You are on page 1of 34

Alih Kode yang Terjadi pada Masyrakat Tutur Bilingual dalam Wacana Jual Beli Peralatan Camping

Diposting oleh rulam Tanggal: 16 July 2009 | Kategori: Karya Mahasiswa & Dosen | Sudah dilihat 417 kali |

Budi Santoso (Mahasiswa FKIP UNISMA Malang) Abstrak: kajian sosioliguistik ikhwal pekodean ternyata masih langka. Penulisan artikel ini berfokus pada salah satu aspek dari masalah perkodean yakni Alih Kode yang Terjadi Pada Masyrakat Tutur Bilingual dalam Wacana Jual Beli Peralatan Camping. Kajian ini meliputi: (1) bagaimanakah wujud kode dalam wacana jual beli peralatan camping, (2) bagaimanakah alih kode dalam wacana jual beli peralatan camping dan (3) apa yang menjadi penyebab alih kode dalam wacana jual beli peralatan camping. Adapun tujuan khusus analisis ini untuk memperoleh diskripsi objektif tentang: (1) kode yang dipakai dalam wacana jual beli peralatan camping di Ruko Adventure Shop, (2) kecenderungan alih kode yang dipakai dalam wacana jual beli peralatan camping di Ruko Adventure Shop dan (3) unsur penentu alih kode yang terjadi dalam wacana jual beli peralatan camping di Ruko Adventure Shop. Instrumen yang dipakai sebagai sumber data yaitu penutur penjual dan pembeli dalam translaksi jual beli peralatan camping di Ruko Adventure Shop. Hal ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Kata Kunci: bilingual, alih kode

PENDAHULUAN
Latar Belakang Kajian sosiolinguistik ihwal perkodean ternyata masih langka (Rahardi, 2001:1). Kelangkaan kajian yang demikian mendorong penulis untuk berkecimplung di dalam bidang linguistik, khususnya sosiolinguistik untuk memberikan tanggapan nyata lewat analisis kajian. Analis kajian ini dapat dianggap upaya menanggapi kelangkaan kajian tentang perkodean tersebut. Tidak dipungkiri bahwa hal perkodean adalah masalah yang penting untuk diteliti dalam linguistik. Hal demikian disebabkan oleh kenyataan bahwa ihwal kode itu sulit dan rumit untuk dicermati. Dikatakan rumit karena ihwal kode itu berkaitan erat dengan konteks situasi, yakni suasana yang mewadahi kode itu sendiri. Suasana yang simaksud mencakup dua hal yaitu seting sosial dan seting kultural (Rahardi, 2001:2). Dengan perkataan lain apabila orang sudah menjadi individu yang bilingual tentu kode-kode yang dimilikinya akan menjadi semakin rumit. Namun, pasti semakin menarik pula untuk digambarkan dan dijelaskan. Berangkat dari gambaran kenyataan itu dapat ditegaskan bahwa ihwal kode itu perlu segara diteliti, dikaji dan diperikan secara mendalam.

Kajian perkodean sebanarnya dapat meliputi berbagai hal, seperti campur kode, interferensi dan integrasi, alih kode dan sebagainya (Suwito, 1983:67-81). Analisis kalian ini berfokus pada salah satu aspek dari beberapa masalah perkodean yang disebutkan di atas, yakni alih kode yang terjadi pada masyarakat bilingual di wilayah kota Malang. Adapun aspek alih kode adalah yang terjadi dalam wacana jual beli peratan camping. Orang dapat menggunakan kedua bahasa itu disebut orang yang bilingual (dalam bahasa Indonesia disebut juga dwibahasawan) sedangkan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas (dalam bahasa Indonesia disebut kedwibahasawan). Selain istilah bilingualisme dengan segala jabarannya ada juga istilah multilingualisme (dalam bahasa Indonesia disebut juga keanekabahasawan) yaitu keadaan digunakannya lebih dari dua bahasa oleh seeorang dalam pergaualannya dengan orang lain secara bergantian dalam penulisan ini tentang multilingualisme tidak akan dibicarakan secara khusus sebab modelnya sama dengan bilingualisme. Masyarakat tutur yang tertutup, yang tidak tersentuh oleh masyarakat tutur lain, entah karena letaknya yang jauh terpencil atau karena sengaja tidak mau berhubungan dengan masyarakat tutur lain maka masyarakat tutur itu akan menjadi masyarakat atutur yang statis dan tetap menjadi masyarakat tutur yang monolingual (Chaer dan Leonie, 1995:111). Sebaliknya, masyarakat tutur yang terbuka artinya yang mempunyai hubungan dengan masyarakat tutur lain, tentu apa yang mengalami apa yang disebut kontak bahasa dengan segala peristiwaperistiwa kebahasaan sebagai akibatnya. Peristiwa-peristiwa kebahasaan yang mungkin terjadi sebagai akibat adanya kontak bahasa itu adalah apa yang ada di dalam sosiolinguistik disebut bilingualisme, diglosia, alih kode, campur kode, interferensi, integrasi, konvergensi dan pergeseran bahasa. Dalam penulisan ini hanya akan membahas tentang bilingualisme, alih kode dan campur kode yang merupakan kerangka teori dari penelitian yang berjudul Alih Kode yang Terjadi pada Masyrakat Tutur Bilingual dalam Wacana Jual Beli Peralatan Camping. Soewito membedakan adanya dua macam alih kode yaitu alih kode intern dan alih kode ekstrn, yang dimaksud alih kode intrn adalah alih kode yang berlangsung antarbahasa sendiri seperti dari bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Jawa (BJ) atau sebaliknya. Sedangkan alih kode ekstern terjadi antara bahasa sendiri dengan bahasa asing (BA).

Rumusan Masalah
Wilayah kota Malang dapat dikatakan sebagai pusat berbagai kegiatan ekonomi, sosial, pendidikan dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Keadaan yang demikian sudah barang tentu akan membuat masyarakat Malang bersifat majemuk. Kemajemukan itu semakin dipacu dan ditopang oleh kenyataan selalu bertemu dan berinteraksinya warga masyarakat itu dengan warga dari masyarakat lain dalam wahana kegiatan. Dalam bidang bahasa, kenyataan itu membawa akibat semakin bervareasinya kode-kode yang dimiliki dan dikuasai oleh angggota masyarakat itu. Masalah dalam kajian ini pada intinya hanyalah difokuskan pada satu macam gejala bahasa saja yakni alih kode yang meliputi: (1) bagaimanakah kode yang dipakai oleh masyarakat tutur bilingual di ruko Adventure Shop Malang dalam peristiwa jual beli peralatan camping, (2) bagaimanakah kecenderungan pola alih kode yang terjadi pada wacana jual beli peralatan camping dalam masyarakat tutur bilingual di ruko Adventure Shhop Malang dan (3) apakah faktor-faktor penentu terjadinya

alih kode dalam wacana jual beli peralatan camping dalam masyarakat tutur bilingual di ruko Adventure Shop Malang.

Tujuan Penulisan
Penulisan ini berusaha untuk mendapatkan gambaran mengenai: (1) kode yang dipakai dalam wacana jual beli peralatan camping oleh masyarakat tutur bilingual di ruko Adventure Shop Malang (2) pola kecenderungan campur kode dan alih kode yanga terjadi dalam wacana jual beli peralatan camping pada masyarakat tutur bilingual di ruko Adventure Shop Malang dan (3) unsur penentu alih kode yang terjadi dalam wacana jual beli peralatan camping pada masyarakat tutur bilingual di ruko Adventure Shop Malang.

PEMBAHASAN
Pemilihan Kode dalam Wacana Jual Beli Peralatan Camping Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Dari istilahnya secara harfiah sudah dapat dipahami apa yang dimaksud dengan bilingualisme itu, yaitu berkenaan dengan penggunaan dan bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosiolingustik secara umum bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Mackey 1962:12, Fishan 1975:73). Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Pertama, bahasa ibunya sendiri atau bahasa pertamanya (disingkat B1) dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya (disingkat B2). Bloomfield dalam bukunya yang terkenal Language (1933:56) mengatakan bahwa bilingualisme adalah kemampuan seorang penutur untuk menggunakan dua bahasa dengan sama baiknya. Jadi, menurut Bloomfield ini seseorang disebut bilingual apabila dapat menggunakan B1 dan B2 dengan derajat yang sama baiknya. Namun, Menurut Hugen selanjutnya seorang bilingual tidak perlu secara aktif menggunakan kedua bahasa itu tetapi cukup kalau bisa memahaminya saja. Haugen juga mengatakan mempelajari bahasa kedua, apalagi bahasa asing, tidak akan sendirinya akan memberi pengaruh terhadap bahasa aslinya. Lagi pula seorang yang mempelajari BA maka kemampuan BA-nya atau B2-nya akan selalu berada pada posisi di bawah penutur asli bahasa. Kode BI BI sebagai bahasa nasional ternyata dapat digunakan hampir dalam segala bidang kegiatan di negara ini. Dalam peristiwa jual beli peralatan camping pun BI cukup dominan digunakan. Pada masyrakat tutur diwilayah kota Malang, penggunaan BI dalam dalam peristiwa jual beli itu kebanyakan digunakan apabila peserta tutur tidak bersuku Jawa. Dapat pula terjadi bahwa hanya salah satu dari peserta itu sajalah yang bukan berasal dari suku Jawa. Sepertinya dari pada mereka kesulitan menggunakan BJ, maka mereka cenderung menggunakan BI. Cuplikan percakapan berikut dapat diguanakan sebagai contoh adanya penggunaan kode yang berwujud BI dalam peristiwa jual beli peralatan camping Pembeli : Tas ini kena berapa mas?

Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual

: : : : : : : : :

Dua ratus dua puluh ribu, itu ada tempat laptope juga lo mas Mau liat yang ini O yang itu. Yang itu sama dengan yang ini. Ada diskone ya mas? Sepuluh persen untuk semua merk tas Ya udah yang ini aja. Jadi kena berapa? Seratus delapan puluh lima diskon sepuluh persen jadinya seratus enam puluh enam ribu, ya udah seratus enam puluh enam lima saja. Ini mas uangnya (memberikan kembaliannya) kembali taga puluh lima ribu. Trim ya

Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa BI yang digunakan dalam translaksi jual beli peralatan camping itu biasanya bersifat tidak formal. Ketidakformalan itu misalnya dapat diidentifikasi dari banyak digunakan model tuturan ringkas (restricted codes) yang ditandai oleh banyakanya penanggalan-penanggalan dari bagian tuturan tertentu. Di samping banyak digunakan tutur ringkas ternyata juga ditemukan banyak bagian-bagian dari tuturan yang dipengaruhi oleh bahasa daerah tertentu. Tuturan yang berbunyi laptope dan diskone tampak sekali mendapatkan pengaruh dari BJ, yakni e menyertai kata sehingga menjadi laptope dan diskone. Pengaruh bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia juga dapat ditemukan dengan munculnya kata liat, udah maupun aja dan sebagainya. Contoh-contoh yang terakhir ini sepertinya merupakan pengaruh dari dialek Jakarta. Munculnya pengaruh dialek Jakarta dalam jual beli peralatan camping ini cukup wajar karena memang wibawa wilayah Jakarta sebagai pusat segala kegiatan cukup dapat dirasakan hampir seluruh warga masyarakat Indonesia. Akibatnya dalam wacana jual beli peralatan camping di ruko Adventure Shop pengaruh ini pun dapat ditemukan.
Kode BJ

Dari sejumlah peristiwa tutur yang berhasil dijangkau dalam analisis ini, dapat dikatakan bahwa penggunaan kode dalam BJ sangat dominan. Hal demikian barangkali disebabkan oleh kenyataan bahwa wilayah kota Malang merupakan sebuah kota kebudayaan. Unggah ungguh dalam berbahasa antarwarga masyarakat itu selalu tercermin dalam komunikasi dan interaksi anggota masyarakat sehari-hari.

Dalam wacana jual beli peralatan camping unggah-ungguh dalam berbahasa ini pun juga tampak terlihat. Hal demikian misalnya, dengan sering digunakannya kata-kata sapaan yang sifatnya meninggikan derajat calon pembeli yang dilakukan oleh penjual, misalnya mas. Kata-kata sapaan yang sifatnya meninggikan derajat calon pembeli itu biasanya dimunculkan untuk mengawali peristiwa tawar menawar. Kata-kata sapaan itu untuk membuka percakapan dan penggunaannya dirangkaikan dengan kata-kata yang maknanya mempersilahkan, misalnya mangga. Dengan demikian ekspresi yang digunakan untuk mengawali percakapan untuk jual beli peralatan camping itu biasanya adalah mangga mas. Apabila percakapaan tawar menawar dalam jual beli itu diawali oleh calon pembeli, biasanya penggunaan kata-kata sapaan yang sifatnya meninggikan itu tidak tampak. Artinya bahwa dalam membuka percakapan, calon pembeli menggunakan kode bahasa yang sifatnya bisa dan wajar digunakan, seperti pira. Calon pembeli beranggapan bahwa status sosial dirinya lebih tinggi dari pada calon penjual. Cuplikan percakapan tawar menawar berikut menunjukkan cukup dominannya penggunaan kode yang berwujud BJ itu dalam peristiwa tawar menawar jual beli peralatan camping. Penjual Pembeli 1 Penjual Pembeli 1 Penjual Pembeli 1 Penjual Pembeli 1 Penjual : : : : : : : : : InsyaAllah Minggu ngarep, soale Minggu iki lagi blonjo (ada pembeli lain yang datang) Monggo mas Ono pembungkus tas mas? Pembungkus tas? O cover to sing dimaksud Iyo, sing anti air Sing tas karier apa yang day pac? Tas ransel Sing selawe liter lagi kosong mas, kari warna pink Wahaha, yo gak lucu koyo cewek ae. Kapan ono anek maneh mas?

Kode BA
Wilayah kota Malang sebagai pusat kegiatan budaya yang erat pula dengan pariwisata, menyebabkan sering terjadinya orang-orang asing yang biasa mengunakan BA dalam berkomunikasi. Dalam jual beli peralatan camping, penggunaan bahasa asing khususnya bahasa Inggris ini juga sering muncul sekalipun sangat terbatas. Di samping digunakan oleh pembeli yang datang dari luar negeri, ternyata pembeli maupun penjual dalam negeri juga sering menggunakan wajud kode ini dalam komunikasi. Cuplikan berikut dapat memperjelas uraian tersebut. Pembeli : Lihat-lihat mas

Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli

: : : : : : : : : : : : :

Yabs, mari (pembeli memilih-milih jaket) Itu water frof lo mas Kedap air ya mas? Yabs, jadi dalame anget terus luare anti air Bisa di coba mas? Bisa, coba aja gak pa pa Ukurane sama yo mas? Ya ngak, beda merk size yo lain, hargane yoi gak sama. Lek sing iki piro? Seratus dua puluh Lek sing Tambora iku? Seratus tiga puluh lima Lebih mahal yo Iya, tapi kwalitase gak jauh beda kok mas Yo wis sing iki ae

Dari cuplikan itu dapat di lihat contoh kode yang berwujud BA, yakni bahasa Inggris. BA itu digunakan oleh penjual terhadap pembeli yang sudah saling mengetahui maksudnya. Biasanya, bahasa Inggris itu digunakan dengan tidak lengkap banyak penggalan-penggalan dan sering di campurkan dengan BI. Dalam tuturan itu misalnya itu watter frof lo mas dan ya ngak, beda size ya lain, hargane ya ngak sama. Tuturan watter frof (artinya kedap air) dan size (artinya ukuran) merupakan contoh penggunaan BA, dalam hal ini bahasa Inggris yang di campurkan dalam BI. Pemerian Alih Kode dalam Wacana Jual Beli Peralatan Camping Appel (1976:79) mendefinisikan alih kode itu sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Berbeda dengan Ampel yang mengatakan alih kode itu terjadi antarbahasa, maka Hymes (1975:103) menyatakan alih kode itu bukan hanya terjadi antarbahasa tetapi dapat juga terjadi antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa. Alih kode yang berwujud alih bahasa cukup banyak ditemukan dalam wacana jual beli peralatan camping. Alih kode yang berupa alih bahasa itu mencakup peralihan dari BI ke

dalam BJ, BJ ke dalam BI dan BI ke dalam BA dalam hal ini bahasa Inggris. Berikut uraian dari masing-masing wujud alih kode itu satu demi satu.

