sensory-motor. Tahap ini terjadi antara usia 0-2 tahun. Intelegensi sensory

motor dipandang sebagai intelegensi praktis. Anak pada usia ini belajar bagaimana mengikuti dunia kebendaaan secara praktis dan belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami apa yang sedang mereka perbuat kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan tersebut. b) Tahap pre-oprational. Periode ini terjadi pada usia 2-7 tahun. Pada tahapan ini anaksudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya yang harus ada dan biasanya ada, walaupun benda tersebut sudah ditinggalkan, sudah tidak dilihat atau sudah tidak pernah diengar lagi. Selain itu seorang anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan kalimat-kalimat pendek tetapi efektif. c) Tahap concrete-operational. Tahapan ini terjadi pada usia 7-11 tahun. Dalam tahapan ini seorang anak memperoleh kemampuan yang disebut system of operations(satuan langkah berpikir). Selain itu anak memiliki kemampuan konservsi (kemampuan dalam memahami aspek-aspek kumulatif materi, seperti volume), penambahan golongan benda (kemampuan dalam memahami cara mengkombinasikan benda-benda yang memiliki kelas rendah dengan kelas atasnya lagi), dan pelipatgandaan golongan benda.

d)

Tahap formal-operational. Usia tahapan ini adalah 11-15 tahun. Pada tahap ini

seorang remaja memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitifnya. Yaitu kapasitas menggunakan hipotesis dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kemampuan hipotesis, remaja mampu berpikir khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respon. Sedangkan dengan memiliki kapasitas prinsip-prinsip abstrak, mereka mampu mempelajari materi pelajaran yang abstrak, seperti ilmu matematika.

1. Perkembangan sosial dan moral siswa Perkembangan ini merupakan perkembagan kepribadian siswa selakuanggota masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain. Proses perkembangan ini berkaitan juga dengan proses belajar. Sehingga konsekuensinya, kualitas hasil perkembangan sosial siswa sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial) siswa disekolahd an keluarga maupun lingkungan yang lebih luas lagi. Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak ini, dalam perspektif psikologi kognitif, adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya. Tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan seorang siswa mampu berpikir. Selanjutnya tanpa kemampuan berpikir mustahil siswa dapat memahami dan meyakini faedah materi-materi pelajaran yang disampaikan oleh guru mereka. Selain itu juga sulit untuk menagka pesan moral yang terkandung dalam pelajran tersebut. Sehingga faidah pengembangan ranah kognitif siswa adalah untuk mengembangkan kecakapn berikut ini: 1. Mengembangkan kecakapan kognitif 2. Mengembangkan kecakapan afektif 3. Mengembangkan kecakapan psikomotor

1. Perkembangan Bahasa Anak Untuk bergaul dan berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa, baik dalam bentuk tulisan, percakapan, bahasa isyarat maupun ekspresi wajah. Untuk berkomunikasi secara efektif prlu memperhatikan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Nilai-nilai tersebut harus

diberikan sedini mungkinagar tertanam hal-hal mana yang baik dan buruk, yang boleh atau tidak boleh dilakukan, bagaimana bersilap dan bertutur kata yang baik terhadap orang lain. Pembelajaran nilai-nilai tersebut harus dengan contoh yang konkret agar mudah difahami anak. Perkembangan Bahasa yaitu bentuk komunikasi manusia merupakan yang paling sempurna daripada binatang, karena manusia dapat melakukannya melalui berbagai sarana dan prasarana yang ada. Tiap individu dituntut untuk memiliki kemampuan menyatakan atau mengekspresikan pikirannya dan menangkap pemikiran orang lain melalui bahasa, sehingga komunikasi menjadi efektif. Anak-anak lebih dapat mengerti aa yang dikatakan orang lain daripada mengutarakan pikiran dan perasaan mereka dengan kata-kata. Semakin matang organ-organ yang berkaitan dengan proses berbicara seperti alat bicara dan pertumbuhan/perkembangan otak, anak semakin jelas dalam mengutarakan kemauan, pikiran maupun perasaannya melalui ucapan atau bahasa. Hal itu tidak lepas ari pengaruh lingkungan, terutama orang tua atau keluarga. Anak yang selalu mendapat motivasi positif akan terpacu untuk mengembangkan potensi bicaranya.

