You are on page 1of 28

Asbbun Nuzl (Arab: , Sebab-sebab Turunnya (suatu ayat)) adalah ilmu AlQur'an yang membahas mengenai latar belakang

kang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-Qur'an diturunkan. Pada umumnya, Asbabun Nuzul memudahkan para Mufassir untuk menemukan tafsir dan pemahaman suatu ayat dari balik kisah diturunkannya ayat itu. Selain itu, ada juga yang memahami ilmu ini untuk menetapkan hukum dari hikmah dibalik kisah diturunkannya suatu ayat.[1] Ibnu Taimiyyah mengemukakan bahwa mengetahui Asbabun Nuzul suatu ayat dapat membantu Mufassir memahami makna ayat. Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul suatu ayat dapat memberikan dasar yang kokoh untuk menyelami makna suatu ayat Al-Quran.[2]

[sunting] Kegunaan Asbbun Nuzl


1. Untuk menjelaskan hikmah tentang pensyariatan terhadap hukum 2. Untuk mengkhususkan hukum yang bersifat umum

Terkadang banyak ayat yang turun, sedang sebabnya hanya satu. dalam hal ini tidak ada permasalahan yang cukup penting, karena itu banyak ayat yang turun didalam berbagai surah berkenaan dengan satu peristiwa. Asbabun nuzul adakalanya berupa kisah tentang peristiwa yang terjadi, atau berupa pertanyaan yang disampaikan kepada rasulullah SAW untuk mengetahui hukm suatu masalah, sehingga Qur'an pun turun sesudah terjadi peristiwa atau pertanyaan tersebut. Asbabun nuzul mempunyai pengaruh dalam memahami makna dan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran. Al-Qur'an diturunkan untuk memahamipetunjuk kepada manusia kearah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimana kepada allah SWT dan risalah-Nya, sebagian besar qur'an pada mulanya diturunkan untuk tujuan menyaksikan banyak peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi diantara mereka khusus yang memerlukan penjelasan hukum allah SWT.

RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian dari Asbabun nuzul itu ? 2. Bagaimanakah cara turunnya asbabun nuzul itu ? 3. Apakah faedah (manfaat) dari mempelajari asbabun nuzul itu ?

TUJUAN PENULISAN Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah agar kita bisa lebih mengenal tentang silsilah asbabun nuzul dan lebih memudahkan kita untuk mempelajari lebih jauh lagi sehingga dalam proses mempelajarinya kita tidak menemukan kesulitan. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian asbabun nuzul

Asbabun Nuzul didefinisikan sebagai suatu hal yang karenanya al-quran diturunkan untuk

menerangkan status hukumnya, pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan, asbabun nuzul membahas kasus-kasus yang menjadi turunnya beberapa ayat alquran, macam-macamnya, sight (redaksi-redaksinya), tarjih riwayat-riwayatnya dan faedah dalam mempelajarinya. Untuk menafsirkan quran ilmu asbabun nuzul sangat diperlukan sekali, sehingga ada pihak yang mengkhususkan diri dalam pembahasan dalam bidang ini, yaitu yang terkenal diantaranya ialah Ali bin madani, guru bukhari, al-wahidi , al-jabar , yang meringkaskan kitab al-wahidi dengan menghilangkan isnad-isnadnya, tanpa menambahkan sesuatu, syikhul islam ibn hajar yang mengarang satu kitab mengenai asbabun nuzul. Pedoman dasar para ulama dalam mengetahui asbabun nuzul ialah riwayat shahih yang berasal dari rasulullah atau dari sahabat. Itu disebabkan pembaritahuan seorang sahabat mengenai asbabun nuzul, al-wahidi mengatakan: tidak halal berpendapat mengenai asbabun nuzul kitab, kecuali dengan berdasarkan pada riwayat atau mendengar langsung dari orangorang yang menyaksikan turunnya. Mengetahui sebab-sebabnya dan membahas tentang pengertian secara bersungguh-sungguh dalam mencarinya . Para ulama salaf terdahulu untuk mengemukakan sesuatu mengenai asbabun nuzul mereka amat berhati-hati, tanpa memiliki pengetahuan yang jelas mereka tidak berani untuk menafsirkan suatu ayat yang telah diturunkan. Muhammad bin sirin mengatakan: ketika aku tanyakan kepada ubaidah mengetahui satu ayat quran, dijawab: bertaqwalah kapada allah dan berkatalah yang benar. Orang-oarang yang mengetahui mengenai apa quran itu diturunkan telah meninggal. Maksudnya: para sahabat, apabila seorang ulama semacam ibn sirin, yang termasuk tokoh tabiin terkemuka sudah demikian berhati-hati dan cermat mengenai riwayat dan kata-kata yang menentukan, maka hal itu menunjukkan bahwa seseorang harus mengetahui benarbenar asbabun nuzul. Oleh sebab itu yang dapat dijadikan pegangan dalam asbabun nuzul adalah riwayat ucapan-ucapan sahabat yang bentuknya seperti musnad, yang secara pasti menunjukkan asbabun nuzul. Al-wahidi telah menentang ulama-ulama zamannya atas kecerobohan mereka terhadap riwayat asbabun nuzul, bahkan dia (Al-wahidi ) menuduh mereka pendusta dan mengingatkan mereka akan ancaman berat, dengan mengatakan: sekarang, setiap orang suka mangada-ada dan berbuat dusta; ia menempatkan kedudukannya dalam kebodohan, tanpa memikirkan ancaman berat bagi orang yang tidak mengetahui sebab turunnya ayat .

B.

Pedoman mengetahui asbabun nuzul

Aisyah pernah mendengar ketika khaulah binti salabah mempertanyakan suatu hal kepada nabi bahwasannya dia dikenakan zihar. Oleh suaminya aus bin samit katanya: Rasulullah, suamiku telah menghabiskan masa mudaku dan sudah beberapa kali aku mengandung karenanya, sekarang setelah aku menjadi tua dan tidak beranak lagi ia menjatuhkan zihar kepadaku. Ya allah sesunguhnya aku mengadu kepadamu, aisyah berkata: tiba-tiba jibril turun membawa ayat-ayat ini; sesungguhnya allah telah mendengar perkataan perempuan yang mengadu kepadamu tentang suaminya, yakni aus bin samit. Hal ini tidak berarti sebagai acuan bagi setiap orang harus mencari sebab turun setiap ayat,

karena tidak semua ayat quran diturunkan sebab timbul suatu peristiwa dalam kejadian, atau karena suatu pertanyaan. Tetapi ada diantara ayat quran yang diturunkan sebagai permulaan tanpa sebab, mengenai akidah iman, kewajiban islam dan syariat allah dalam kehidupan pribadi dan social. Definisi asbabun nuzul yang dikemukakan pada pembagian ayat-ayat al-quran terhadap dua kelompok: Pertama, kelompok yang turun tanpa sebab, dan kedua, adalah kelompok yang turun dengan sebab tertentu. Dengan demikian dapat diketahui bahwa tidak semua ayat menyangkut keimanan, kewajiban dari syariat agama turun tanpa asbabun nuzul. Sahabat ali ibn masud dan lainnya, tentu tidak satu ayatpun diturunkan kecuali salah seorang mereka mengetahui tentang apa ayat itu diturunkan seharusnya tidak dipahami melalui beberapa kemungkinan; Pertama, dengan pernyataan itu mereka bermaksud mengungkapkan betapa kuatnya perhatian mereka terhadap al-quran dan mengikuti setiap keadaan yang berhubungan dengannya. Kedua, mereka berbaik sangka dengan segala apa yang mereka dengar dan saksikan pada masa rasulullah dan mengizinkan agar orang mengambil apa yang mereka ketahui sehingga tidak akan lenyap dengan berakhirnya hidup mereka, bagaimanapun suatu hal yang logis bahwa tidak mungkin semua asbabun nuzul dari semua ayat yang mempunyai sebab al-nuzul bisa mereka saksikan. Ketiga, para periwayat menambah dalam periwatnya dan membangsakannya kepada sahabat. Intensitas para sahabat mempunyai semangat yang tinggi untuk mengikuti perjalanan turunnya wahyu, mereka bukan saja berupaya menghafal ayat-ayat al-quran dan hal-hal yang berhubungan serta mereka juga melestarikan sunah nabi, sejalan dengan itu al-hakim menjelaskan dalam ilmu hadist bahwa seorang sahabat yang menyaksikan masa wahyu dan al-quan diturunkan tentang suatu ( kejadian ) maka hadist itu dipandang hadist musnad, Ibnu al-shalah dan lainnya juga sejalan dengan pandangan ini. Asbabun Nuzul dengan hadist mursal, yaitu hadist yang gugur dari sanadnya seoarng sahabat dan mata rantai periwayatnya hanya sampai kepada seorang tabiin, maka riwayat ini tidak diterima kecuali sanadnya shahih dan mengambil tafsirnya dari para sahabat, seperti mujahid, hikmah dan said bin jubair. para ulama menetapkan bahwa tidak ada jalan untuk mengetahui asbabun nuzul kecuali melalui riwayat yang shahih. Mereka tidak dapat menerima hasil nalar dan ijtihad dalam masalah ini, namun tampaknya pandangan mereka tidak selamanya berlaku secara mutlak, tidak jarang pandangan terhadap riwayat-riwayat asbabun nuzul bagi ayat tertentu berbeda-beda yang kadang-kadang memerlukan Tarjih ( mengambil riwayat yang lebih kuat ) untuk melakukan tarjih diperlukan analisis dan ijtihad. C. Macam-macam asbabun nuzul

Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbabun nuzul dapat dibagi kepada taaddud alasbab wa al-nazil wahid ( sebab turunnya lebih dari satu dan ini persoalan yang terkandung dalam ayat atau kelompok ayat yang turun satu ) dan taaddud al-nazil wa al-sabab wahid (ini persoalan yang terkandung dalam ayat atau kelompok ayat yang turun lebih dari satu sedang sebab turunnya satu ). sebab turun ayat disebut taaddud karena wahid atau tunggal bila riwayatnya hanya satu, sebaliknya apabila satu ayat atau sekelompok ayat yang turun disebut taaddud al-nazil. Jika ditemukan dua riwayat atau lebih tentang sebab turun ayat-ayat dan masing-masing menyebutkan suatu sebab yang jelas dan berbeda dari yang disebutkan lawannya, maka

riwayat ini harus diteliti dan dianalisis, permasalahannya ada empat bentuk: Pertama, salah satu dari keduanya shahih dan lainnya tidak. Kedua, keduanya shahih akan tetapi salah satunya mempunyai penguat ( Murajjih ) dan lainnya tidak. Ketiga, keduanya shahih dan keduanya sama-sama tidak mempunyai penguat ( Murajjih ). Akan tetapi, keduanya dapat diambil sekaligus. Keempat, keduanya shahih, tidak mempunyai penguat ( Murajjih ) dan tidak mungkin mengambil keduanya sekaligus. D. Pengetahuan tentang asbabun nuzul