Alih Kode dari BI ke dalam BJ


Alih kode yang berupa alih bahasa dari BI ke dalam BJ ditemukan degan cukup sering dalam wacana jual beli peralatan camping. Alih kode yang dimaksud sering dilakukan oleh penjual dan sering pula dilakukan oleh pembeli. Berikut cuplikan-cuplikan percakapan yang mengandung alih kode itu selengkapnya. Cuplikan 1 Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli : : : : : : : : : : : : : lihat-lihat mas Yabs, mari (pembeli memilih-milih jaket) Itu water frof lo mas Kedap air ya mas? Yabs, jadi dalame anget terus luare anti air Bisa di coba mas? Bisa, coba aja gak pa pa Ukurane sama yo mas? Ya ngak, beda merk size yo lain, hargane yoi gak sama. Lek sing iki piro? Seratus dua puluh Lek sing Tambora iku? Seratus tiga puluh lima Lebih mahal yo Iya, tapi kwalitase gak jauh beda kok mas Yo wis sing iki ae Dalam cuplikan itu dapat dilihat adanya alih kode yang dilakukan oleh pembeli. Semula ia mengguankan kode dalam BI dalam bertutur dengan penjual. Namun, akhirnya ia berusaha berubah menggunakan BJ dalam tingkat ngoko, yakni yang berbunyi lek sing iki piro? Yang maknanya adalah kalau yang ini berapa? Dengan demikian dapatlah dikatakan alih kode dalam cuplikan percakapaan itu adalah dari BI ke dalam BJ.

Cuplikan 2 Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual : : : : : : Monggo mas (sambil pergi) : yabs Dari cuplikan percakapan itu dapatlah dilihat bahwa alih kode yang terjadi adalah dari BI ke dalam BJ. Alih kode itu dilakukan oleh pembeli di tengah-tengah proses bertutur dengan penjual. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa arah alih kode yang ada adalah dari BI ke dalam bj, yakni mangga mas yang maknanya mari mas. Alih Kode dari BJ ke dalam BI Alih kode yang berupa paralihan dari BJ ke dalam BI cukup banyak ditemukan dalam wacana jula beli peralatan camping di Ruko adventure Shop kota Malang. Dikatakan demikian karena kedua bahasa ini dikuasai dengan cukup baik oleh masyarakat tutur tersebut. Hal ini tampak pada cuplikan berikut. Penjual Pembeli 1 Penjual Pembeli 1 Penjual Pembeli 1 Penjual Pembeli 1 Penjual Pembeli 2 : : : : : : : : : : InsyaAllah Minggu ngarep, soale Minggu iki lagi blonjo (ada pembeli lain yang datang) Monggo mas Ono pembungkus tas mas? Pembungkus tas? O cover to sing dimaksud Iyo, sing anti air Sing tas karier apa yang day pac? Tas ransel Sing selawe liter lagi kosong mas, kari warna pink Wahaha, yo gak lucu koyo cewek ae. Kapan ono anek maneh mas? Mari mas Mas ada tas selempang? Itu sebelah kiri Gak ada pilihan lain? Lagi kosong mas (pembeli lihat-lihat barang dagangan lain)

Penjual Pembeli 1 penjual

: : :

Ada rainkot mas? Itu di pojok sebelah kiri Suwun mas, liat-liat sik Monggo

Dari cuplikan percakapan itu dapat dilihat bahwa alih kode yang ada dalah dari BJ ke dalam BI yang dilakukan oleh penjual. Dari sejak awal tutur penjual maupun pembeli menggunakan tingkat tutur Jawa ngoko. Namun, setelah datangnya pembeli kedua, penjual menggunakan bahasa Indonesia yakni mari mas dan itu di pojok sebelah kiri. Alih kode ini dilakukan karena penjual beranggapan bahwa pembeli kedua belum tentu menguasai BJ dan untuk menghargainnya. Dengan demikian alih kode dalam cuplikan percakapan itu yakni dari BJ ke dalam BI. Alih Kode dari BI ke dalam BA Alih kode yang melibatkan BA ternyata juga dapat ditemukan dalam wacana jual beli sandang pada masnyarakat tutur bilingual di wilayah kota Malang. Bahasa asing yang cukup sering muncul dalam wacana ini adalah bahasa Inggris. Hal demikian disebabkan karena kenyataan bahasa Inggris memang cukup dikuasai dengan baik oleh warga masyarakat tutur ini. Kontak dengan para pendatang yang berkewarganegaraan asing dan hasil dari pendidikan memicu dikuasainya bahasa asing pada anggota masyarakat tutur ini. Berikut contoh alih kode yang berwujud alih bahasa dari BI ke dalam BA. Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual : : : : : : : : : : : : Lihat-lihat mas Yabs, mari (pembeli memilih-milih jaket) Itu water frof lo mas Kedap air ya mas? Yabs, jadi dalame anget terus luare anti air Bisa di coba mas? Bisa, coba aja gak pa pa Ukurane sama yo mas? Ya ngak, beda merk size yo lain, hargane yoi gak sama. Lek sing iki piro? Seratus dua puluh Lek sing Tambora iku?

Pembeli Penjual Pembeli

: : :

Seratus tiga puluh lima Lebih mahal yo Iya, tapi kwalitase gak jauh beda kok mas Yo wis sing iki ae

Dari cuplikan itu dapat di lihat contoh alih kode dari BI ke dalam BA. BA itu digunakan oleh penjual terhadap pembeli yang sudah saling mengetahui maksudnya. Biasanya, bahasa Inggris itu digunakan dengan tidak lengkap banyak penggalan-penggalan dan sering di campurkan dengan BI. Dalam tuturan itu misalnya itu watter frof lo mas dan ya ngak, beda size ya lain, hargane ya ngak sama. Tuturan watter frof (artinya kedap air) dan size (artinya ukuran) merupakan contoh penggunaan BA, dalam hal ini terjadi alih kode dan campur kode dari BI ke dalam BA. Sebab-sebab Alih Kode dalam Wacana Jual Beli Peralatan Camping Kalau kita telusuri penyebab terjadinya alih kode itu, maka harus kita kembalikan kepada pokok persoalan sosiolinguistik seperti yang dikemukaan Fishman (1976:15) yaitu siapa yang berbicara degan bahasa apa, kepada siapa, kapan dan dengan tujuan apa. Dalam berbagai kepustakaan linguistik secara umum penyebab alih kode itu disebutkan antara lain: (1) pembicara atau penutur, (2) pendengar atau lawan tutur, (3) perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga, (4) perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya dan (5) perobahan topik pembicaraan. Seorang pembicara atau penutur seringkali meakukan alih kode untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat dari tindakkannya itu. Selanjutnya lawan bicara atau lawan tutur dapat menyebabkan tejadinya alih kode misalnya karena si penutur ingin mengimbangi kemampuan berbahasa si lawan tutur itu. Dalam hal ini biasanya kemampuan barbahasa si lawan tutur kurang atau agak kurang karena memang mungkin bahasa pertamanya. Kalau si lawan tutur itu berlatar belakang bahasa yang sama dengan penutur, maka alih kode yang terjadi hanya berupa peralihan varian, ragam, gaya atau register. Kalau si lawan tutur berlatar belakang bahasa yang tidak sama dengan si poenutur maka yang terjadi alih bahasa. Kehadiran orang ketiga atau orang lain yang tidak berlatar belakang bahasa sama dengan bahasa yang sedang digunakan oleh penutur dan lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Status orang ketiga dalam alih kode juga menentukan bahasa atau varian yang harus digunakan. Perubahan situasi bicara dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Di samping lima hal di atas yang secara umum lazim dikemukakan sebagai faktor terjadinya alih kode, sesungguhnya masih banyak faktor atau variabel lain yang dapat memyebabkan terjadinya peristiwa alih kode. Penyebab-penyebab ini ini biasanya sangat berkaitan dengan verbal repertoire yang tedapat dalam suatu masyarakat tutur serta bagaimana status sosial yang dikenakan oleh para pentur terhadap bahasa-bahasa atau ragam-ragam bahasa yang terdapat dalam masyarajat tutur itu. Dalam wacana jual beli peralatan camping di Ruko Adventure Shop Malang ini, penulis temukan dua penyebab terjadinya alih kode. Penyebab ini yakni penutur memiliki latar

belakang pengusaan bahasa yang sama dan perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga, yang akan penulis paparkan dalam urain dibawah ini.
Penutur Memiliki Latar Belakang Pengusaan Bahasa yang Sama

Dalam translaksi jual beli peralatan camping di Ruko Adventure Shop Malang sering penutur melakukan campur kode dan alih kode dalama bertutur hal ini terjadi karena penutur (penjual maupun pembeli) memiliki latar belakang penguasaan bahasa yang sama. Seperti pada cuplikan berikut: Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli : : : : : : : : : : : : : : Lihat-lihat mas Yabs, mari (pembeli memilih-milih jaket) Itu water frof lo mas Kedap air ya mas? Yabs, jadi dalame anget terus luare anti air Bisa di coba mas? Bisa, coba aja gak pa pa Ukurane sama yo mas? Ya ngak, beda merk size yo lain, hargane yoi gak sama. Lek sing iki piro? Seratus dua puluh Lek sing Tambora iku? Seratus tiga puluh lima Lebih mahal yo Iya, tapi kwalitase gak jauh beda kok mas Yo wis sing iki ae Dari peristiwa tutur itu dapat dilihat bahwa penjual dan pembeli sama-sama menggunakan BI. Namun, sesekali pembeli menyisipkan kode bahasa Jawa, misalnya lek sing iki piro? (kalau ini berapa?). Dan penjul memahami kode itu serta bisa menanggapi dengan BJ pula. Dengan demikian dapat sebagai bukti bahwa dengan latar belakang penguasaan bahasa yang sama dapat menjadi penyebab alih kode dalam wacana jual beli peralatan camping.