1. Perkembangan Agama Menurut Zakiah Darajat (dalam Martini Jumaris), agama sebagai dari iman, pikiran yang diserapkan oleh pikiran, perasaan, dilaksanakan dalam tindakan, perbuatan, perkataan dan sikap. Agama merupakan pengarah dan penentu sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Awalnya anak-anak mempelajari agama berdasarkan contoh baik di rumah maupun di sekolah. Bambang Waluyo menyebutkan dalam artikelnya bahwa pendidikan agama di sekolah meliputi dua aspek, yaitu : 1. Aspek pembentukan kepribadian (yang ditujukan kepada jiwa), 2. Pengajaran agama (ditujukan kepada pikiran) . Metode yang digunakan dalam pembelajaran harus berkaitan erat dengan dimensi perkembangan motorik, bahasa, social, emosional maupun intelegensi siswa. Untuk kelas rendah dapat menggunakan metode bercerita, bermain, karyawisata, demonstrasi atau pemberian tugas. Untuk kelas tinggi dapat menggunakan metode ceramah, bercerita, diskusi, tanya jawab, pemberian tugas atau metode lainnya yang sesuai dengan perkembangan siswa.

2.7

Hukum Perkembangan

Pengertian hukum, dalam ilmu jiwa perkembangan, tidaklah sama dengan yang biasa dikelanal dalam dunia perundang-undangan peradilan. Adapun yang dimaksud hukum perkembangan adalah kaidah fundamental tentang realitas kehidupan anak-anak (manusia) yang telah disepakati kebenarannya berdasarkan hasil pemikiran dan penelitian yang seksama. Adapun macam-macam hukum perkembangan sebagai berikut: 1. Hukum kodrat Ilahi. Tak dapat diingkari, bahwa perkembangan itu berpangkal pada kehidupan. Karena hiduplah, anak manusia bias berkembang. Sementara kehidupan itu penuh dengan ketentuan atau kodrat dari Alah. 2. Hukum mempertahankan diri. Setelah manusia ditakdirkan hidup, lalu ia secara naluriah berusaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk bias hidup secara singkat bisa dijelaskan bahwa usaha mempertahankan diri, intinya untuk memperoleh keselamatan. Sedang kselamatan, seperti halnya kehidupan, adalah modal pokok bagi pelaksanaannya proses perkembangan. Sekali lagi usaha mempertahankan diri merupakan sifat naluriah manusia. Tujuan pokoknya, agar ia selamat dan hidupnya berkelanjutan. 3. Hukum pengembangan diri. Ketika seorang anak berhasil mempertahankan diri, bersamaan itu muncul pula hasrat insaniahnya untuk mengembangkan segala potensi yang dibawah sejak lahir. 4. Hukum masa peka. Masa peka yang dimaksud ialah: suatu masa dimana sesuatu fungsi demikian baik perkembangannya, karena itu harus dilayani dan diberi kesempatan sebaik-baiknya. f.Hukum tempo perkembangan. Berlangsungnya perkembangan pada anak yang satu, belum tentu sama dengan anak yang lain. Ada anak yang dalam perkembangannya kelihatan serba cepat, dan ada pula yang berlangsung amat lambat. 1. Hukum irama perkembangan. Hukum ini menyatakan bahwa, bahwa berlangsungnya perkembangan itu tidak selalu ajeg , konsisten dan merata pada setiap waktu. Kadang-kadang suatu proses perkembangan berjalan lancar, tapi ada pula dari keadaan biasa kemudian melonjak cepat, untuk akhirnya kembali biasa lagi atau turun.

2. Hukum sifat perkembangan. Menurut stone, perkembangan pribadi manusia itu jika diamati dengan sungguh-sungguh akan tampak adanya sifat-sifat sebagai berikut: stabil, sensitive, aktif, teratur dan kontinyu. 3. Hukum kesatuan organis Dalam garis besarnya. Dalam diri manusia terdapat dua jenis organ yaitu fisik dan psikis, raga dan jiwa, atau jasmani dan rohani.

