You are on page 1of 9

TUGAS PSIKOLOGI PENDIDIKAN MANFAAT BELAJAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN STUDI KASUS SISWA BERMASALAH DALAM BELAJAR

Oleh : ASMAUL FAUZIAH NIM 074274073

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2009

1.

MANFAAT MEMPELAJARI PSIKOLOGI PENDIDIKAN Psikologi pendidikan merupakan penerapan psikologi dalam dunia pendidikan adalah suatu ilmu yang menghubungkan antara dua disiplin ilmu, yaitu psikologi dan pendidikan, dan teutama menekankan pada penggunaan metode-metode psikologi dalam proses belajar mengajar. Mempelajari psikologi pendidikan memberikan manfaat kepada seorang calon guru untuk tahu bagaimana proses belajar mengajar yang baik di sekolah. Psikologi pendidikan tidak hanya untuk calon guru dan tidak hanya diterapkan di sekolah, tapi juga dapat dimanfaatkan bagi diri sendiri. Kita sebagai calon orang tua juga harus punya ilmu psikologi pendidikan agar bisa memahami karakteristik anaknya serta memahami pertumbuhan dan perkembangan anak juga tahu bagaimana mendidik anak yang baik. Selain itu dengan belajar psikologi pendidikan kita juga bisa lebih mengonsep atau mengatur diri sendiri dalam hal belajar. Di bawah ini adalah manfaat-manfaat mempelajari psikologi pendidikan : a.

Bagi Diri Sendiri

Mampu memahami karakteristik diri sendiri

Dapat menentukan strategi atau metode belajar yang sesuai dengan karakteristik pribadi.

Dapat memahami dan mengembangkan diri-sendiri untuk menjadi seseorang yang percaya diri akan kemampuannya.

Dapat menjadi semakin peka terhadap lingkungan sekitar. Misal saya memiliki teman yang suatu hari tidak bertegur sapa dengan saya, mungkin dia sedang marah terhadap saya.

Mampu memahami proses berpikir dan berperilaku seseorang. Misal saya mampu mengetahui mengapa seseorang dapat menjadi introvert, hal ini terjadi karena di dalam keluarganya memiliki sistem otoriter

Mampu memecahkan masalah pribadi, seperti bila saya sedang bertengkar dengan saudara. Saya dapat menyelesaikannya dengan cara yang tepat

Mampu menyusun teknik-teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan semangat belajar

Sebagai calon orang tua, mampu mengetahui dan melaksanakan cara yang terbaik dalam mendidik seorang anak hingga dewasa. b.

Sebagai Calon Guru

Dapat menentukan dan merumuskan tujuan pendidikan yang akan dicapai yang selaras dengan perkembangan dan karakteristik siswa secara individual.

Dapat memilih dan menentukan merumuskan tujuan pendidikan bahan pelajaran yang selaras dan cocok dengan keadaan siswa untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

Dapat memilih dan alat bantu belajar yang cocok.

Dapat memilih dan menentukan perangkat kegiatan belajar dan pembelajaran yang tepat.

Dapat memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling pada murid-muridnya. Dengan memahami psikologi pendidikan, guru juga dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.

Dapat memilih dan menentukan cara menilai proses dan hasil belajar yang cocok.

Dapat memilih dan menentukan upaya pemberian bantuan kepada siwa yang menghadapi kesulitan belajar dalam proses belajar dan pembelajaran.

Bisa manjadi guru yang sukses dengan memahami masalah akademik dan profesional, seperti mengerti motif siswa, kepribadian, kemampuan, gaya berpikir dan belajar, serta tingkah laku sosial siswa.

Dapat memahami dan mengembangkan diri-pribadinya untuk menjadi seorang guru yang efektif dan patut diteladani.

Mampu berinteraksi secara tepat dengan siswanya. Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.

2.

STUDI KASUS SISWA BERMASALAH DALAM BELAJAR a.

Identifikasi

Kasus Siswa Bermasalah dalam Belajar : 1.

Nama : Miftahul Jannah (Mifta) 2.

Jenis Kelamin : Perempuan 3.

Kelas / Sekolah : VI / SDN I Bulak Banteng Surabaya 4.

Agama : Islam 5.

Anak ke : 1 (tunggal) 6.

Status dalam keluarga : Anak angkat 7.

Alamat : Bulak Banteng Baru Gg Gading Surabaya 8.

Nama ayah : Mat Nuri 9.

Nama ibu : Sofiyah 10.

Pekerjaan orang tua : Pedagang 11.

Alamat : Bulak Banteng Baru Gg Gading Surabaya 12.

Lama belajar : 1-2 jam (jika ada PR) 13.

Lama waktu sekolah + Les : 7 jam 14.

Didampingi orang tua/tidak : Tidak 15.

Lama membantu orang tua : 1 jam (sore hari) 16.

Lama bermain : 6 jam (nonton TV dan bermain diluar) 17.

Lama istirahat : 8 jam (siang dan malam) 18.

Hubungan dengan peneliti : b.

