You are on page 1of 21

TRAUMA KAPITIS I.

PENGERTIAN Trauma kapitis adalah ganguan traumatik yang menyebabkan gangguan fungsi otak disertai atau tanpa disertai perdarahan intestiri dan tidak mengganggu jaringan otak. ( Brunner & Suddarth, 2000 ) Head injury (Trauma kepala) termasuk kejadian trauma pada kulit kepala, tengkorak atau otak. Batasan trauma kepala digunakan terutama untuk mengetahui trauma cranicerebral, termasuk gangguan kesadaran.( Iwan, S.Kp, 2007 ) Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala.( Suriadi & Rita Yuliani, 2001 ) 2. ANATOMI FISIOLOGI Otak merupakan satu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh. Otak terdapat dalam rongga tengkorak yang melindungi otak dari cedera. Berdasarkan daerah atau lobusnya otak terbagi menjadi 4 lobus yaitu : frontalis (untuk berpikir) temporalis (menerima sensasi yang datang dari telinga), parietalis (sensasi perabaan, perubahan temperatur) oksipitalis (menerima sensasi dari mata). Otak selain dilindungi oleh tengkorak juga dilindungi selaput yang disebut munigen berupa jaringan serabut penghubung yang melindungi, mendukung dan memelihara otak. Munigen terdiri dari 3 lapisan yaitu: 1. Durameter Membran luar yang liat, tebal, tidak elastis.Dura melekat erat dengan permukaan dalam tengkorak oleh karena bila dura robek dan tidak segera diperbaiki dengan sempurna maka akan timbul berbagai masalah. Dura mempunyai aliran darah yang kaya. Bagian tengah dan posterior di suplay oleh arteri munigen yang bercabang dari arteria karotis interna dan menyuplay fasa arterior arteria munigen yaitu cabang dari arteria oksipitalis menyuplay darah ke fasa posterior. 2. Araknoid Merupakan bagian membran tengah bersifat tipis, halus, elastis dan menyerupai sarang laba-laba. Membran ini berwarna putih karena tidak dialiri darah. Pada dinding araknoid terdapat pleksus khoroid yng bertanggung jawab memproduksi cairan serebrospinal (CSS). Terdapat juga membran araknoid villi yang mengabsorbsi CSS. Pada orang dewasa normal CSS yang diproduksi 500 ml perhari, tetapi 150 ml diabsorbsi oleh villi. 3. Piamater 4. Membran yang paling dalam, berupa dinding yang tipis, transparan yang menutupi otak dan meluas ke setiap lapisan daerah otak dan sangat kaya dengan pembuluh darah. Otak merupakan organ kompleks yang dominasi cerebrum. Otak merupakan struktur kembar yait lateral simetris dan terdiri dari 2 bagian yang disebut hemisferium. Belahan kiri dari cerebrum berkaitan dengan sisi kanan tubuh dan belahan kanan cerebrum berkaitan dengan sisi kiri tubuh. Otak terbagi menjadi 3 bagian besar : 1. Cerebrum (otak besar) Serebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus. Substansia grisea terdapat pada bagian luar dinding serebrum dan substansia alba menutupi dinding serebrum bagian dalam. Pada prinsipnya komposisi substansia grisea yang terbentuk dari badan-badan sel saraf memenuhi kortex serebri, nukleus dan basal gangglia. Substansia alba terdiri dari sel-sel syaraf yang menghubungkan bagian bagian otak yang lain. Sebagian besar hemisfer serebri (telesefalon) tensi jaringan SSP. Area inilah yang mengontrol fungsi motorik tertinggi yaitu terhadap fungsi individu dan intelegensia. 2. Batang otak (trunkus serebri), terdiri dari : Diensefalon, bagian batang otak paling atas terdapat di antara serebelum dan mesensepalon.

Diensepalon berfungsi untuk vasokontruktor (mengecilkan pembuluh darah), respiratory (membantu proses pernapasan), mengontrol kegiatan reflek dan membantu pekerjaan jantung. Mesensefalon, berfungsi sebagai membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata, memutar mata dan pusat pergerakan mata. Pons varoli, sebagai penghubung antara kedua bagian serebellum dan juga medula oblongata dengan serebellum pusat saraf nervus trigeminus. Medula oblongata, bagian batang otak yang paling bawah yang berfungsi untuk mengontrol pekerjaan jantung, mengecilkan pembuluh darah, pusat pernapasan dan mengontrol kegiatan refleks. Serebelum Terletak dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentoreum yang memisahkan dari bagian posterior serebrum. Semua aktivitas serebrum berada dibawah kesadaran fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta mengubah tenus-tenus kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh. Diensefalon Istilah yang digunakan untuk menyatakan struktur-struktur disekitar vertikel dan membentuk inti bagian dalam serebrum. Diensefalon memproses rangsang sensorik dan membantu memulai atau memodifikasi reaksi tubuh terhadap rangsang-rangsang tersebut. Diensefalon dibagi menjadi 4 wilayah yaitu : a. Talamus Berfungsi sebagai pusat sensorik primitif (dapat merasakan nyeri, tekanan, rabaan getar dan suhu yang ekstrim secara samar-samar). Berperan penting dalam integrasi ekspresi motorik oleh karena hubungan fungsinya terhadap pusat motorik utama dalam korteks motorik serebri, serebelum dan gangglia basalis. b. Hipotalamus Letak dibawah talamus Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah laku dan emosi. Berperan penting dalam pengaturan hormon (hormon anti diuretik dan okstoksin disintesis dalam nukleus yang terletak dalam hipotalamus). Pengaturan cairan tubuh dan susunan elektrolit, suhu tubuh, fungsi endokrin dari tingkah laku seksual dn reproduksi normal dan ekspresi ketenangan atau kemarahan, lapar dan haus. c. Subtalamus Merupakan nukleus ekstrapiramidal diensefalon yang penting fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus dapat menimbulkan diskinesia dramatis yang disebut hemibalismus. d. Epitalamus Berupa pita sempit jaringan saraf yang membentuk atap diensefalon. Epitalamus berhubungan dengan sistem limbik dan agaknya berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan ingarasi informasi olfaktorius.

