You are on page 1of 9

BAB II

DYSPEPSIA
(Gangguan Pencernaan)
Definisi Dyspepsia
Dyspepsia (atau, seperti yang seringkali dirujuk oleh dokter, non-ulcer dyspepsia atau dyspepsia tidak berborok) adalah satu dari penyakit-penyakit (ringan) yang paling umum dari usus-usus, mempengaruhi perkiraan dari 20% dari orang-orang di Amerika. Mungkin hanya 10% dari mereka yang terpengaruh sebenarnya mencari perhatian medis untuk dyspepsia mereka. Dyspepsia bukanlah istilah yang terlalu baik untuk penyakit ringan karena ia menyiratkan bahwa ada "dyspepsia" atau pencernaan makanan yang abnormal, dan ini kemungkinan besar adalah bukan kasusnya. Sesungguhnya, nama umum lain untuk dyspepsia adalah gangguan pencernaan (indigestion), yang, untuk sebab yang sama, adalah tidak lebih baik daripada istilah dyspepsia. Dyspepsia digambarkan paling baik sebagai penyakit fungsional. Adakalanya ia disebut dyspepsia fungsional. Konsep dari penyakit fungsional terutama bermanfaat ketika mendiskusikan penyakit-penyakit sistim pencernaan. Konsep berlaku pada organ-organ berotot dari saluran pencernaan - kerongkongan (esophagus), lambung, usus kecil, kantong empedu, dan kolon (usus besar). Apa yang diartikan oleh istilah, fungsional, adalah bahwa salah satu dari keduanya yaitu otot-otot dari organ-organ atau syaraf-syaraf yang mengontrol organ-organ tidak bekerja secara normal, dan, sebagai akibatnya, organ-organ tidak berfungsi secara normal. Syaraf-syaraf yang mengontrol organ-organ termasuk tidak hanya syaraf-syaraf yang terletak didalam otot-otot dari organ-organ namun juga syaraf-syaraf dari sumsum tulang belakang (spinal cord) dan otak. Beberapa penyakit-penyakit saluran pencernaan dapat dilihat dan didiagnosis dengan mata telanjang, seperti borok-borok (ulcers) dari lambung. Jadi, borok-borok dapat dilihat waktu operasi, pada x-rays, dan pada endoskopi-endoskopi. Penyakit-penyakit lain tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, namun dapat dilihat dan didiagnosis dibawah mikroskop. Contohnya, gastritis (peradangan lambung) didiagnosis dengan pemeriksaan mikroskop dari biosi-biopsi dari lambung. Berlawanan dengannya, penyakit-penyakit fungsional pencernaan (gastrointestinal) tidak dapat dilihat dengan mata telanjang atau dengan mikroskop. Pada beberapa kejadiankejadian, fungsi yang abnormal dapat ditunjukkan dengan tes-tes (contohnya, studi-studi pengosongan lambung atau studi-studi antro-duodenal motility). Bagaimanapun, tes-tes seringkali adalah kompleks, dan tidak tersedia secara luas, dan tidak secara dipercaya mendeteksi kelainan-kelainan fungsional. Sesuai dengan itu, dan pada dasarnya, penyakit-penyakit

