You are on page 1of 16

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kriminalitas atau kejahatan itu bukan merupakan peristiwa herediter (bawaan sejak lahir, warisan) juga bukan merupakan warisan biologis. Tingkah laku kriminal itu bisa dilakukan oleh siapapun juga, baik wanita maupun pria dapat berlangsung pada usia anak, dewasa ataupun lanjut umur. Tindak kejahatan bisa dilakukan secara tidak sadar, yaitu difikirkan, direncanakan dan diarahkan pada satu makksud tertentu secara sadar. Namun bisa juga dilakukan secara setengah sadar, misalnya didorong oleh impuls-impuls yang hebat, didera oleh dorongan-dorongan paksaan yang sangat kuat (kompulsi-kompulsi), dan oleh obsesi-obsesi. Kejahatan bisa juga dilakukan secara tidak sadar sama sekali. Misalnya, karena terpaksa untuk mempertahankan hidupnya, seseorang harus melawan dan terpaksa membalas menyerang, sehingga terjadi peristiwa pembunuhan. Masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produk kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi dan urbanisasi memunculkan banyak masalah sosial. Usaha adaptasi atau penyesuaian diri terhadap masyarakat modern sangat kompleks itu menjadi tidak mudah. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, kebingungan, kecemasan dan konflik, baik konflik eksternal yang terbuka, maupun yang internal dalam batin sendiri yang tersembunyi dan tertutup sifatnya. Sebagai dampaknya orang lalu mengembangkan pola tingkah-laku

menyimpang dari norma-norma umum, dengan jalan berbuat semau sendiri demi keuntungan sendiri dan kepentingan pribadi, kemudian mengganggu dan merugikan pihak lain.

B. Masalah Dalam perkembangan masyarakat seperti ini, pengaruh budaya di luar sistem masyarakat sangat mempengaruhi perilaku anggota masyarakat itu sendiri, terutama anak-anak, lingkungan, khususnya lingkungan sosial, mempunyai peranan yang sangat besar terhadap pembentukan perilaku anak, termasuk perilaku jahat yang dilakukan oleh anak. Beberapa waktu terakhir ini, banyak terjadi kejahatan atau perilaku jahat di masyarakat. Dari berbagai media massa, baik elektronik maupun cetak, kita selalu mendengar dan mengetahui adanya kejahatan atau perilaku jahat yang dilakukan oleh anggota masyarakat. Pelaku kejahatan atau pelaku perilaku jahat di masyarakat tidak hanya dilakukan oleh anggota masyarakat yang sudah dewasa, tetapi juga dilakukan oleh anggota masyarakat yang masih anak-anak atau yang biasa kita sebut sebagai kejahatan anak atau perilaku jahat anak. Fakta menunjukkan bahwa semua tipe kejahatan anak itu semakin bertambah jumlahnya dengan semakin lajunya perkembangan industrialisasi dan urbanisasi. Kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak pada intinya merupakan produk dari kondisi masyarakatnya dengan segala pergolakan sosial yang ada di dalamnya. Kejahatan anak ini disebut sebagai salah satu penyakit masyarakat atau penyakit sosial. Penyakit sosial atau penyakit masyarakat adalah segala bentuk tingkah laku yang di anggap tidak sesuai, melanggar norma-norma umum, adat-istiadat, hukum formal, atau tidak bisa diintegrasikan dalam pola tingkah laku umum. Kejahatan dalam segala usia termasuk remaja dan anak-anak dalam dasawarsa lalu, belum menjadi masalah yang terlalu serius untuk dipikirkan, baik oleh pemerintah, ahli kriminologi , penegak hukum, praktisi sosial maupun masyarakat umumnya. Perilaku jahat anak-anak dan remaja merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak yang disebabkan oleh salah satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Pengaruh sosial dan kultural memainkan peranan yang besar dalam pembentukan atau pengkondisian tingkah-laku kriminal anak-anak dan remaja. Perilaku anak-anak dan remaja ini menunjukkan tanda-tanda kurang atau tidak adanya konformitas terhadap norma-norma sosial.