JENIS TRAUMA OTAK 1. Trauma Primer Terjadi karena benturan langsung atau tidak langsung (akselerasi/deselerasi utuh). 2. Trauma Sekunder ~ Merupakan akibat dari trauma saraf (melalui akson) yang meluas, hipertensi, intrakranial, hipoksia, hiperapnea, atau hipotensi sistemik. ( Marlyn. E. Doengoes; 2000 )

JENIS TRAUMA KEPALA 1. Robekan Kulit Kepala Robekan kulit kepala merupakan kondisi agak ringan dari trauma kepala. Oleh karena kulit kepala banyak mengandung pembuluh darah dengan kurang memiliki kemampuan konstriksi, sehingga banyak trauma kepala dengan perdarahan hebat. Komplikasi utama robekan kepala ini adalah infeksi. 2.. Fraktur Tulang Tengkorak Fraktur tulang tengkorak sering terjadi pada trauma kepala. Beberapa cara untuk menggambarkan fraktur tulang tengkorak : Garis patahan atau tekanan. Sederhana, remuk atau compound.. 3. Terbuka atau Tertutup Fraktur yang terbuka atau tertutup bergantung pada keadaan robekan kulit atau sampai menembus kedalam lapisan otak. Jenis dan kehebatan fraktur tulang tengkorak bergantung pada kecepatan pukulan, momentum, trauma langsung atau tidak. anatomi fisiologi Tulang kepala terdiri dari 3 lapisan:

Tabula Eksterna Merupakan lapisan yang keras Diploe Merupakan lapisan tulang cancellous dan mengandung banyak cabang cabang arteri / vena diploika yang berasal baik dati permukaan luar maupun dari durameter. Tabula Interna Serupa tabula eksterna tetapi hanya lebih tipis, sehingga pada benturan tidak tertutup kemungkinan terjadi fraktur menekan pada tabula interna, dengan tabula eksterna tetapi intak.

Meningen Membran jaringan ikat yang terdiri dari: 1.Durameter (Pachymeninx)


Lapisan paling luar, merupakan lapisan fibrosa, liat dan kuat. Membagi ruang antara kranium dan otak menjadi: *Ruang Epidural : antara tulang dan durameter *Ruang Subdural : antara durameter dan otak

Terdiri dari 2 lapisan:

*Lapisan luar : dikenal sebagai periosteum interna dan berhubungan dengan periosteum eksternamelaluiforamenmagnum.

*Lapisan dalam : berjalan terus ke distal sebagai durameter spinal. Dengan adanya struktur ini tidak terjadi komunikasi antara ruang epidural kepala dengan ruang epidural spinal.

Mempunyai 4 bangunan lipatan durameter, yaitu:

*Falx Cerebri *Tentorium Cerebri *Difragma Sella *Falx Serebeli 2. Arakhnoid


Membran jaringan ikat, tipis, tansparan, avaskuler terpisah dari durameter diatasnya hanya oleh sedikit cairan yang fungsinya sebagai pembasah. Di permukaan basal otak dan sekitar batang otak, piameter dan arakhnoid terpisah agak jauh sehingga terbentuk ruang sisterna subarakhnoid.

Dibagian ventral baatang otak - Sisterna kiasmatik : terletak di daerah kiasma optika - Sisterna interpendukularis : terletak pada fossa interpedunkularis mesensefalon - Sisterna pontin : terletak di persimpangan pontomedularis Dibagian dorsal batang otak - Sisterna magna (sisterna cerebellomedullaris) - Sisterna ambiens (sisterna superior) 3. Piameter

Lapisan meningen paling dalam, terdiri dari 2 lapis; Fungsi : sebagai pelindung masuknya bahan toksis atau mikroorganisme. Melekat pada parenkim otak / spinal, sehingga mengikuti bentuk sulkus-sulkus. Mengandung pembuluh darah kecil yang memebri makan pada struktur otak dibawahnya. Bersama dengan lapisan arakhnoid disebut Leptomeningen.

Pembagian otak ada 3 yaitu: -Serebrum (otak besar) Terdiri dari 2 hemisfer dan 4 lobus - Hemisfer kanan dan hemisfer kiri - Lobus terdiri dari:

lobus frontal lobus terbesar, pada tosa anterior fungsi : mengontrol perilaku individu,kepribadian, membuat keputusan dan menahan diri lobus temporal (samping) fungsi menginterpretasikan sensori mengecap, bau dan pendengaran lobusparietal fungsi menginterpretasikan sensori lobus oksipital (posterior) fungsi menginterpretasikan penglihatan

-Serebelum (otak kecil) Terletak di bagian posterior dan terpisah dari hemister serebral Serebelum mempunyai fungsi merangsang dan menghambat dan tanggung jawab yang luas terhadap koordinasi dan gerakan halus. -Batang Otak Terdiri dari bagian-bagian otak tengah, pons dan medula oblongata: *otak tengah menghubungkan pons dan serebelum dengan hemister serebrum *pons terletak di depan serebelum antara otak tengah dan medula *medula oblongata fungsi meneruskan serabut-serabut motorik dari otak medula spinalis ke otak Sistem Syaraf Perifer - sistem syaraf somatik - sistem syaraf otonom : * susunan syaraf simpatis * susunan syaraf parasimpatis ~ Sistem syaraf Somatik Susunan syaraf yang mempunyai peranan spesifik untuk mengetur aktivitas otot sadar / serat lintang.