Perubahan Situasi dengan Hadirnya Orang Ketiga


Pada saat terjadi percakapan tawar menawar barang antara penjual dan pembeli sering kali datang pula calon pembeli yang lain. Kedatangan calon pembeli itu sudah barang tentu harus ditanggapi oleh si penjual dengan menggunakan kode yang biasanya digunakan untuk mengawali percakapan tawar menawar barang. Biasanya kode itu menggunakan BI karena bahasa Indonesia bisa dipahami penutur pada umumnya. Dengan demikian si penjual secara tidak langsung melakukan alih kode yang barangkali pada awalnya menggunakan BJ. Berikut dapat digunakan sebagai contoh.
Penjual Pembeli 1 Penjual Pembeli 1 Penjual Pembeli 1 Penjual Pembeli 1 Penjual Pembeli 2 Penjual Pembeli 1 penjual : : : : : : : : : : : : : InsyaAllah Minggu ngarep, soale Minggu iki lagi blonjo (ada pembeli lain yang datang) Ada rainkot mas? Itu di pojok sebelah kiri Suwun mas, liat-liat sik Monggo Monggo mas Ono pembungkus tas mas? Pembungkus tas? O cover to sing dimaksud Iyo, sing anti air Sing tas karier apa yang day pac? Tas ransel Sing selawe liter lagi kosong mas, kari warna pink Wahaha, yo gak lucu koyo cewek ae. Kapan ono anek maneh mas?

Dari peristiwa itu tutur dapat dilihat bahwa kehadiran orang ketiga atau orang lain yang barangkali tidak berlatar belakang bahasa yang sama (dimaksud disini BJ) dengan bahasa yang sedang digunakan penutur dan lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Sehingga perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga dapat menjadi penyebab campur kode dan alih kode dalam translaksi jual beli peralatan camping di Ruko Adventure Shop Malang. Dari pembicaraan tentang Alih KOde yang Terjadi dalam Wacana JUal Beli Peralatan Camping di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian bilingualisme akhirnya merupakan satu rentangan berjenjang mulai menguasa B1 (tentunya dengan baik karena bahasa ibunya sendiri) ditambah tahu sedikit akan B2, dilanjutan dengan penguasaan B2 yang berjenjang meningkat, sampai menguasai B2 itu sama baiknya dengan penguasaan B1. Kalau bilingualisme sudah sampai tahap ini berarti seorang penutur yang bilingual itu akan dapat menggunakan B1 dan B2 sama baiknya untuk fungsi dan situasi apa saja dan dimana saja. Namun, seperti sudah disebutkan di atas penutur bilingual yang seperti ini jarang ada yang ada dan biasa adalah para penutur bilingual yang sama-sama baik dalam dua bahasa, tetapi umumnya dalam ranah kebahasan yang berbeda.

PENUTUP
Bagian ini merupakan bagian penutup dari tulisan ini. Pada bagian ini akan disampaikan kesimpulan dan beberapa imlikasi kajian yang perlu mendapatkan perhatian dan tindak lanjut di masa mendatang, khususnya untuk kajian berikutnnya. Berikut kesimpulan dan implikasiimplikasi kajian selengkapnya. Simpulan Sejalan dengan rumuan masalah dan tujuan penulisan yang diampaikan di bagian pendahuluan, maka sebagai kesimpulan dapatlah disampaiakan hal-hal berikut: 1) kode yang digunakan oleh masyarakat tutur bilingual di kota Malang dalam jual beli peralatan camping di Ruko Adventure Shop adalah: (1) bahasa yang mencakup BJ dan bahasa non Jawa. Bahasa non Jawa di sini meliputi BI dan BA. BA yang paling sering ditemukan adalah bahasa Inggris, (2) tingkat tutur, yang meliputi tutur ngoko. Kode yang berwujud tingkat tutur ini tampak dengan sangat jelas khususnya jika bahasa yang dipakai adalah BJ. 2) kode-kode yang digunakan dalam wacana jual beli peralatan camping di kota Malang ruko Adventur Shop dapat beralih dari kode yang satu ke kode yang lain. Misalnya dari BI ke dalam BJ atau sebaliknya, BI ke dadam Inggris atau sebaliknya. Peralihan itu ternyata tidak terjadi dengan tanpa arah melainkan dengan arah yang cukup jelas. 3) alih kode dalam wacana jual beli peralatan camping pada masyarakat tutur bilingual di kota Malang ruko Adventure Shop dilakukan dengan alasan-alasan yang sudah jelas dan juga tertentu. Dari kajian ini dapat diketahui bahwa alasan-alasan yang dimaksud meliputi (1) penutur memiliki latar belakang penguasaan bahasa yang sama, (2) perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga. Implikasi Kajian

Tidak disangkal bahwa kajian ini masih jauh bahkan teramat jauh dari sempurna. Ruang lingkup pembicaraan yang semula segaja digunakan untuk membatasi kajian ini bukan tidak mungkin justru mengkerdilkan jangkauan pembahasan. Wacana jual beli peralatan camping hanyalah merupakan sebagian yang teramat kecil dari wacana transaksional yang sebenarnya semula akan diangkat sebagai objek dalam kajian sosiolinguistik ini. Dengan perkatan lain sebenarnya kajian ini hanya bagian yang teramat kecil dari bagian yang sebenarnya bisa dilakukan lebih luas itu. Rekan rekan mahasiswa hkususnnya yang tertarik dengan bidang ilmu sosiolinguistik tentu ditantang menindaklanjuti kajian ini.

DAFTAR RUJUKAN Appel, Rene,et all. 1976. Sosiolingustiek. Utrecht-Antwerpen: Het Spectrum. Bloomfield, Leonard. 1933. Language. New York: Hold, Rinehard and Winston. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta. Fishman, JA. (Ed.). 1976. The Relationshrip Between Micro and Macro Sosiolinguisc in The Study Who Speaks What Language To Whom and When. dalam Pride dan Holmes (Ed.) 1976:15-32. Hymes. 1974. Foundation Of Sosiolinguistics. Philadelphia: University Of Pensylvania Prees.

Mackey, W.P. 1970. The Description Of Bilingualism dalam J.A. Fishman (Ed.) 1970. Rahardi, Kunjana. 2001. Sosiolinguistik, Kode dan Alih Kode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Suwito. 1983. Awal Pengantar Sosiolinguistik, Teori dan Problema. Surakarta: Heary Offset.
LAMPIRAN PERISTIWA TUTUR I
Pelaksanaan Lokasi Topik : : : Kamis, 11 Desember 2008 Ruko Adventure Shop Jl. Raya Sumbersari 87 C Malang Tawar menawar jaket Lihat-lihat mas Yabs, mari (pembeli memilih-milih jaket) Itu water frof lo mas Kedap air ya mas? Yabs, jadi dalame anget terus luare anti air Bisa di coba mas? Bisa, coba aja gak pa pa Ukurane sama yo mas? Ya ngak, beda merk size yo lain, hargane yoi gak sama.

Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli

: : : : : : : : :

Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli

: : : : :

Lek sing iki piro? Seratus dua puluh Lek sing Tambora iku? Seratus tiga puluh lima Lebih mahal yo Iya, tapi kwalitase gak jauh beda kok mas Yo wis sing iki ae

PERISTIWA TUTUR II
Pelaksanaan Lokasi Topik : : : Kamis, 11 Desember 2008 Ruko Adventure Shop Jl. Raya Sumbersari 87 C Malang Tawar menawar tas Mari mas Mas ada tas selempang? Itu sebelah kiri Gak ada pilihan lain? Lagi kosong mas (pembeli lihat-lihat barang dagangan lain) Monggo mas (sambil pergi) Penjual : yabs

Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli

: : : : : :

PERISTIWA TUTUR III


Pelaksanaan Lokasi Topik : : : Minggu, 21 Desember 2008 Ruko Adventure Shop Jl. Raya Sumbersari 87 C Malang Tawar menawar tas Tas ini kena berapa mas?