fungsional pencernaan adalah yang melibatkan fungsi yang abnormal dari organ-organ pencernaan dimana kelainan-kelainan tidak dapat dilihat pada organ-organ dengan mata telanjang atau mikroskop. Adakalanya, penyakit-penyakit yang diperkirakan adalah fungsional akhirnya ditemukan berhubungan dengan kelainan-kelainan yang dapat dilihat. Kemudian, penyakit keluar dari katagori fungsional. Contoh dari ini adalah infeksi Helicobacter pylori dari lambung. Beberapa pasien-pasien dengan gejala-gejala pencernaan bagian atas yang ringan yang diperkirakan mempunyai fungsi abnormal dari lambung atau usus telah ditemukan mempunyai lambunglambung yang terinfeksi dengan Helicobacter pylori. Infeksi ini dapat didiagnosis dibawah mikroskop dengan mengidentifikasi bakteri. Ketika pasien-pasien dirawat dengan antibiotikantibiotik, Helicobacter dan gejala-gejala hilang. Jadi, pengakuan infeksi-infeksi dengan Helicobacter pylori telah mengeluarkan beberapa penyakit-penyakit pasien dari katagori fungsional. Perbedaan antara penyakit fungsional dan penyakit bukan fungsional mungkin sesungguhnya adalah kabur. Jadi, bahkan penyakit-penyakit fungsional mempunyai kelainankelainan biokimia atau molekul yang berkaitan yang akhirnya akan mampu diukur. Contohnya, penyakit-penyakit fungsional dari lambung dan usus kecil mungkin dapat ditunjukan akhirnya berkaitan dengan tingkat-tingkat bahan-bahan kimia normal yang meningkat atau berkurang didalam organ-organ pencernaan, sumsum tulang belakang, atau otak. Haruskah penyakit yang ditunjukan disebabkan oleh pengurangan atau peningkatan bahan kimia tetap dipertimbangkan sebagai penyakit fungsional? Saya rasa tidak. Pada situasi teoritis ini, kita tidak dapat melihat kelainan dengan mata telanjang atau mikroskop, namun kita dapat mengukurnya. Jika kita dapat mengukur kelainan yang berkaitan atau yang menyebabkannya, penyakit mungkin seharusnya tidak lagi dipertimbangkan sebagai fungsional. Meskipun ada kekurangan-kekurangan dari istilah, fungsional, konsep dari kelainan fungsional adalah bermanfaat untuk pendekatan dari banyak gejala-gejala yang berasal dari organ-organ sistim pencernaan yang berotot. Untuk mengulangi, konsep ini berlaku pada gejalagejala yang mana tidak ada kelainan-kelainan yang berkaitan yang dapat dilihat dengan mata telanjang atau mikroskop. Ketika dyspepsia adalah penyakit fungsional utama, adalah penting untuk menyebutkan beberapa penyakit-penyakit fungsional lain. Penyakit fungsional utama kedua adalah sindrom iritasi usus (irritable bowel syndrome atau IBS). Gejala-gejala dari IBS diperkirakan berasal terutama dari usus kecil dan kolon (usus besar). Gejala-gejala dari IBS termasuk nyeri perut yang disertai dengan pergantian-pergantian dalam gerakan-gerakan usus (pembuangan air besar), terutama sembelit atau diare. Sesungguhnya, dyspepsia dan IBS mungkin adalah penyakitpenyakit yang saling tumpang tindih karena sampai dengan separuh pasien-pasien dengan IBS juga mempunyai gejala-gejala dari dyspepsia. Suatu kelainan fungsional ketiga yang jelas adalah

nyeri dada non-cardiac. Nyeri ini mungkin meniru nyeri dada (angina), namun ia tidak berkaitan dengan penyakit jantung. Sesungguhnya, nyeri dada non-cardiac diperkirakan berakibat dari kelainan fungsional dari kerongkongan (esophagus). Kelainan-kelainan fungsional dari sistim pencernaan seringkali dikategorikan oleh organ yang terlibat. Jadi, ada kelainan-kelainan fungsional dari kerongkongan (esophagus), lambung, usus kecil, usus besar (kolon), dan kantong empedu. Jumlah penelitian yang telah dilakukan dengan kelainan-kelainan fungsonal adalah yang paling besar pada kerongkongan (esophagus) dan lambung (contohnya, nyeri dada non-cardiac, dyspepsia), mungkin karena organ-organ ini lebih mudah dicapai dan dipelajari. Penelitian kedalam kelainan-kelainan fungsional yang mempengaruhi usus kecil dan kolon (IBS) adalah lebih sulit untuk dilaksanakan dan ada lebih sedikit persetujuan diantara studi-studi penelitian. Ini mungkin adalah refleksi dari keruwetan (kompleksitas) dari aktivitas-aktivitas usus kecil dan kolon dan kesulitan dalam mempelajari aktivitas-aktivitas ini. Penyakit-penyakit fungsional dari kantong empedu (dirujuk sebagai biliary dyskinesia), seperti yang dari usus kecil dan usus besar (kolon), juga adalah sulit untuk dipelajari dan pada saat ini mereka lebih kurang baik terdefinisi. Setiap dari penyakit-penyakit fungsional dikaitkan dengan kumpulan (set) gejala-gejala karakteristiknya sendiri.