~ Sistem syaraf Otonom Susunan syaraf yang mempunyai peranan penting, mempengaruhi pekerjaan otot tak sadar (otot polos). Seperti: otot jantung, hati, pancreas, saluran pencernaan, kelenjar, dll. Fungsi Sistem Persyarafan 1. Menerima informasi (stimulus) internal maupun eksternal, melalui syarat sensori. 2. Mengkomunikasikan antara syarat pusat sampai syarat tepi 3. Mengolah informasi yang diterima di medula spinalis dan atau di otak, yaitu menentukan respon. 4. Mengatur jawaban (respon) secara cepat melalui syaraf motorik (efferent motorik palway), ke organ-organ tubuh sebagai kontrol / modifikasi tindakan. Sirkulasi darah pada Serebral Otak menerima sekitar 20% dari curah jantung. Kurangnya suplai darah ke otak dapat menyebabkan jaringan rusak ireversibel. 2 arteri yaitu arteri carotis interdan dan arteri vertebral adalah arteri yang menyuplai darah ke otak. Pada dasar otak disekitar kelenjar hipofisis, terdapat sebuah lingkaran arteri terbentuk diantara rangkaian arteri karotis interna dan vertebral, disebut sirkulus wilisi yang dibentuk dari cabangcabang arteri carotis internal. Sedangkan vena-vena pada serebri bersifat unik, karena tidak seperti vena-vena lain. Vena-vena serebri tidak mempunyai katup untuk mencegah aliran darah balik.

( Brunner and Sudarth, 2002 )

3. KLASIFIKASI TRAUMA CAPITIS a. Luka/lecet pada kulit kepala yang paling sering terjadi, karena kulit kepala terdiri dari banyak pembuluh darah dengan kemampuan yang kurang, kebanyakan lukanya disertai dan bercampur dengan perdarahan komplikasi utama yang terjadi pada kulit kepala adalah infeksi. b. Trauma Kapitis terdiri dari : 1) Trauma Kapitis Terbuka Adalah suatu keadaan dimana tengkorak sudah fraktur dan bagian duramaternya terbuka dan tergores. Ada jenis fraktur kepala terbuka yang mengenai dasar tengkorak, yaitu fraktur basis kranii yang ditandai dengan : a) Echymosis disekitar Os mastoideus b) Hemotimpanum yaitu perdarahan yang keluar dari telinga. c) Echymosis periorbital (black eyes) walaupun trauma tidak ada pada mata. d) Rinorrhea atau ottorhea 2) Trauma Kapitis Tertutup a) Concussion/commotio/memar Adalah banyak cedera yang mengakibatkan kerusakan fungsi neurologi tanpa terjadinya kerusakan struktur, untuk sementara kehilangan kesadaran dalam beberapa menit atau 2-3 jam. Fenomena ini memerlukan pengawasan dan orientasi secara bertahap. Dapat juga disertai dengan pusing dan sakit kepala, karakteristik gejala commotio, sakit kepala, pusing, lelah, amnesia retrograde dan ketidakmampuan berkonsentrasi. b) Contusio Adalah cedera kepala yang termasuk didalamnya luka memar, perdarahan dan edema. Keadaan ini lebih serius daripada commotio serebri. Pasien dapat tidak sadar dalam waktu yang tidak tentu (2-3 jam, atau bulanan). Amnesia retrograde lebih berat dan jelas. Gejala neurologis, parese, cedera. connorio ini biasanya dapat terlihat pada lobus frontalis jika dilakukan lumbal funksi maka liquor serebrospinal hemoragic. c) Laceratio Cerebri (trauma kapitis berat) Adanya sobekan pada jaringan otak karena tekanan atau fraktur dan luka tusukan. Dapat terjadi perdarahan, hematoma dan edema cerebral. Akibat perdarahan dapat terjadi ketidaksadaran, hemiplegi dan dilatasi pupil, cerebral laceratio diklasifikasikan berdasarkan lokasi benturan yaitu : Coup, counter coup lesi tidak langsung terjadi pada tempat pukulan melainkan terlihat pada bagian belakangnya. KLASIFIKASI TRAUMA KAPITIS Secara umum, trauma kapitis diklasifikasikan menjadi 2 bentuk, yaitu : Trauma kepala tertutup Jenis-jenis trauma kepala tertutup antara lain : a. Comosio cerebri (gegar otak) Gangguan fungsi cerebral sementara berupa kesadaran menurun (pingsan/coma, amnesia retrograd singkat), tanpa adanya laserasi cerebri, mengalami coma kurang dari 20 menit, cacat otak tidak ada dan perawatan di rumah sakit kurang dari 48 jam. b.Contusio cerebri (memar otak) Apabila terjadi laserasi cerebri, yang ditandai oleh kesadaran turun yang lebih lama, defisit neurologis seperti hemiparesis, kelumpuhan syaraf otak, refleks abnormal, twitching, konvulsi, delirium dan CSF berdarah serta EEG abnormal. c. Edema cerebri traumatic Apabila dalam pengamatan lanjut terdapat tanda-tanda penurunan keadaan umum klien,

misalnya kesadaran yang turun lambat atau tidak membaik dalam waktu antara 3-7 hari, disertai tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial berupa edema papil, nyeri kepada makin berat, muntah. d.Hematoma epidural (ektradural) Ditandai oleh adanya penurunan kesadaran yang mulainya lebih lambat (bukan pada detik trauma), defisit neurologis lambat, anisokhor (penekanan batang otak dari jarak jauh oleh masa hemisfer sesisi), bradikardia, tekanan darah meningkat. e.Hematoma subdural Lebih lambat dari hematoma epidural dan bedanya adalah timbulnya edema papil. Nyeri kepala juga menonjol, sedang interval lusid lebih sulit ditemukan. Perdarahan yang terjadi disebabkan oleh pecahnya berpuluh-puluh vena yang berjalan dari tepi duramater sampai piamater atau pecahnya sinus sagitalis superior yang lebih hebat yang menyebabkan hematoma subdural akut. f.Hematoma intracerebri Terjadi bersamaan dengan contusio, sehingga secara umum lebih buruk baik dioperasi maupun tidak. Dorongan yang mengancam terjadinya herniasi otak oleh bekuan darah ditengah otak disertai edema lokal yang hebat. g.Higroma Apabila hematoma diserbu oleh CSF, sehingga mengencer. Dapat terjadi pengumpulan cairan yang berprotein sangat tinggi (hingga 2000 mg%) yang kadang-kadang memerlukan terapi bedah atau aspirasi. 2.Trauma kepada terbuka Untuk trauma kepala terbuka, biasanya diklasifikasikan berdasarkan jenis lukanya, luas permukaan luka, dalamnya penetrasi kebagian proksimal, derajat perdarahan yang terjadi. 4. ETIOLOGI Cidera kepala dapat disebabkan oleh dua hal antara lain :

Benda tajam Trauma benda tajam dapat menyebabkan cidera setempat. Benda tumpul Dapat menyebabkan cidera seluruh kerusakan terjadi ketika energi/kekuatan diteruskan kepada otak.

