You are on page 1of 15

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IMAN DAN TAQWA

KELOMPOK 4

Hilman Rakhmadian (2209100093) Mandala Anugerahwan Firstanto (2209100116)

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER (ITS) SURABAYA

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmad dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang Iman dan Taqwa sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Makalah ini kami susun untuk membantu meningkatkan pemahaman kita tentang ilmu Iman dan Taqwa. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. M. Muhtarom Ilyas sebagai dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam serta teman teman sekelompok yang telah bersama sama dalam menyelesaikan makalah ini. Kami mohon maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Demikianlah makalah ini kami buat. Kami berharap makalah ini dapat membantu kita dalam memahami masalah Iman dan Takwa dalam Islam. Dan mudah mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 24 Februari 2012

Penulis

BAB I PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang sempurna. Oleh karena itu, sebagai manusia kita sebaiknya selalu menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Makalah yang kami bahas yaitu tentang Keimanan dan Ketaqwaan. Taqwa adalah satu hal yang sangat penting dan harus dimiliki setiap muslim. Signifikansi taqwa bagi umat Islam diantaranya adalah sebagai spesifikasi pembeda dengan umat lain bahkan dengan jin dan hewan, karena taqwa adalah refleksi iman seorang muslim. Seorang muslim yang beriman tidak ubahnya seperti binatang, jin dan iblis jika tidak mangimplementasikan keimanannya dengan sikap taqwa, karena binatang, jin dan iblis mereka semuanya dalam arti sederhana beriman kepada Allah yang menciptakannya, karena arti iman itu sendiri secara sederhana adalah percaya, maka taqwa adalah satu-satunya sikap pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya.

BAB II PERMASALAHAN Seorang muslim yang beriman dan sudah mengucapkan dua kalimat syahadat akan tetapi tidak merealisasikan keimanannya dengan bertaqwa dalam arti menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, dan dia juga tidak mau terikat dengan segala aturan agamanya dikarenakan kesibukannya, kendatipun dia beragama akan tetapi agamanya itu hanya sebagai identitas pelengkap dalam kehidupan sosialnya, maka orang semacam ini tidak sama dengan binatang. Akan tetapi kedudukannya lebih rendah dari binatang, karena manusia dibekali akal yang dengan akal tersebut manusia dapat melakukan analisis hidup, sehingga pada akhirnya menjadikan taqwa sebagai wujud implementasi dari keimanannya.

BAB III PEMBAHASAN

3. 1. PENGERTIAN IMAN DAN TAQWA Menurut pengertian bahasa iman adalah percaya atau membenarkan, sedangkan menurut ilmu tauhid iman berarti membenarkan atau meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan yang terpenting adalah mengamalkanya / meimplementasikanya dalam bentuk / wujud perbuatan selain menjalani kehidupan di atas dunia ini. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa hal seperti yang disebutkan di ataslah yang merupakan pokok dasar dari seluruh rangkaian akidah Islam dengan menyempurnakan keimanan pada-Nya. Seperti yang telah di firmankan Allah dalam Qs Al Anfal-2-4 yang artinya. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan pada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan kepada tuhanlah mereka bertawakal. Yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian riski yang kami berikan pada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya,mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi tuhan-Nya dan ampunan serta riski (nikmat) yang mulia. Dari uraian ayat Al Quran di atas mengambarkan bahwa Islam itu memandang iman dan takwa sebagai martabat yang paling mulia di sisi Allah Swt. Jelas sangat percuma sekali kalau hanya sekedar percaya atau sekedar mempercayai Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya maupun para Rasul-Rasul-Nya jika mengesampingkan / tidak mengimani kesaan Allah Swt sebagai khalik yang harus di sembah menurut aturan Syariat dan Hadis Rasul Saw. Keyakinan terhadap sang pencipta itu sebenarnya tidak saja di ajarkan oleh agama Islam khususnya, tetapi ilmu pengetahuanpun telah mengakui akan keagungan dan keberadaa-Nya itu.

Sedang taqwa memiliki pengertian melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah. Iman dan taqwa dapat dijabarkan dengan meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.

3. 2. WUJUD/KEBERADAAN ALLAH Keberadaan Allah didukung dengan dalil-dalil yang kuat yaitu : a.) Bukti yang didasarkan dan dibenarkan oleh akal (dalil aqli) Ustadz Hasan AlBanna rahimahullah pernah mendapat sanggahan bahwa alam ini tercipta dengan sendirinya. Sedangkan Allah atau apapun yang menciptakan alam itu tidak ada. Beliau dengan tenang menjawab, Jika Anda meletakkan sebuah buku di atas meja kemudian Anda keluar dari kamar dan tak lama kemudian Anda mendapati buku tersebut ada di dalam laci, maka secara logis Anda akan berpendapat bahwa pasti ada orang yang memindahkannya karena Anda tahu sifat-sifat buku yang tidak mungkin berpindah dengan sendirinya. Jadi, sifat alam semesta ini sebagaimana sifat buku yang saya gambarkan tadi, tidak mungkin terjadi dengan sendirinya. Sedang sifat Allah adalah Allah pasti ada dengan sendirinya, karena demikianlah sifat-Nya, Allah tidak membutuhkan sesuatu yang lain diluar diri-Nya. b.) Bukti yang berasal dari Alquran (dalil Naqli) Misal seperti yang tertera dalam QS Al-Imran 190-191.

