You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN Secara bahasa, ibadah atau ibadat adalah taat, menurut, mengikuti, dan tunduk terhadap apapun.

Sedangkan yang dimaksud ibadah dalam hukum Islam, ibadah berarti penghambaan atau pengabdian diri kita terhadap tuhan yang satu yaitu Allah SWT. Membatasi pengertian ibadah diatas hanya pada ibadah-ibadah yang bersifat langsung kepada Allah SWT, yang dinamakan ibadah mahdzoh. Adapun ibadah yang bersifat tidak langsung, seperti ibadah yang berbentuk sosial, itu dinamakan ibadah ghoirmahdzoh. Akan tetapi pada hakikatnya baik ibadah mahdzoh maupun ibadah ghoir rmahdzoh itu semua bertujuan melaksanakan apaapa yang di perintahkan oleh Allah SWT kepada kita, baik yang tertulis di dalam Al-quran maupun yang disampaikan oleh nabikita Muhammd SAW yang di sebut Al-hadist. Beranjak dari pengertian-pengertian di atas, menarik di bicarakan tentang pengertian ibadah itu sendiri. Seperti yang kita ketahui, bahwa ibadah merupakan suatu cirri dan juga syarat seseorang yang beragama, terutama agama islam. Akan tetapi dalam realitasnya, ada segelintir orang yang salah memahami pengertian ibadahitu sendiri. Disamping kita mengetahui apa pengertian ibadah itu, kita juga perlu mengetahui apa yang menjadi ruang lingkup ibadah menurut pandangan islam. Karena, jika kita hanya tau sebatas pengertian ibadah tanpa mengetahui ruang lingkupnya, sama saja dengan orang yang tidak tahu ibadah itu seprti apa.

BAB II PEMBAHASAN PENGERTIAN IBADAH Menurut bahasa, kata ibadah berarti patuh (al-thaah), dan tunduk (alkhudlu).Ubudiyah artinya tunduk dan merendahkan diri. Menurut al-Azhari,kata ibadah tidak dapat di sebutkan kecuali untuk kepada Allah.
Secara etimologis diambil dari kata abada, yabudu, abadan, fahua aabidun.Secara Abid, berarti hamba atau budak, yakni seseorang yang tidak memiliki apa-apa, harta dirinya sendiri milik tuannya, sehingga karenanya seluruh aktifitas hidup hamba hanya untuk memperoleh keridhaan tuannya dan menghindarkan murkannya.

Menurut istilah syara pengertian ibadah dijelaskan oleh para ulama sebagai berikut: Menurut Ibnu Taimiyah dalam kitabnya al-ubudiyah, memberikan penjelasan yang cukup luas tentang pengertian ibadah. Pada dasarnya ibadah berarti merendahkan diri (al-dzull).Akan tetapi, ibadah yang diperintahkan agama bukan sekedar taat atau perendahan diri kepada Allah. Ibadah itu adalah gabungan dari pengertian al-zull dan ghayah al-mahabbah.Patuh kepada seseorang tetapi tidak mencintainya, atau cinta tanpa kepatuhan itu bukan ibadah.Jadi, cinta atau patuh saja belum cukup disebut ibadah.Jadi seseorang belum dapat dikatakan beribadah kepada Allah kecuali apabila ia mencintai Allah. lebih dari cintanya kepada apapun dan memuliakan-Nya lebih dari segala lainnya.Menurt uraiannya. Ibnu aimiyah sangat menekankan bahwa cinta merupakan unsur yang sangat penting dan tidak dapat di pisahkan dari pengertian ibadah.Menurutnya, agama yang benar adalah mewujudkan ubudiyah kepada Allah dari segala seginya, yakni mewujudkan