Penyebab lain:

kecelakaan lalulintas jatuh pukulan kejatuhan benda kecelakaan kerja / industri cidera lahir luka tembak

( Cholik dan Saiful, 2007, hal. 25 ) Mekanisme cidera kepala

Ekselerasi Ketika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam. Contoh : akibat pukulan lemparan. Deselerasi Akibat kepala membentur benda yang tidak bergerak. Contoh : kepala membentur aspal. Deforinitas Dihubungkan dengan perubahan bentuk atau gangguan integritas bagian tubuh yang dipengaruhi oleh kekuatan pada tengkorak.

Berdasarkan berat ringannya : 1) 2) 3) Cidera kepala ringan Cidera kepala sedang Cidera kepala berat G C S : 13 15 G C S : 9 12 GCS:38

Penyebab terbesar cedera kepala adalah kecelakaan kendaraan bermotor.jatuh dan terpeleset.Biomekanika cedera kepala ringan yang utama adalah akibat efek ekselarasi/deselerasi atau rotasi dan putaran. Efek ekselerasi/deselerasi akan menyebabkan kontusi jaringan otak akibat benturan dengan tulang tengkorak, terutama di bagian frontal dan frontal temperol. Gaya benturan yag menyebar dapat menyebabkan cedera aksonal difus (diffuse axonal injury) atau cedera coupcontra.coup. ( Hoffman,dkk,1996 ).

5. PATOFISIOLOGI - Trauma kapitis menyebabkan cedera pada kulit kepala, tulang kepala, jaringan otak. Cedera otak bisa berasal dari trauma langsung dan trauma tidak langsung pada kepala. - Kerusakan neurologis langsung disebabkan oleh suatu benda atau serpihan tulang yang menembus dan merobek jaringan otak, oleh pengaruh suatu kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak. - Riwayat kerusakan yang disebabkan oleh beberapa hal tergantung pada kekuatan yang menimpa. Kekuatan akselerasi dan deselerasi menyebabkan isi dalam tengkorak yang keras, bergerak, dengan demikian memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan (counter coup) karena ada benturan keras ke otak maka bagian ini dapat merobek dan mengoyak jaringan, kerusakan diperhebat bila ada rotasi tengkorak. Bagian otak yang paling keras mengalami kerusakan adalah bagian anterior dari lobus frontalis dan temporalis, bagian posterior lobus oksipitalis dan bagian atas mesencefalon. Efek sekunder trauma yang menyebabkan perubahan neurologik berat disebabkan oleh reaksi jaringan terhadap cedera. Setiap kali jaringan mengalami cedera, responnya dapat mempengaruhi perubahan isi cairan intrasel dan ekstrasel. Peningkatan suplay darah ke tempat cedera dan mobilisasi sel-sel untuk memperbaiki kerusakan sel. Neuron dan sel-sel fungsional dalam otak tergantung dari suplay nutrien yang konstan dalam bentuk glukosa dan O2 dan sangat peka terhadap cedera metabolik apabila suplay terhenti. Sebagai akibat cedera, sirkulasi otak dapat kehilangan kemampuannya untuk mengatur volume darah yang tersedia, menyebabkan iskemia pada beberapa tempat tertentu dalam otak.

6. TANDA DAN GEJALA Tanda dan gejala cidera kepala dapat dikelompokkan dalam 3 kategori utama:

Tanda dan gejala fisik/sumatik Nyeri kepala, dizziness, nausea, vomitus. Tanda dan gejala kognitif Gangguan memori, gangguan perhatian dan berpikir kompleks. Tanda dan gejala emosional/kepribadian Kecemasan, iritabilitas.

(Hoffman, dkk, 1996) Gejala sbb: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. jika klien sadar akan mengeluh sakit kepala berat muntah projektil papil edema kesadaran makin menurun perubahan tipe pernapasan anisokor tekanan darah turun, bradikardia suhu tubuh yang sulit dikendalikan

( Cholik dan Saiful, 2007, hal. 31 ) Tanda dan Gejala a. Commotio Cerebri - Tidak sadar selama kurang atau sama dengan 10 menit. - Mual dan muntah - Nyeri kepala (pusing) - Nadi, suhu, TD menurun atau normal b. Contosio Cerebri - Tidak sadar lebih dari 10 menit - Amnesia anterograde - Mual dan muntah - Penurunan tingkat kesadaran - Gejala neurologi, seperti parese - LP berdarah c. Laserasio Serebri - Jaringan robek akibat fragmen taham - Pingsan maupun tidak sadar selama berhari-hari/berbulan-bulan - Kelumpuhan anggota gerak - Kelumpuhan saraf otak

7. KOMPLIKASI Komplikasi pada Trauma Kapitis :

Kebocoran cairan Serebrospinal Akibat fraktor pada Fossa anterior dekat sinus frontal atau dari fraktor tengkorak bagian petrous dari tulang temporol. Kejang Kejang pasca trauma dapat terjadi secara (dalam 24 jam pertama) dini (minggu pertama) atau lanjut (setelah satu minggu). Diabetes Insipidus Disebabkan oleh kerusakan traumatik pada rangkai hipofisis menyebabkan penghentian sekresi hormon antideuretik.