Penyebab Dyspepsia
Adalah tidak mengejutkan bahwa banyak penyakit-penyakit pencernaan telah dikaitkan dengan dyspepsia. Bagaimanapun, banyak penyakit-penyakit yang bukan pencernaan juga telah dikaitkan dengan dyspepsia. Contoh-contoh dari yang belakangan termasuk diabetes, penyakit tiroid, hipertiroid (kelenjar-kelenjar paratitoid yang terlalu aktif), dan penyakit ginjal yang berat. Adalah tidak jelas, bagaimanapun, bagaimana penyakit-penyakit bukan pencernaan ini mungkin menyebabkan dyspepsia. Penyebab kedua yang penting dari dyspepsia adalah obat-obat. Ternyata bahwa banyak obat-obat seringkali dikaitkan dengan dyspepsia, contohnya, obat-obat anti-peradangan nonsteroid (NSAIDs seperti ibuprofen), antibiotik-antibiotik, dan estrogenestrogen). Sesungguhnya, kebanyakan obat-obat dilaporkan menyebabkan pada paling sedikit beberapa pasien-pasien. Seperti didiskusikan sebelumnya, kebanyakan dyspepsia (bukan yang disebabkan oleh penyakit-penyakit bukan pencernaan atau obat-obat) dipercayai disebabkan oleh fungsi yang abnormal (disfungsi) dari otot-otot organ-organ sistim pencernaan atau syaraf-syaraf yang mengontrol organ-organ. Kontrol syaraf dari sistim pencernaan, bagaimanapun, adalah kompleks (rumit). Sistim syaraf yang menelusuri seluruh panjang dari sistim pencernaan dari kerongkongan sampai ke anus (dubur) dalam dinding-dinding yang berotot dari organ-organ. Syaraf-syaraf ini berkomunikasi dengan syaraf-syaraf lain yang berjalan ke dan dari sumsum tulang belakang (spinal cord). Syaraf-syaraf didalam sumsum tulang belakang, pada gilirannya, berjalan ke dan dari otak. Jumlah-jumlah syaraf-syaraf yang dikandung sistim pencernaan

