You are on page 1of 11

MEMBUAT STUP LEBAH MADU LOKAL

Oleh: Kelompok 5 Eny Sri Lestari Nevy Yunda Pratiwi Saniyatun M. A Arif Wibowo Andri Prajaka S Awaludin Syarif A Khafid Mukti W Khusnul Arya Nugraha Kiki Ayuningrum B1J008011 B1J008019 B1J008024 B1J008080 B1J008082 B1J008092 B1J008099 B1J008155 B1J009123 B1J009127

LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2011

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Lebah madu akan berkembang biak dan mempunyai koloni yang besar/individu yang banyak jika kondisi lingkungan tempat tinggal sangat mendukung. Terutama tercukupinya kebutuhan makanan, nektar, pollen dan cadangan makanan lainnya. Tidak kalah penting merupakan faktor pendukung bagi habitat lebah madu adalah ada tidaknya gangguan lingkungan, utamanya hama pengganggu dan predator. Hama pengganggu yang biasa muncul adalah cicak, semut dan kupu-kupu. Jenis predator yang sering kita jumpai adalah capung besar (Epiophlebia) dan capung warna (Eshna). Predator ini biasanya menyerang di udara pada saat lebah madu kembali ke sarangnya setelah berkelana membawa pulang madu dan pollen. Budidaya lebah madu akan berhasil jika lingkungan setempat sangat mendukung, yaitu tersedia banyak tanaman berbunga/penghasil nektar dan pollen serta cukup cadangan makanan lainnya. Penanganan yang serius, tekun, sabar menjaga kebersihan juga merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan upaya tersebut disamping tersedianya bibit atau lebah madu yang cukup tersedia di sekitar lingkungan. Lebah madu yang hidup liar di sekitar dapat ditingkatkan hasil perolehan madu manakala dikelola dengan baik melalui cara praktis budidaya lebah madu yang mana dalam pengelolaan ini tentu saja bisa kita panen dengan sistem berkala. Dengan pengelolaan yang baik secara berkala bias diketahui kapan waktunya satu koloni dengan koloni yang lain saatnya panen. Lebah mempunyai manfaat langsung dan tidak langsung bagi manusia. Manfaat langsung antara lain: dapat menghasilkan madu, gana, lilin/malam dan royal jeli serta tepung sari/pollen. Madu bermanfaat bagi manusia untuk daya tahan tubuh, dan untuk obat. Satu liter madu sama dengan 50 butir telur. Gana (telur yang baru menetas) mengandung protein yang tinggi dan hormon pertumbuhan. Malam dimanfaatkan orang diolah untuk bahan batik.

Tepungsari/pollen manfaat untuk daya tahan tubuh. Royal jeli, ini merupakan makanan calon ratu dan dibuat kalau ada calon ratu. Manfaat bagi manusia untuk

stamina tubuh karena memiliki kandungan gizi yang tinggi. Lebah juga mempunyai manfaat tidak langsung, yaitu membantu proses penyerbukan bunga. Sehingga terjadi fertilisasi, maka akan terbentuk calon individu baru atau biji pada tanaman.

B. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah mampu membuat glodog untuk menangkap lebah madu liar di alam dan menyebutkan bagian-bagian stup dan fungsinya.

II. MATERI DAN METODE

A. Materi Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mistar. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah glodog randu/kelapa dan stup Unsoed. B. Metode Cara kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Diambil glodog randu dan kelapa, dibalik secara perlahan-lahan, koloni diusahakan tidak bubar, 2. Diamati lebah sisir sarang terhadap pintu masuk (tegak lurus atau menyerong), 3. Diukur volume glodog bagian dalam bandingkan dengan volume stup, 4. Bandingkan jumlah sisir sarang diantara kedua sarang tersebut.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Glodok Lebah Madu