Hudak & Gallo ( 1996 ) 8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Scan CT Mengidentifikasi adanya SOL.Hemorogi, menentukan Ukuran ventrikel, pergeseraan cairan otak. MRI Sama dengan Scan CT dengan atau tanpa kontras. Angiografi Serebral Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan dan trauma. EEG Memperlihatkan keberadaan atau perkembangan gelombang Sinar X Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (Fraktor) pergeseran struktur dari garis tengah (karena perdarahan) edema dan adanya frakmen tulang. BAER (Brain Auditory Evoked) Menentukan fungsi dari kortel dan batang otak . PET (Positron Emission Tomografi) Menunjukkan aktiitas metabolisme pada otak. Pungsi Lombal CSS Dapat menduga adanya perdarahan subarachnoi. GDA (Gas Darah Arteri) Mengetahui adanya masalah ventilasi oksigenasi yang dapat menimbulkan Kimia/Elektrolit Darah Mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam peningkatan TIK/perubahan

Pemeriksaan Toksikolog Mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab terhadap penurunan kesadaran. Kaular Anti Konvulsan Darah Dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat yang cukup efektif untuk

( Marlyn. E. Doengoes; 2000 ) VII. Test Diagnostik a. CT Scan (dengan atau tanpa kontras) Mengidentifikasi adanya perdarahan, menentukan ukuran vertikel, pergeseran jaringan otak b. MRI (Magnetik Resonance Imaging) Sama dengan CT Scan dengan atau tanpa kontral c. PET (Positron Emission Tomography) menunjukkan perubahan aktivitas metabolisme otak. d. Echoencephalograpi : melihat keberadaan dan berkembangnya gelombang patologis. e. Fungsi lumbal/listernograpi : dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan subarachnoid. f. X-ray : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang, pergeseran struktur dari garis tengah, adanya frakmen tulang. g. Cek elektrolit darah : untuk mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam peningkatan TIK. h. Analisa Gas Darah : untuk mendeteksi jumlah ventilasi dan oksigenisasi i. EEG : untuk melihat aktifitas dan hantaran listrik di otak j. Pneumoenchephalografi dengan memasukkan udara ke dalam ruangan otak apakah ada penyempitan. k. Darah lengkap untuk mengetahui kekuatan hemoglobin dalam mengikat O2.

9. PENATALAKSANAAN MEDIK dan NON-MEDIK Pasien dengan trauma kepala berat sering mengalami gangguan pernapasan, syock hipovolemik, gangguan kesimbangan cairan dan elektrolit, tekanan intrakranial yang tinggi, kejang-kejang, gangguan kardiovaskuler. Perlu mendapat penanganan yang tepat.

Medik 1. Manitol IV Dosis awal 1 g / kg BB Evaluasi 15 20 menit (bila belum ada perbaikan tambahan dosis 0,25 g / kg BB) Hati-hati terhadap kerusakan ginjal Steroid Digunakan untuk mengurangi edema otak

Bikarbonas Natrikus Untuk mencegah terjadinya asidosis Antikonvulsan Masih bersifat kontroversial Tujuan : untuk profilaksis kejang Terapi Koma Merupakan langkah terakhir untuk mengendalikan TIK secara konservatif.

Terapi ini menurunkan metabolisme otak,mengurangi edema & menurunkan TIK Biasanya dilakukan 24 48 jam.

Antipiretik Demam akan memperburuk keadaan karena akan meningkatkan metabolisme dan dapat terjadi dehidrasi, kerusakan otak. Jika penyebab infeksi tambahkan antibiotik. Sedasi Gaduh, gelisah merupakan gejala yang sering ditemukan pada penderita cidera otak dan dapat meningkatkan TIK. Lorazepam (ativan) 1 2 mg IV/IM dapat diberikan dan dapat diulang pemberiannya dalam 2 4 jam. Kerugian : tidak dapat memantau kesadaran penderita. Antasida AH2 Untuk mencegah perdarahan GIT : simetidin, ranitidin, famotidin. Furosemid adakalanya diberikan bersama dengan obat anti edema lain. Dosis : 1 mg/kg BB IV, dapat diulang tiap 6 12 jam.

Non-Medik 1. Pengelolaan Pernapasan: - pasien ditempatkan dalam posisi miring atau seperti posisi koma. - periksa mulut, keluarkan gigi palsu bila ada. - jika banyak ludah atau lendir atau sisa muntahan lakukan penghisapan. - hindari flexi leher yang berlebihan karena bias menyebabkan terganggunya jalan napas/peningkatan TIK. - trakeostomi dilakukan bila lesi di daerah mulut atau faring parah. - Perawat mengkaji frekuensi dan upaya pernapasan pasien, warna kulit, bunyi pernapasan dan ekspansi dada. - berikan penenang diazepam. - posisi pasien selalu diubah setiap 3 jam dan lakukan fisioterapi dada 2x/sehari. 2. Gangguan Mobilitas Fisik - posisikan tubuh pasien dengan posisi opistotonus; perawatan harus dilakukan dengan tujuan untuk menghentikan pola refleksif dan penurunan tonus otot abnormal. - perawat menghindarkan terjadinya kontraktur dengan melakukan ROM pasif dengan merenggangkan otot dan mempertahankan mobilitas fisik.

3.KerusakanKulit - menghilangkan penekanan dan lakukan intervensi mobilitas. 4. Masalah Hidrasi - pada cidera kepala terjadi kontriksi arteri-arteri renalis sehingga pembentukan urine berkurang dan garam ditahan didalam tubuh akibat peningkatan tonus ortosimpatik. 5. Nutrisi pada Trauma otak berat - memerlukan jumlah kalori 2 kali lipat dengan meningkatnya aktivitas system saraf ortosimpatik yang tampak pada hipertensi dan takikardi. - kegelisahan dan tonus otot yang meningkat menambah kebutuhan kalori. - bila kebutuhan kalori tidak terpenuhi maka jaringan tubuh dan lemak akan diurai, penyembuhan luka

akan lebih lama, timbul dekubitus, daya tahan menurun. ( Cholik dan Saiful, 2007, hal. 66 69 )

VIII. Therapi / Pengelolaan Medik Pengobatan yang diberikan pada pasien trauma kapitis : 1. Pengobatan konservatif - Bedrest total di RS - Antikonvulsan (anti kejang) - Diuretik - Corticosteroid (mengurangi edema) - Barbiturat (penenang) - Antibiotik (mencegah infeksi) - Analgetik (mengurangi rasa takut). 2. Tindakan observatif - Observasi pernapasan - Monitor tekanan intrakranial - Monitor cairan elektrolit - Monitor tanda-tanda vital 3. Tindakan operatif bila ada indikasi IX. Komplikasi Komplikasi yang dapat timbul pada pasien yang mengalami trauma kapitis yaitu: a. Shock disebabkan karena banyaknya darah yang hilang atau rasa sakit hebat. Bila kehilangan lebih dari 50% darah dapat mengakibatkan kematian. b. Peningkatan tekanan intrakranial, terjadi pada edema cerebri dan hematoma dalam tulang tengkorak. c. Meningitis, terjadi bila ada luka di daerah otak yang ada hubungannya dengan luar. d. Infeksi/kejang, terjadi bila disertai luka pada anggota badan atau adanya luka pada fraktur tulang tengkorak. e. Edema pulmonal akibat dari cedera pada otak yang menyebabkan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sebagai respon dari sistem saraf simpatis pada peningkatan TIK. Peningkatan vasokontriksi tubuh ini menyebabkan lebih banyak darah dialirkan ke paru-paru. Perubahan permeabilitas pembuluh darah paru berperan dalam proses memungkinkan cairan berpindah ke dalam alveolus.

10. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah: 1. Resiko tidak efektifnya bersihan jalan nafas dan tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan gagal nafas, adanya sekresi, gangguan fungsi pergerakan, dan meningkatnya tekanan intrakranial. 2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial. 3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan menurunnya kesadaran. 4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan mual dan muntah. 5. Resiko injuri berhubungan dengan menurunnya kesadaran atau meningkatnya tekanan intrakranial. 6. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala. 7. Resiko infeksi berhubungan dengan kondisi penyakit akibat trauma kepala.

8. Kecemasan orang tua-anak berhubungan dengan kondisi penyakit akibat trauma kepala. 9. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi. ( Marlyn. E. Doengoes; 2000 ) 11. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Pola pemeliharaan kesehatan dan persepsi kesehatan. Riwayat trauma saat ini dan benturan yang terjadi secara tidak sengaja. Fraktur atau terlepasnya persendian. Gangguan penglihatan Kulit luka kepala/abrasi, perubahan warna (tanda-tanda trauma) Keluarnya cairan dari telinga dan hidung Gangguan kesadaran Demam, perubahan suhu tubuh b. Pola nutrisi metabolik Mual, muntah Sulit menelan c. Pola eliminasi Inkontinensia atau retensi kandung kemih. d. Pola aktivitas Keadaan aktivitas : lemah, letih, lesu, kesadaran berubah, hemiparase, kelemahan koordinasi otototot kejang Keadaan pernapasan: apnea, hyperventilasi, suara napas stridor, rochi, wheezing. e. Pola istirahat Pasien mengatakan intensitas sakit kepala yang tidak tetap dan lokasi sakit kepala. f. Pola persepsi sensori kognitif Kehilangan kesadaran sementara. Pusing, pingsan Mati rasa pada ekstremitas Perubahan penglihatan: diplopia, tidak peka terhadap reflek cahaya, perubahan pupil, ketidakmampuan untuk melihat ke segala arah. Kehilangan rasa, bau, pendengaran dan selera Perubahan dalam kesadaran, koma. Perubahan status mental (perhatian, emosional, tingkah laku, ingatan, konsentrasi). Wajah tidak simetris Tidak ada reflek tendon Tidak mampu mengkoordinir otot-otot dan gerakan, kelumpuhan pada salah satu anggota gerak otot. Kehilangan indra perasa pada bagian tubuh. Kesulitan dalam memahami diri sendiri. g. Pola persepsi dan konsep diri Adanya perubahan tingkah laku (halus dan dramatik). Kecemasan, lekas marah, mengingau, gelisah, bingung. 2. Diagnosa Keperawatan a. Perubahan perfusi jaringan otak b.d peningkatan tekanan intrakranial. b. Perubahan persepsi sensorik b.d penurunan tingkat kesadaran, kerusakan lobus pariental, kerusakan nervus olfakttorius. c. Kesulitan mobilitas fisik b.d hemiplegia, hemiparese, kelemahanan. d. Resiko tinggi injuri b.d adanya kejang, kebingungan dan kelemahan fisik. e. Gangguan dalam pertukaran gas b.d penumpukan sekresi, reflek batuk yang kurang. f. Gangguan gambaran tubuh dan perubahan peran b.d kurang berfungsinya proses berfikir, ketidakmampuan fisik.

g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang mampu menelan h. Tidak mampu merawat diri b.d kesulitan dalam mobilitas fisik i. Gangguan kognitif kesulitan dalam komunikasi verbal b.d aphasia j. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d trauma dan sakit kepala. k. Kerusakan integritas kulit b.d kesulitan dalam mobilitas fisik. l. Perubahan pola eliminasi urine inkontinential atau retensi urine b.d terganggunya saraf kontrol berkemih. 3. Perencanaan a. Perubahan perfusi jaringan otak b.d peningkatan tekanan intrakranial. Hasil yang diharapkan: Pasien tidak menunjukkan peningkatan TIK Terorientasi pada tempat, waktu dan respon Tidak ada gangguan tingkat kesadaran

Intervensi: Kaji status neurologi, tanda-tanda vital (tekanan darah meningkat, suhu naik, pernapasan sesak, dan nadi) tiap 10-20 menit sesuai indikasi. R/: Mendeteksi dini perubahan yang terjadi sehingga dapat mengantisipasinya. Temukan faktor penyebab utama adanya penurunan perfusi jaringan dan potensial terjadi peningkatan TIK. R/: Untuk menentukan asuhan keperawatan yang diberikan. Monitor suhu tubuh R/: Panas tubuh yang tidak bisa diturunkan menunjukkan adanya kerusakan hipotalamus atau panas karena peningkatan metabolisme tubuh. Berikan posisi antitrendelenberg atau dengan meninggikan kepala kurang lebih 30 derajat. R/: Mencegah terjadinya peningkatan TIK Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat diuretik seperti manitol, diamox R/: Membantu mengurangi edema otak b. Perubahan persepsi sensorik b.d penurunan tingkat kesadaran, kerusakan lobus parientalis, kerusakan nervus olfaktorius. Hasil yang diharapkan: Kesadaran pasien kembali normal Tidak terjadi peningkatan TIK Intervensi: Observasi keadaan umum serta TTV R/: Mengetahui keadaan umum pasien. Orientasikan pasien terhadap orang, tempat dan waktu. R/: Melatih kemampuan pasien dalam mengenal waktu, tempat dan lingkungan pasien. Gunakan berbagai metode untuk menstimulasi indra, misalnya: parfum R/: Melatih kepekaan nervus olfaktorius. Kolaborasi medik untuk membatasi penggunaan sedativa R/: Sedativa mempengaruhi tingkat kesadaran pasien. c. Kesulitan mobilitas fisik b.d hemiplegia, kelelahan Hasil yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan mobilitas fisik seperti yang tunjukkan dengan tidak adanya kontraktur. Tidak terjadi peningkatan TIK Intervensi: Lakukan latihan pasif sedini mungkin R/: Mempertahankan mobilitas sendi dan tonus otot. Beri foodboard/penyangga kaki R/: Mempertahankan posisi ekstremitas