Perlunya mengetahui asbabun nuzul, al-wahidi berkata: tidak mungkin kita mengetahui penafsiran ayat al-quran tanpa mangetahui kisahnya dan sebab turunnya ayat adalah jalan yang kuat dalam memahami makna al-quran. Ibnu taimiyah berkata: mengetahui sebab turun ayat membantu untuk memahami ayat al-quran. Sebab pengetahuan tentang sebab akan membawa kepada pengetahuan tentang yang disebabkan (akibat). Namum sebagaimana telah diterangkan sebelumnya tidak semua al-quran harus mempunyai sebab turun, ayat-ayat yang mempunyai sebab turun juga tidak semuanya harus diketahui sehingga, tanpa mengetahuinya ayat tersebut bisa dipahami, ahmad adil kamal menjelaskan bahwa turunnya ayat-ayat al-quran melalui tiga cara: 1. Pertama ayat-ayat turun sebagai reaksi terhadap pertanyaan yang dikemukakan kepada nabi. 2. Kedua ayat-ayat turun sebagai permulaan tanpa didahului oleh peristiwa atau pertanyaan. 3. Ketiga ayat-ayat yang mempunyai sebab turun itu terbagi menjadi dua kelmpok;

Ayat-ayat yang sebab turunnya harus diketahui ( hukum ) karena asbabun nuzulnya harus diketahui agar penetapan hukumnya tidak menjadi keliru. Ayat-ayat yang sebab turunnya tidak harus diketahui, ( ayat yang menyangkut kisah dalam al-quran).

Kebanyakan ayat-ayat kisah turun tanpa sebab yang khusus, namun ini tidak benar bahwa semua ayat-ayat kisah tidak perlu mengetahui sebab turunnya, bagaimanpun sebagian kisah al-quran tidak dapat dipahami tanpa pengetahuan tentang sebab turunnya.

E.

Faedah asbabun nuzul

1. Membawa kepada pengetahuan tentang rahasia dan tujuan allah secara khusus mensyariatkan agama-Nya melalui al-quran. 2. Membantu dalam memahami ayat dan menghindarkan kesulitannya. 3. Dapat menolak dugaan adanya Hasr ( pembatasan ). 4. Dapat mengkhususkan (Takhsis) hokum pada sebab menurut ulama yang memandang bahwa yang mesti diperhatikan adalah kekhususan sebab dan bukan keumuman lafal. 5. Diketahui pula bahwa sebab turun ayat tidak pernah keluar dari hokum yang terkandung dalam ayat tersebut sekalipun datang mukhasisnya ( yang mengkhususkannya ).

6. Diketahui ayat tertetu turun padanya secara tepat sehingga tidak terjadi kesamaran bisa membawa kepada penuduhan terhadap orang yang tidak bersalah dan pembebasan bagi orang yang tidak bersalah. 7. Akan mempermudah orang menghafal ayat-ayat al-quran serta memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengarnya jika mengetahui sebab turunnya.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Seteleh mempelajari dan melihat pembahasan yang telah dijabarkan panjang lebar diatas, dapat kami simpulkan bahwasannya: 1. Asbabun nuzul didefinisikan

sebagai suatu hal yang karenanya al-quran diturunkan untuk menerangkan status hukumnya, pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan, serta memiliki faedah didalamnya. 2. Cara turunnya Asbabun Nuzul itu:

Pertama ayat-ayat turun sebagai reaksi terhadap pertanyaan yang dikemukakan kepada nabi. Kedua ayat-ayat turun sebagai permulaan tanpa didahului oleh peristiwa atau pertanyaan.

Ketiga ayat-ayat yang mempunyai sebab turun itu terbagi menjadi dua kelmpok;

Ayat-ayat yang sebab turunnya harus diketahui ( hukum ) karena asbabun nuzulnya harus diketahui agar penetapan hukumnya tidak menjadi keliru. Ayat-ayat yang sebab turunnya tidak harus diketahui, ( ayat yang menyangkut kisah dalam al-quran).

3.

Faedah asbabun nuzul


Membawa kepada pengetahuan tentang rahasia dan tujuan allah secara khusus mensyariatkan agama-Nya melalui al-quran. Membantu dalam memahami ayat dan menghindarkan kesulitannya Dapat menolak dugaan adanya Hasr ( pembatasan ). Dapat mengkhususkan (Takhsis) hokum pada sebab menurut ulama yang memandang bahwa yang mesti diperhatikan adalah kekhususan sebab dan bukan keumuman lafal.

Diketahui pula bahwa sebab turun ayat tidak pernah keluar dari hokum yang terkandung dalam ayat tersebut sekalipun datang mukhasisnya ( yang mengkhususkannya ). Diketahui ayat tertetu turun padanya secara tepat sehingga tidak terjadi kesamaran bisa membawa kepada penuduhan terhadap orang yang tidak bersalah dan pembebasan bagi orang yang tidak bersalah. Akan mempermudah orang menghafal ayat-ayat al-quran serta memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengarnya jika mengetahui sebab turunnya.

DAFTAR

PUSTAKA

Abdul Wahid, Ramli.1994.ulumul quran.Jakarta:Rajawali Al-khattan, Manna khalil.2001.Studi ilmu-ilmu quran.Bogor:PT. Pustaka litera antar nusa Syadali, Ahmad.1997.Ulumul quran I.Bandung:CV. Pustaka Setia Thamrin, Husni.1982.Muhimmah ulumul quran.Semarang:Bumi Aksara Zuhdi, Masfuk.1993.Pengantar ulumul quran.Surabaya:Bina Ilmu Untuk lebih lengkap makalah Asbabun Nuzul silahkan klik di bawah in!! Beberapa Faedah Mengetahui Asbabun Nuzul AL-QURAN - ARTIKEL AL-QURAN

Sebagian orang ada yang beranggapan bahwa ilmu Asbabun Nuzul tidak ada gunanya dan tidak ada pengaruhnya karena pembahasannya hanyalah berkisar pada lapangan sejarah dan ceritera. Menurut anggapan mereka ilmu Asbabun Nuzul tidaklah akan mempermudah bagi orang yang mau berkecimpung dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an. Anggapan tersebut adalah salah dan tidaklah patut didengar karena tidak berdasarkan pendapat para ahli AlQur'an yang dikenal dengan ahli tafsir. Di sini akan diungkap secara sekilas pendapat sebagian ulama dan

kemudian akan disertakan beberapa faedah tentang ilmu Asbabun Nuzul. Al-Wahidy berpendapat: "menafsirkan ayat tanpa bertitik tolak dari sejarah dan penjelasan turunnya tidaklah mungkin." Ibnu Daqiqil 'Ied berpendapat: "Keterangan tentang Asbabun Nuzul adalah merupakan salahsatu jalan yang tepat dalam memahami Al-Qur'an." Ibnu Taimiyah berpendapat: "Ilmu Asbabun Nuzul akan membantu dalam memahami ayat, karena ilmu tentang sebab akan menimbulkan ilmu tentang akibat". Dengan demikian akan jelaslah pentingnya ilmu Asbabun Nuzul sebagai bagian dari ilmu Al-Qur'an. Adapun faedah dari ilmu Asbabun Nuzul dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Mengetahui bentuk hikmah rahasia yang terkandung dalam hukum. 2. Menentukan hukum (takhshish) dengan sebab menurut orang yang

berpendapat bahwa suatu ibarat itu dinyatakan berdasarkan khususnya sebab. 3. Menghindarkan prasangka yang mengatakan arti hashr dalam suatu ayat yang zhahirnya hashr. 4. Mengetahui siapa orangnya yang menjadi kasus turunnya ayat serta memberikan ketegasan bila terdapat keragu-raguan. 5. Dan lain-lain yang ada hubungannya dengan faedah ilmu Asbaun Nuzul. Beberapa contoh tentang faedah ilmu Asbabun Nuzul. Pertama: Marwan ibnul Hakam sulit dalam memahami ayat:

Janganlah sekali-kali kamu menyangka, bahwa orang-orang yang bergembira dengan apa yang mereka telah kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksaan. (Ali Imrn: 188). Beliau memerintahkan kepada pembantunya: "Pergilah menemui Ibnu Abbas dan katakan kepadanya, bila semua orang telah merasa puas

dengan apa yang telah ada dan ingin dipuji terhadap perbuatan yang belum terbukti hasilnya pasti ia akan disiksa dan kamipun akan terkena siksa". Ibnu Abbas menjelaskan kepadanya (pembantu), bahwa ia (Marwan) merasa kesulitan dalam memahami ayat tersebut dan kemudian Ibnu Abbas menjelaskannya: "Ayat tersebut turun sehubungan dengan persoalan Ahli Kitab (Yahudi) tatkala ditanya oleh Nabi SAW, tentang sesuatu persoalan dimana mereka tidak menjawab pertanyaan yang sebenarnya ditanyakan, mereka mengalihkan kepada persoalan yang lain serta menganggap bahwa persoalan yang ditanyakan oleh Nabi kepadanya telah terjawab. Setelah itu mereka meminta pujian kepada Nabi, maka turunlah ayat tersebut di atas. (HR. Bukhari Muslim). Kedua: Urwah Ibnu Jubair juga mengalami kesulitan dalam memahami makna firman Allah SWT:

Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Barangsiapa yang beribadah Haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. (Al-Baqarah: 158). Menurut zhahir ayat dinyatakan bahwa sa'i antara Shafa dan Marwah adalah tidak wajib, bahkan sampai Urwah ibnu Zubair mengatakan kepada bibinya Aisyah r.a.: "Hai bibiku! sesungguhnya Allah telah berfirman: "tidak mengapa baginya untuk melakukan sa'i antara keduanya", karena itu saya berpendapat bahwa "tidak apa-apa bagi orang yang melakukan Haji Umrah sekalipun tidak melakukan sa'i antara keduanya". Aisyah seraya menjawab: "Hai keponakanku! kata-katamu itu tidak benar. Andaikata maksudnya sebagaimana yang kau katakan niscaya Allah berfirman "tidak mengapa kalau tidak melakukan sa'i antara keduanya". Setelah itu Aisyah menjelaskan: bahwasanya orang-orang Jahiliyah dahulu melakukan sa'i antara Shafa dan Marwah sedang mereka dalam sa'inya mengunjungi dua patung yang bernama Isaar yang berada di bukit Shafa dan Na'ilah yang berada di bukit Marwah. Tatkala orang-orang masuk Islam diantara kalangan sahabat ada yang merasa berkeberatan untuk melakukan sa'i antara keduanya karena khawatir campur-baur antara ibadah Islam dengan ibadah Jahiliyah. Dari itu turunlah ayat sebagai bantahan terhadap keberatan mereka (yang mengatakan) kalau-kalau tercela atau berdosa dan menyatakan wajib bagi mereka untuk

melakukan sa'i karena Allah semata bukan karena berhala. Itulah sebabnya Aisyah membantah pendapat Urwah berdasarkan sebab turun ayat. Ketiga: Sebagian Imam mengalami kesulitan dalam memahami makna syarat dalam firman Allah SWT:

Dan perempuan-perempuan yang terhenti dari haid diantara perempuanperempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang) iddahnya maka iddah mereka adalah 3 bulan. (Ath- Thalaq: 4). Golongan zhahiriah berpendapat bahwa Ayisah (wanita yang tidak lagi haid karena sudah lanjut usia) mereka tidak perlu masa iddah bila keayisahannya tidak diragukan lagi. Kesalahpahaman mereka nampak dengan berdasarkan Asbabun Nuzul, dimana ayat tersebut adalah merupakan khitab (ketentuan) bagi orang yang tidak mengetahui bagaimana seharusnya dalam masa iddah, serta mereka ragu apakah mereka perlu iddah atau tidak. Dari itu maka makna " " (bila anda bingung tentang bagaimana mereka dan tidak mengerti tentang iddah mereka, maka inilah undang-undangnya). Ayat turun setelah ada sebagian shahabat yang mengatakan bahwa diantara iddah kaum wanita tidak terdapat dalam Al-Qur'an; yaitu wanita yang masih kecil dan wanita yang Ayisah. Setelah itu turunlah ayat yang menjelaskan ketentuan tentang mereka. Wallhu a'lam. Keempat: Diantara contoh tentang ilmu Asbabun Nuzul sebagai sanggahan terhadap dugaan hashr (batasan tertentu) sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Syafi'i tentang firman Allah SWT:

Katakanlah! tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. (Al-An'm: 145). Dalam hal ini beliau mengungkapkan yang maksudnya: bahwa orang kafir ketika mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah dan menghala1kan apa yang diharamkan Allah serta mereka terlalu berlebihan, maka turunlah ayat sebagai bantahan terhadap mereka. Dengan demikian seolah-olah Allah berfirman "Yang halal hanya yang kamu anggap haram dan yang haram itu yang kamu anggap halal". Dalam hal ini Allah tidak bermaksud menetapkan kebalikan dari ketentuan di atas melainkan sekedar menjelaskan ketentuan yang haram samasekali tidak menyinggung-nyinggung yang halal. Imam Al-Haramain berkata "uslub ayat tersebut sangat indah. Kalau saja Imam Syafi'i tidak mengatakan pendapat yang demikian niscaya kami tidak dapat menarik kesimpulan perbedaan imam Malik dalam hal hashr/batasan hal yang diharamkan sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas". Penjelasan dari makna ayat. Sekedar penjelasan dari uraian di atas saya berpendapat bahwa zhahir ayat menunjukkan batasan yang haram, dimana yang haram adalah hanya yang tersebut dalam ayat di atas, padahal persoalannya tidak demikian, karena di samping yang tersebut pada ayat di atas masih ada lagi yang lain, hanya saja mengungkapannya yang berbentuk hash sedang maknanya tidak demikian, yaitu sebagai bantahan terhadap orang-orang musyrik yang mengharamkan sesuatu yang sebenarnya dihalalkan Allah dan menghalalkan yang sebenamya diharamkan Allah. Kelima: Diantara faedah Asbabun Nuzul adalah untuk mengetahui nama orang yang menjadi kasus turunnya ayat agar keraguan dan kekaburan menjadi hilang, sebagaimana Marwan menduga bahwa firman Allah SWT:

Ialah diturunkan sehubungan dengan kasus Abdurrahman ibnu Abi Bakar. Aisyah membantah bahwa anggapan tersebut adalah salah, ia menjelaskan kepada Marwan tentang sebab turunnya. Adapun secara

lengkap kisah tersebut sebagaimana diriwayatkan Bukhari sebagai berikut: "Marwan adalah seorang amil (Gubernur) wilayah Madinah. Muawiyah menginginkan agar Yazid menjadi khalifah setelah kemangkatannya. Ia menulis surat kepada Marwan tentang persoalannya. Karenanya Marwan mengumpulkan rakyat dan berpidato di hadapan mereka. Dalam pidatonya ia menyebutkan nama Yazid (memfigurkan). Dalil ia menyeru untuk membaiatnya sambil berkata: "Sesungguhnya Amirul Mukminin telah diperlihatkan oleh Allah tentang pendapat yang baik dalam diri Yazid. Bila Amirul Mu'minin mengangkatnya sebagai khalifah, sungguh Abu Bakar dan Umar pun telah menjadi khalifah". Abdurrahman menjawab: "Bukankah sistim yang demikian itu merupakan Herakliusisme?" (Maksudnya itu adalah kediktatoran seorang raja sebagaimana tindakan raja-raja Romawi). Marwan menjawab: Itu sama dengan sunah Abu Bakar dan Umar. Abdurrahman menjawab lagi "Herakliusisme". Abu Bakar dan Umar tidak mengangkat keturunan atau familinya sedangkan Muawiyah bertindak semata-mata untuk kehormatan anaknya seraya Marwan berkata "Tangkaplah ia Abdurrahman". Abdurrahman masuk ke rumah Aisyah, karena itu pengejar-pengejarnya tidak dapat menangkapnya. Setelah itu Marwan mengatakan "Dialah orang yang menjadi kasus sehingga Allah menurunkan ayat:

Dan orang yang berkata kepada kedua ibu bapaknya cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku?(Al-Ahgat ayat 17) Dari balik tabir Aisyah menjawab "Allah tidak pernah menurunkan ayat AlQur'an tentang kasus seseorang tertentu di antara kita kecuali ayat yang melepaskan aku dari tuduhan berbuat jahat, andaikata aku mau menjelaskan orang yang menjadi kasus turunya ayat tesebut niscaya akan kujelaskan
www.cybermq.com http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=10073:beberap a-faedah-mengetahui-asbabun-nuzul&catid=71:artikel-al-quran&Itemid=143

MAKALAH ASBABUL NUZUL

BAB II PEMBAHASAN ASBABUL NUZUL 1. Pengertian Asbabul Nuzul Asbabul nuzul artinya sebab-sebab turunnya ayat-ayat al-quran.Asbabul nuzul atau asbab alnuzul (sebab turun al-quran) di sini di maksudkan sebab-sebab yang secara khusus berkaitan dengan turunnya ayat-ayat tertentu. Apabila satu kasus (kejadian),kemudian turun satu atau beberapa ayat yang berhubungan dengan kasus (kejadian) tersebut,maka itu di sebut asbabul nuzul. Dari segi lain kadangkadang ada suatu pertanyaan yang di lontar kan kepada nabi Muhammad saw tentang suatu hukum atau penjelasan secara terperinci tentang urusan agama, maka turun lah satu atau beberapa ayat yang berhubungan dengan pertanyaan tersebut,hal ini pun di sebut asbabul nuzul. Untuk menafsirkan quran ilmu asbabun nuzul sangat diperlukan sekali, sehingga ada pihak yang mengkhususkan diri dalam pembahasan dalam bidang ini, yaitu yang terkenal diantaranya ialah Ali bin madani, guru bukhari, al-wahidi , al-jabar , yang meringkaskan kitab al-wahidi dengan menghilangkan isnad-isnadnya, tanpa menambahkan sesuatu, syikhul islam ibn hajar yang mengarang satu kitab mengenai asbabun nuzul. Pedoman dasar para ulama dalam mengetahui asbabun nuzul ialah riwayat shahih yang berasal dari rasulullah atau dari sahabat. Itu disebabkan pembaritahuan seorang sahabat mengenai asbabun nuzul, al-wahidi mengatakan: tidak halal berpendapat mengenai asbabun nuzul kitab, kecuali dengan berdasarkan pada riwayat atau mendengar langsung dari orangorang yang menyaksikan turunnya. Mengetahui sebab-sebabnya dan membahas tentang pengertian secara bersungguh-sungguh dalam mencarinya . Para ulama salaf terdahulu untuk mengemukakan sesuatu mengenai asbabun nuzul mereka amat berhati-hati, tanpa memiliki pengetahuan yang jelas mereka tidak berani untuk menafsirkan suatu ayat yang telah diturunkan. Muhammad bin sirin mengatakan: ketika aku tanyakan kepada ubaidah mengetahui satu ayat quran, dijawab: bertaqwalah kapada allah dan berkatalah yang benar. Orang-oarang yang mengetahui mengenai apa quran itu diturunkan telah meninggal. Maksudnya: para sahabat, apabila seorang ulama semacam ibn sirin, yang termasuk tokoh tabiin terkemuka sudah demikian berhati-hati dan cermat mengenai riwayat dan kata-kata yang menentukan, maka hal itu menunjukkan bahwa seseorang harus mengetahui benarbenar asbabun nuzul. Oleh sebab itu yang dapat dijadikan pegangan dalam asbabun nuzul adalah riwayat ucapan-ucapan sahabat yang bentuknya seperti musnad, yang secara pasti menunjukkan asbabun nuzul. Al-wahidi telah menentang ulama-ulama zamannya atas kecerobohan mereka terhadap riwayat asbabun nuzul, bahkan dia (Al-wahidi ) menuduh mereka pendusta dan mengingatkan mereka akan ancaman berat, dengan mengatakan: sekarang, setiap orang suka mangada-ada dan berbuat dusta; ia menempatkan kedudukannya dalam kebodohan, tanpa memikirkan ancaman berat bagi orang yang tidak mengetahui sebab turunnya ayat . 2. Sebab Sebab Asbabul Nuzul Sebab turun nya al-quran adalah untuk memperbaiki aqidah,ibadah,akhlak dan pergaulan manusia yang sudah menyimpang dari kebenara. Karena itu, dapat di kata kan bahwa terjadi nya penyimpangan dan kerusakan dalam tatanan kehidupan manusia merupakan sebab turun nya al-quran. Al-quran di turun kan juga untuk member petunjuk kepada manusia kea rah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegak kan asas kehidupan yang di dasar kan pada keimanan kepada allah swt dan rasul nya. Juga memberi tahu kan hal yang telah