dilebihi hanya oleh sumsum tulang belakang dan otak. Jadi, fungsi abnormal dari sistim syaraf pada dyspepsia mungkin terjadi pada organ pencernaan yang berotot, sumsum tulang belakang (spinal cord), atau otak. Sistim syaraf yang mengontrol organ-organ pencernaan, seperti dengan kebanyakan organ-organ lain, mengandung keduanya yaitu syaraf-syaraf sensor dan motor. Syaraf-syaraf sensor secara terus menerus merasakan apa yang terjadi (aktivitas) didalam organ dan menyampaikan (merelay) informasi ini pada syaraf-syaraf dalam dinding organ. Dari sana, informasi dapat disampaikan (direlay) pada sumsum tulang belakang dan otak. Informasi diterima dan diproses didalam dinding organ, sumsum tulang belakang, atau otak. Kemudian, berdasarkan pada masukan (input) sensor ini dan caranya masukan (input) diproses, perintahperintah (respon-respon) dikirim ke organ melalui syaraf-syaraf motor. Dua dari respon-respon motor yang paling umum dalam usus kecil adalah kontraksi atau pengenduran dari otot organ dan pengeluaran cairan dan/atau lendir kedalam organ. Seperti telah disebutkan, fungsi abnormal dari syaraf-syaraf organ-organ pencernaan, paling sedikit secara teori, mungkin terjadi pada organ, sumsum tulang belakang (spinal cord), atau otak. Lebih dari itu, kelainan-kelainan mungkin terjadi pada syaraf-syaraf sensor, syarafsyaraf motor, atau pada pusat-pusat pemrosesan dalam usus kecil, spinal cord, atau otak. Beberapa peneliti-peneliti memperdebatkan bahwa penyebab penyakit-penyakit fungsional adalah kelainan-kelainan pada fungsi syaraf-syaraf sensor. Contohnya, aktivitasaktivitas normal, seperti peregangan usus kecil oleh makanan, mungkin menimbulkan tandatanda (signal-signal) sensor yang dikirim ke spinal cord dan otak, dimana mereka dirasakan sebagai yang menyakitkan. Peneliti-peneliti lain meperdebatkan bahwa penyebab penyakitpenyakit fungsional adalah kelainan-kelainan pada fungsi dari syaraf-syaraf motor. Contohnya, perintah-perintah abnormal melalui syaraf-syaraf motor mungkin menghasilkan kejang yang menyakitkan (kontraksi) dari otot-otot. Masih yang lain-lainnya memperdebatkan bahwa pusatpusat pemrosesan yang berfungsi secara abnormal adalah bertanggung jawab pada penyakitpenyakit fungsional karena mereka salah menafsirkan sensasi-sensasi (perasaan) normal atau mengirim perintah-perintah yang abnormal ke organ. Sesungguhnya, beberapa penyakit-penyakit fungsional mungkin disebabkan oleh disfungsi sensor, disfungsi motor, atau disfungsi keduaduanya yaitu sensor dan motor. Yang lain-lain mungkin disebabkan oleh kelainan-kelainan didalam pusat-pusat pemrosesan. Suatu konsep penting yang adalah relevan (bersangkut-paut) pada beberapa mekanismemekanisme (penyebab-penyebab) yang potensial ini dari penyakit-penyakit fungsional adalah visceral hypersensitivity. Konsep ini menyatakan bahwa penyakit-penyakit yang mempengaruhi organ-organ pencernaan (viscera atau isi rongga perut) "membuat peka" (merubah kemampuan reaksi dari) syaraf-syaraf sensor atau pusat-pusat pemrosesan pada sensasi-sensasi yang datang dari organ. Menurut teori ini, penyakit semacam kolitis (peradangan usus besar) dapat

menyebabkan perubahan-perubahan yang permanen dalam kepekaan dari syaraf-syaraf atau pusat-pusat pemrosesan dari kolon. Sebagai akibat dari peradangan sebelumnya ini, stimuli normal dirasakan sebagai abnormal (contohnya, sebagai menyakitkan). Jadi, kontraksi usus besar yang normal mungkin menyakitkan. Adalah tidak jelas penyakit-penyakit apa sebelumnya mungkin menjurus pada kepekaan yang sangat (hypersensitivity) pada orang-orang, meskipun penyakit-penyakit infeksius (bakteri atau virus) dari saluran pencernaan disebutkan paling sering. Visceral hypersensitivity telah ditunjukan secara jelas pada hewan-hewan dan manusia-manusia. Perannya dalam penyakit-penyakit fungsional yang umum, bagaimanapun, adalah tidak jelas. Penyakit-penyakit dan kondisi-kondisi lain dapat memperburuk penyakit-penyakit fungsional, termasuk dyspepsia. Ketakutan dan/atau depresi adalah mungkin faktor-faktor yang memperburuk yang paling umum dikenal untuk pasien-pasien dengan penyakit-penyakit fungsional. Faktor yang memperburuk lain adalah siklus menstrual. Selama periode-periode mereka, wanita-wanita seringkali mencatat bahwa gejala-gejala fungsional mereka adalah lebih buruk. Ini bersesuaian dengan waktu yang sewaktu itu hormon-hormon wanita, estrogen dan progesterone, berada pada tingkat-tingkat tertinggi mereka. Lebih jauh, telah diamati bahwa merawat wanita-wanita yang mempunyai dyspepsia dengan leuprolide, obat suntikan yang menutup produksi estrogen dan progesterone tubuh, adalah efektif pada pengurangan gejalagejala dyspepsia pada wanita-wanita yang pramenopause. Pengamatan-pengamatan ini mendukung peran untuk hormon-hormon dalam intensifikasi gejala-gejala fungsional.