Pertahankan posisi tangan, lengan, kaki dan tungkai R/: Posisi ekstremitas yang kurang tepat akan terjadi dislokasi Kolaborasi fisioterapi R/: Tindakan fisioterapi dapat mencegah kontraktur d. Resiko tinggi injuri b.d adanya kejang, kebingungan. Hasil yang diharapkan: Trauma fisik tidak terjadi Terjaganya batas kesadaran fungsi motorik Intervensi: Jangan tinggalkan pasien sendiri saat kejang R/: Secepatnya mengambil tindakan yang tepat dan menentukan asuhan keperawatan Perhatikan lingkungan R/: Cegah terjadinya trauma Longgarkan pakaian yang sempit terutama bagian leher. R/: Memperlancar jalan napas. Tidak boleh diikat selama kejang. R/: Mengurangi ketegangan Beri posisi yang tepat (kepala dimiringkan) R/: Membantu pembukaan jalan napas. Gunakan bantal tipis di kepala R/: Membantu mengurangi tekanan intrakranial Disorientasikan kembali keadaan pasien dan berikan istirahat pada pasien. R/: Melatih kemampuan berfikir, memelihara fungsi mental dan orientasi terhadap kenyataan. e. Gangguan pertukaran gas b.d penumpukan sekresi, reflek batuk yang kurang. Hasil yang diharapkan: Tidak ada gangguan jalan napas Lendir dapat batukkan/sekret dapat keluar. Pernapasan teratur. Intervensi: Kaji pernapasan, suara napas, kecepatan irama, kedalaman, penggunaan obat tambahan. R/: Suara napas berkurang menunjukkan akumulasi sekret Catat karakteristik sputum (warna, jumlag, konsistensi) R/: Pengeluaran sekret akan sulit jika kental Anjurkan minum 2500cc/hari. R/: Mengencerkan lendir sehingga dapat dibatukkan Beri posisi fowler R/: Memaksimalkam ekspansi paru dan memudahkan bernapas Kolaborasi pemberian O2 dan pengobatan/therapi R/: Memenuhi kebutuhan O2 dan pengeluaran sekret f. Gangguan gambaran tubuh dan perubahan peran b.d kurang berfugsinya proses berpikir Hasil yang diharapkan: Membuat pernyataan tentang body image Mengekspresikan penerimaan body image Menggunakan sumber-sumber yang tersedia untuk mendapatkan informasi dan dukungan. Intervensi: Kaji persamaan dan persepsi pasien tentang kurang berfungsinya proses berfikir dan ketidakmampuan mobilitas fisik. R/: Menentukan tindakan keperawatan yang tepat. Bantu pasien dalam mengekspresikan perasaan perubahan bod image R/: Meningkatkan proses penerimaan diri. Dengarkan ungkapan pasien untuk menolak/menyangkal perubahan body image. R/: Mengurangi rasa keterasingan terhadap perubahan body image.

Hargai pemecahan masalah yang konstruktif untuk meningkatkan rasa penerimaan diri. R/: Memberikan dukungan untuk meningkatkan body image. g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang mampu menelan. Hasil yang diharapkan: Berat badan normal Mengkonsumsi semua makanan yang disajikan. Terbebas dari malnutrisi. Intervensi: Kaji kemampuan makan dan menelan. R/: Membantu dalam menentukan jenis makanan dan mencegah terjadinya aspirasi Dengarkan suara peristaltik usus R/: Membantu menentukan respon dari pemberian makanan dan adanya hiperperistaltik kemungkinan adanya komplikasi ileus. Berikan rasa nyaman saat makan, seperti posisi semi fowler/fowler. R/: Mencegah adanya regurgitasi dan aspirasi Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat. R/: Meningkatkan nafsu makan. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin. R/: Vitamin membantu meningkatkan nafsu makan dan mencegah malnutrisi h. Tidak mampu merawat diri b.d kesulitan dalam mobilitas fisik dan gangguan kognitif. Hasil yang diharapkan: Kebutuhan hygiene, nutrisi, eliminasi pasien terpenuhi. Pasien dapat merawat diri sesuai dengan kemampuan pasien. Intervensi: Bantu perawatan diri pasien sesuai dengan kebutuhan pasien. R/: Kebutuhan pasien akan pemenuhan perawatan diri terpenuhi. Kaji kemampuan pasien dalam merawat diri. R/: Menentukan asuhan keperawatan yang tepat. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri bila sudah sembuh. i. Kesulitan dalam komunikasi verbal b.d aphasia Hasil yang diharapkan: Kemampuan komunikasi verbal b.d aphasia Intervensi: Kaji kemampuan pasien dalam komunikasi verbal R/: Menentukan askep yang tepat Beri kesempatan pada pasien untuk menngungkapkan kebutuhannya R/: Agar pasien terpenuhi kebutuhannya. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan kebutuhannya dengan bahasa isyarat. R/: Kebutuhan pasien untuk berlatih bicara pendek dan singkat. Ajarkan pasien untuk berlatih bicara pendek dan singkat. R/: Kalimat pendek dan singkat tidak membuat pasien lelah dan bingung. j. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d trauma sakit kepala. Hasil yang diharapkan: Nyeri dapat berkurang sampai dengan hilang. Intervensi: Kaji lokasi nyeri, intensitas dan keluhan pasien. R/: Menentukan intervensi yang tepat Ajarkan teknik relaksasi tarik napas dalam R/: Ketegangan saraf yang mengendor akan mengurangi rasa nyeri. Beri posisi tidur dengan kepala tanpa bantal