Anak-anak dan remaja yang melakukan kejahatan itu pada umumnya kurang memiliki kontrol diri, atau justru menyalahgunakan kontrol diri tersebut, dan suka menegakkan standar tingkah laku sendiri, di samping meremehkan keberadaan orang lain. Kejahatan yang mereka lakukan itu pada umumnya disertai unsur-unsur mental dengan motif-motif subyektif, yaitu untuk mencapai satu objek tertentu dengan disertai kekerasan. Pada umumnya anak-anak dan remaja tersebut sangat egoistis, dan suka sekali menyalahgunakan dan melebih-lebihkan harga dirinya. Adapun motif yang mendorong mereka melakukan tindak kejahatan itu antara lain adalah : 1. Untuk memuaskan kecenderungan keserakahan. 2. Meningkatkan agresivitas dan dorongan seksual. 3. Salah-asuh dan salah didik orang tua, sehingga anak tersebut menjadi manja dan lemah mentalnya. 4. Hasrat untuk berkumpul dengan kawan senasib dan sebaya, dan kesukaan untuk meniru-niru. 5. Kecenderungan pembawaan yang patologis atau abnormal. 6. Konflik batin sendiri, dan kemudian menggunakan mekanisme pelarian diri serta pembelaan diri yang irrasional.

Pakar

kriminologi

Van

S.

Lambroso

dengan

teori

Lambroso,

yang

menyebutkan sebab-sebab kejahatan seorang hanya dapat ditemukan dalam bentukbentuk fisik dan psikis serta ciri, sifat dari tubuh seseorang. Sebab-sebab kejahatan menjadi faktor utama dalam proses terbentuknya tindak pidana baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk mencari faktor yang lebih esensial dari bentuk tindak pidana/ kejahatan yang dilakukan secara sempurna kedudukan ini dapat diartikan dengan faktor kejahatan yang timbul secara ekstern (faktor luar) maupun intern (faktor dalam) dari pelaku tindak pidana kejahatan seseorang. Secara implisit berbagai faktor dapat dijadikan sebagai sistem untuk merumuskan kejahatan pada umumnya ataupun kejahatan anak pada khususnya. Berbeda dengan seseorang anak atau pun dalam melakukan kejahatan,

tampak bahwa faktor-faktor apapun yang di dapat pada diri anak dan remaja yang jelas semuanya tidak terstruktur maupun disikapi terlebih dahulu. Masyarakat yang baik di masa yang akan mendatang bergantung dan diawali pada perilaku anak-anak dan remaja sekarang sebagai generasi penerus. Anak-anak atau pun remaja yang baik dalam berperilaku sangat menunjang terbentuknya sistem sosial masyarakat. Oleh karena itu permasalahan perilaku jahat anak-anak dan remaja perlu segera mendapat ekstra perhatian demi terbentuknya sistem sosial masyarakat yang baik.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Apa jenis-jenis kriminalitas yang dilakukan anak-anak, remaja, maupun dewasa? Faktor-faktor apa yang menyebabkan perilaku kriminalitas? Apakah dampak dari kriminalitas? Bagaimana solusi dari tindak kriminaliatas yang terjadi? Apa saja fungsi dan disfungsi dari kejahatan (kriminalitas)?