Gejala-Gejala Dyspepsia
Kita biasanya berpikir gejala-gejala dyspepsia sebagai berasal dari sistim pencernaan bagian atas, terutama lambung dan bagian pertama dari usus kecil. Gejala-gejala ini termasuk nyeri perut bagian atas (diatas pusar), bersendawa, mual (dengan atau tanpa muntah), kembung perut (perasaan perut yang penuh tanpa penggelembungan yang obyektif), cepat kenyang (perasaan kenyang setelah jumlah makan yang sangat kecil), dan, mungkin, penggelembungan perut (pembengkakan). Gejala-gejala kebanyakan dibangkitkan (diprovokasi) oleh makan, yang adalah waktu ketika banyak fungsi-fungsi pencernaan yang berbeda dipanggil untuk bekerja dalam konser. Adalah tepat untuk mendiskusikan bersendawa dalam detil karena ia adalah gejala yang umumnya disalahartikan yang berkaitan dengan dyspepsia. Kemampuan untuk bersendawa adalah hampir sedunia (universal). Bersendawa adalah aksi mengeluarkan gas dari lambung melalui mulut. Penyebab umum dari bersendawa adalah penggelembungan perut yang disebabkan oleh udara atau gas yang tertelan. Penggelembungan dari lambung menyebabkan ketidakenakan perut, dan bersendawa mengeluarkan udara dan menghilangkan ketidakenakan. Sebab-sebab yang umum dari penelanan jumlah-jumlah yang besar dari udara (aerophagia) atau gas adalah menelan makanan atau minuman terlalu cepat, ketakutan, dan minuman-minuman

bersoda (berkarbonat). Orang-orang seringkali tidak sadar bahwa mereka menelan udara. Lebih dari itu, jika tidak ada kelebihan udara didalam lambung, aksi bersendawa sebenarnya mungkin menyebabkan lebih banyak udara yang ditelan. "Bersendawa" bayi-bayi sewaktu menyusu dari botol atau dari ibunya adalah penting dalam rangka mengeluarkan udara didalam lambung yang telah tertelan dengan susu. Udara yang berlebihan didalam lambung adalah bukan penyebab satu-satunya dari bersendawa. Untuk beberapa orang-orang, bersendawa menjadi suatu kebiasaan dan tidak mencerminkan jumlah udara didalam lambung-lambung mereka. Untuk yang lain-lainnya, bersendawa adalah respon pada segala tipe dari ketidakenakan perut dan tidak hanya pada ketidakenakan yang disebabkan oleh gas yang meningkat. Setiap orang mengetahui bahwa ketika mereka mempunyai ketidakenakan perut yang ringan, bersendawa seringkali menghilangkan persoalan. Ini karena kelebihan udara didalam lambung seringkali adalah penyebab ketidakenakan perut yang ringan. Sebagai akibatnya, orang-orang bersendawa kapan saja ketidakenakan perut yang ringan dirasakan - apapun penyebabnya. Jika persoalan yang menyebabkan ketidakenakan adalah bukan kelebihan udara, maka bersendawa tidak menyediakan keringanan (pembebasan). Seperti disebutkan sebelumnya, ia bahkan membuat situasi lebih buruk dengan meningkatkan udara didalam lambung. Ketika bersendawa tidak meringankan atau mengurangi ketidakenakan, bersendawa harus dipandang sebagai tanda bahwa mungkin ada sesuatu yang salah didalam perut dan bahwa penyebab dari ketidakenakan harus dicari. Bersendawa sendiri, bagaimanapun, tidak membantu dokter menentukan apa yang mungkin salah karena bersendawa dapat terjadi pada hampir segala penyakit atau kondisi perut yang menyebabkan ketidakenakan.