R/: Tekanan intrakranial turun akan mengurangi rasa nyeri Kolaborasi medik untuk pemberian analgetik R/: Analgetik meningkatkan ambang rasa nyeri. k. Kerusakan integritas kulit b.d kesulitan dalam mobilitas fisik Hasil yang diharapkan: Tidak terjadi kerusakan kulit, dekubitus. Intervensi: Kaji keadaan kulit pasien. R/: Menentukan askep yang tepat. Beri posisi tidur miring kiri-terlentang kanan tiap 2 jam. R/: Penekanan yang terlalu lama pada salah satu lokasi kulit akan menimbulkan nekrose Lakukan massage pada lokasi kulit yang terjadi penekanan R/: Meningkatkan sirkulasi darah Jaga alat tenun tempat tidur pasuen kering dan tidak terlipat. R/: Kain basah dan berlipat akan menimbulkan kerusakan pada kulit. l. Perubahan pola eliminasi urine : inkontinensia atau retensi urine b.d terganggunya saraf kontrol. Hasil yang diharapkan: Pasien dapat mengontrol pengeluaran urine Intervensi: Kaji pola berkemih R/: Menentukan tindakan Catat intake dan output R/: Mengetahui balance cairan Pasang kateter kondom R/: Mencegah infeksi 4. Discharge Planning a. Jelaskan pentingnya istirahat b. Segera bawa ke rumah sakit bila ada keluhan c. Minum obat secara teratur sesuai program medik d. Libatkan keluarga dalam perawatan untuk cegah komplikasi. s

Prinsip prinsip pada trauma kepala: Tulang tengkorak sebagai pelindung jaringan otak, mempunyai daya elatisitas untuk mengatasi adanya pukulan. Bila daya/toleransi elastisitas terlampau akan terjadi fraktur Berat/ringannya cedera tergantung pada: 1. Lokasi yang terpengaruh: Cedera kulit Cedera jaringan tulang Cedera jaringan otak 2. Keadaan kepala saat terjadi benturan Masalah utama adalah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial ( TIK ) TIK dipertahankan oleh 3 komponen:

1. Volume darah / pembuluh darah ( 75 150 ml ) 2. Volume jaringan otak ( 1200 1400 ml ) 3. Volume LCS ( 75 150 ml ) Masalah yang timbul dari trauma kepala: b. Tipe Trauma Kepala Tipe/macam-macam trauma kepala antara lain: Trauma kepala terbuka Kerusakan otak dpat terjadi bila tulang tengkorak mauk ke dalam jaringan otak dan melukai: Merobek durameter LCS merembes Saraf otak Jaringan otak Gejala fraktur basis: Battle sign Hemotympanum Periorbital echymosis Rhinorrhoe Orthorrhoe Brill hematom Trau a Komosio Cidera kepala ringan. Disfungsi neurologis sementara dan dapat pulih kembali. Hilang kesadaran sementara, kurang dari 10 20 menit. Tanpa kerusakan otak permanen. Muncul gejala nyeri kepala, pusing, muntah. Disorientasi sementara. Tidak ada gejala sisa. kepala tertutup

MRS kurang 48 jam kontrol 24 jam pertama, observasi tanda-tanda vital. Tidak ada terapi khusus. Istirahat mutlak setelah keluhan hilang coba mobiliasi brtahap, duduk berdiri pulang. Setelah pulang kontrol, aktivitas sesuai, istirahat cukup, diet cukup. b Kontosio Ada memar otak. Perdarahan kecil lokal/difusi gangguan lokal perdarahan. Gejala : - Gangguan kesadaran lebih lama - Kelainan neurologik positif, reflek patologik positif, lumpuh, konvulsi. - Gejala TIK meningkat. - Amnesia retrograd lebih nyata c Hematom epidural Perdarahan antara tulang tengkorak dan durameter. Lokasi terering temporal dan frontal. Kategori talk and die. Sumber: pecahnya pembuluh darah meningen dan sinus venosus Gejala: manifestasinya adanya desak ruang Penurunan kesadaran ringan saat kejadian periode Lucid (beberapa menit beberapa jam ) penurunan kesadaran hebat koma, serebrasi, dekortisasi, pupil dan isokor, nyeri kepala hebat, reflek patologik positif. d. Hematom subdural Perdarahan antara durameter dan archnoid. Biasanya pecah vena akut, subakut, kronis. Akut : - Gejala 24 48 jam - Sering brhubungan dengan cidera otak dan medulla oblongata.

- PTIK meningkat - Sakit kepala, kantuk, reflek melambat, bingung, reflek pupil lambat. Sub akut Berkembang 7 10 hari, kontosio agak berat, adanya gejala TIK meningkat kesadaran menurun. Kronis : - Ringan, 2 minggu 3-4 bulan - Perdarahan kecil-kecil terkumpul pelan dan meluas. - Gejala sakit kepala, letargi, kacau mental, kejang, disfgia. e Hematom Intrakranial Perdarahan intraserebral 25 cc atau lebih Selalu diikuti oleh kontosio Penyebab: Fraktur depresi, penetrasi peluru, gerakan akselerasi deselerasi mendadak. Herniasi ancaman nyata, adanya bekuan darah, edema local. Karena adanya kompresi langsung pada batang otak gejala pernapasan abnormal : Chyne Hiperventilasi Apneu 2. Sistem Kardiovaskuler stokes

Trauma kepala perubahn fungsi jantung : kontraksi, edema paru, tekanan vaskuler. Perubahan saraf otonom pada fungsi ventrikel : Disritmia, Fibrilasi, Takikardia. Tidak adanya stimulus endogen saraf simpatis terjadi penurunan kontraktilitas ventrikel curah jantung menurun meningkatklan thanan ventrikel kiri edema paru. 3. Sistem Metabolisme Trauma kepala cenderung terjadi retensi Na, air, dan hilangnya sejumlah Nitrogen. Dalam kedaan stress fisiologis.

You might also like