lalu,kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan datang. Sebab turun suatu ayat-ayat al-quran ada kala nya ber bentuk peristiwa dan ada kala nya berbentuk pertanyaan. Suatu ayat atau beberapa ayat al-quran turun untuk menerang kan hal yang berhubungan dengan peristiwa tertentu atau memberi jawaban terhadap pertanyaan tertentu. Sebab-sebab turun ayat-ayat al-quran dalam bentuk peristiwa ada 3 (tiga) macam yaitu sbb: 1) Peristiwa berupa pertengkaran, 2) Peristiwa berupa kesalahan yang serius, dan 3) Peristiwa yang berupa cita-cita dan keinginan. Adapun sebab-sebab turun nya ayat-ayat al-quran dalam bentuk pertanyaan dapat di kelompok kan 3 (tiga) macam yaitu sbb: 1) Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang telah lalu, 2) Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada saat itu, dan 3) Pertanyaan yang berhubungan dengan masa yang akan datang. 3. Macam Macam Asbabul Nuzul Dari segi jumlah dan ayat yang turun, asbabul nuzul terdiri atas taaddud al-asbab wa al-nazil wahid (sebab turun nya lebih dari satu dan ini persoalan yang terkandung dalam ayat atau kelompok ayat yang turun satu) dan taaddud al-nazil wa al-asbab wahid (ini persoalan yang terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat yang turun lebih dari satu sedang kan sebab turun nya satu). Sebab turun ayat di sebut taaddud bila di temukan dua riwayat yang berbeda atau lebih tentang sebab turun suatu ayat atau sekelompok ayat tertentu. Sebalik nya, sebab turun itu disebut wahid atau tunggal bila di riwayat kan hanya satu. Suatu ayat atau sekelompok ayat yang turun di sebut taaddud al-hazil, bila inti persoalan yang terkandung dalam ayat yang turun sehubungan dengan sebab tertentu lebih dari satu persoalan. Jika di temukan dua riwayat atau lebih tentang sebab turun ayat dam masing-masing menyebut kan suatu sebab yang jelas dan berbeda dari yang di sebut kan dari lawan nya, maka kedua riwayat ini di teliti. Permasalahan nya ada 4 (empat) bentuk yaitu sbb: 1) Salah satu dari kedua nya sahih dan lain nya tidak. 2) Kedua nya sahih akan tetapi salah satu nya mempunyai penguat (murajjih) dan lain nya tidak. 3) Kedua nya sahih dan kedua nya sama-sama tidak mempunyai penguat (murajjih) akan tetapi kedua nya dapat di kompromi kan. 4) Kedua nya sahih,tidak mempunyai penguat (murajjih), dan tidak mungkin mengambil kedua nya sekaligus. 4. Makna Ungkapan Ungkapan Asbabul Nuzul Ungkapan-ungkapan yang menunjuk kan sebab turun nya ayat al-quran,ungkapan-ungkapan itu beberapa bentuk sebagai berikut: 1) Asbabul nuzul di sebut kan dengan ungkapan yang jelas. 2) Asbabul nuzul juga menunjuk kan bahwa peristiwa itu adalah sebab bagi turun nya ayat tersebut. 3) Asbabul nuzul di pahami secara pasti dari konteks nya, dalam hal ini rasulullah di tanya orang. Mak ia di beri wahyu dan menjawab pertanyaan itu dengan ayat yang baru di terimanya. 4) Asbabul nuzul disebut kan ungkapan yang mengandung makna sebab dan makna lain nya, yaitu tentang hukum khusus atau persoalan yang sedang di hadapi. 5. Kegunaan atau Faedah Mengetahui Asbabul Nuzul Secara terperinci, al-zaqarni menyebut kan bahwa ada beberapa kegunaan dan faedah dalam mengetahui asbabul nuzul yaitu: 1) Mengetahui bentuk hikmah rahasia yang terkandung dalam hokum suatu ayat.

2) Pengetahuan tentang asbabul nuzul membantu dalam memahami ayat dan menghindar kan kesulitan nya 3) Pengetahuan tentang asbabul nuzul dapat mencakup dugaan ada nya hars (pembatasan) dalam ayat yang menurut lahir nya mengandung hars (pembatasan) 4) Pengetahuan tentang asbabul nuzul dapat mengkhusus kan hukum pada sebab menurut ulama yang memandang bahwa yang mesti di perhati kan adalah ke khususan sebab dan bukan keumuman lafal. 5) Dengan mempelajari asbabul nuzul di ketahui pula bahwa sebab turun ayat tidak pernah keluar dari hukum yang terkandung dalam ayat tersebut. 6) Memberi kan ketegasan bila terdapat keragu-raguan. 7) Pengetahuan tentang asbabul nuzul akan mempermudah orang menghadapi ayat-ayat alquran serta memperkuat ke beradaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengar jika mengetahui sebab turunnya. 6. Pengetahuan Tentang Asbabul Nuzul Perlunya mengetahui asbabun nuzul, al-wahidi berkata: tidak mungkin kita mengetahui penafsiran ayat al-quran tanpa mangetahui kisahnya dan sebab turunnya ayat adalah jalan yang kuat dalam memahami makna al-quran. Ibnu taimiyah berkata: mengetahui sebab turun ayat membantu untuk memahami ayat al-quran. Sebab pengetahuan tentang sebab akan membawa kepada pengetahuan tentang yang disebabkan (akibat). Namum sebagaimana telah diterangkan sebelumnya tidak semua al-quran harus mempunyai sebab turun, ayat-ayat yang mempunyai sebab turun juga tidak semuanya harus diketahui sehingga, tanpa mengetahuinya ayat tersebut bisa dipahami, ahmad adil kamal menjelaskan bahwa turunnya ayat-ayat al-quran melalui tiga cara: 1. Pertama ayat-ayat turun sebagai reaksi terhadap pertanyaan yang dikemukakan kepada nabi. 2. Kedua ayat-ayat turun sebagai permulaan tanpa didahului oleh peristiwa atau pertanyaan. 3. Ketiga ayat-ayat yang mempunyai sebab turun itu terbagi menjadi dua kelmpok; Ayat-ayat yang sebab turunnya harus diketahui ( hukum ) karena asbabun nuzulnya harus diketahui agar penetapan hukumnya tidak menjadi keliru. Ayat-ayat yang sebab turunnya tidak harus diketahui, ( ayat yang menyangkut kisah dalam al-quran). 7. Pedoman Mengetahui Asbabul Nuzul Aisyah pernah mendengar ketika khaulah binti salabah mempertanyakan suatu hal kepada nabi bahwasannya dia dikenakan zihar. Oleh suaminya aus bin samit katanya: Rasulullah, suamiku telah menghabiskan masa mudaku dan sudah beberapa kali aku mengandung karenanya, sekarang setelah aku menjadi tua dan tidak beranak lagi ia menjatuhkan zihar kepadaku. Ya allah sesunguhnya aku mengadu kepadamu, aisyah berkata: tiba-tiba jibril turun membawa ayat-ayat ini; sesungguhnya allah telah mendengar perkataan perempuan yang mengadu kepadamu tentang suaminya, yakni aus bin samit. Hal ini tidak berarti sebagai acuan bagi setiap orang harus mencari sebab turun setiap ayat, karena tidak semua ayat quran diturunkan sebab timbul suatu peristiwa dalam kejadian, atau karena suatu pertanyaan. Tetapi ada diantara ayat quran yang diturunkan sebagai permulaan tanpa sebab, mengenai akidah iman, kewajiban islam dan syariat allah dalam kehidupan pribadi dan social. Definisi asbabun nuzul yang dikemukakan pada pembagian ayat-ayat al-quran terhadap dua kelompok: Pertama, kelompok yang turun tanpa sebab, dan kedua, adalah kelompok yang turun dengan sebab tertentu. Dengan demikian dapat diketahui bahwa tidak semua ayat menyangkut keimanan, kewajiban dari syariat agama turun tanpa asbabun nuzul. Sahabat ali ibn masud dan lainnya, tentu tidak satu ayatpun diturunkan kecuali salah seorang

mereka mengetahui tentang apa ayat itu diturunkan seharusnya tidak dipahami melalui beberapa kemungkinan; Pertama, dengan pernyataan itu mereka bermaksud mengungkapkan betapa kuatnya perhatian mereka terhadap al-quran dan mengikuti setiap keadaan yang berhubungan dengannya. Kedua, mereka berbaik sangka dengan segala apa yang mereka dengar dan saksikan pada masa rasulullah dan mengizinkan agar orang mengambil apa yang mereka ketahui sehingga tidak akan lenyap dengan berakhirnya hidup mereka, bagaimanapun suatu hal yang logis bahwa tidak mungkin semua asbabun nuzul dari semua ayat yang mempunyai sebab al-nuzul bisa mereka saksikan. Ketiga, para periwayat menambah dalam periwatnya dan membangsakannya kepada sahabat. Intensitas para sahabat mempunyai semangat yang tinggi untuk mengikuti perjalanan turunnya wahyu, mereka bukan saja berupaya menghafal ayat-ayat al-quran dan hal-hal yang berhubungan serta mereka juga melestarikan sunah nabi, sejalan dengan itu al-hakim menjelaskan dalam ilmu hadist bahwa seorang sahabat yang menyaksikan masa wahyu dan al-quan diturunkan tentang suatu ( kejadian ) maka hadist itu dipandang hadist musnad, Ibnu al-shalah dan lainnya juga sejalan dengan pandangan ini. Asbabun Nuzul dengan hadist mursal, yaitu hadist yang gugur dari sanadnya seoarng sahabat dan mata rantai periwayatnya hanya sampai kepada seorang tabiin, maka riwayat ini tidak diterima kecuali sanadnya shahih dan mengambil tafsirnya dari para sahabat, seperti mujahid, hikmah dan said bin jubair. para ulama menetapkan bahwa tidak ada jalan untuk mengetahui asbabun nuzul kecuali melalui riwayat yang shahih. Mereka tidak dapat menerima hasil nalar dan ijtihad dalam masalah ini, namun tampaknya pandangan mereka tidak selamanya berlaku secara mutlak, tidak jarang pandangan terhadap riwayat-riwayat asbabun nuzul bagi ayat tertentu berbeda-beda yang kadang-kadang memerlukan Tarjih ( mengambil riwayat yang lebih kuat ) untuk melakukan tarjih diperlukan analisis dan ijtihad. 8. Manfaat Asbabul Nuzul 1. Membawa kepada pengetahuan tentang rahasia dan tujuan allah secara khusus mensyariatkan agama-Nya melalui al-quran. 2. Membantu dalam memahami ayat dan menghindarkan kesulitannya. 3. Dapat menolak dugaan adanya Hasr ( pembatasan ). 4. Dapat mengkhususkan (Takhsis) hokum pada sebab menurut ulama yang memandang bahwa yang mesti diperhatikan adalah kekhususan sebab dan bukan keumuman lafal. 5. Diketahui pula bahwa sebab turun ayat tidak pernah keluar dari hokum yang terkandung dalam ayat tersebut sekalipun datang mukhasisnya ( yang mengkhususkannya ). 6. Diketahui ayat tertetu turun padanya secara tepat sehingga tidak terjadi kesamaran bisa membawa kepada penuduhan terhadap orang yang tidak bersalah dan pembebasan bagi orang yang tidak bersalah. 7. Akan mempermudah orang menghafal ayat-ayat al-quran serta memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengarnya jika mengetahui sebab turunnya. BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan Seteleh mempelajari dan melihat pembahasan yang telah yang telah kita diskusikan panjang lebar diatas, asbabul nuzul dapat kami simpulkan bahwasannya, asbabul nuzul yaitu sebagai suatu hal karenanya al-quran diturunkan untuk menerangkan status hukumnya, pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan, serta memiliki faedah didalamnya,