2.8

Beberapa Problem Perkembangan Dalam Proses Pembelajaran Siswa

Dalam pelaksanaan pembelajaran tidaklah selalu berjalan mulus sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang hendak dicapai, banyak kritik-kritik tajam yang menghambat tercapainya perencanaan dan tujuan yang telah kita tetapkan, diantaranya mahasiswanya sendiri sebagai masukan masih mentah, hambatan juga ada pada tenaga pengajar dan sistemnya, sarana dan administrasi pendidikannya. a) Masalah di perguruan Tinggi Penetapan SKS di perguruan tinggi menghadapi

beberapa masalah antara lain kurangnya pengertian mengenai pengalihan kurikulum, kekeliruan dalam penjabaran kurikulum, belum adanya konsep sentralisasi, langkanya penasehat akademik, dan pelitnya dosen memberi nilai. Sebagai pengelola fakultas dan jurusan beranggapan SKS adalah suatu sistem yang wujudnya hanya berupa wadah baru dimana semua lama Kuliah sistem lama dimasukkan. Pengertian yang keliru seperti ini tentu saja menimbulkan masalah, karena sistem lama yang lima tahun tidak mungkin dituangkan dalam suatu wadah yang hanya empat tahun dan hanya memiliki maksimal 160 kredit. b) Masalah sentralisasi Masalah sentralisasi juga merupakan hambatan yang mungkin tak tersadari. Dalam pelaksanaan di lapangan SKS yang masih agak asing dapat menimbulkan berbagai masalah, yang paling mencolok diantaranya adalah penasehat akademik. Dalam SKS mahasiswa harus mengisi KRS pada waktu pendaftaran. Pengisian KRS dibimbing oleh seorang penasehat akademik yang bertugas pula untuk memberi penerangan mengenai Segala peraturan akademik yang ada, disamping tugas memonitor perkembangan yang dibimbingnya. c) Masalah berbagai segi

Dari segi mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa yang duduk dibangku perguryan tinggi rata-rata berusia antara 18-23 tahun, dan kebanyakan mereka berasal dari golongan masyarakat yang ekonominya pas-pasan, kemudian ditambah lagi dengan proses penyelenggaraan pendidikan di SMA mereka yang kurang menunjang atau kurang berhubungan dengan studinya diperguruan tinggi, latar belakang mahasiswa yang demikian jelas merupakan salah satu hambatan dalam pelaksanaan SKS.

Dari segi pengajar. Ditinjau daru sudut kualitas dan kuantitas, staf pengajar yang ada di PTN dan PTS yang ada sekarang ini, nampaknya masih kurang memadai. Apalagi dilihat dari tingkat keaktifan pengajar dalam memberikan kuliah yang keganyakan masih dibawah standar yang ideal dalam pelaksanaan SKS, yakni keaktifan pengajar dalam memberikan kuliah satu semester missal: masih dibawah 10 kali perminggu.

Dari segi sarana dan administrasi pendidikan Kekurangan cara untuk pembiayaan pengadaan sarana dan administrasi memang merupakan keluhan tradisional yang sering kita dengar dibeberapa PTS maupun PTN, sehingga tak mengherankan jika sarana fisik, seperti perpustakaan, laboratorium, kekurangan ruang kuliah, maupun fasilitas lain. Merupakan salah satu hambatan dari kelancaran dan keberhasilan dari pelaksana SKS.

2.9

Solusi Bagi Problem Perkembangan Dalam Proses Pembelajaran Siswa

1) Menyediakan bimbingan dan penyuluhan bagi mahasiswa. Seperti kita ketahui diatas, usia mahasiswa rata-rata masih muda, belum mempunyai pemikiran yang dewasa dan mengetahui seluk-beluk proses belajar yang baik di perguruan tinggi, untuk ini lperan Bimbingan dan Penyuluhan bagi mahasiswa di Perguruan tinggi mempunyai peran yang besardidalam menunjang kelancaran dan keberhasilan penerapan SKS. 2) Meningkatkan kuantitas maupun kualitas pengajar. Untuk menupang suksesnya penerapan SKS, nampaknya peningkatan-peningkatan kuantitas staf pengajar sampai mendekati rasio yang ideal dengan jumlah mahasiswa perlu mendapat perhatian. Adapun untuk meningkatkan kualitas staf pengajar, usaha-usaha yang sudah ada seperti program akta mengajar, penataran-penataran perlu terus menerus ditingkatkan dan disempurnakan. 3) Sarana dan administrasi pendidikan. Sarana dan administrasi pendidikan ini tidak saja perlu kelengkapan yang memungkinkan pelayanan mahasiswa dengan lancer, cepat dan teratur, tapi juga perlu ditata alokasi penggunaan yang sebaik mungkin, sehingga

penggunaan biaya untuk sarana dan administrasi tersebut dapat berjalan efektif dan efisien.