Pembeli

Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual

: : : : : : : : :

Dua ratus dua puluh ribu, itu ada tempat laptope juga lo mas Mau liat yang ini O yang itu. Yang itu sama dengan yang ini. Ada diskone ya mas? Sepuluh persen untuk semua merk tas Ya udah yang ini aja. Jadi kena berapa? Seratus delapan puluh lima diskon sepuluh persen jadinya seratus enam puluh enam ribu, ya udah seratus enam puluh enam lima saja. Ini mas uangnya (memberikan kembaliannya) kembali taga puluh lima ribu. Trim ya

PERISTIWA TUTUR IV
Pelaksanaan Lokasi Topik : : : Minggu, 21 Desember 2008 Ruko Adventure Shop Jl. Raya Sumbersari 87 C Malang

Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli

Tawar menawar tempat HP : Boleh lihat ini mas? : Oh tempat HP. Boleh mari, ini bisa untuk dua HP sekaligus mas. : Kena berapa mas? : Dua puluh lima ribu : Boleh lihat yang sampingnya mas? : Iya silahkan, cuman beda merk aja. Kalau ini merk eiger : Ya udah yang ini saja

PERISTIWA TUTUR V

Pelaksanaan Lokasi Topik

: : :

Minggu, 21 Desember 2008 Ruko Adventure Shop Jl. Raya Sumbersari 87 C Malang Tawar menawar cover tas Monggo mas Ono pembungkus tas mas? Pembungkus tas? O cover to sing dimaksud Iyo, sing anti air Sing tas karier apa yang day pac? Tas ransel Sing selawe liter lagi kosong mas, kari warna pink Wahaha, yo gak lucu koyo cewek ae. Kapan ono anek maneh mas? InsyaAllah Minggu ngarep, soale Minggu iki lagi blonjo (ada pembeli lain yang datang) Ada rainkot mas? Itu di pojok sebelah kiri Suwun mas, liat-liat sik

Penjual Pembeli 1 Penjual Pembeli 1 Penjual Pembeli 1 Penjual Pembeli 1 Penjual Pembeli 2 Penjual Pembeli 1 penjual

: : : : : : : : : : : : :

Monggo Digg this post Bookmark to delicious Stumble the post Add to your technorati favourite Subscribes to this post Pemerolehan Bahasa Anak Usia Tiga Tahun dalam Lingkungan Keluarga Model Pendidikan Berpikir Kritis-Kreatif untuk Siswa Sekolah Dasar

Copyright 2011. infodiknas.com. Kontak info Rulam Ahmadi rulamahmadi@infodiknas.com - 081333052032 - 03417699996 (flexi)Themes Designed by: Elegant WP Themes | Supplied by Web Hosting | ReEdit for Infodiknas.com by Tricks-Collections.Com

Minggu, 06 Maret 2011


Alih kode campur kode
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga makalah yang berjudul Alih Kode dan Campur Kode Bahasa Arab dan Bahasa Jawa dalam Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia pada Film Perempuan Berkalung Sorban ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bentuk alih kode dan campur kode bahasa Arab dan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia pada film Perempuan Berkalung Sorban serta faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode tersebut. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata tiada gading yang tak retak begitu juga dengan makalah ini, masih memerlukan banyak perbaikan dalam beberapa bagian di dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari para pembaca. Surabaya, 20 November 2010 Penulis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Peristiwa komunikasi merupakan peristiwa yang dialami oleh setiap orang dengan berbagai bahasa. Peristiwa komunikasi merupakan suatu peristiwa yang sangat majemuk. Komunikasi merupakan peristiwa penyampaian pesan dari komunikator (pengirim pesan) kepada komunikan (penerima pesan). Agar pesan tersebut sampai kepada komunikan, seorang komunikator harus menggunakan bahasa yang juga dipahami oleh komunikan. Ketika seorang komunikator menggunakan bahasa yang tidak dipahami oleh komunikan maka pesan yang disampaikan oleh komunikator tidak akan sampai pada komunikan. Dalam hal ini bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting.

Namun, tidak semua penutur dan lawan tutur memiliki penguasaan bahasa yang sama. Sering sekali terjadi penutur harus berganti bahasa ketika akan berbicara dengan lawan tuturnya yang tidak menguasai bahasa penutur. Peralihan bahasa inilah yang disebut dengan alih kode. Peristiwa alih kode sering kali terjadi pada komunikasi dalam masyarakat Indonesia. Peristiwa alih kode tersebut bisa terjadi di pasar, di sekolah, di kampus, di kantor, bahkan alih kode sering digunakan dalam dialog film. Hal ini dikarenakan kemajemukan bahasa yang ada di Indonesia. Bahkan masih banyak lagi penyebab terjadinya alih kode. Tidak hanya pergantian bahasa saja yang terjadi dalam peristiwa komunikasi, tetapi pencampuran antara dua bahasa pun sering kali terjadi. Pencampuran bahasa ini dilakukan karena antara penutur dan lawan tutur memiliki penguasan yang sama pada dua bahasa. Masyarakat sering kali tidak sadar ketika mereka melakukan campur kode. Sama halnya dengan alih kode, campur kode pun sering kali digunakan pada dialog film. Dalam perfilman Indonesia, banyak sekali film yang melakukan peristiwa alih kode dan campur kode dalam dialog antar tokohnya. Hal ini terutama terjadi pada film yang mengangkat budaya Indonesia. Satu film yang menggunakan peristiwa alih kode dan campur kode dalam dialog antar tokohnya adalah film Perempuan Berkalung Sorban. Dalam film Perempuan Berkalung Sorban alih kode dan campur kode dilakukan anatara bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia dan bahasa Jawa dengan bahsa Indonesia. Oleh karena itu, dalam makalah yang berjudul Alih Kode dan Campur Kode Bahasa Arab dan Bahasa Jawa dalam Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia pada Film Perempuan Berkalung Sorban ini akan dibahas peristiwa alih kode dan campur kode pada film Perempuan Berkalung Sorban. Rumusan Masalah Dalam makalah ini peneliti memberikan batasan pada masalah yang akan diteliti. Masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut. Bagaimana bentuk alih kode dan campur kode bahasa Arab dan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia pada film Perempuan Berkalung Sorban? Apa faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode bahasa Arab dan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia pada film Perempuan Berkalung Sorban? Tujuan Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut. Untuk mengetahui bentuk alih kode dan campur kode bahasa Arab dan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia pada film Perempuan Berkalung Sorban. Untuk faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode bahasa Arab dan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia pada film Perempuan Berkalung Sorban. BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Alih Kode A. Pengertian Alih Kode Appel (dalam Chaer, 2004:107) mendefinisikan alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Berbeda dengan Appel yang mengatakan bahwa alih kode terjadi antar bahasa, Hymes (dalam Chaer, 2004: 107) mengatakan bahwa alih kode bukan hanya terjadi antar bahasa, tetapi dapat juga terjadi antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa. Dari dua pengertian alih kode di depan dapat disimpulkan bahwa alih kode merupakan gejala peralihan pemakaian bahasa dan peralihan ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa karena berubahnya situasi. B. Penyebab Terjadinya Alih Kode Penyebab terjadinya alih kode menurut Abdul Chaer (2004: 108) adalah sebagai berikut. Pembicara atau penutur. Pendengar atau lawan tutur. Perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga. Perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya. Perubahan topik pembicaraan. Seorang pembicara atau penutur seringkali melakukan alih kode untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat dari tindakannya itu. Hal ini bisa terjadi pada saat penutur dan lawan tutur memiliki bahasa ibu yang sama. Pembicaraan tersebut akan beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa daerah. Dengan berbahasa daerah rasa keakraban pun lebih mudah dijalin daripada menggunakan bahasa Indonesia. Lawan bicara atau lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode, misalnya karena si penutur ingin mengimbangi kemampuan berbahasa si lawan tutur. Dalam hal ini biasanya kemampuan berbahasa si lawan tutur kurang atau agak kurang karena memang mungkin bukan bahasa pertamanya. Kehadiran orang ketiga atau orang lain yang tidak berlatar belakang bahasa yang sama dengan bahasa yang sedang digunakan oleh penutur dan lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Status orang ketiga dalam alih kode juga menentukan bahasa atu varian yang harus digunakan. Perubahan situasi bicara juga dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Misalnya, perubahan dari situasi formal ke informal (santai) atau sebaliknya. Hal ini akan mengakibatkan berubahnya ragam atau gaya bahasa yang digunakan. Begitu juga dengan perubahan topik pembicaraan yang dapat menyebabkan terjadinya alih kode. 2.2 Campur Kode A. Pengertian Campur Kode Thelander (dalam Chaer, 2004:115) mengatakan bahwa apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frase-frase yang digunakan terdiri dari klausa dan frase campuran, dan masing-