dan cara turunnya asbabul nuzul yaitu : Pertama ayat-ayat turun sebagai reaksi terhadap pertanyaan yang dikemukakan kepada nabi. Kedua ayat-ayat turun sebagai permulaan tanpa didahului oleh peristiwa atau pertanyaan. Ketiga ayat-ayat yang mempunyai sebab turun itu terbagi menjadi dua kelmpok; Ayat-ayat yang sebab turunnya harus diketahui ( hukum ) karena asbabun nuzulnya harus diketahui agar penetapan hukumnya tidak menjadi keliru. Ayat-ayat yang sebab turunnya tidak harus diketahui, ( ayat yang menyangkut kisah dalam al-quran). 2. Saran Meskipun telah berusaha segenap tenaga, namun penulis menyandari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharap kritik dan saran dari rekan-rekan semua atau para pembacanya, yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah yang selanjutnya,

A. Pendahuluan Secara historis, Alquran bukanlah wahyu yang turun dalam ruang hampa, tetapi ia mempunyai latar belakang, argumentasi dan faktor-faktor tertentu yang menjadikan dia turun ke bumi. Hal ini karena Alquran diturunkan sebagai alat untuk menjawab problematika kehidupan manusia di muka bumi. Oleh karena itu, kehadirannya di alam material sangat terkait ruang dan waktu tertentu yang menjadi faktor-faktor dibalik turunnya Alquran. Sebab-sebab ayat Alquran inilah yang kemudian disebut dengan istilah asbabun nuzul. Ilmu Asbabun Nuzul mempunyai pengaruh yang penting dalam memahami dan menafsirkan ayat. Namun, demikian ada sebagian orang yang berpendapat ilmu Asbabun Nuzul tidak ada gunanya dan tidak ada pengaruhnya dikarenakan pembahasannya hanyalah berkisar pada lapangan sejarah dan cerita. Menurut anggapan mereka ilmu Asbabun Nuzul tidaklah akan mempermudah bagi orang yang mau berkecimpung dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran.[1] Padahal ketidaktahuan terhadap asbabun nuzul ayat, dapat menyebabkan kesalahan dalam memahami dan menafsirkan makna ayat tersebut. Tidak hanya berhenti sampai di situ, kesalahan dalam memahami tersebut dapat berakibat pada kesalahan dalam memahami dan menerapkan hukum yang terkandung di dalam ayat. Demikian pentingnya ilmu ini, maka kabanyakan ulama Alquran begitu memperhatikan ilmu tentang asbabun nuzul bahkan ada yang menyusunnya secara khusus. Atas dasar wacana tersebut di atas, maka makalah singkat ini akan membahas tentang asbabun nuzul untuk mengetahui argumen bahwa asbabun nuzul itu penting dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran. Secara umum, makalah yang berjudul Asbabun Nuzul ini disusun guna meperoleh pangetahuan lebih lanjut dan komprehensif mengenai asbabun nuzul. Secara garis besar, dalam makalah ini akan dibahas beberapa sub-topik yaitu perhatian ulama terhadap asbabun nuzul, pedoman mengetahui asbabun nuzul, dan beberapa permasalahan seputar asbabun nuzul.

B. Perhatian Ulama Terhadap Asbabun Nuzul Parapeneliti Ulumul Quran menaruh perhatian besar terhadap pengetahuan tentang asbabun nuzul. Untuk menafsirkan Alquran ilmu ini diperlukan sekali, sehingga ada ulama yang mengkhususkan diri mengenai pembahasan bidang ini. Yang di antaranya adalah: 1. Ali bin Madini, guru Bukhari. 2. Abul Hasan Ali al-Wahidi (472 H) dengan kitabnya Asbabun Nuzul. 3. Burhanuddin al-Jabari (732 H) yang meringkas kitab al-Wahidi dengan menghilangkan isnad-isnadnya, tanpa menambah sesuatu. 4. Syaikhul Islam Ibn Hajar al-Atsqalani (852 H) yang mengarang suatu kitab mengenai asbabun nuzul. 5. Jalaluddin as-Suyuti (911 H) yang mengatakan tentang dirinya: Dalam hal ini, aku telah mengarang satu kitab lengkap, singkat dan sangat baik serta dalam bidang ini belum ada satu kitab pun yang menyamainya. Kitab itu aku namakan Lubabul Manqul fi Asbabun Nuzul.[2] C. Pedoman Mengetahui Asbabun Nuzul Pedoman dasar para ulama dalam mengetahui asbabun nuzul adalah riwayat sahih yang berasal dari Rasulullah saw atau dari sahabat. Itu disebabkan pemberitahuan seorang sahabat mengenai hal seperti ini, bila jelas, maka hal itu bukan sekedar pendapat (rayu), tetapi ia mempunyai hukum marfu (disandarkan pada Rasulullah). Al-Wahidi mengatakan: Tidak halal berpendapat mengenai asbabun nuzul kitab kecuali berdasarkan riwayat atau mendengar secara langsung dari orang-orang yang menyaksikan turunnya, mengetahui sebab-sebabnya dan membahas tentang pengertiannya serta bersungguh-sungguh dalam mencarinya.[3] Inilah jalan yang ditempuh para ulama salaf. Mereka amat berhati-hati untuk mengatakan sesuatu mengenai asbabun nuzul tanpa pengetahuan yang jelas. Oleh karena itu, yang dapat dijadikan pegangan dalam asbabun nuzul adalah: 1. Riwayat ucapan-ucapan sahabat yang bentuknya musnad, yang secara pasti menunjukkan asbabun nuzul.[4] 2. As-Suyuti berpendapat bahwa bila ucapan seorang tabiin secara jelas menunjukkan asbabun nuzul, maka ucapan itu dapat diterima. Dan mempunyai kedudukan mursal bila penyandaran kepada tabiin itu benar dan ia termasuk salah seorang imam tafsir yang mengambil ilmunya dari para sahabat, seperti Mujahid, Ikrimah dan Said bin Jubair, serta didukung oleh hadis mursal yang lain.[5] D. Definisi Asbabun Nuzul Asbabun nuzul, dalam pengertian literal bahasa verbal adalah sebab-sebab turunnya Alquran. Secara istilah, asbabun nuzul adalah ilmu yang membahas tentang latar belakang atau sebab-sebab satu atau beberapa ayat Alquran diturunkan.[6] Setelah diteliti, sebab turunnya suatu ayat berkisar pada dua hal. Pertama, bila terjadi suatu peristiwa, maka turunlah ayat Quran mengenai peristiwa itu. Contoh:

Sebagaimana diriwayatkan dari Ibn Abbas yang mengatakan: Ketika turun ayat: dan peringatkanlah kerabat-kerabatmu yang terdekat (QS. Hijr:94), Nabi pergi dan naik ke bukit Safa, lalu berseru: Wahai kaumuk! Maka mereka berkumpul mendekat ke Nabi. Lalu berkata lagi: Bagaimana pendapatmu bila aku beritahukan kepadamu bahwa dibalik gunung ada pasukan berkuda yang hendak menyerangmu, percayakah kamu apa yang aku katakana? Mereka menjawab: Kami belum pernah melihat engkau berdusta. Dan Nabi pun melanjutkan: Aku memperingatkanmu tentang siksa yang pedih. Ketika itu Abu Lahab berkata: Celakalah engkau! Apakah engkau mengumpulkan kami hanya untuk urusan ini? Lalu ia berdiri. Maka turunlah suratini[7]: Artinya: Celakalah kedua tangan Abu Lahab. (QS.al-Lahab)[8] Kedua, bila Rasulullah diatanya tentang suatu hal, maka turunlah ayat Alquran menerangkan tentang hukumnya. Contoh: Ketika Khaulah binti Salabah dikenakan zihar oleh suaminya Aus bin Samit. Lalu ia datang kepada Rasulullah saw mengadukan hal itu. Aisyah berkata: Maha suci Allah yang pendengaran-Nya meliputi segalanya. Aku mendengar ucapan Khaulah binti Salabah itu, sekalipun tidak seluruhnya, ia mengadukan suaminya kepada Rasulullah saw: Rasulullah, suamiku telah mengahabiskan masa mudaku dan sudah berapa kali aku mengandung karenanya, sekarang setelah aku menjadi tua dan tidak beranak lagi, ia menjatuhkan zihar kepadaku! Ya Allah, sesungguhnya aku mengadu kepada-Mu. Aisyah berkata: Tiba-tiba Jibril turun membawa ayat-ayat itu[9]: Artinya: (QS. Mujadalah: )[10] Catatan: Tidak setiap ayat Alquran diturunkan karena adanya suatu peristiwa dan kejadian yang mendahuluinya atau karena suatu pertanyaan. Tetapi ada di antara ayat Alquran itu diturunkan sebagai permulaan, tanpa sebab atau pertanyaan, seperti mengenai akidah, iman, kewajiban Islam dan syariat Allah dalam kehidupan pribadi dan sosial.