[3:190] Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

[3:191] (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan

bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. c.) Bukti fitrah (dalil fitri) Fitrah, artinya hati nurani, nurani adalah bisikan hati yang paling dalam. Ketenangan-ketenangan yang dirasakan ketika mmendengarkan tilawah, adzan,tauziyah adalah bukti bahwa hati kita meyakini adanya Allah. Berangkat dari faktor keimanan dan keterbatasan ilmu manusia, Allah melarang untuk memikirkan zat-Nya tetapi sebaliknya justru Allah menyuruh memikirkan ciptaan-ciptaan-Nya. Dari pemikiran itu manusia dituntut untuk selalu meningkatkan kecerdasan potensialnya yaitu menemukan kebenaran (al Haq), kebaikan (al Husn), dan keindahan (al Jamil/ al Badi) Sedangkan menurut Ibnu Rusyd dalam hal ini mengemukakan dalilnya yang dikenal dengan Dalil Nidham atau Dalil Inayah wa Al Ikhtira. a.) Dalil Inayah Dalil Inayah adalah teori yang mengarahkan manusia agar mampu menghayati wujud Allah melalui penghayatan dan pemahaman alam untuk manusia, karena alam ini terjadi bukan dengan kebetulan, tetapi diciptakan dengan rapi dan teratur atas ilmu dan kebijaksanaan sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu pengetahuan modern. Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang dilangit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan diantara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dantanpa kitab yang memberi penerangan. (QS. Lukman,20) b.) Dalil Ikhtira Dalil ini berisi teori yang mengarahkan manusia agar mampu menghayati wujudAllah melalui penghayatan dan pemahaman keserasian atau keharmonisan aneka ragam ciptaan Tuhan yang ada di alam raya. c.) Dalil Logika/ilmu kalam Dalil ini menyebutkan bahwa tidak ada yang tidak ada, karena tidak ada.itu ada. Artinya tidak ada itu keadaan yang ada, pembuat ada mestinya ada dan mustahil

pembuat ada itu tidak ada. Pembuat pertama dari pada yang ada dan tidak ada itu adalah wajibul Wujud atau mutlak adanya, yang pasti ada dengan sendirinya. d.) Marifatullah melalui fikr dan zikr Metode ini merupakan langkah praktis yang dapat dilakukan oleh seseorang lewat kesadaran hati dan akalnya, yaitu dengan jalan merenungi ayat-ayat kauniyah dan kauliyah secara terus-menerus sehingga ditemukan adanya kesadaran akan Tuhan. Langkah itu dapat dilakukan dengan cara membaca, melakukan hipotesis, penyelidikan, eksperimen, penyusunan, teori-teori tentang alam dan lingkungan sesuai dengan klasifikasi bidang-bidang dalam Ilmu Pengetahuan atau juga dapat dilakukan dengan cara-cara sebagaimana hal ini dilakukan di dalam praktek- praktek sufisme.

3. 3. PROSES TERBENTUKNYA KEIMANAN Benih iman dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan benih iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman seseorang, baik yang datang dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan yang termasuk benda mati. Pada dasarnya proses pembentukan iman, diawali dengan perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Seseorang yang menghendaki anaknya menjadi mukmin, maka ajaran Allah harus dikenalkan sejak dini. Selain diperkenalkan anak juga dibimbing untuk melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Berikut adalah beberapa prinsip yang mendukung proses terbentuknya iman: a.) Prinsip pembinaan berkesinambungan Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang panjang, terus menerus, dan tidak berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan orang semakin lama semakin mampu bersikap selektif.

b.) Prinsip internalisasi dan individualisasi Iman dapat lebih mantap terjelma dalam bentuk tingkah laku tertentu, apabila anak didik diberi kesempatan untuk menghayati (yakni usaha menerima nilai sebagai bagian dari sikap mentalnya) dan individualisasi (yakni usaha menempatkan nilai serasi dengan sifat kepribadiannya. c.) Prisip sosialisasi Iman yang ada harus diterapkan dalam interaksi sosial, sebagai kelengkapan proses individualisasi, karena nilai iman diwujudkan ke dalam tingkah laku selalu memiliki dimensi sosial. d.) Prisip konsistensi dan koherensi Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula ditangani secara konsisten yaitu secara tetap dan konsekuen, serta secara koheren, yaitu tanpa mengandung pertentangan nilai yang satu dengan nilai yang lain. e.) Prinsip integrasi Hakekat keehidupan sebagai totalitas, senantiasa menghadapkan setiap orang pada problematika kehidupan yang menuntut pendekatan yang luas dan menyeluruh. Oleh karena itu, tingkah laku yang dihubungkan dengan nilai iman tidak dapat dibentuk terpisah-pisah. Makin integral pendekatan seseorang terhadap kehidupan, makin fungsional pula hubungan setiap bentuk tingkah laku yang berhubungan dengan nilai iman yang dipelajari.