Gambar 2. Stup Lebah Madu

B. Pembahasan Budidaya lebah madu sudah lama dikenal masyarakat. Kondisi alam Indonesia yang subur memungkinkan tumbuhnya berbagai jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan lebah. Tradisi memelihara lebah madu menggunakan gelodog merupakan kegiatan sambilan masyarakat pedesaan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan menambah penghasilan (Hadisoesilo, 1991). Model budidaya tradisional ini mengalami perubahan mendasar sejak diperkenalkannya budidaya lebah madu Apis mellifera L. pada dekade tahun 1970-an. Perubahan yang terjadi tidak hanya pada bentuk fisik peralatannya saja, tetapi juga mencakup sistem pemeliharaan dan kultur usahanya. Penggunaan kotak pemeliharaan yang berbingkai (movable frame hive), sistem penggembalaan koloni (migratory), dan bentuk usaha yang menjurus ke industri kecil dan menengah merupakan bentukbentuk perubahan tersebut (Adalina, 2008). Peternakan lebah madu pada dasarnya ada dua macam, yaitu peternakan sederhana dan peternakan modern. Peternakan sederhana yaitu peternakan yang masih menggunakan glodok. Peternakan lebah seperti ini mempunyai kelemahan yaitu mudah terserang hama atau penyakit dan biasanya lebah tidak kerasan untuk menghuni glodok yang ditempatinya. Bentuk glodok yang tidak memenuhi syarat

akan mempersulit pemeriksaan dan pengawasan, sarang akan menjadi rusak pada saat pengambilan hasil, karena tempat madu menjadi satu dengan tempat larva (Soeyanto, 1981). Glodok dibuat dengan meniru rumah rumah lebah yang terdapat di rongga rongga batang pohon besar atau gua yang terlindung dari terik matahari dan hujan. Rumah tiruan itu dibuat dari batang kelapa (terutama pucuk), kayu randu (kapuk), kayu pucung atau batang pohon lain yang berkayu lunak. Batang yang digunakan berbentuk silinder berukuran panjang 80 100 cm yang dibelah dua (Sarwono, 2008). Peternakan lebah yang modern sudah menggunakan stup yang memiliki beberapa keuntungan antara lain mudah dipindahkan, mudah dibongkar dan lebih dapat memberikan perlindungan terhadap hama dan penyakit (Apiari, 2002 dalam Kholidah, 2007). Peti lebah madu (sistem gelondong modern) sangat diperlukan dalam usaha pemeliharaan lebah madu. Pemeliharaan lebah madu dalam peti akan mempermudah pengelolaan dan pemanenannya, tanpa merusak koloni lebah madu. Stup dapat dibuat tunggal atau bertingkat yang ditumpuk satu sama lain. Bila stup dibuat bertingkat, maka peti paling bawah berfungsi sebagai tempat ratu dan pertumbuhan serta perkembangbiakan koloninya. Sedangkan peti yang diatasnya berfungsi sebagai tempat memproduksi madu. Stup perlu diberi penyangga untuk menghindari serangan rayap, ular, atau binatang lain. Tinggi kaki penyangga stup dari tanah berkisar 50 cm 100 cm (Febriani, 2009). Stup merupakan tempat tinggal lebah yang terbuat dari bahan kayu randu atau kayu pule, berbentuk bujur sangkar dengan ukuran setup panjang 40 cm, lebar 30 cm, tinggi 25 cm. Stup memiliki bagian bagian yaitu : 1. Ram yang berfungsi untuk menempatkan sarang lebah. 2. Kawat yang berfungsi untukmengikat sarang lebah supaya tidak jatuh. 3. Tutup stup terbuat dari karpet talang atau seng yang dilapisi dengan papan serta berfungsi sebagai pendingin ruangan di dalam stup. Ukuran stup untuk lebah madu umumnya sebagai berikut: panjang x lebar x tinggi untuk tutupnya adalah 51 cm x 41 cm x 5 cm. Sedangkan untuk kotaknya adalah 50 cm x 40 cm x 28 cm. Tebal papan yang digunakan adalah 1,5 cm. Pada bagian dalam stup terdapat 6 10 sisiran atau bingkai dengan ukuran panjang