Merawat Dyspepsia
Perawatan dyspepsia adalah topik yang sulit dan tidak memuaskan karena begitu sedikit obat-obat yang telah dipelajari dan telah menunjukan ke-efektifan. Lagi pula, obat-obat yang telah ditunjukan bermanfaat masih belum efektif secara substansial. Situasi sulit ini ada untuk beberapa sebab-sebab, seperti berikut:

Penyakit-penyakit yang mengancam nyawa (contohnya, kanker, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah penyakit-penyakit yang menangkap perhatian publik dan, lebih penting, pembiayaan penelitian. Dyspepsia adalah bukan penyakit yang mengancam nyawa dan telah menerima pembiayaan penelitian yang sedikit. Karena kekurangan penelitian, pengertian dari proses-proses (mekanisme-mekanisme) fisiologi yang bertanggung jawab untuk dyspepsia telah berkembang secara perlahan. Obat-obat yang efektif tidak dapat dikembangkan hingga ada pengertian dari mekanismemekanisme ini.

Penelitian pada dyspepsia adalah sulit. Dyspepsia didefinisikan oleh gejala-gejala subyektif (seperti nyeri) daripada tanda-tanda obyektif (contohnya, kehadiran dari borok). Gejala-gejala subyektif adalah lebih kurang dipercaya daripada tanda-tanda obyektif dalam mengidentifikasi kelompok-kelompok pasien-pasien yang homogen. Sebagai akibatnya, kelompok-kelompok dari pasien-pasien dengan dyspepsia yang tengah menjalani perawatan kemungkinan mengandung beberapa pasien-pasien yang tidak mempunyai dyspepsia, yang mungkin melemahkan hasil-hasil perawatan. Lebih dari itu, hasil-hasil perawatan harus dievaluasi berdasarkan respon-respon subyektif (seperti membaiknya nyeri). Sebagai tambahan pada lebih ketidakpercayaan, respon-respon subyektif adalah lebih sulit untuk diukur daripada respon-respon obyektif (contohnya, kesembuhan dari borok). Subtipe-subtipe dari dyspepsia yang berbeda (contohnya, nyeri perut dan perut yang kembung) kemungkinan disebabkan oleh proses-proses (mekanisme-mekanisme) fisiologi yang berbeda. Adalah juga mungkin, bagaimanapun, bahwa subtipe dyspepsia yang sama mungkin disebabkan oleh mekanisme-mekanisme yang berbeda pada orangorang yang berbeda. Apa yang lebih, obat apa saja kemungkinan mempengaruhi hanya satu mekanisme. Oleh karenanya, tidak mungkin bahwa satu obat apa saja dapat efektif dalam semua bahkan kebanyakan pasien-pasien dengan dyspepsia, bahkan pasien-pasien dengan gejala-gejala yang serupa. Efektivitas yang tidak konsisten ini membuat pengujian obat-obat sangat sulit. Tentu saja, itu dapat dengan mudah berakibat pada percobaan-percobaan obat yang menunjukan tidak ada kemanjuran ketika , kenyataannya, obat sedang mebantu subkelompok dari pasien-pasien. Gejala-gejala subyektif terutama sekali cenderung merespon pada placebo-placebo (obatobat tidak aktif). Kenyataannya, pada kebanyakan studi-studi, 20 sampai 40% dari pasien-pasien dengan dyspepsia akan membaik jika mereka menerima obat-obat yang tidak aktif. Sekarang, semua percobaan-percobaan klinik dari obat-obat untuk dyspepsia memerlukan kelompok yang dirawat dengan placebo untuk perbandingan dengan kelompok yang dirawat dengan obat. Respon-respon placebo yang besar berarti bahwa percobaan-percobaan klinik ini harus menggunakan jumlah-jumlah yang besar dari pasien-pasien untuk mendeteksi perbedaan-perbedaan yang berarti (signifikan) dalam perbaikan antara kelompok-kelompok placebo dan obat. Oleh karenanya, percobaanpercobaan ini adalah mahal untuk dilaksanakan.