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

BAB II PEMBAHASAN

A. Kriminalitas Kriminalitas atau tindak kriminal segala sesuatu yang melanggar hukum atau sebuah tindak kejahatan. Pelaku kriminalitas disebut seorang kriminal. Biasanya yang dianggap kriminal adalah seorang pencuri, pembunuh, perampok, atau teroris. Secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoril), merugikan masyarakat, asocial sifatnya dan melanggar hukum serta undang-undang pidana didalam perumusan pasal-pasal kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) jelas tercantum: kejahatan adalah semua bentuk perbuatan yang memenuhi perumusan ketentuan-ketentuan KUHP. Misalnya pembunuhan adalah perbuatan yang memenuhi perumusan pasal 388 KUHP, mencuri memenuhi bunyi pasal 362 KUHP, sedang kejahatan penganiayaan memenuhi pasal 351 KUHP. Ringkasnya, secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang melanggar undang-undang pidana. Selanjutnya semua tingkah laku yang dilarang oleh undang-undang, harus disingkiri. Barang siapa melanggarnya, dikenai pidana. Maka larangan-larangan dan kewajiban-kewajiban tertentu yang harus ditaati oleh setiap warga Negara itu tercantum pada undang-undang dan peraturan-peraturan pemerintah, baik yang dipusat maupun pemerintah daerah. Secara sosiologis, kejahatan adalah semua bentuk ucapan, perbuatan, dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis dan social psikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-norma susila, dan menyerang keselamatan warga masyarakat (baik yang telah tercakup dalam undang-undang, maupun yang belum tercantum dalam undang-undang pidana). Tingkah laku manusia yang jahat, immoral dan anti social itu banyak menimbulkan reaksi kejengkelan dan kemarahan dikalangan masyarakat, dan jelas sangat merugikan umum. Karena itu, kejahatan tersebut harus diberantas, atau tidak

boleh dibiarkan berkembang, demi ketertiban, keamanan dan keselamatan masyarakat. Maka warga masyarakat secara keseluruhan, bersama-sama dengan lembagalembaga yang resmi yang berwenang seperti kepolisian, kejaksaan, pengadilan, lembaga kemasyarakatan, dan lain-lain termasuk wajib menanggulani kegiatan sejauh mungkin. Secara kriminologi yang berbasis sosiologis kejahatan merupakan suatu pola tingkah laku yang merugikan masyarakat (dengan kata lain terdapat korban) dan suatu pola tingkah laku yang mendapatkan reaksi sosial dari masyarakat. Reaksi sosial tersebut dapat berupa reaksi formal, reaksi informal, dan reaksi non-formal. Secara yuridis, kejahatan berarti segala suatu tindakan atau tingkah laku manusia yang melanggar undang-undang atau ketentuan yang berlaku dan diakui dapat dipidana secara legal,dan diatur dalam hukum pidana. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak kriminal / kejahatan diantaranya : 1. Pertentangan dan persaingan kebudayaan 2. Perbedaan ideologi politik 3. Kepadatan dan komposisi penduduk 4. Perbedaan distribusi kebudayaan 5. Perbedaan kekayaan dan pendapatan 6. Mentalitas yang labil Kejahatan menurut kitab undang-undang hukum pidana untuk Indonesia ialah: 1) Kejahatan melanggar keamanan Negara antara lain: makar, menghilang nyawa pimpinan Negara, usaha meruntuhkan pemerintahan, memberikan rahasia-rahasia Negara kepada agen asing, dan lain-lain (KUHP 104 sampai dengan 109) 2) Kejahatan melanggar martabat raja dan martabat gubernur jendral antara lain: Penghilangan nyawa atau kemerdekaan pejabat tersebut diatas dan penghinaan dengan sengaja, dan lain-lain (KUHP 139 sampai dengan145) 3) Kejahatan melawan Negara yang bersahabat dan melanggar kepala dan wakil Negara yang bersahabat dan lain-lain (KUHP 146 sampai dengan 145) 4 Kejahatan tentang melakukan kewajiban kenegaraan dan hak kenegaraan; antara lain berupa: Dengan ancaman dan kekerasan mencerai-beraikan persidangan Dewan