bagian atasnya dengan tonjolan yaitu 49 cm, panjang bagian bawah 40 cm, tingginya 21cm, tebal kayu penggantung 2,5 cm, tebal kayu penguat 1,5 cm, dan lebarnya 3 cm untuk tempat pembuatan sarang lebah madu yang berbentuk heksagonal. Jarak antara sisiran yang satu dengan yang lain sekitar 2 cm agar lebah madu tersebut dapat bergerak secara leluasa. Ruang antara peti produksi madu dan peti tempat ratu lebah harus diberi pembatas berupa sekat dari kawat kasa agar ratu lebah tidak masuk dan mengkonsumsi serta meletakan telurnya di dalam tumpukan madu (Tim Pelatihan Lebah Madu, 2008). Pintu keluar-masuknya lebah madu harus dibuat dengan tinggi yang sama dan sejajar dengan letak sisiran Penempatan stup yang ideal yaitu harus dekat dengan jenis-jenis tanaman yang banyak mengandung nektar dan serbuk dari sumber pakan lebah madu. Syarat yang lain untuk menempatkan stupnya adalah harus jauh dari tempat-tempat berasap dan rumah-rumah tempat tinggal (Febriani, 2009). Bahan stup yang baik dari kayu yang sudah kering dan tidak berbau menyengat. Hal ini menghindari pindahnya koloni lebah karena tidak betah dan pengaruh dari kayu tersebut. Intinya menggunakan kayu apa saja yang penting tidak berbau yang menyengat dan mengganggu koloni lebah (Tim Pelatihan Lebah Madu, 2008). Stup atau kotak kayu merupakan peralatan utama dalam beternak lebah madu. Keuntungan digunakannya stup adalah setiap koloni dapat diperiksa kapan saja dengan cara mengangkat sisiran-sisiran sarang satu per satu dan pemanenan madu dapat dilakukan dengan selektif tanpa merusak sisiran sarang. Saat pemeriksaan kesehatan koloni, terutama dari serangan hama dan penyakit, caranya sama saja, yaitu dengan mengangkat sisiran, yang dimulai dari sisiran paling tepi. Kerumunan lebah pada tiap sisiran diamati secara cermat (Tim Pelatihan Lebah Madu, 2008). Cara pembuatan stup lebah madu menurut Tim Pelatihan Lebah Madu (2008) dapat dilihat pada gambar:

Keterangan: 1. Tinggi stup minimal 22-30 cm 2. Panjang 30-40 cm 3. Lebar menyesuaikan jumlah frame sisiran

Gambar Stup Tampak Atas

Bentuk Frame Sisiran

Contoh Penempatan Stup Lebah Madu

IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bahan stup yang baik dari kayu yang sudah kering dan tidak berbau menyengat, hal ini menghindari pindahnya koloni lebah karena tidak betah dan pengaruh dari kayu tersebut. 2. Glodok dibuat dengan meniru rumah rumah lebah yang terdapat di rongga rongga batang pohon besar atau gua yang terlindung dari terik matahari dan hujan. Rumah tiruan itu dibuat dari batang kelapa (terutama pucuk), kayu randu (kapuk), kayu pucung atau batang pohon lain yang berkayu lunak.

DAFTAR REFERENSI

Adalina, Yelin. 2008. Analisis Finansial Usaha Lebah Madu Apis mellifera L. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol. V No. 3 : 217-237. Febriani, A. 2009. Lebah Madu. http://thismilk.wordpress.com/2009/06/26/lebahmadu/. Akses tanggal 10 November 2011. Hadisoesilo, S. 1991. Jenis-jenis Lebah Madu (Species of honey bees). Komunikasi 5(4): 5-6. In Indonesian. Kholidah, L. N. 2007. Pola Pembangunan dan Pertambahan Sel Anakan Pada Koloni Lebah Madu Lokal (Apis cerana). Skripsi. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto. Sarwono, B. 2008. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Lebah Madu. Agro Media Pustaka, Jakarta. Soeyanto, T. 1981. Intensifikasi Peternakan Tawon. Yudhistira, Jakarta. Tim Pelatihan Lebah Madu. 2008. Cara Praktis Budidaya Lebah Madu (Apis indica) Di Desa Karangmulya Kecamatan Bojong Dan Desa Sesepan Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal.

You might also like