cinta kepada-nya.Semakin benar budaya seseorang, semakin besarlah cintannya kepada allah. Dari beberapa keterangan yang dikutipnya,Yusuf al-Qardawi menyimpulkan bahwa ibadah yang disyariatkan oleh islam itu harus memenuhi dua unsur: 1.Mengikat diri (iltizam) dengan syariat Allah yang serukan oleh para rosul-Nya, meliputi perintah, larangan,penghalalan,dan pengharaman sebagai perwujudan ketaatan kepada Allah. 2.Ketaatan itu harus tumbuh dari kecintaan hati kepada Allah, karena sesungguhnya Dialah yang paling berhak untuk dicintai sehubungan dengan nikmat yang diberikan. Dalam pengertian yang luas ibadah meliputi segala yang dicintai Allah dan diridhai-Nya,perkataan dan perbuatan lahir dan batin. Termasuk di dalamnya shalat, puasa, zakat, haji,berkata benar dll. Ladi meliputi yang fardhu, dan tathawwu, muamalah bahkan akhlak karimah serta fadhilah insaniyah. Bahkan lebih lanjut, Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa seluruh agama itu termasuk ibadah.

Sebagaimana yang telah di paparkan di atas bahwa ibadah di artikan dengan taat, di dasarkan dengan firman Allah swt.


60. Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu", (Q.S Yaasin:60) Ibadah juga bisa diartikan mohon hajat yang sesuai dengan QS. Al-Mukmin:60


60. Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku[1326] akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina".".(Q.S. Al-Mukmin:60) [1326] Yang dimaksud dengan menyembah-Ku di sini ialah berdoa kepada-Ku. Adapun pengertian ibadah menurut istilah sangat berfariasi, diantaranya: a. Menurutulama tauhid, ulama tafsir, dan ulama hadist. Ibadah ialah meng-Esakan Allah, mengangagungkan-Nya dengan sepenuhpenuh keagungan serta menghinakan diri dan menundukan jiwa kepada-Nya. Mereka mengatakan ibadah adalah tauhid . Ulama tauhid, tafsir, dan hadist mengartikan tauhid dengan Meng-Esakan Allah, tuhan yang disembah serta meng-esakan-Nya pada zat-Nya, sifat-Nya, dan pekerjaan-Nya. Allah swt berfirman: 56. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. .(Q.S. Adz-Dzariat:60) Nabi saw bersabda: Doa adalah otak benaknya ibadah. (HR. Bukhari) b. Menurut ulama akhlak. Para ulama akhlak mendepinisikan ibadah dengan Mengerjakan semua ketaatan badaniyah dan menyelenggarakan semua syariat (hukum). c. Menurut ulama fiqh Mereka mengungkapkan bahwa yang dinamakan ibadah adalah segala ketaatanyang di kerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharap pahala-nya di akhirat.Adapun makna taabud ialah Melaksanakan segala hak Allah. Adapun kata taabud itu sendiri diambil dari kata ubudiyyah yang artinya menghambakan diri. d. Makna umum ibadah

Ibadah meliputi semua yang disukaidan di ridhai Alla, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang maupun tersembunyi.

Dasar-Dasar Ibadah
Ibadah harus dibangun atas tiga dasar. Pertama, cinta kepada Allah dan Rasul Nya dengan mendahulukan kehendak, perintah, dan menjauhi larangan-Nya. Rasulullah saw. Bersabda, Ada tiga hal yang apabila terdapat dalam seseorang niscaya ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang lain; bahwa ia tidak mencintai seseorang melainkan semata karena Allah; dan bahwa ia membenci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya, sebagaimana ia membenci untuk dilemparkan ke dalam neraka. (HR Bukhari dan Muslim, dari Anas bin Malik) Seorang hamba harus memiliki tiga maqam cinta, yaitu: 1. Maqam takmil (level penyempurnaan). Hendaklah ia mencintai

Allah dan Rasul-Nya dengan puncak kesempurnaan cinta. 2. Maqam tafriq (level pembedaan). Hendaklah ia tidak mencintai

seseorang melainkan hanya karena Allah. Ia harus mampu membedakan mana yang dicintai dan yang dibenci Allah, baik yang berkaitan dengan ucapan, perbuatan dan manusia. 3. Maqam dafu al-naqidh (level penolakan atas lawan iman).