Perwakilan Rakyat, mengacau dan merintangi pelaksanaan pemilihan umum dan lainlain (KUHP 146 sampai dengan 153) 5) Kejahatan melanggar ketertiban umum, antara lain: secara terbuka dan dimuka umum menghasut serta menyatakan rasa permusuhan, kebencian dan hinaan kepada pemerintahan, dengan kekerasan mengancam dan berusaha merobohkan serta melanggar pemerintahan yang sah, tidak melakukan tugas kewajiban jabatannya, menjadi anggota organisasi terlarang menurut hukum, melakukan keonaran, hura-hura dan mengganggu ketentraman umum, dan lain-lain (KUHP 153 sampai dengan 181) 6) Kejahatan perang tanding (KUHP 182 sampai dengan 186) 7) Kejahatan yang membahayakan keamanan umum orang dan barang, antara lain:mengakibatkan kebakaran, peletusan dan banjir, merusak bangunan-banguna listrik untuk umum, mendatangkan bahaya maut kepada orang, merusak bangunan dan jalan-jalan umum, dengan sengaja mendatangkan bahaya bagi lalu lintas umum dan pelayaran, meracuni sumur dan sumber mata air, minum untuk keperluan umum, dan lain-lain (KUHP 187 sampai dengan 206) 8) Kejahatan melanggar kekuasaan umum, antara lain: dengan kekerasan melawan pegawai negara yang sedang bertugas, mengambil barang sitaan, merusak dan membuka surat, menganjurkan desersi, menghasut mengadakan pemberontakan serta hura-hara, dan lain-lain (KUHP 207 sampai dengan 241) 9) Kejahatan sumpah palsu dan keterangan palsu (KUHP 242 dan 243) 10) Kejahatan pemalsuan mata uang dan uang kertas negeri serta uang kertas bank (KUHP 244 sampai dengan 252) 11) Kejahatan pemalsuan materai dan cap (KUHP 253 sampai dengan 262) 12) Kejahatan pemalsuan dalam surat (KUHP 263 sampai dengan 276) 13) Kejahatan melangar duduk-perdata (KUHP 277 sampai dengan280) 14) Kejahatan melanggar kesusilaan (KUHP 281 sampai dengan 303) 15) Kejahatan meninggalkan orang yang perlu ditolong (KUHP 304 sampai dengan 309) 16) Kejahatan penghinaan (KUHP 310 sampai dengan 321) 17) Kejahatan membuka rahasia (KUHP 322 sampai dengan 323) 18) Kejahatan melanggar kemerdekaan orang (KUHP 324 sampai dengan 337) 19) Kejahatan terhadap nyawa orang (KUHP 338 sampai dengan 350)

20) Kejahatan penganiayaan (KUHP 351 sampai dengan 358) 21) Kejahatan menyebabkan matinya atau lukanya orang karena kesalahan (perbuatan dengan tidak sengaja), (KUHP 362 sampai dengan 367) 22) Kejahatan pencurian (KUHP 362 sampai dengan 367) 23) Kejahatan pemerasan dan pengancaman (KUHP 362 sampai dengan 371) 24) Kejahatan penggelapan (KUHP 372 sampai dengan 377) 25) Kejahatan penipuan (KUHP 378 sampai dengan 395) 26) Kejahatn merugikan orang yang berpiutang atau berhak (KUHP 396 sampai dengan 405) 27) Kejahatan penghancuran atau perusakan barang (KUHP 406 sampai dengan 412) 28) Kejahatan jabatan bagi pegawai negeri, antara lain: memalsukan, menggelapkan uang, dan barang berharga, menghancurkan dan merusak arsip-arsip Negara dan lain-lain (KUHP 413 sampai dengan 437) 29) Kejahatan pelayaran (KUHP 438 sanpai dengan 479) 30) Kejahatan pemudahan, antara lain menadahkan barang-barang pencurian, menerbitkan serta mengedarkan tulisan-tulisan yang melanggar hukum (KUHP 480 sampai dengan 485)