Observasi Dari hasil observasi siswa yang bernama Mifta yang bermasalah dengan intensitas jam belajarnya, sering membolos sekolah setelah kepergok mencuri uang. Mifta sebenarnya anak yang cerdas, namun dia banyak menggunakan waktunya untuk bermain di luar rumah dengan anak-anak dikampungnya yang nakal dan tidak bersekolah. Karena kurangnya perhatian dari orang tuanya yang sibuk bekerja menjadikan mifta anak yang kurang kasih sayang.

c.

Wawancara 1.

Teman Sekelas Menurut temannya Mifta termasuk anak yang banyak mengobrol, dia selalu mengajak teman sebangkunya untuk mengobrol. Setelah dia kepergok mencuri unag temennya sendiri. Banyak teman sekelas yang menjauhinya. 2.

Orang tua Mifta merupakan anak angkat, namun Mifta sendiri tidak mengetahuinya karena orang tuanya tidak tega memberitahukan. Pada dasarnya orang tua siswa tersebut ingin anaknya berprestasi di sekolah. Namun orang tua menyadari kurangnya memperhatikan waktu belajar anaknya dan bagaimana pergaulan anaknya dengan teman-temannya karena sibuk bekerja sebagai pedagang, apalagi orang tuanya tidak lulus SD. Mifta sering bermain dengan teman sekampungnya hingga lupa waktu untuk pulang ke rumah. Orang tua sudah pernah mengingatkan, namun kadang Mifta keluar dengan sembunyi-sembunyi. 3.

Subyek penelitian (Mifta) Setiap pagi dia berangkat ke sekolah pukul 06.00, pulang sekolah dia lansung les sampai pukul 13.00. Pulang dari les dia langsung tidur atau bermain sampai pukul 16.00. Sepulang dari bermain dia menyapu rumah kemudian mandi. Setelah maghrib siswa di suruh belajar oleh orang tua, namun terkadang siswa itu menonton TV atau bermain dengan teman sekampungnya. 4.

Guru Siswa sebenarnya anak yang cerdas, hal ini dapat dilihat pada waktu les dan jika dia memperhatikan saat guru menerangkan pelajaran dengan serius, anak ini dapat langsung paham dibandingkan dengan teman-temannya. Namun siswa sering mendapat nilai jelek disetiap pelajaran di sekolah. Mungkin karena kurangnya pantuan dari orang tua saat diluar jam sekolah, anak ini bisa jadi tidak belajar di rumah saat ujian sekolah. Selain itu Mifta menjadi anak yang banyak ngobrol di sekolah. Yang paling parah, pernah suatu ketika guru memanggil orang tua anak ini dikarenakan mencuri uang teman sekelasnya. Setelah peristiwa itu Mifta sering membolos sekolah, parahnya saat ujian sekolah dia membolos dengan alasan takut.

d.

Analisis / Sintesis 1.

Diagnosis

Kurangnya perhatian dari lingkungan keluarga, terutama kasih sayang dari orang tua meskipun statusnya hanya sebagai anak angkat, karena Mifta tidak tahu keluarganya selain orang tua angkatnya. Selain itu berdasarkan wawancara dengan orang tuanya mengaku bahwa keluarga kandungnya merupakan keluarga broken home. Sehigga pada suatu saat ibu kandungnya memberikan Mifta pada orang tua angkatnya saat ini. Apalagi ibu kandungnya memiliki sifat suka mencuri.

Ketidakmampuan orang tuanya untuk memenuhi segala kebutuhan sehari-hari keluarga menjadikan kedua orang tuanya bekerja seharian tanpa sempat memperhatikan Mifta.

Faktor Lingkungan rumah yang kurang baik, dengan kondisi kampung yang mayoritas dipenuhi dengan anak-anak yang tidak sekolah yang kebanyakan sehari-hari hanya bermain saja. Menjadikan Mifta terpengaruh untuk selalu bermain dan melakukan hal yang bisa disebut nakal yaitu mencuri.

Banyak teman sekelasnya yang menjauhinya, membuat Mifta sering membolos sekolah. 2.

Pragnosis Kemungkinan bantuan yang diberikan adalah :

Perhatian dan pengawasan dari orang tua yang intensif. Karena inti dari permasalahan yang dialami Mifta dikarenakan kurangnya perhatian dan pengawasan dari orang tua.

Kepercayaan dari teman-teman sekelasnya lagi setelah peristiwa saat Mifta kepergok mencuri uang akan membuat Mifta memiliki rasa kepercayaan diri lagi untuk rajin ke sekolah lagi.

Membuat situasi kelas yang kondusif akan membuat Mifta nyaman di kelas sehingga dia dapat menerima pelajaran dengan fokus tanpa banyak mengobrol di kelas.

3.

Treatment Dengan memberikan kasih sayang, perhatian dan pengawasan yang ekstra dari orang tua, mampu mengurangi intensitas bermain dengan teman sekampungnya di luar rumah. Membuat anak ini lumayan betah untuk belajar rutin di rumah dengan diperhatikan orang tuanya. Selain itu temanteman sekelasnya (termasuk adik saya) yang tidak menjauhinya lagi membuat Mifta semangat belajar, seperti belajar kelompok. e.

Evaluasi Setelah memberikan treatment di atas, Mifta jarang bermain lama di luar. Dia lebih sering belajar kelompok dengan teman sekelasnya (termasuk adik saya), apalagi dia sudah kelas 6 yang memerlukan waktu belajar ekstra.

You might also like