2.10

Tugas-Tugas Perkembagan Pada Masa Belajar

1) Tugas perkembangan pada usia bayi dan kanak-kanak 0- 6 tahun. Belajar : berjalan, berbicara, makan, mengenal perbedaan pria wanita, kestabilan jasmani ,memebentuk konsep, hubungan emosional dengan orang tua, mengadakan hubungan baik dan buruk 2) Tugas perkembangan pada masa sekolah 6 12 tahun. Belajar: ketrampilan fisik, sikap sehat, bergaul, eksistensi diri, membaca, menulis, berhitung, mengembangkan konsep sehari-hari, mengembangkan kata hati, memperoleh kebebasan pribadi, mengembangkan sikap positif terhadp kelompok sosisal 3) Tugas perkembangan masa remaja dalam kaitanya dengan masa belajar. Menurut Wiliam Kay

Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya Mencapai kemandirian emosional Belajar bergaul secara individula dan kelompok (komunikasi minterpersonal) Menemukan idola Menerima keadaan dirinya dan percaya diri Memperkuat pengendalian diri Mampu meninggalkan sifat kekanak-kanakan Menurut Luella Cole Kematangan emosional Pemantapan minat heteroseksual Kematangan social Memilih pekerjaan/karir Memiliki filsafat hidup

Identifikasi diri menurut Havigrus :


Mencapai hubungan lebih matang dengan teman sebaya Mencapai peran sosial wanita atau pria Menerima keadaan fisik dan menggunkan secara efektif

Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya Memilih dan mempersiapkan karir Mempersipakan pernikahan dan hidup keluarga Mengembangkan ketrampilan intelektual Mencapai tingkah laku yang bertangung jawab secara social Memperoleh seperangkat nilai dan norma dalam bertingkah laku Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Dari makalah ini penulis dapat menarik kesimpulan bahwa : 1. Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. 2. Perkembangan fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting dan ditandai dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga individu tersebut bisa bereproduksi dengan baik. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan yang dikemukakan oleh para ahli dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu aliran nativisme, aliran empirisme danaliran konvergensi. 4. Semua individu khususnya remaja akan mengalami perkembangan baik fisik maupun psikis yang meliputi aspek-aspek intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama. 5. Beberapa problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa yaitu masalah di perguruan tinggi, masalah sentralisasi masalah berbagai segi serta masalah lain seperti : dari segi mahasiswa, dari segi pengajar, dari segi sarana dan administrasi pendidikan . 6. Solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa yaitu menyediakan bimbingan dan penyuluhan bagi mahasiswa, meningkatkan kuantitas maupun kualitas pengajar dan sarana dan administrasi pendidikan. 3.2 Saran Dengan mengucap syukur alhamdulillah pada Allah SWT penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tentunya masih jauh dari harapan, oleh karena itu penulis

masih perlu kritik dan saran yang membangun serta bimbingan, terutama dari Dosen. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis, terutamanya : 1. Bagi remaja hendaknya mengetahui dan mempelajari tugas-tugas perkembangan dengan baik. Sehingga bisa menerapkan tugas-tugas perkembangan tersebut dengan sebaik-baiknya. 2. Bagi orang tua dan , hendaknya mengontrol tugas-tugas perkembangan anak yang belum diselesaikan dan membimbing, mengarahkan serta mengantarkan ke arah yang lebih positif. 3. Masyarakat hendaknya menjadi kontrol sosial bagi para remaja yang mengalami degradasi moral

DAFTAR PUSTAKA Ali Mohammad, dkk. 2008. Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara Rosmawati. 2009. Perkembangan Peserta Didik. Pekanbaru : Universitas Riau http://amriawan.blogspot.com/2010/07/pentingnya-pendidikan-karakter-di-usia.html http://belajarpsikologi.com/perkembangan-fisik-anak-usia-dini/ http://cahayamuslimah.com/blog/prinsip-prinsip-perkembangan-anak/ http://ruangpsikologi.com/perkembangan-moral-anak/ www.batikyogya.wordpress.com/2008/09/09/perkembangan-peserta-didik/ www.id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan/ www.infoanak.com/category/perkembangan-anak/ www.psikologianakindonesia.wordpress.com/category/perkembangan-anak/

NB: Ini merupakan Makalah tugas Kuliah Admin blog ini

Share this:

You might also like