Selanjutnya KUHP untuk indonesia juga menyebutkan sederetan tingkah laku yang dikategorikan dalam PELANGGARAN yaitu: a) Pelanggaran tentang keselamatan umum orang dan barang dan kesehatan hukum (KUHP 489 sampai dengan 502) b) Pelanggaran tentang ketertiban (KUHP 503 sampai dengan 520) c) Pelanggaran tentang kekuasaan umum (KUHP 521 sampai dengan 528) d) Pelanggaran tentang duduk-perdata (KUHP 529 sampai dengan 530) e) Pelanggaran tentang orang yang perlu ditolong (KUHP 531) f) Pelanggaran tentang kesusilaan (KUHP 532 sampai dengan 547) g) Pelanggaran tentang polisi luar (KUHP 548 sampai dengan 551) h) Pelanggaran jabatan (KUHP 552 sampai dengan 559) i) Pelanggaran pelayaran (KUHP 560 sampai dengan 569) j) Pelanggaran tentang keamanan Negara (KUHP 570)

Dari segi kriminologi,setiap tindakan Dari segi kriminologi setiap tindakan atau perbuatan tertentu yang tindakan disetujui oleh masyarakat diartikan sebagai kejahatan. Ini berarti setiap kejahatan tidak harus dirumuskan terlebih dahulu dalam suatu peraturan hukum pidana. Jadi setiap perbuatan yang anti sosial,merugikan serta menjengkelkan masyarakat,secara kriminologi dapat dikatakan sebagai kejahatan Arti kejahatan dilihat dengan kaca mata hukum, mungkin adalah yang paling mudah dirumuskan secara tegas dan konvensional. Menurut hokum kejahatan adalah perbuatan manusia yang melanggar atau bertentangan dengan apa yang ditentukan dalam kaidah hokum; tegasnya perbuatan yang melanggar larangan yang ditetapkan dalam kaidah hokum,dan tidak memenuhi atau melawan perintah-perintah yang telah ditetapakan dalam kaidah hokum yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan bertempat tinggal. Selama kesalahan seorang kriminal belum ditetapkan oleh seorang hakim, maka orang ini disebut seorang terdakwa. Sebab ini merupakan asas dasar sebuah negara hukum: seseorang tetap tidak bersalah sebelum kesalahannya terbukti. Pelaku tindak kriminal yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan harus menjalani hukuman disebut sebagai terpidana atau narapidana. Dari segi apa pun dibicarakan suatu kejahatan,perlu diketahui bahwa kejahatan bersifat relative. Dalam kaitan dengan sifat relatifnya kejahatan, G. Peter Hoefnagels menulis sebagai berikut : We have seen that the concept of crime is highly relative in commen parlance. The use of term crime in respect of the same behavior differs from moment to moment(time), from group to group (place) and from context to (situation). Relatifnya kejahatan bergantung pada ruang,waktu,dan siapa yang menamakan sesuatu itu kejahatan. Misdad is benoming, kata Hoefnagels; yang berarti tingkah laku didefenisikan sebagai jahat oleh manusia-manusia yang tidak mengkualifikasikan diri sebagai penjahat. Dalam konteks itu dapat dilakukan bahwa kejahatan adalah suatu konsepsi yang bersifat abstrak. Abstrak dalam arti ia tidak dapat diraba dan tidak dapat dilihat,kecuali akibatnya saja.

B. Bentuk-bentuk Kriminalitas Bentuk dan jenis kejahatan itu dapat dibagi-bagikan kedalam beberapa kelompok, yaitu: a) Rampok dan gangsterisme, yang sering melakukan operasi-operasinya bersama-sama dengan organisasi-orgnisasi legal. b) Penipuan-penipuan: permainan-permainan penipuan dalam bentuk judi dan peranrataperantara kepercayaan, pemerasan (blackmailing), ancaman untuk mempublisir skandal dan perbuatan manipulative. c) Pencurian dan pelanggaran; perbuatan kekerasan, pembegalan, penjambretan/pencopetan, perampokan; pelanggaran lalu lintas, ekonomi, pajak, bea cukai, dan lain-lain.