Hendaknya ia membenci segala sesuatu yang berlawanan dengan iman, sebagaimana ia membenci jika dilemparkan ke dalam neraka. Selanjutnya, cinta harus ditandai dengan dua hal yaitu: 1. 2. Mengikuti sunnah Rasulullah saw. Jihad dan berjuang di jalan Allah dengan segala sesuatu yang

dimilikinya. Kedua, takut. Ia tidak merasa takut sedikit pun kepada segala bentuk dan jenis makhluk selain kepada Allah. Dalam beribadah, ia harus merasa takut apabila ibadahnya tidak diterima atau sekadar menjadi aktivitas rutin yang tidak memiliki dampak positif sama sekali dalam kehidupannya. Maka, dengan rasa takut kepada Allah, seorang hamba akan senantiasa khusuk di hadapan-Nya ketika ia melakukan ibadah. Ia akan selalu memelihara dan menjaga ibadahnya dari sifat riya yang sewaktu-waktu bisa menjadi virus ibadah. Adapun rasa takut kepada Allah SWT bias dilahirkan dari tiga hal: 1) 2) Seorang hamba mengetahui dosa-dosa dan keburukannya. Seorang hamba percaya dan yakin akan ancaman Allah terhadap

orang-orang yang durhaka kepada-Nya. 3) Hendaknya hamba itu mengetahui dan meyakini, bahwa boleh jadi

ia tidak akan pernah bisa bertaubat dari dosa-dosanya. Kuat lemahnya rasa takut kepada Allah dalam diri seseorang bergantung pada kuat dan lemahnya ketiga hal tersebut. Rasa takut itu akan memaksa seseorang untuk berlari kembali kepada Allah dan merasa tentram di samping-Nya. Ia adalah rasa takut yang disertai dengan kelezatan iman, ketenangan hati, ketentraman jiwa, dan cinta yang senantiasa memenuhi ruang hati. Ketiga, harapan, yaitu harapan untuk memperoleh apa yang ada di sisi Allah tanpa pernah merasa putus asa. Seorang hamba dituntut untuk selalu berharap kepada Allah dengan harapan yang sempurna. Seorang hamba harus senantiasa berharap kepada Allah agar ibadahnya diterima. Ia tidak boleh memiliki perasaan bahwa semua ibadah yang dilakukannya sangat mudah diterima oleh Allah SWT tanpa ada harapan dan kecemasan. Begitu pula ia tidak boleh putus asa dalam mengharap rahmat dari Allah. Ketika ia menyadari kekurangannya dalam memenuhi kewajibankewajiban kepada Allah,sebaiknya ia segera menyaksikan karunia dan

rahmat Allah.Sesungguhnya, rahmat-Nya jauh lebih ia segara menyaksikan karunia dan rahmat Allah.

Sesungguhnya,

rahmat-Nya jauh lebih luas daripada segala sesuatu.

Ada beberapa hal yang bisa menumbuhkan harapan dalam diri seseorang, yaitu: 1) Kesaksian seorang hamba atas karunia, ihsan, dan nikmat Allah

atas hamba-hamba-Nya. 2) Kehendak yang jujur untuk memperoleh pahala dan kenikmatan di sisi-Nya.

yang ada 3)

Menjaga diri dengan amal shaleh dan senantiasa berlomba-lomba

dalam mengerjakan kebaikan. Ketiga dasar ibadah ini harus menyatu dalam diri seorang hamba. Jika hilang salah satu dari ketiga hal tersebut, akan menyebabkan kesalahan fatal dalam akidah dan tauhid. Beberapa ulama salaf berpendapat, bahwa barangsiapa beribadah kepada Allah hanya dengan rasa cinta, maka ia adalah zindiq. Dan barangsiapa yang beribadah kepada Allah hanya dengan rasa harap, maka ia golongan Murjiah, dan barang siapa yang beribadah kepada Allah hanya dengan rasa takut, maka ia dari golongan Khawarij. Namun, barangsiapa beribadah kepada Allah dengan rasa cinta, harap, dan takut, maka ia mukmin yang mengesakan Allah.