E. Perlunya Mengetahui Asbabun Nuzul Pengetahuan mengenai asbabun nuzul mempunyai banyak faedah. Yang terpenting di antaranya adalah sebagai berikut[11]: 1. Mengetahui hikmah didatangkannya suatu hukum dan perhatian syariat terhadap kepentingan umum dalam menghadapi segala peristiwa sebagai bentuk rahmat bagi umat. Ini karena setiap peristiwa penting ternyata mendapat jawaban dari Alquran. 2. Mengkhususkan (membatasi) hukum yang diturunkan dengan sebab yang terjadi, bila hukum itu dinyatakan dalam bentuk umum. Sebagai contoh dapat dikemukakan di sini firman Allah: Artinya: ..(QS. Ali Imran:188)[12] Adabeberapa sahabat yang khawatir dengan penjelasan ayat di atas, lalu menanyakan pada Ibn Abbas: Sekiranya setiap orang di antara kita yang bergembira dengan apa yang telah dikerjakann dan ingin dipuji dengan perbuatan yang belum dikerjakannya itu akan disiksa,

tentulah kita semua akan disiksa. Ibn Abbas menjawab: Mengapa kamu berpendapat demikian mengenai ayat ini? Ayat ini turun berkenaan dengan ahli kitab. Kemudian ia membaca ayat sebelumnya yang berkaitan dengana ahli kitab. 1. Apabila lafal ayat yang diturunkan itu lafal yang umum (aam) dan terdapat dalil pengkhususannya, maka pengetahuan mengenai asbabun nuzul membatasi pengkhususan itu hanya terhadap yang selain bentuk sebab. Contoh: Pertama: Bahwa orang yang menuduh wanita baik-baik berzina tidak akan diampuni. Allah swt berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman, maka mendapat laknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar pada hari lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang yang dahulu mereka kerjakan. Pada hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah lah Yang Benar lagi Yang Menjelaskan. (QS. An-Nur:23-25) Kedua: Bahwa orang yang menuduh wanita baik-baik berzina, masih bisa diampuni. Allah swt berfirman: Dan orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik, kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki dirinya, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nur:4-5) Sekilas ada pertentangan dari dua ayat di atas, yaitu orang-orang yang menuduh wanita baikbaik berbuat zina dikatakan tidak akan diampuni dalam ayat yang pertama, dan masih bisa diampuni pada ayat yang kedua. Maka Ibn Abbas memberitahukan sebab nuzul ayat yang pertama bahwa ayat tersebut turun dalam masalah Aisyah ra. secara khusus. Maka mereka yang menuduh Aisyah ra. berzina tidak akan diampuni dunia akhirat, sementara ayat yang kedua hukumnya masih berlaku umum, bahwa mereka yang menuduh wanita baik-baik (secara umum), masih mempunyai kemungkinan taubat dan diampuni. 1. mengetahui sebab nuzul adalah cara terbaik untuk memahami makna ayat Alquran al-Karim dan menyingkap kesamaran yang tersembunyi dalam ayat-ayat yang tidak dapat ditafsirkan tanpa mengetahui sebab nuzulnya. Contoh:

Artinya: .(QS. al-Baqarah:158)[13] Lafal ini secara tekstual tidak menunjukkan bahwa sai itu wajib, sebab ketiadaan dosa mengerjakan hal itu menunjukkan kebolehan dan bukannya kewajiban, sebagian ulama juga berpendapat demikian karena berpegang kepada arti tekstual ayat tersebut. Padahal hukum sebenarnya dari sai adalah wajib, bukan sekedar boleh. Lafal ayat di atas turun karena para sahabat awalnya merasa keberatan bersai antara Safa dan Marwa karena perbuatan itu berasal dari perbuatan jahiliyah. Mereka takut itu termasuk perbuatan dosa, karenanya Alquran turun dengan lafaz tidak ada dosa untuk menjelaskan bahwa sai bukan seperti

apa yang mereka takutkan atau khawatirkan. Jadi bukan untuk menjelaskan bahwa hukum sai itu boleh, karena sai adalah wajib. 1. Sebab nuzul dapat menerangkan tentang siapa ayat diturunkan sehingga ayat tersebut tidak diterapkan kepada orang lain karena dorongan permusuhan dan perselisihan. Contoh: Ketika Marwan meminta agar Yazid dibaiat, ia berkata: (Pembaiatan ini adalah) tradisi Abu Bakar dan Umar. Abdurrahman menolak dan menentang seraya berkata: Tradisi Hercules dan kaisar. Maka kata Marwan: Inilah orang yang dikatakan Allah dalam Alquran: Artinya: .(QS. al-Ahqaf:17)[14] Maksudnya adalah Marwan menuduh Abdurrahman durhaka dengan menyandarkan pada ayat di atas. Kemudian perkataan Marwan yang demikian itu sampai kepada Aisyah, maka Aisyah berkata: Marwan telah berdusta demi Allah, maksud ayat itu tidaklah demikian, sekiranya aku mau menyebutkan mengenai siapa ayat itu turun, tentulah aku sudah menyebutkannya. F. Beberapa Permasalahan Seputar Asbabun Nuzul 1. Kaidah: Al-Ibrah bi Umumi al-Lafdzhi Laa bi Khususi as-Sabab (Yang Menjadi Pegangan adalah Lafaz Yang Umum, bukan Sebab Yang Khusus) Pertama kali, harus dibedakan antara dua hal, yaitu antara lafadzh ayat dan sebab turun ayat. Begitu pula perlu dibedakan antara umum dan khusus. Yang dimaksud dengan umum dalam pembahasan ini adalah hal yang mencakup seluruh manusia atau kaum muslimin, sedangkan khusus merupakan hal yang berkaitan dengan person-person tertentu dan terbatas. Dalam kaitan antara lafaz ayat dan sebab turunnya, ada tiga kemungkinan yang terjadi dan masing-masing memiliki konsekuensi atau hukumnya sendiri. Tiga kemungkinan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Apabila lafal ayat bersifat umum dan sebab turunnya pun secara umum, maka yang diambil adalah hukum ayat tersebut bersifat umum. Contoh: Artinya: .(QS. al-Baqarah:222)[15] Kata al-mahiidh di atas bersifat umum yang berarti semua wanita yang haid, begitu pula sebab turunnya ayat juga bersifat umum, sebagaimana diriwayatkan oleh Anas bin Malik: Bahwa orang-orang yahudi pada waktu itu ketika istri mereka sedang haid, mereka mereka mengusirnya dari rumah dan tidak memberi makan atau minum, serta tidak berhubungan badan dengan mereka. Maka Rasulullah pun ditanya masalah ini. Maka turunlah ayat di atas, dan Rasulullah saw bersabda: lakukan apa saja selain jimak.

Jadi peristiwa atau pertanyaan dari sahabat kepada Rasul bersifat umum, mereka menanyakan tentang bergaul dengan istri-istri mereka yang haid secara umum, bukan satu dua perempuan atau istri mereka secara khusus. Karenanya, hukum ini juga berlaku umum bagi semua wanita haid. 1. Apabila lafal ayat bersifat khusus dan sebab turunnya pun khusus pada perseorangan tertentu, maka yang diambil adalah bahwa hukum ayat tersebut bersifat khusus. Contoh: Artinya: Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu nikmat keapdanya yang harus dibalasnya, tetapi karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan. (QS. al-Lail:17-21) Ayat-ayat di atas diturunkan mengenai Abu Bakar. Kata al-atqa (orang yang paling takwa) menurut tashrifnya kata ini berbentuk afal untuk menunjukkan arti superlative atau tafdhil yang disertai ( al adiyah, kata sandang yang menunjukkan bahwa kata yang dimasukinya itu telah diketahui maksudnya), sehingga ia dikhususkan bagi orang yang karenanya ayat itu diturunkan. Jadi, secara lafal memang khusus dan sebabnya juga khusus, karena itu ayat ini harus ditafsirkan khusus tentang Abu Bakar as-Shiddiq, bukan umum kepada kaum muslimin. 1. Jika sebab ayat itu adalah hal khusus berkaitan dengan orang tertentu, sedang lafal ayat yang turun berbentuk umum, maka dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat di antara ulama ushul, apakah yang dijadikan pegangan adalah lafal yang umum atau sebab yang khusus.[16] Pendapat tersebut diuraikan sebagai berikut: 2. Jumhur ulama berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah lafal yang umum, sehingga hukum yang diambil adalah berlaku pada semua orang atau muslim. Misalnya: Ayat lian (prosesi sumpah antara suami istri untuk menolak tuduhan zina) yang turun mengenai tuduhan Hilal bin Umayah kepada istrinya. Dari Ibn Abbas, Hilal bin Umayah menuduh istrinya telah berbuat zina dengan Syuraik bin Sahma di hadapan Nabi. Maka Nabi berkata: Harus ada bukti, bila tidak maka punggungmu yang didera. Hilal berkata: Wahai Rasulullah, apabila salah seorang di antara kami melihat seorang lelaki mendatangi istrinya, apakah ia harus mencari bukti? Rasulullah saw menjawab: Harus ada bukti, bila tidak maka punggungmu yang didera. Hilal berkata: Demi yang mengutus engkau dengan kebenaran, sesungguhnya perkataanku itu benar dan Allah benar-benar akan menurunkan apa yang akan membebaskan punggungku dari dera. Maka turunlah Jibril as. dan menurunkan kepada Nabi ayat: Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya, jika dia termasuk orang yang berdusta. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah (bahwa) sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar. (QS. an-Nur:6-9)

Hukum yang diambil dari lafal yang umum ini: Walladzi yarmuuna azwajuhum (dan orangorang yang menuduh istrinya) tidak hanya khusus mengenai peristiwa Hilal bin Umayah, tetapi diterapkan pada kasus yang serupa lainnya tanpa memerlukan dalil lain. Demikian pula ayat zihar dalam kasus Aus bin Samit. 1. Segolongan ulama berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang khusus, bukan lafal yang umum, karena lafal yang umum itu menunjukkan bentuk sebab yang khusus. Dalam pendapat ulama golongan kedua ini, maka kasus ayat-ayat tersebut di atas (lian dan zihar), untuk dapat diberlakukan kepada kasus selain sebab diperlukan dalil lain seperti qiyas dan sebagainya, sehingga pemindahan riwayat sebab yang khusus itu mengandung faedah, dan sebab tersebut sesuai dengan musababnya seperti halnya pertanyaan dengan jawabannya. 2. Redaksi Periwayatan Asbabun Nuzul Para sahabat dalam menyampaikan sebab-sebab turunnya ayat memiliki ungkapanungkapan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Ungkapan-ungkapan itu dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Sebab-sebab nuzul ayat diungkapkan secara jelas seperti dengan ungkapan sebab turun ayat ini begini. Atau dengan memasukkan huruf fa taqibiyah (huruf fa (maka) yang menunjukkan urutan suatu peristiwa) pada kata nazala. Ungkapan ini sangat jelas, definitif dan pasti serta tidak mengandung makna lain. 2. Terkadang ada suatu bentuk ungkapan yang tidak menyatakan sebab nuzul secara tegas seperti kata-kata perawi: Nazalat hadzihil ayatu fi kadza. Kadang-kadang yang dimaksud ungkapan tersebut adalah sebab turun, namun kadang pula menyatakan hukum yang terkandung dalam ayat. Ibn Taimiyah mengatakan: Katakata mereka Nazalat hadzihil ayatu fi kadza terkadang menyatakan suatu sebab turun dan terkadang pula menyatakan kandungan hukum meskipun sebabnya tidak ada. Dalam hal ini, menurut al-Zarqani satu-satunya cara untuk menentukan salah satu dari dua makna yang terkandung dalam ungkapan itu adalah konteks pembicaraannya. 3. Sebab nuzul dapat dipahami secara pasti dari konteksnya. Dalam hal ini Rasul ditanya orang, maka beliau diberi wahyu dan menjawab pertanyaan itu dengan ayat yang baru diterimanya, seperti sebab turunnya ayat tentang ruh.[17] 3. Banyaknya Riwayat Dalam Asbabun Nuzul Sebuah Ayat Terkadang terdapat banyak riwayat mengenai sebab nuzul suatu ayat. Dalam keadaan demikian, sikap mufasir kepadanya sebagai berikut: 1. apabila bentuk-bentuk redaksi riwayat itu tidak tegas, seperti: Ayat ini turun mengenai urusan ini, atau Aku mengira ayat ini turun mengenai urusan ini, maka dalam hal ini tidak ada kontradiksi di antara riwayat-riwayat itu. Sebab, maksu dari riwayat-riwayat tersebut adalah penafsiran dan penjelasan bahwa hal itu termasuk ke dalam makna ayat dan disimpulkan darinya, bukan menyebutkan sebab nuzul, kecuali bila ada qarinah atau indikasi pada salah satu riwayat bahwa maksudnya adalah penjelasan sebab nuzulnya. 2. Apabila salah satu bentuk redaksi riwayat itu tidak tegas, misalnya Ayat ini turun mengenai urusan ini. Sedang riwayat yang lain menyebutkan sebab nuzul dengan

3. 4.