Menurut cara kejahatan dilakukan, bisa dikelompokkan dalam : a) Menggunkan alat-alat bantu: senjata, senapan, bahan-bahan kimia dan racun, instrument kedokteran, alat pemukul, alat jerat, dan lain-lain. b) Tanpa menggunakan alat bantu, hanya dengan kekuatan fisik belaka, bujuk rayu dan tipu daya. c) Residivis, yaitu penjahat-penjahat yang berulang-ulang ke luar masuk penjara. Selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda bentuk kejahatannya. d) Penjahat-penjahat berdarah dingin, yang melakukan tindak durjana dengan

pertimbangan-pertimbangan dan persiapan yang matang. e) Penjahat kesempatan atau situasional, yang melakukan kejahatan dengan

menggunakan kesempatan-kesempatan kebetulan. f) Penjahat dengan dorongan impuls-impuls yang timbul seketika. Misalnya berupa perbuatan kortsluiting, yang lepas dari pertimbangan akal, dan lolos dari tapisan hati nurani. g) Penjahat kebetulan, misalnya karena lupa diri, tidak disengaja, lalai, ceroboh, acuh tak acuh, sembrono, dan lain-lain.

Sarjana Capelli membagi type penjahat sebagai berikut: 1) Penjahat yang melakukan kejahatan didorong oleh factor psikopatologis, dengan pelaku-pelakunya: a. Orang yang sakit jiwa. b. Berjiwa abnormal, namun tidak sakit jiwa.

2) Penjahat yang melakukan tindak pidana oleh cacat badani-rohani, dan kemunduran jiwa-raganya. a. Orang-orang dengan gangguan jasmani-rohani sejak lahir dan pada usia muda, sehingga sukar dididik, dan tidak mampu menyesuaikan diri terhadap pola hidup masyarakat umum. b. Orang-orang dengan gangguan badani-rohani pada usia lanjut (dementia senilitas), cacat/invalid oleh suatu kecelakaan, dan lain-lain.

3) Penjahat karena faktor-faktor social, yaitu: a. Penjahat kebiasaan. b. Penjahat kesempatan oleh kesulitan ekonomi atau kesulitan fisik. c. Penjahat kebetulan, yang pertama kali melakukan kejahatan kecil secara kebetulan kemudian berkembang lebih sering lagi, lalu melakukan kejahatan-kejahatan besar. d. Penjahat-penjahat berkelompok seperti melakukan penebangan kayu dan pencurian kayu di hutan-hutan pencurian massal di pabrik-pabrik pembantaian secara bersama, penggarongan, perampokan dan sebagainya.

Adapun tipe atau jenis-jenis menurut penggolongan para ahlinya adalah sebagai berikut : 1. Penjahat dari kecendrungan(bukan karena bakat). 2. Penjahat karena kelemahan (karena kelemahan jiwa sehingga sulit menghindarkan diri untuk tidak berbuat). 3. Penjahat karena hawa nafsu yang berlebihan, dan putus asa, penjahat terdorong oleh harga diri atau keyakinan.

Pembagian menurut Seelig : 1. Penjahat karena segan bekerja. 2. Penjahat terhadap harta benda karena lemah kekuatan bathin untuk menekan godaan. 3. Penjahat karena nafsu menyarang. 4. Penjahat karena tidak dapat menahan nafsu seks. 5. Penjahat karena mengalami krisis kehidupan 6. Penjahat terdorong oleh pikirannya yang masih primitive. 7. Penjahat terdorong oleh keyakinannya. 8. Penjahat karena kurang disiplin kemasyarakatan. 9. Penjahat campuran ( gabungan dari sifat-sifat yang terdapat pada butir 1 s/d 8 ) Pembagian menurut Capelli 1. Kejahtan karena factor-faktor psikopathologis, yang pelakunya terdiri dari a) Orang-orang yang sakit jiwa. b) Orang-orang yang berjiwa abnormal (sekalipun tidak sakit jiwa). 2. Kejahatan karena factor-faktor cacat atau kemunduran kekuatan jiwa dan raganya yang dilakukan oleh : a) Orang-orang yang menderita cacadt setelah usia lanjut. b) Orang-orang menderita cacat jasmaniah atau rohaniah sejak masa kanak- kanak sehingga sukar menyesuaikan diri di tengah masyarakatnya. 3. Kejahatan karena factor-faktor sosial yang pelakunya terdiri dari : - Penjahat kebiasaan a) Penjahat kesempatan,karena menderita kesulitan ekonomi atau kesulitan fisik. b) Penjahat yang karena pertama kali pernah berbuat kejahatan kecil yang sifatnya kebetulan dan kemudian berkembang melakukan kejahatan yang lebih besar dan lebih sering. c) Orang-orng yang turut serta pada kejahatan kelompok seperti, pencurianpencurian di pabrik dan lain sebagainya.