RUANG LINGKUP IBADAH Islam amat istimewa hingga menjadikan seluruh kegiatan manusia sebagai ibadah apabila diniatkan dengan penuh ikhlas kerana Allah demi mencapai keredhaan-Nya serta dikerjakan menurut cara-cara yang disyariatkan olehNya. Islam tidak membataskan ruang lingkup ibadah kepada sudut-sudut tertentu sahaja. Seluruh kehidupan manusia adalah medan amal dan persediaan bekalan bagi para mukmin sebelum mereka kembali bertemu Allah di hari pembalasan nanti. Islam mempunyai

keistimewaan dengan menjadikan seluruh kegiatan manusia sebagai 'ibadah apabila ia diniatkan dengan penuh ikhlas kerana Allah demi untuk mencapai keredaan Nya serta dikerjakan menurut cara cara yang disyariatkan oleh Nya. Islam tidak menganggap 'ibadah 'ibadah tertentu sahaja sebagai 'amal saleh malah ia meliputi segala kegiatan lain. Hakikat ini ditegaskan oleh Allah didalam Al-Quran: Dialah yang telah mentakdirkan adanya mati dan hidup (kamu) untuk menguji dan menzahirkan keadaan kamu: Siapakah di antara kamu yang baik amalnya; dan Dia Maha Kuasa (membalas amal kamu), lagi Maha pengampun, (bagi orang-orang yang bertaubat). (QS.Al-Mulk:2) Ruang lingkup ibadah di dalam Islam amat luas sekali. Yang merangkumi setiap kehidupan manusia. Setiap apa yang dilakukan baik yang bersangkut dengan individu maupun dengan masyarakat adalah ibadah menurut Islam selain mana ia memenuhi syarat-syarat tertentu.Syarat-syarat tersebut adalah seperti berikut: Amalan yang dikerjakan itu hendaklah diakui Islam,

bersesuaian dengan hukum syara dan tidak bercanggah dengan hukum hukum tersebut. Adapun amalan yang diingkari oleh Islam dan ada hubungan dengan yang haram dan masyiah, maka tidaklah sekalikali mai dijadikan amalan ibadah. Amalan tersebut dilakukan dengan niat yang baik bagi tujuan untuk memelihara kehormatan diri, menyenangkan keluarga nya, memberi manfaat kepada umat seluruhnya dan bagi memamurkan bumi sebagaimana yang dianjurkan oleh Allah.

Amalan tersebut mestilah dibuat mestilah dibuat dengan deelok eloknya bagi menepati apa yang ditetapkan oleh Rosulullah saw yang mafhumnya: Bahwa Allah suka apabila seseorang dari kamu membuat sesuatu kerja dengan memperolehkan kerjanya (Muslim). Ketika membuat amalan tersebut hendaklah senantiasa

menurut hukum syara dan ketentuan batasnya, tidak menzalimi orang lain, tidak khianat, tidak menipu dan tidak menindas atau merampas hak orang. Tidak mengacuhkan ibadah-ibadah khusus seperti shalat, zakat dan sebagainya dalam melaksanakan ibadah umum. Firman Allah yang mafhumnya: Oleh itu rung lingkup ibadah dalam Islam sangat luas. Ia adalah tempo hidup seseorang Muslim dan kesanggupan serta kekuatannya untuk melakukan apa saja amal yang direndahi oleh Allah dalam tempo tersebut. Untuk mengetahui ruang lingkup ibadah ini tidak terlepas dari pehaman terhadap pengertian itu sendiri. Ruang lingkup ibadah yang di kemukaan Ibn Taimiyah cakupannya sangat luas, bahkan menurut beliau semua ajaran agama itu termasuk ibadah. Bilamana diklasifikasikan kesemuanya dapat menjadi beberapa kelompok saja yaitu: Kewajiban-kewajiban atau rukun-rukun syariat seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Yang berhubungan dengan kewajiban-kewajiban diatas dalam bentuk ibadah-ibadah sunat seperti dzikir, membaca al-Quran, doa, dan istigfar. Semua bentuk hubungan sosial yang baik serta pemenuhan hak-hak manusia, seperti berbuat baik kepada orang tua, menghubungkan silatuhrahmi, berbuat baik kepada anak yatim, fakir miskin, ibnu sabil.