5.

6.

tegas yang berbeda dengan riwayat yang pertama, maka yang menjadi pegangan adalah riwayat yang menyebutkan sebab nuzulnya secara tegas. Dan riwayat yang lain dipandang termasuk di dalam hukum ayat. Apabila riwayat itu banyak dan semua menegaskan sebab nuzul, sedang salah satu riwayat di antaranya itu sahih, maka yang menjadi pegangan adalah yang sahih. Apabila riwayat-riwayat itu sama-sama sahih, namun terdapat segi yang memperkuat salah satunya, seperti kehadiran perawi dalam kisah tersebut, atau salah satu dari riwayat-riwayat itu lebih sahih, maka riwayat yang lebih kuat itulah yang didahulukan. Apabial riwayat-riwayat tersebut sama-sama kuat, maka riwayat itu dipadukan dan dikompromikan bila mungkin, hingga dinyatakan bahwa ayat itu turun setelah terjadi dua atau lebih sebab karena jarak waktu di antara sebab-sebab itu berdekatan. Bila riwayat-riwayat itu tidak bisa dikompromikan karena jarak waktu antara sebabsebab berjauhan, maka hal tersebut dipandang sebagai berulangnya nuzul.[18]

4. Banyaknya Ayat Yang Turun Dengan Satu Sebab Terkadang banyak ayat yang turun, sedang sebabnya hanya satu. Dalam hal ini, tidak ada permsalahan cukup penting. Oleh karena itu, banyak ayat yang turun dalam berbagai surah berkenaan dengan satu peristiwa. Contohnya adalah peristiwa tentang Ummu Salamah yang diriwayatkan oleh beberapa periwayatan yang sahih. Dia bertanya kepada Rasulullah tentang pembedaan perempuan dan laki-laki dalam hal hijrah, penyebutan dalam Alquran, soal perang dan warisan. Hal ini berturut-turut menjadi sebab nuzulnya QS. 3:195; 33:35; dan 4:32.[19] 5. Beberapa Ayat Mengenai Satu Orang Terkadang seorang sahabat mengalami peristiwa lebih dari satu kali, dan ayat Quran pun turun mengenai setiap peristiwanya. Karena itu, banyak ayat yang turun mengenainya, sesuai dengan banyaknya peristiwa yang terjadi. Misalnya apa yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Al-Adabul Mufrad tentang berbakti kepada kedua orang tua. Dari Sad bin Abi Waqqas yang mengatakan: Ada empat ayat Quran turun berkenaan denganku(QS. Luqman:31; al-Anfal:1; al-Baqarah:180; dan satu ayat tentang larangan minum khamar).[20] G. Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang asbabun nuzul sangat penting untuk membantu dalam memahami ayat Alquran. Sehingga, tidaklah benar anggapan yang mengatakan bahwa asbabun nuzul hanya cerita yang menjadi lapangan kajian sejarah. Banyak ulama ulumul Quran yang memberikan perhatian besar terhadap ilmu asbabun nuzul dikarenakan demikian pentingnya ilmu ini. Dalam kaitan ilmu asbabun nuzul, sebabsebab turunnya suatu ayat dapat diketahui melalui periwayatan. Selanjutnya, terdapat beberapa permasalahan yang muncul dalam memahami periwayatan mengenai asbabun nuzul. Namun, para ulama telah menetapkan kaidah-kaidah tersendiri dalam memecahkan permasalahan-permasalahan tersebut. DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon. Ulumul Quran, Cet. II.Bandung: Pustaka Setia, 2004. Departemen Agama RI. Al Quran dan Terjemahannya. Semarang: PT Karya Toha Putra Semarang, 1995.

Muchotob, Hamzah. Studi Al-Quran Komprehensif. Yogyakarta:Gama Media, 2003.

Ash-Shabuny, Mohammad Ali. At-Tibyan Fi Ulumil Quran. Beirut: Daar al-Irsyad, 1970. ) *** DAFTAR PUSTAKA Abi Al-Hasan Ali ibn Ahmad ibn Ali Al-Wahidi, Asbabu Nuzul al-Quran Syekh Manna Al-Qaththan, Mabahits Fi Ulum il-Quran, (terj.) Aunur Rafiq El-Mazni Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qu ran Yusuf Al-Qaradhawi, Kaifa Nataamal Maa Al-Quran, (terj.) Kathur Suhardi Lihat: Syaikh Manna Al-Qaththan dalam Mabahits Fi Ulum- il-Quran Atabik Luthfi, Tafsir Tazkiyah: Tadabur Ayat-Ayat untuk Pencerahan & Penyucian Hati. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Al Qur'an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia kearah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimanan kepada Allah dan Rasulullah. Sebagian besar Qur'an pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum ini,tetapi kehidupan para sahabat bersama Rasulullah telah menyaksikan banyak peristiwa sejarah,bahkan kadang terjadi diantara mereka peristiwa khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah atau masih kabur bagi mereka.kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah untuk mengetahui hukum islam mengenai hal itu,maka Qur'an turun untuk peristiwa khusus tadi atau untuk pertanyaan yang muncul itu.Hal seperti itulah yang dinamakan ASBABUN NUZUL. B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi Asbabun Nuzul? 2. Apakah sebab turunnya Al-Qur'an itu membatasi suatu hukum?

3. Darimana sumber-sumber Asbabun Nuzul? 4. Apa yang dimaksud dengan satu ayat dengan sebab-sebab banyak? 5. Apa maksud dari banyaknya nuzul dengan satu sebab? 6. Apa maksud dari ayat yang turun mengenai satu orang? 7. Mengapa ada ayat Al-Qur'an yang diturunkan secara berulang-berulang? C. Tujuan Makalah 1. Untuk mengetahui Asbabun Nuzul 2. Agar mengetahui bahwa sebab turunnya Al-Qur'an itu membatasi suatu hukum 3. Untuk mengetahui sumber-sumber Asbabun Nuzul 4. Untuk menjelaskan turunnya satu ayat dengan sebab-sebab banyak 5. Untuk mendiskripsikan banyaknya nuzul dengan satu sebab 6. Untuk mendiskripsikan ayat yang turun mengenai satu orang 7. Untuk mengetahui alasan ayat Al-Qur'an diturunkan secara berulang-berulang D. Manfaat Makalah Untuk mengetahui seluk beluk Asbabun Nuzul dan mengetahui sebab-sebab ayat-ayat Al Qur'an itu diturunkan BAB II PEMBAHASAN A. Defense Sebab Nuzul Ketahuilah bawl Alquran diturunkan dalam dua kategori, yakni: a). Turun sebagai permulaan b). Turun karena suatu pristiwa atau suatu petanyaan. Terkadang para ulama mengikuti kategori kedua yakni turun karena suatu peristiwa atau adanya suatu pertanyaan, kemudian mereka membukukannya menjadi kitab-kitab khusus dan menerangkan ayat-ayat yang turun karena suatu beban serta mereka menerangkan sebab tersebut dan ijtihad yang terkandung didalamnya. Adapun karangan termashur dalam judul ini adalah karangan imam al hafidz assyuti. Dan pekerjaan ini mempunyai faedah yang agung diantaranya: a. Mengetahui hikmah diturunkannya suatu hukum b. Dan diantaranya lagi bahwasanya amal ini adalah cara yang kuat dari dalam mengetahui makna Alquran karena mengetahui sebab akan menghasilkan pengetahuan tentang musabab dan diceritakan bagimu dua cerita ini untuk ,mengetahuinya bahwasanya jika karena tidak mengetahui sababul nuzul maka akan hilang langkah-langkah dalam memahami makna dan menemukan sebuah maksud, dua cerita tersebut yaitu: 1. Marwan bin Hakam telah membaca firman Alllah Dan Marwan berkata: Sekiranya setiap orang diantara kita bergembira dengan yang apa dikerjakan dan senang untuk dipuji dengan perbuatan yang belum dikerjakannya itu akan disiksa, tentulah kita semua akan disiksa dan ini adalah kepahaman Marwan tetapi, Ibnu Abbas menjelaskan bahwasanya ayat ini diturunkan berkenaan dengan ahlul kitab ketika rosul bertanya kepada mereka tentang sesuatu dan mereka mengambil persoalan lain dan mereka menganggap bahwasanya mereka telah memberitahukan kepadanya (nabi) tentang apa yang ditanyakan rosul kepada mereka dipuji dalam hal ini 2. Dan diceritakan dari Utsman bin Madlun dan Amru bin Madi Karbinbahwasanya mereka berdua pernah berkata khomer itu mubah dan merka menggambil hujjah dari firman Alloh: Maka jika mereka mengetahui sebab turunnya ayat diatas mereka tidak aakan mengatakan khomer itu mubah, karena ayat ini diturunkan sebagai jawaban atas pertanyaan sahabat yakni keharaman khomer diturunkan Bagaimana dengan orang yang berperang dijalan Alloh kemudian meninggal dan mereka minum khomer dan dahwasanya khomer itu kotor, maka