4. Menurut obyek hukum yang diserangnya, kejahatan dapat dibagi dalam: 1) Kejahatan ekonomi: fraude, penggelapan, penyeludupn, perdagangan, barang-barang terlarang (bahan narkotik, buku-buku dan bacaan pornografis, minuman keras, dan lainlain), penyogokan dan penyuapan untuk mendapatkan monopoli-monopoli tertentu, dan lain-lain. 2) Kejahatan politik dan pertahanan-keamanan, pelanggaran ketertiban umum,

penghianatan, dan penjualan rahasia-rahasia Negara pada agen-agen asing, berfungsi sebagai agen-agen subversi, pengacauan, kejahatan terhadap keamanan Negara dan kekuasaan Negara, penghinaan terhadap martabat pemimpin-pemimpin Negara, kolaborasi dengan musuh, dan lain-lain. 3) Kejahatan kesusilaan: pelanggaran seks, perkosaan, fitnahan. 4) Kejahatan terhadap jiwa orang dan harta benda. Jika yang dipakai sebagai criteria adalah motif atau alasan-alasannya, maka kejahatan bisa berlandaskan pada motif-motif : ekonomis, politis, dan etis atau kesusilaan. 5 Pembagian kejahatan menurut tipe penjahat, yang dilakukan oleh Cecaro Lombroso, ialah sebagai berikut : 1) Penjahat sejak lahir dengan sifat-sifat heredriter (born criminals) dengan kelainankelainan bentuk jasmani, bagian-bagian badan yang abnormal, stik mata atau roda fisik, anomaly/cacat dan kekurangan jasmaniah. Misalnya bentuk tengkorak yang luar biasa, dengan keanehan-keanehan susunan otak mirip dengan binatang. 2) Penjahat dengan kelainan jiwa, misalya: gila, setengah gila, idiot, debil, imbesil, dihinggapi hysteria, melankolis, epilepsy atau ayan, dementia yaitu lemah pikiran, dementia peraicok atau lemah fikiran yang sangat dini, dan lain-lain. 3) Penjahat dirangsang oleh dorongan libido seksualis atau nafsu-nafsu seks. 4) Penjahat karena kesempatan. Misalnya terpaksa melakukan kejahatan karena keadaan yang luar biasa, dalm bentuk pelanggaran-pelanggran kecil. Dia membaginya dalam : pseudo-kriminal (pura-pura) dan kriminaloids. 5) Penjahat dengan organ-organ jasmani yang normal, namun mempunyai pola kebiasaan buruk, asosiasi social yang abnormanl atau menyimpang dari pola kelakuan umum, sehingga sering melanggar undang-undang dan norma susila, lalu banyak melakukan kejahatan.