Pendekatan Yang Layak Pada Diagnosis Dan Perawatan Dyspepsia


Pendekatan awal pada dyspepsia, apakah itu perawatan atau pengujian, tergantung pada umur pasien, gejala-gejala dan durasi (lamanya) gejala-gejala. Jika pasien lebih muda dari 50 tahun umurya dan penyakit serius, terutama kanker, adalah tidak mungkin, pengujian adalah kurang penting. Jika gejala-gejala adalah khas untuk dyspepsia dan telah hadir bertahun-tahun tanpa perubahan, maka adalah lebih sedikit keperluan untuk pengujian, atau paling sedikit pengujian yang ekstensif, untuk mengeluarkan penyakit-penyakit pencernaan dan bukan pencernaan lain. Pada sisi lain, jika gejala-gejala timbul baru-baru ini (minggu-minggu atau bulan-bulan), memperburuk secara progresif, berat/parah, atau berhubungan dengan tanda-tanda "peringatan", maka pengujian awal yang lebih ekstensif adalah tepat. Tanda-tanda peringatan termasuk kehilangan berat badan, bangun ditengah malam, darah pada feces (tinja) atau material yang dimuntahkan (vomitus), dan tanda-tanda peradangan, seperti demam atau kepekaan perut. Pengujian juga adalah tepat jika, sebagai tambahan pada gejala-gejala dyspepsia, ada gejalagejala menyolok lain yang tidak umum dikaitkan dengan dyspepsia. Jika ada gejala-gejala yang menyarankan kondisi-kondisi yang lain daripada dyspepsia, tes-tes yang adalah spesifk untuk penyakit-penyakit ini harus dilakukan pertama-tama. Sebabnya adalah bahwa jika tes-tes lain ini menyingkapkan penyakit-penyakit lain, mungkin adalah tidak perlu melakukan pengujian tambahan. Contoh-contoh dari gejala-gejala semacam ini dan pengujian yang mungkin termasuk:

Muntah: endoskopi pencernaan bagian atas untuk mendiagnosa peradangan atau penyakitpenyakit yang menghalangi; studi-studi pengosongan lambung dan/atau electrogastrography untuk mendiagnosa pengosongan lambung yang terganggu. Penggelembungan perut dengan atau tanpa gas dalam perut yang meningkat: x-rays pencernaan bagian atas dan usus kecil untuk mendiagnosa penyakit-penyakit yang menghalangi; tes pernapasan hidrogen untuk mendiagnosa pertumbuhan bakteri yang berlebihan dari usus kecil.

Untuk seorang pasien dengan gejala-gejala khas dyspepsia yang memerlukan pengujian untuk mengeluarkan penyakit-penyakit lain, papan screening standar dari tes-tes darah akan selayaknya dimasukkan. Tes-tes ini mungkin mengungkap petunjuk-petunjuk pada penyakitpenyakit bukan pencernaan. Pengujian feces yang sensitif (antigen/antibodi) untuk Giardia lamblia akan layak karena infeksi parasit ini adalah umum dan dapat menjadi akut atau kronis. Beberapa dokter-dokter melakuan uji darah untuk penyakit celiac (seriawan), namun nilai dari berbuat ini adalah tidak jelas. Lagi pula, jika suatu EGD direncanakan, biopsi-biopsi dari duodenum biasaya akan membuat diagnosis dari penyakit celiac. X-ray perut yang sederhana mungkin dilakukan sewaktu episode nyeri perut (untuk mencari halangan atau rintangan dari usus kecil). Pengujian untuk ketidaktoleranan lactose atau percobaan dari diet yang bebas lactose