masing klausa atau frase tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah campur kode. Dapat dikatakan bahwa campur kode merupakan penggunaan serpihan-serpihan bahasa lain dalam penggunaan satu bahasa. B. Penyebab Terjadinya Campur Kode Penyebab terjadinya campur kode adalah sebagai berikut. Adanya pengaruh dari rumah. Lingkungan rumah sangat memberikan pengaruh terhadap bahasa yang digunakan seseorang. Seorang penutur biasanya menggunakan bahasa rumah ketika berkomunikasi dengan orang luar keluarga akibat pengaruh kebiasaannya ketika berkomunikasi dengan keluarganya. Adanya pengaruh pihak kedua. Pihak kedua atau lawan tutur yang sama-sama menguasai dua bahasa yang juga dikuasai penutur menyebabkan penutur untuk mencampur dua bahasa yang dikuasainya. Dalam hal ini penutur dan lawan tutur sama-sama mengerti dengan adanya pencampuran dua bahasa (http://purnamabisnissmart.blogspot.com/). Devi juga mengungkapkan bahwa campur kode dipengaruhi oleh unsur prestise. Campur kode dipengaruhi oleh adanya unsur prestisei, yaitu anggapan bahwa bahasa yang satu dianggap lebih tinggi, lebih bergengsi, lebih superior atau sebaliknya bahasa itu dianggap lebih rendah dan tidak bergengsi mengakibatkan terjadinya campur kode. Hal ini sering dilakukan seseorang untuk menunjukkan eksistensinya. Jika dia ingin merendahkan orang pun biasanya menggunakan campur kode dengan bahasa yang dianggap rendah (http://doeniadevi.wordpress.com/2009/10/20/perihal-alih-kode-code-switching-dan-campurcode-code-mixinginterference-dalam-kedwibahasaan/).

BAB III METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dirancang secara deskriptif kualitatif karena yang akan diteliti adalah kata-kata bukan angka. Penelitian ini menekankan pada hasil yang berupa kata-kata. Hal ini dikarenakan objek yang diteliti adalah bahasa. Bahasa tidak dapat diukur dengan angka karena bahasa hanya dapat dijelaskan secara deskriptif saja. Objek penelitian ini adalah penggunaan bahasa yang berupa kata-kata sehingga metode yang bisa digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil yang akan didapatkan adalah deskripsi wujud alih kode dan campur kode pada film Perempuan Berkalung Sorban serta faktor-faktor terjadinya alih kode dan campur kode tersebut. 3.2 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data diambil dengan cara menyimak penggunaan bahasa yang dilakukan oleh tokoh. Teknik dasar yang dilakukan adalah teknik sadap, yaitu dengan mendengarkan penggunaan bahasa yang diucapkan tokoh. Sementara teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik simak bebas libat cakap, yaitu menyimak dengan memperhatikan percakapan tokoh.

Selain itu, teknik pengumpulan data juga dilakukan dengan teknik pencatatan. Pencatatan data dilakukan sambil menyimak dialog tokoh. Pencatatan hanya dilakukan pada data yang akan mendukung penelitian ini saja.

BAB IV PEMBAHASAN Bentuk Alih Kode dan Campur Kode Bahasa Arab dan Bahasa Jawa dalam Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia pada Film Perempuan Berkalung Sorban Dalam film Perempuan Berkalung Sorban terdapat dua masalah sosiolinguistik yang sering terjadi dalam masyarakat yang multilingual. Dua masalah sosiolinguistik tersebut adalah alih kode dan campur kode antara bahasa Arab dengan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia. Bentuk Alih Kode Bahasa Arab dan Bahasa Jawa dalam Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia pada Film Perempuan Berkalung Sorban Dalam film Perempuan Berkalung Sorban yang berlatar belakang pesantren wajar sekali adanya multilingualisme. Multilingual itu terjadi karena adanya penggunaan tiga bahasa, yaitu bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan bahasa Arab. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya alih kode. Alih kode dalam film Perempuan Berkalung Sorban ini terjadi antara bahasa Arab dengan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia. Dalam film Perempuan Berkalung Sorban ini terdapat dua belas dialog yang menunjukkan adanya alih kode. Dalam film ini terdapat sembilan dialog yang menunjukkan adanya peristiwa alih kode antara bahasa Arab dengan bahasa Indonesia. Dalam dialog-dialog tersebut terjadi peralihan penggunaan bahasa, yaitu dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia atau sebaliknya. Sementara terdapat tiga dialog yang menunjukkan adanya alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa atau sebaliknya. Satu contoh dialog yang menunjukkan adanya alih kode dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. Anisa : Islam nggak adil sama perempuan. Aisyah: Intahbih Nisa. (Jangan bicara sembarangan Nisa.) Laauna wa alai. (Kualat kamu.) Anisa : Terus apa namanya kalau nggak adil? Aisyah: Eh Nis, si Aminah udah taaruf, katanya cowoknya ganteng. Pada contoh di depan Aisyah melakukan alih kode dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Hal ini disesabkan terjadinya perubahan topik pembicaraan. Sementara contoh dialog yang menunjukkan adanya alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa adalah sebagai berikut. Ustad Ali : Ada apa ini?

Syamsudin: Anisa berzinah. Kyai : Nisa? Anisa : Bohong abi. Kyai : Apa buktinya Anisa berzinah? Syamsudin : Takonono karo wong loro kuwi! (Tanyakan pada dua orang itu!) Pada contoh di depan Syamsudin melakukan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Hal itu dikarenakan Syamsudin ingin mengakrabkan diri dengan Kyai karena dia mempunyai maksud tertentu, yaitu ingin menunjukkan bahwa Anisah selingkuh. Bentuk Campur Kode Bahasa arab dan Bahasa Jawa dalam Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia pada Film Perempuan Berkalung Sorban Sama halnya dengan alih kode dalam film Perempuan Berkalung Sorban ini, peristiwa campur kode juga terjadi karena adanya multilingualisme. Campur kode dalam film ini terjadi antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia dengan bahasa Arab. Campur kode dalam film Perempuan Berkalung Sorban ini terdapat dalam dua tataran, yaitu tataran kata dan frasa. Dalam film Perempuan Berkalung Sorban ini terdapat sembilan dialog yang menunjukkan adanya campur kode pada tataran kata. Sementara terdapat dua dialog yang menunjukkan adanya campur kode pada tataran frasa. Berikut satu contoh dialog yang menunjukkan adanya campur kode pada tataran kata. Khudori: Nih minum tehnya. Kamu itu ngetik terus. Anisa : Syukron ya lek. (Terima kasih ya lek.) Pada contoh di depan Anisa melakukan campur kode dengan mengucapkan kata syukron yang berasal dari bahasa Arab yang artinya terima kasih. Satu contoh dialog dari beberapa dialog yang menunjukkan adanya campur kode pada tatarn frasa adalah sebagai berikut. Nyai : Anisa! Anisa: Ya umi, istai qitu. (Ya umi, tunggu sebentar.) Contoh di depan menunjukkan bahwa Anisa melakukan campur kode dengan mengucapkan istai qitu. Hadirnya frasa istai qitu menyebabkan terjadinya campur kode, karena istai qitu merupakan frasa yang berasal dari bahasa Arab yang berarti tunggu sebentar. Faktor Penyebab Terjadinya Alih Kode dan Campur Kode Bahasa Arab dan Bahasa Jawa dalam Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia pada Film Perempuan Berkalung Sorban Adanya alih kode dan campur kode dalam proses berkomunikasi sering kali tidak disadari oleh pelakunya. Alih kode dan campur kode terjadi karena berbagai sebab. Sebab-sebab itu terjadi dari sisi si penutur, lawan tutur, situasi, ataupun adanya pihak lain yang hadir dalam komunikasi tersebut, bahkan sebab tersebut dapat timbul dari topik yang sedang dibicarakan. Faktor Penyebab Terjadinya Alih Kode Bahasa Arab dan Bahasa Jawa dalam Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia pada Film Perempuan Berkalung Sorban Terjadinya suatu peristiwa alih kode terkadang tidak disadari oleh para pelakunya. Tetapi semua peristiwa alih kode tersebut mempunyai sebab-sebab tersendiri. Begitu pula peristiwa alih kode