3. 4. CIRI CIRI RANG YANG BERIMAN Alquran menjelaskan tanda-tanda orang beriman sebagai berikut : a.) Jika disebut nama Allah, maka bergetar hatinya dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat Alquran, maka bergejolak hatinya untuk segara melaksanakannya. (Al-Anfal:2)

[8:2] Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. b.) Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan ilmu Allah, diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut sunnah rasul.(alImran:120, al-Maidah:12, al-Anfal:2, at-Taubah:52, Ibrahim:11,Mujadalah:10, dan at-Taghabun:13) c.) Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (alAnfal:3)

[8:3] (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. d.) Menafkahkan rizki yang diterimanya (al-Anfal:3, al-Mukminun:4)

[23:4] dan orang-orang yang menunaikan zakat, e.) Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (alMukminun:3,5)

[23:3] dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,

[23:5] dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,

f.) Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mukminun:8)

[23:8] Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. g.) Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal 74)

[8:74] Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia. h.) Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur:62)

[24:62] Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang

beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-

orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

3. 5. MANFAAT DAN PENGARUH IMAN PADA KEHIDUPAN MANUSIA Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia. 1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda. Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Jika Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat, mengikis kepercayaan pada khurafat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah surat al-Fatihah ayat 1-7. 2. Iman menanamkan semangat berani menghadap maut. Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah dalam QS. an-Nisa/4:78. 3. Iman menanamkan sikap self-help dalam kehidupan. Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, arena kepentingan penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip, menjual kehormatan dan bermuka dua, menjilat dan memperbudak diri untuk kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah firman Allah dalam QS. Hud/11:6.

4. Iman memberikan ketenteraman jiwa. Acapkali manusia dilanda resah dan dukacita, serta digoncang oleh keraguan dan kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan, hatinya tenteram (mutmainnah), dan jiwanya tenang (sakinah), seperti dijelaskan dalam firman Allah surat ar-Rad/13:28. 5. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah). Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu menekankan kepada kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya QS. an-Nahl/16:97. 6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen. Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa pamrih, kecuali keridhaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman pada firman Allah dalam QS. al-Anam/6:162. 7. Iman memberi keberuntungan Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. al-Baqarah/2:5. 8. Iman mencegah penyakit Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Hal itu karena semua gerak dan perbuatan manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan, seperti makan, minum, berdiri, melihat, dan berpikir, maupun yang tidak dipengaruhi oleh kemauan, seperti gerak jantung, proses pencernaan, dan pembuatan darah, tidak lebih dari serangkaian proses atau reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang melaksanakan proses biokimia ini bekerja di bawah perintah hormon. Kerja bermacam-macam hormon diatur oleh hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofise yang terletak di samping bawah otak. Pengaruh dan keberhasilan kelenjar hipofise ditentukan oleh gen (pembawa sifat) yang dibawa manusia semenjak ia masih berbentuk zigot dalam rahim ibu. Dalam hal ini iman mampu mengatur hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku, dan akhlak manusia.

3. 6. KORELASI IMAN DAN TAQWA Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengertian beriman kepada Allah, mempercayai saja keesaan zat, sifat, dan perbuatan Tuhan, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan perbuatan, tidak dapat seseorang dikatakan seseorang sudah bertauhid secara sempurna. Dalam pandangan islam, yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menegakkan tauhid seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep dan pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid adalah mengesakan Allah dalam pengertian yakin dan percaya melaluifikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan

BAB IV PENUTUP KESIMPULAN Islam itu memandang iman dan takwa sebagai martabat yang paling mulia di sisi Allah Swt. Jelas sangat percuma sekali jika hanya sekedar percaya atau sekedar mempercayai Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya maupun para Rasul-RasulNya jika mengesampingkan / tidak mengimani kesaan Allah Swt sebagai khalik yang harus disembah menurut aturan Syariat dan Hadis Rasul Saw. Keyakinan terhadap sang pencipta itu sebenarnya tidak saja di ajarkan oleh agama Islam khususnya, tetapi ilmu pengetahuanpun telah mengakui akan keagungan dan keberadaa-Nya itu.

DAFTAR PUSTAKA Al Quran Hadist Farkhan M,M,S.Ag.,M.Ag, dkk. 2006. Pendidikan Agama Islam. Surakarta: UNSPress. Imtihana,aida.dkk.2009.Buku Ajar Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum.Palembang:Universitas Sriwijaya. Labay,Mawardi.2000.Zikir dan Doa Iman Pengaman Dunia.Jakarta:Al Mawardi Prima http://tafany.wordpress.com/2009/04/01/iman-takwa/ http://irwanselayar.blogspot.com/2011/04/makalah-agama-implementasi-imandan.html

You might also like