Aschaffenburg membagi type penjahat sebagai berikut: 1) Penjahat professional : kejahatan sebagai penggaotan atau pekerjaan sehari-hari, karena sikap hidup yang keliru. 2) Penjahat oleh kebiasaan, disebabkan oleh mental yang lemah, sikap yang pasif, pikiran yang tumpul, dan apatisme. 3) Penjahat tanpa/kurang memiliki disiplin kemasyarakatan. Misalnya para pengemudi mobil dan sepeda motor yang tidak bertanggung jawab, tidak menghiraukan etik lalu lintas dan peraturan-peraturan keamanan lalu lintas. 4) Penjahat-penjahat yang memiliki krisis jiwa, misalnya kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak puber, membakar rumah sendiri karena ingin mendapatkan uang asuransi; membunuh pacar sendiri karena sudah dihamilli,atau karena cintanya tidak terbalas. Ibu muda yang membunuh bayinya karena tidak kawin; membunuh orang lain atau melakukan bunuh diri, karena tidak mampu krisis jiwanya, dan lain-lain. 5) Penjahat yang melakukan kejahatan oleh dorongan-dorongan seks yang abnormal. Misalnya homoseks, sadisme, sadomasokhisme, pedofilia, lesbian, perkosaan, dan lain-lain. 6) Penjahat yang sangat agresif dan memiliki mental yang sangat labil, yang sering melakukan penyerangan, penganiayaan dan pembunuhan. Juga selalu melontarkan pernyataan-pernyataan ovensif/penyerangan, melalui ucapan atau tulisan-tulisan penghinaan dan fitnahan. Mereka itu biasanya memiliki rasa social yang tipis sekali, dan jiwanya sangat tidak stabil. Pemakaian minuman keras dan bahan-bahan narkotika memperbesar nafsu-nafsu agresifnya.

C. Fungsi Dan Disfungsi Dari Kejahatan Dalam masyarakat modern yang sangat kompleks dan heterogin, misalnya masyarakat urban, kota-kota besar dan metropolitan perangai anti-social dan kejahatan itu berkembang dengan cepatnya. Kondisi lingkungan dengan perubahan-perubahan yang cepat, norma-norma dan sanksi social yang semakin longgar serta macammacam subkultur dan kebudayaan asing yang saling berkonflik, semua factor itu memberikan pengaruh yang mengacau, dan memunculkan disorganisasi dalam

masyarakatnya. Muncullah banyak kejahatan. Maka, adanya kejahatan tersebut merupakan tantangan berat bagi para anggota-anggota masyarakat. Sebabnya ialah: a) Kejahatan yang bertubi-tubi itu memberikan efek yang mendemoralisir/merusak terhadap orde social. b) Menimbulkan rasa tidak aman, kecemasan, ketakutan dan kepanikan ditengah masyarakat. c) Banyak materi dan energy terbuang dengan sia-sia oleh gangguan-gangguan kriminalitas. d) Menambah beban ekonomis yang semakin besar kepada sebagian besar

masyarakatnya.

Semua ini dapat disebut sebagai disfungsi sosial dari kejahatan. Selain itu ada juga fungsi sosial dari kejahatan yang dapat memberikan dampak positif, yaitu: 1) Menumbuhkan rasa solidaritas dalam kelompok-kelompok yng tengah diteror oleh para penjahat. 2) Muncullah kemudian tanda-tanda baru, dengan norma-norma susila yang lebih baik, yang diharapkan mampu mengatur masyarakat dengan cara yang lebih baik dimasamasa mendatang. 3) Orang berusaha memperbesar kekuatan hukum, dan menambah kekuatan fisik lainnya untuk memberantas kejahatan.

Hukum yang tidak pasti , yang tidak memenuhi asas keadilan membuat orang mencari caranya sendiri untuk memuaskan rasa keadilannya , meskipun cara -cara itu bertentangan dengan peraturan hukum yang berlaku .

Untuk menyelesaikan masalah ini seharusnya para pengambil kebijakan berkomitmen dengan kuat melaksanakan kebijakan ekonomi yang berpihak dengan rakyat dan menegakkan supremasi hukum yang memenuhi rasa keadilan masyarakat dengan tidak pandang bulu . 1. Mengenakan sanksi hukum yang tegas dan adil kepada para pelaku kriminalitas tanpa pandang bulu atau derajat

2. Mengaktifkan peran serta orang tua dan lembaga pendidikan dalam mendidik anak 3. Selektif terhadap budaya asing yang masuk agar tidak merusak nilai busaya bangsa sendiri 4. Menjaga kelestarian dan kelangsungan nilai norma dalam masyarakat dimulai sejak dini melalui pendidikan multi kultural , seperti sekolah , pengajian dan organisasi masyarakat

You might also like