dalam film Perempuan Berkalung Sorban juga mempunyai beberapa sebab. Faktor penyebab terjadinya alih kode bahasa Arab dan Bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia akan dipaparkan secara rinci sebagai berikut. Pembicara atau penutur ingin lebih akrab dengan lawan tutur Terdapat dua dialog yang menunjukkan alih kode tersebut dilakukan dari faktor pembicara atau penutur. Pembicara atau penutur melakukan alih kode dengan maksud tertentu. Contoh dialog yang menunjukkan alih kode dilakukan karena faktor penutur. Anisa: Ih, umi nggak adil. Nyai : Nis, kowe iku knopo toh? Nglawan terus sama umi sama abi. Pada dialog di depan Nyai melakukan alih kode dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Hal itu dilakukan karena Nyai ingin lebih akrab dengan anaknya, Anisa. Dia mengucapkan kalimat Nis, kowe iku knopo toh? yang merupakan bahasa Jawa yang berarti Nis, kamu itu kenapa sih?. Nyai ingin mendekatkan dirinya dengan Anisa dan bertanya apa yang terjadi pada Anisa. Oleh karena itu, dia lebih memilih menggunakan bahasa Jawa daripada bahasa Indonesia agar terjalin keakraban, sebab Anisa sendiri juga bisa berbahasa Jawa. Contoh dialog kedua yang menunjukkan adanya alih kode dengan sebab penutur adalah sebagai berikut. Ustad Ali : Ada apa ini? Syamsudin: Anisa berzinah. Kyai : Nisa? Anisa : Bohong abi. Kyai : Apa buktinya Anisa berzinah? Syamsudin : Takonono karo wong loro kuwi! Dialog di atas menunjukkan bahwa Syamsudin melakukan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, yaitu dengan mengucapkan Takonono karo wong loro kuwi! yang artinya tanyakan pada dua orang itu! . Hal itu dikarenakan Syamsudin ingin mengakrabkan diri dengan Kyai karena dia mempunyai maksud tertentu, yaitu ingin menunjukkan bahwa Anisah selingkuh. Pembicara atau penutur ingin meredam suasana Selain pembicara atau penutur ingin mengakrabkan diri dengan lawan tutur, alih kode juga dilakukan penutur untuk meredam suasana yang kacau. Kyai : Jangan bawa-bawa Allah! Nyai : Udah-udah ini salah umi. Anisa : Ndak abi ini salah Anisa bukan salah umi. Kyai : Usqoti! Siapa yang mau menitipkan anaknya di pesantren ini? Kyai melakukan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab dengan mengucapkan Usqoti! yang artinya diam. Kyai mengucapkan usqoti untuk meredam suasana antara Anisa dan Nyai yng saling menyalahkan. Kyai mengucapkan bahasa Arab karena Anisa dan Nyai juga mengerti bahasa Arab.

Contoh yang kedua adalah sebagai berikut. Para santri: Rajam, rajam, rajam!!! Nyai : Usqotu, usqotu, usqotu!!! (Diam semua!) Ada apa ini? Kata usqotu yang diucapkan Nyai menunjukkan bahwa Nyai telah melakukan alih kode. Nyai melakukan alih kode dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Dengan menggunakan bahasa Arab, Nyai berharap bisa meredam susana yang kacau. Hal itu dikarenakan semua santri mengerti bahasa arab. Contoh yang ketiga adalah sebagai berikut. Anisa: Orang tahu mana yang benar itu lewat buku. Reza : Itu semua udah ada di kitab Nis. Tidak perlu buku modern. Anisa: Apa yang salah dengan buku modern? Reza : Salah Nis. Nyai : Usqotu! (Diam semua!) Apa kalian tidak bisa bersikap sebagai orang teladan? Dialog tersebut menunjukkan bahwa Nyai telah melakukan alih kode dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Sama halnya dengan contoh kedua Nyai melakukan alih kode juga untuk meredam suasana yang kacau. Anisa dan Reza juga mengerti bahasa Arab yang dikuasai Nyai. Perubahan topik pembicaraan Beralihnya topik pembicaraab juga dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa dialog dalam film Perempuan Berkalung Sorban. Berikut adalah contoh dialog yang menunjukkan adanya alih kode karena perubahan topik pembicaraan. Anisa : Islam nggak adil sama perempuan. Aisyah: Intahbih Nisa. (Jangan bicara sembarangan Nisa.) Laauna wa alai. (Kualat kamu.) Anisa : Terus apa namanya kalau nggak adil? Aisyah: Eh Nis, si Aminah udah taaruf, katanya cowoknya ganteng. Aisyah melakukan alih kode ketika topik pembicaraannya berubah, yaitu dari topik Islam ke topik temannya yang taaruf. Ketika membicaraan tentang Islam dia menggunakan bahasa Arab. Hal ini dilakukan karena Islam identik dengan bahasa Arab. Selain itu Aisyah juga ingin memperhalus katakatanya kepada Anisa dengan menggunakan bahasa Arab. Namun, ketika berbicara tentang temannya yang sedang taaruf Aisyah lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa Arab. Hal ini dikarenakan topik pembicaraannya tidak sepenting saat membicarakan tentang agama. Perubahan situasi pembicaraan dari formal ke informal pun menjadi sebab terjadinya alih kode yang dilakukan Aisyah. Contoh kedua yang menunjukkan adanya alih kode karena perubahan topik pembicaraan juga terdapat pada dialog berikut ini. Ulfa : Ukhti, unqin akhtari kitab staniya? (Mbak, mau pinjam buku lagi dong?) Santri lain: Naam ukhti. (Ya, mbak.) Ulfa : Quratu hadzal kitab staras maroti qouron. (Aku sudah membaca buku ini tiga kali.) Santri lain: Wa ana urid akhtari kitab aidan? (Saya juga mau pinjam mbak.)

Ulfa : Ukhti kenapa kita tidak bangun perpustakaan saja? Anisa : Kenapa kalian tidak menulis sendiri, lalu saling tukar tulisan? Ulfa : Itu sudah sering ukhti. Tolong bilangin kepada ustad Reza untuk membangun perpustakaan. Ulfa dan para santri memilih menggunakan bahasa Arab saat ingin meminjam buku kepada Anisa, tetapi saat berbicara tentang perpustakaan, masalah yang cukup serius di pesantren Al-Huda tersebut Ulfa memilih menggunakan bahasa Indonesia. Peralihan bahasa yang dilakukan Ulfa tersebut termasuk alih kode yang disebabkan oleh beralihnya topik pembicaraan. Topik tersebut beralih dari informal (masalah meminjam buku) ke formal (masalah pembangunan perpustakaan). Contoh ketiga yang nenunjukkan alih kode karena perubahan topik pembicaraan juga terdapat pada dialog Syamsudin. Syamsudin: Yang penting pesantren itu besar. Itu yang diinginkan bapakku. Walau bagaimanapun kita ini tetap saudara, ya tho. Cicilan iku iso dibayar sak durunge akhir bulan, ngunu lho. Soale duwek iku dienggo nggedhekne pesantrene bapakku. Dialog di depan menunjukkan bahwa Syamsudin melakukan alih kode dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia karena perubahan topik pembicaraan, yaitu dari topik pesantren beralih ke topik pembayaran hutang. Pengaruh lawan tutur Terdapat satu dialog yang menunjukkan bahwa alih kode dilakukan dengan sebab pengaruh lawan tutur yang tertuang dalam pembicaraan antara Anisa dengan Ulfa. Anisa: Kalau kalian benar-benar serius mau bikin perpustakaan ana akan bantu. Karena ana akan di sini terus. Tapi ingat jangan ada yang kabur lagi ya! Ulfa : Far akhrojana Kyai kaifa? (Bagaimana kalau Kyai mengeluarkan kami?) Anisa: Kuntu nashiron lakun. (Mbak akan bantu kalian.) Anisa yang pada awalnya menggunakan bahasa Indonesia saat berkomunikasi dengan Ulfa beralih menggunakan bahasa Arab karena terpengaruh oleh Ulfa yang menggunakan bahasa Arab. Hal ini dilakukan Anisa karena dia ingin mengimbangi bahassa yang digunakan Ulfa. Memberi perintah Faktor lain penyebab terjadinya alih kode adalah penutur ingin memberikan perintah kepada lawan tutur. Dalam film Perempuan berkalung Sorban terdapat dua dialog yang menunjukkan bahwa alih kode dilakukan karena penutur ingin memberikan perintah kepada lawan tutur. Dialog pertama yang menunjukkan bahwa alih kode dilakukan karena penutur ingin memberikan perintah kepada lawan tutur ditunjukkan dengan dialog Ustadzah dan Sari. Nyai Syarifah: Sari, kamu baca buku apa? Sari : Ndak Nyi. Nyai Syarifah: Aina kitab! Aina kitab! (Sini bukunya! Sini bukunya!) Untuk memberikan perintah kepada Sari, Nyai Syarifah memberikan perintah dalam bahasa Arab. Berikut dialog kedua yang menunjukkan bahwa alih kode dilakukan untuk memberikan perintah kepada lawan tutur.