turunlah ayat ini dan jika tidak katena mengetahui sebab turunnya firman Alloh : Maka orang mengatakan dhohirnya akan bermakna (berfaedah) bahwasanya musholli tidak wajib menghadap kiblat, baik ketika berpergian atau mukim dan hal ini adalah perbedaan pendapat tapi dengan mengetahui sebab nuzulnya dapat diketahui bahwasanya ayat ini turun mengenai sholat sunnah dalam perjalanan atau untuk orang yang sholat dengan ijtihad, maka telah jelas perbedaan riwyat dalam hal ini . B. Sebab turunya ayat itu membatasi sebuah hukum Yang berubungan dengan pembahasan ini adalah, masalah penting yang terjadi perpeda'an di antara ulama' usul, ya'ni ketika kita mengetahui asbabunnujul sebuah ayat untuk suatu hokum syara' , apakah hokum tersebut khusus berlaku untuk sebab di turunkanya ayat tersebut atau berlaku untukmu selain sebab tersebut? Dan ulama' usul barkata ibrah itu bisa diambil keumuman suatu lafad atau dari kekhususan sebab? Dan jawabnya bahwa menurut pendapat yang mafhum dan shahih, sesunguhnya ibroh itu di ambil dengan keungulan lafad maka hokum itu berlaku selain sebab yang turun di sebabkan kejadian tersebut. Dan telah di turunkan beberpa ayat dengan sebab-sebab yang beraneka ragam tapi ulama' usul bersepakat bahwa ayat hukum dari ayat-ayat tersebut selain dari sebab turunya tersebut sepertyi di turukany ayat dhihar pada salamah bin thahir dan ayat li'an dalam masalhnya bilal bin umaiyah dan hadul qodaf (menuduh zina) kepada orangorang yang memfitnah aisyah kemudian menambah hokum selain hokum tersebut dan orang yang tidak mengambarkan dengan keumuman lafad maka ayat tadi telah keluar dari kekhususanya karena adanya dalil lain. Asyuti berkata denagn diantara dalil-dalil yang menguatkan bahwa ibroh(pelajaran) ini diambil dari keumuman lafad, perbuatan para syhabat yang banyak berdalil denagn ayatayat yang umum yang turun karaena sebab khusus pada setiap peristiwa atau kejadian yang berlangsung di antara mereka. Dan masalah ini di nisbatkan pada ayat yang lafadnya berfai'dah umum. Adapun ayt yang diturukan secara khusus dan tidak umum pada lafadnya maka ayat tersebut menjadi pendek secara terpotong seperti ayat; Maka sesunguhanya ayat tersebut di turunkan mengenai abu bakar as-sidiq dan orang mengangap ayat ini umum untuk setiap orang yang mengamalkan amalan abu bakar dengan qo'idah tersebut maka salah, karena ayat ini ntidak mempunya bentuk umum, dank arena alif dan lam itu bias berfa'idah umum jika berupa isim mausul atau isim ma'rifat dalam bentuk jama' atau mufrod dengn syara'at pada lafad-lafad tersebut tidak terdapata'ada. Sedangkan lam pada lafad al-atqo ini bukan lam mausulah(kata ganti penghubung) sebab lam mausulah selamya tidak pernah bersambung afalul tafdhin dan al-atqo juga bukan kata sama melain kata tungual(mufrod) dan lafad ahad sudah terkandung didalamnya dan af'al itu menolak adanya persekutuan maka dengan semua hal tadi batalah pendapat orang-ornag yang mengangapnya sebagai keumuman. C. Sumber-sumber asbabun nuzul Tidak di benarkan mengatakan sesuatu yang mengenai asbabun nuzul kitab kecuali dengan perbatasan riwayat atau mendengar langsung dari orang yang menyaksikan kejadianya dan mengetahui sebab di turunkanya. Muhammad bin sirin berkata; aku bertanya kepada abidah mengenai satu ayat al-qur'an dan dia menjawab bertakwalah kepada allah dan katakana yang benar, bahwasanya orang-orang yang mengetahui tentang di turunkanya alqur'an itu telah pergi(meningal) apa makna ucapan sahabat ayat ini turun begini. Apakah ucapan tersebut termasuk hadist musnad dan termasuk asbabun nuzul? Ulam' berbeda pendapat dalam ucapan sahabat dalam ayat ini turun begini ayat tersebut termasuk sanad jika seandainya di sebutkan sebab-sebab turunya suatuu ayat? Atu ayat tersebut termasuk tafsir yang sanad? Maka bukhri memasukan pada sanad dan ulma' yang lainya tidak tapi lebih

banyak cenderung pada musnad yang ada, pasti musnadya seperti musnadnya ahmad dan lainya berbeda dengan perkara yang mana menerangkan sebab turnya ayat dan yang demikian ini termasuk musnad. Dan dari perkara yang kedua(apakah termasuk asbabun nuzul?) imam zarkasih mengatakan di dalam kitabnya al-burhan telah di ketahui dari kebiasan sahabat dan tabi'in, jika salahsatunya berkata jika ayat itu turunya di sini maka maksud perkata'an ina adalah kandungan hokum yang ada pada ayat tersebut bukan memaksutkan di bawah ini adalah sebab turunya, dan hal ini masuk dalah istidlal(pengambilan dalil)dari ayta atas sesuatu hukum bukan dari jenis mwngabarkan apa yang sedang terjadi. D. Satu ayat dengan sebabsebab banyak Para mufasir menyebutkan turunya ayat yang mempunyai beberpa sebab, maka jika di temukan dalam satu ayat tersebut, maka salah satu mufasir berkata ayat ini turun mengenai urusan ini sedangkan riwayat lain menyebutkan asbabun nuzul dengan tegas.dan riwayat yang tidak tegas,termasuk didalam hokum ayat"istri-istri mu ibarat kamu tempat bercocok tanam"sementara itu orang islam menyebutkan sebab nuzul yang bertentangan dengan riwayat melalui jabir,orang yahudi berkata"jika seorang laki-laki mendatangi istrinya dari belakang,maka anaknya bermata juling"jika suatu ayat disebutkan sebab dan sebab yang lain ittu shoheh maka yang di jadikan penganga adlah riwayat yang shoheh riwayat dari bokhori muslim dan hadist yang lainya dari humdan al bunawi nabi menderita sakit hingga dua hari dua malam'kemudian datang seorang perempuanb kepadanya kepadanyadan berkata : "hai Muhammad kurasa setanmu sudah tak mendekatimu ,selama dua ,tiga malam ini sidah tidak mendekatimi lagi."maka allah menurunkan ayat demi waktu dhuha dan demi malam apabila setelah sunyi tuhan mu tiada meninggalmu dan tidaklah membencimu. Dan mengenai turunya ayat itu di karenakan dua sebab maka di hukumkan pada semua itu , jika tidak ada sesuatu yang mencegah dari sebab yang berlainan dan mungkin juga turunya ayat,sebab contoh ayat tersebut diturunkan dalam pemasukan orang-orang ansor.maka tidak akan kedatangan masalah. Pada suatu hari sebagai malam ini dan di turuinkan imam bukhori dan hambali,di makkah sebelum hijrah dengan suatu surat dan ayat tersebut adalah al makki madanni yang kedua di gunung uhud. E. Banyaknya Nuzul dengan satu sebab Terkadang banyak ayat yang turun tapi sebabnya hanya satu tapi dalam masalah initidak tidak ada masalah,karena itu banyak ayat yang turun di berbagai surah,berkenaan dengan dengan satu peristiwa.contohnya apa yang di riwayatkan sa'is bin mansur abdur Rozak,tirmidzi .ibnu jarir ,ibnu munzir,ibnu abi hakim,tabrani dan hakim yang mengatakan shohih dari ummuh salamah ia berkata : ( )591 : ) ( F. Beberarapa ayat yang turun menai satu orang Terkadang seorang sahabat mengenai peristiwa lebih dari satu kali dan Al quq'an turun mengenai satu peristiwa,maka dari itu kebanyakan al quran turun sesuai dengan peristiwa yang terjadi, misalnya seperti apa yang di riwayatkan oleh bukhori dalam kitab aladahi mufiat tentang berbakti kepada orang tua, dari saad bin abi waqos ada empat ayat alquran turun berkenaan dengan aku yang pertama ketika ibuku bersumpah dia tidak akan makan dan minum sebelum aku meninggalkan Muhammad lalu allah menurunkan ayat," dan jika memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergilah keduanya di dunia dengan baik (luqman:15. kedua ketika aku mengambil sebuah pedang dan mengaguminya maka aku berkata kepada rosullullah, ''berikan aku pedang ini'' maka turunlah ayat. Mereka bertanya kepadamu tentang pembagian harta rampasan perang (al-anfal:01). Ketiga: ketika aku sedang sakit rosullullah mengunjungiku dan aku bertanya kepada beliau: ''rosullulloh aku

ingin membagikan hartaku, bolaehkah aku mewasiatkan separuh nya?'' beliau menjawab: ''tidak'' aku bertanya: ''bagaimana jika sepertiganya?'' rosullullah diam. maka wasiat dengan sepertiga harta itu diperbolehkan keempat ketika aku sedang minum minuman keras (khomr) bersama kaum ansor ,seorang memukul hidungku dengan tulang rahang unta,lalu aku datang kepada rasullulloh , maka Allah swt melarang minum khomr. Dalam hal ini telah turun wahyu yang sesuai dengan banyak ayat. G. Ayat yang turun secara berulang ulang Ulama' mutaqoddimin dan mutaakkhirin menyabutkan bahwa di dalam al-quran terdapat ayat yang di turunkan secara berulang ulang dan itu mengandung beberapa hikmah, diantaranya sebagai peringatan dan nasehat dan juga berfaedah karena berbedanya huruf qiro'ah. Maka untuk pertama kali ayat tersebut diturunkan dengan satu huruf dan selanjutnya (diturunkan dengan huruf yang lain seperti surat fatihah, pada ayat''maaliki yaumiddinuntuk kali pertama) dan sa'at diturunkan selanjutnya. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa: turunya Al-quran itu ada 2 macam , yaitu: 1. Sebagai permula'an . 2. Karena suatu peristiwa atau suatu pertanyaan. Beberapa faedah yang berhtbungan dengan Asbabun Nuzul antara lain: - Sebab turunnya ayat itu memberi sebuah hokum. - Sumber sumner Asbabun Nuzul - Satu ayat dengan sebab banyak - Banyak Nuzul dengan satu sebab - Beberapa ayat yang turun mangenai satu orang - Ayat yang turun secara berulang ulang B. Saran Apabila penyusunan makalah ini ada yang kurang berkenan dihati pembaca, kami selaku pemakalah meminta ma'af dan semoga ada kritik dan saran yang bermanfa'at dan membangun dari para sahabat. DAFTAR PUSTAKA Husein,muhammadibnu ulumul maliki,1986. zubadatul itqon. Jeddah: Darus syuruq Kholil, manna Al-qotton. 1973. mabahis fi ulumil qur'an. Makkah: Darus syaruq.

You might also like