Akhlak insaniyah (bersifat kemanusiaan), seperti benar dalam berbicara, menjalankan amanah dan menepati janji. Akhlak rabbaniyah (bersifat ketuhanan), seperti mencintai Allah SWT dan Rasul-rasulnya, takut kepada Allah SWT, ikhlas dan sabar terhadap hukum-Nya. Lebih khusus lagi ibadah dapat di klasifikasikan menjadi ibadah umum dan ibadah khusus. Ibadah umum mempunyai ruang lingkup yang sangat luas yaitu mencakup segala amat kebajikan yang dilakukan dengan niat ikhlas dan sulit untuk mengemukaan sistematikanya. Tetapi ibadah khusus ditentukan oleh syara (nash) bentuk dan caranya oleh karna iu dapat dikemukaan sistematikanya secara garis besar sebagai berikut: Tharah Taharah menurut bahasa adalah bersih.Menurut Syara, ialah suci dari hadats atau najis,dengan cara yang telah di terangkan oleh syara atau menghilangkan najis dengan cara mandi atau tayamum.

Shalat Shalat adalah pokok ibadah.Allah swt.berfirman: Katakanlah olehmu kepada hamba-hambaku yang telah

beriman.Hendaklah mereka mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian harta yang telah kami rezekikan kepada mereka,dalam lahir dan dalam rahasia, sebelum datang kepada mereka hari yang tidak ada lagi penjualan padanya dan tidak ada sahabat dan kawan. (QS.Ibrahim[31]:14) Zakat Zakat menurut lughat, ialah subur, bertambah. Menurut syara ialah, jumlah harta yang dikeluarkan untuk diberikan kepada golongangolongannya yang telah telah ditetapkan syara.Dan mempunyai

hubungan dengan shalat, shalat dianggap sebagai ibadah badaniyah yang paling utama, dan zakat dianggap sebagai ibadah maliyah yang paling utama. Allah swt. berfirman: Dirikanlah shalat dan berikanlah zakat.QS>Al-Muzammil [73]:20) Puasa Puasa berarti menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkannya, sejak fajar terbit hingga matahari terbenam dengan disertai niat. Dan puasa banyak macamnya di antaranya: Puasa wajib a.Puasa Ramadhan; b.Puasa Kaffarah (denda). c.Puasa nazar. Puasa Sunnah a.puasa daud b.puasa senin kamis Haji dan umrah Haji berarti pergi menuju kota Mekkah untuk mengerjakan ibadah thawaf, sai dan wuquf di Arofah serta seluruh manasik lainnya.Sedangkan umrah,menurut arti bahasa, umrah berarti ziarah (Kunjungan).Dan menurut segi istilah,umrah berarti pergi menuju kabah untuk mengerjakan ibadah dengan cara-cara tertentu. Iktikaf Itikaf adalah berdiam diri di suatu tempat atau masjid yang di niatkan beribadah kepada Allah. Sumpah dan kafarat Aiman(Sumpah) merupakan bentuk jamak dari kata Yamin yang berarti

tangan kanan. Sumpah di sebut tangan kanan karena kebiasaan orangorang (Arab) bila sama-sama menyatakan sumpah, maka mereka akan saling berpegangan tangan.