yang ketat harus dipertimbangkan. Pertimbangan secara klnik dari dokter harus menentukan tingkatan dimana pengujian awal adalah tepat. Sekali pengujian telah dilakukan pada tingkat yang tepat untuk situasi klinis, adalah layak untuk pertama mencoba suatu percobaan terapis dari penekanan asam lambung untuk melihat apakah gejala-gejala membaik. Percobaan macam ini mungkin harus melibatkan PPI (proton pump inhibitor) untuk 8 sampai 12 minggu. Jika tidak ada respon yang jelas dari gejala-gejala, opsi-opsinya kemudian adalah untuk menghentikan PPI atau mengkonfirmasikan keefektifannya dalam menekan asam dengan pengujian asam 24 jam. Jika ada pengurangan yang jelas dan substansial dari gejala-gejala dengan PPI, maka keputusan-keputusan perlu dibuatu tentang meneruskan penekanan asam dan obat-obat yang mana yang digunakan. Pendekatan secara terapi lain adalah untuk menguji infeksi Helicobacter pylori dari lambung (dengan tes-tes darah, napas atau feces) dan untuk merawat pasien-pasien dengan infeksi untuk membasmi infeksi. Adalah mungkin perlu untuk menguji ulang pasien-pasien setelah perawatan untuk membuktikan bahwa perawatan telah secara efektif membasmi infeksi, terutama jika gejala-gejala dyspepsia tetap berlangsung atau bertahan setelah perawatan. Jika perawatan dengan suatu PPI telah dengan memuaskan menekan asam menurut pengujian ph (atau penekanan asam masih belum diukur) dan namun gejala-gejala masih belum membaik, adalah layak untuk melakukan pengujian lebih jauh seperti digambarkan diatas. Esophago-gastro-duodenoscopy, atau EGD, (dan kemungkinan kolonoskopi) adalah pertimbangan berikutnya, mungkin dengan biopsi-biopsi berkali-kali dari lambung dan duodenum (dan kolon jika kolonoskopi dilakukan). Akhirnya, x-rays usus kecil dan pemeriksaan ultrasound dari kantong empedu mungkin dilakukan. Pemeriksaan ultrasound, CT scan, atau MRI scan perut dapat mengeluarkan penyakit-penyakit bukan pencernaan. Sekali pengujian yang tepat telah diselesaikan, percobaan-percobaan empiris dari obat-obat lain (contohnya, smooth muscle relaxants, obat-obat psikotropik, dan obat-obat promotility) dapat dilakukan. Percobaan empiris dari obat adalah percobaan yang tidak berdasarkan pada pengertian dari penyebab gejalagejala yang tepat. Jika semua dari pengujian yang tepat mengungkapkan tidak ada penyakit yang dapat menyebabkan gejala-gejala dan gejala-gejala dyspepsia telah tidak merespon pada perawatanperawatan empiris, tes-tes lain yang lebih khusus harus dipertimbangkan. Tes-tes ini termasuk pengujian pernapasan hidrogen untuk mendiagnosa pertumbuhan bakteri yang berlebihan dari usus kecil, studi-studi pengosongan lambung, EGG, studi-studi transit usus kecil, dan studi-studi antro-duodenal motility dan barostatic. Studi-studi khusus ini mungkin harus dilakukan di pusatpusat yang mempunyai pengalaman dan keahlian dalam mendiagnosa dan merawat penyakitpenyakit fungsional.

You might also like