Nazar Nadzar ialah Pembebanan diri (Pengharusan) yang dilakukan oleh seseorang mukallaf untuk melakukan suatu perkara yang tidak wajib baginya karena Allah mengerjakan ini. Qurban dan aqikah1 swt.dengan menggunakan redaksi yang menunjukkan hal tersebut, seperti Karena Allah, aku wajib

D. Tujuan Ibadah
Manusia, Bahkan seluruh mahluk yang berkehendak dan berperasaan, adalah hamba-hamba Allah. Hamba sebagaimana yang dikemukakan diatas adalah makhluk yang dimiliki.Kepemilikan Allah atas hanba-Nya adalah kepemilikan mutlak dan sempurna, oleh karena itu makhluk tidak dapat berdiri sendiri dalam kehidupan dan aktivitasnya kecuali dalam hal yang di tentukan oleh Allah swt.Telah dianugerahkan untuk dimiliki makhluk-Nya seperti kebebasan memilih walaupun kebebasan itu tidak serta mengurangi menaati kepemilikan seluruh Allah.Atas dasar kepemilikan larangan-Nya. mutlak Allah itu, lahir kewajiban menerima semua ketetapan-Nya, perintah dan
Manusia diciptakan Allah bukan sekedar untuk hidup di dunia ini kemudian mati tanpa pertanggungjawaban, tetapi manusia di ciptakan oleh Allah untuk beibadah, di dalam firmannya Allah swt: Maka apakah kamu mengira,bahwa sesungguhnya kami

menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami. (QS al-Mumin :115) Karena Allah maha mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar manusia terjaga hidupnya,bertaqwa, diberi kewajiban ibadah. Tegasnya manusia diberikan ibadah agar manusia itu mencapai taqwa

BAB III PENUTUP Kesimpulan

Dari berbagai uraian yang telah disampaikan pada bab sebelumnya dapat diambil kesdimpulan sebagai berikut : Ibadah pada hakikatnya menundukan diri dan jiwa kita terhadap Allah swt, dan di aflikasikan dengan melakukan perintah yang di syariatkan.

DAFTAR PUSTAKA

TeungkumuhammadHasbi as-Sidiqi, KuliahIbadah, PustakaRizkiUtama,

Semarang, 2010. SayyidSabiq, Fiqh al-Sunnah, jilid I, Bairut, Dar al-Fikri,1983. Al-Kahlani, Muhammad bin Ismail, Subus al-salam, jilid II,

Maktabahdahlan, Bandung, t.t. WahbahZuhayli, Al-Fiqh al-Islam waadilatuh, jilidII, dar al-Fikri, 1989. ZakiyahDarajat, Haji Ibadah Yang Unik, Jakarta,Ruhama, 1995, jilid I. Yusuf Qardhawi,Al-Ibadah fi al-Islam, Muassasahal-Risalah, cet. 6, Beirut, 1979. Dr. A. RahmanRitonga, M.A, Dr. Zainuddin, M.A, FiqhIbadah, Gaya MadiaPratama, cet. 2 Jakarta, 2002.

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP IBADAH


Makalah
DiajukanUntukMemenuhiTugasPada Mata KuliahFiqhIbadah

Disusun oleh: Miftah Abdul wahid Neni Febrina Syamsul Rizal

AHWAL SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2012 KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim Dengan memohon rahmat dan ridha Allah SWT puji serta syukur kita panjatkan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kepada seluruh pengikutnya sampai akhirzaman. Makalah yang berjudul pengertian dan ruang lingkup ibadah adalah sebagai tugas pada mata kuliah Fiqh ibadah. Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa sebagai manusia memiliki keterbatasan, tentu hasil karya penulis ini tidak mungkin luput dari kekurangan. Namun berkat hidayah dan dukungan dari semua pihak, Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyeleseikan makalah ini. Penulis senantiasa mengharapkan kritik ataupun saran serta konstribusi, agar makalah ini menjadi lebih bermanfaat serta berguna bagi pembaca dan kita semua. Semoga Allah SWT meridhai hasil karya ini. Amin YaRabbal`Alamin.

Bandung, Februari 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................2 PENGERTIAN IBADAH......................................................................................2

RUANG LINGKUP IBADAH..............................................................................3 BAB III PENUTUP......................................................................................................5 Kesimpulan......................................................................................................5 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................6

You might also like