Kyai Ali: Astagfirullahaladzim. Satu orang santri ketangkap lagi. Taaluna! Taal! (Bawa masuk! Bawa!) Dialog di depan menunjukkan bahwa Kyai Ali memberikan perintah kepada lawan tutur dengan bahasa Arab. Penegasan Pada film Perempuan Berkalung Sorban alih kode juga dilakukan untuk memberikan penegasan. Hal itu tercermin dari pembicaraan Anisa dan Ulfa. Anisa: Kalian harus buat pesantren nyaman! Ulfa : Tapi ukhti. Anisa: Bantu ukhti melakukan perubahan! Ulfa : Laauna arji ukhti. Ana ura faqot. (Kami tidak mau pulang mbak. Saya mau di sini.) Anisa: Kalian harus pulang. Ulfa : La ukhti. (Tidak mbak.) Ulfa melakukan peralihan bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab untuk menegaskan bahwa dia tidak mau pulang ke pesantren. Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode Bahasa Arab dan Bahasa Jawa dalam Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia pada Film Perempuan Berkalung Sorban Sama halnya dengan alih kode, campur kode pun dilakukan oleh masyarakat yang bilingual atau multilingual. Mereka melakukan pencampuran bahasa untuk memudahkan komunikasi mereka. Pencampuran bahasa itu adalah sebuah peristiwa campur kode. Terjadinya campur kode dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut. Pengaruh pihak kedua Seseorang melakukan campur kode terkadang karena terpengaruh oleh pihak kedua atau lawan bicara. Hal itu seperti tampak pada film Perempuan Berkalung Sorban. Terdapat bebarapa dialog yang menunjukkan bahwa campur kode dilakukan karena pengaruh orang kedua. Nyai : Berapa kali Umi bilang anak perempuan tidak boleh pencilakan. Anisa : Anisa tidak pencilakan. Nyai : Itu namanya pencilakan. Anisa : Itu mas Wildan aja boleh. Nyai : Mereka itu cah lanang gak po-po. Pada dialog di depan tampak bahwa terjadinya campur kode yang dilakukan Anisa karena terpengaruh ibunya dan untuk menyesuaikan diri dengan ibunya sehingga dia ikut mengucapkan kata pencilakan yang merupakan bahasa Jawa. Penutur ingin menasihati lawan tutur Orang tua yang ingin menasehati anaknya terutama orang tua yang berlatar belakang sebagai orang Jawa terkadang menasihati anaknya dengan istilah Jawa. Nasihat itu lebih enak diucapkan apabila menggunakan bahasa Jawa. Dalam film Perempuan Berkalung Sorban ini yang notabene berlatar belakang Jawa, Nyai yang berperan sebagai ibu Anisa juga melakukan hal yang sama. Dia menasehati Anisa dengan bahasa Jawa.

Anisa : Anisa mau naik kuda. Nyai : Jangan bicara sambil makan! Gak ilok. Pada dialog di depan Nyai yang merupakan ibu dari Anisa menasihati Anisa dengan bahasa Jawa dengan mengucapkan frasa gak ilok yang artinya tidak baik. Unsur prestise Seseorang terkadang menganggap satu bahasa lebih tinggi dari bahasa lain. Bahasa tersebut dianggap lebih superior, lebih bergengsi, dan lebih bangga untuk digunakan. Sama seperti yang dilakukan oleh Anisa. Nyai : Anisa... Anisa : Ya Umi, istai qitu. Dialog di atas menunjukkan bahwa Anisa melakukan campur kode dengan menyisipkan frasa istai qitu yang merupakan bahasa Arab dalam komunikasinya dengan bahasa Indonesia. Anisa lebih bangga mengucapkan frasa tunggu sebentar dengan frasa istai qitu yang merupakan bahasa Arab. Pada saat Anisa berbicara dengan suaminya, Khudori dia pun terkadang menggunakan bahasa Arab. Anisa mengganggap bahwa bahasa Arab tersebut lebih bergengsi daripada bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Selain itu, Anisa juga ingin menunjukkan pada Khudori bahwa dia juga menguasai bahasa Arab seperti Khudori. Dialog tersebut adalah sebagai berikut. Khudori : Nih, minum tehnya. Kamu tuh ngetik terus. Anisa : Syukron ya Lek. (Terima kasih ya Lek.) Kata syukron yang diucapkan Anisa mengakibatkan adanya campur kode karena Anisa lebih bangga menggunakan bahasa Arab daripada bahasa Indonesia atau bahasa Jawa. Unsur sapaan Masyarakat bilingual atau multilingual terkadang menyapa lawan bicaranya dengan sapaan dari bahasa lain yang dikuasai. Unsur sapaan terhadap lawan bicara diucapkan dengan menggunakan bahasa yang tidak sama dengan yang digunakannya pada saat berkomunikasi. Hal ini pun terjadi dalam film Perempuan Berkalung Sorban. Terdapat beberapa dialog yang menunjukkan bahwa campur kode itu dilakukan karena penutur ingin menyapa lawan tutur dengan bahasa lain yang dikuasainya. Contoh pertama dialog yang menunjukkan bahwa campur kode dilakukan karena unsur sapaan yang berasal dari bahasa lain. Para santri : Kowe jangan macam-macam! Mau tak hajar kowe? Pengganggu : Ampun Mas. Para santri menyapa pengganggu menggunakan bahasa Jawa, yaitu kowe yang berarti kamu. Kata kowe itu yang menyebabkan terjadinya campur kode.

Sama halnya dengan contoh pertama, contoh berikut juga menunjukkan bahwa campur kode dilakukan karena adanya unsur sapaan yang berasal dari bahasa lain. Kyai : Anakku Mas. Kakak Kyai: Jadi anak sampeyan yang ini toh yang akan menggantikan sampeyan memimpin pesantren ini. Kyai : Insyaallah Mas. Kakak Kyai menyapa Kyai dengan menggunakan bahasa Jawa, yaitu dengan kata sampeyan yang artinya kamu. Penggunaan kata sampeyan tersebut menyebabkan terjadinya campur kode. Selain sapaan dalam bahasa Jawa, dalam film Perempuan Berkalung Sorban ini juga terdapat sapaan dalam bahasa Arab. Terdapat dua dialog yang menunjukkan adanya sapaan dalam bahasa Arab. Para santri : Maaf ukhti , kita baru kali ini kok bolos. Anisa : Bolos? Ulfa : Ya ukhti. Kita Cuma mau beli majalah aja kok. Anisa : Tenang, tenang, ana, juga nggak mau balik ke sana lagi kok. Ulfa : Ukhti... Anisa : Nih dibagiin, ana udah telpon teman ana di Yogya. Dari data (1) dan data (2) terlihat bahwa para santri dan Ulfa menyapa Anisa dengan sebutan ukhti yang berasal dari bahasa Arab. Ukhti tersebut berarti mbak atau kakak. Begitu juga dengan Anisa yang menyebut dirinya dengan kata ana yang merupakan bahasa Arab yang berarti saya. Penutur ingin memaki lawan tutur Seseorang yang ingin memaki orang lain biasanya lebih leluasa jika memaki dengan bahasa ibu mereka, yang mungkin bahasa itu tidak dimengerti oleh lawan tuturnya. Hal ini yang terjadi pada film Perempuan Berkalung Sorban. Para tokoh yang ingin memaki orang lain lebih memilih untuk menggunakan bahasa ibu mereka, yaitu bahasa Jawa untuk mengungkapkan makian itu. Syamsudin memaki Anisa, istrinya sebagai pelacur dengan kata lonte yang merupakan bahasa Jawa. Dengan adanya kata lonte dalam kalimat Syamsudin menyebabkan terjadinya campur kode. Syamsudin : E, lonte, apa? Anisa : Mas, jangan Mas! Lepas Mas, lepasin Mas! Data kedua yang menunjukkan adanya campur kode karena keinginan memaki oleh penutur juga terlihat pada dialog di bawah ini. Syamsudin: Ya, aku mau menjalankan sunnah Rosul. Di Islam menikahi janda itu kan bagus. Wildan : Edan kamu Syam. Ojo kurang ajar! Kata edan yang diucapkan oleh Wildan tersebut merupakan makian yang berarti gila. Wildan lebih leluasa memaki dengan kata edan karena makian itu akan lebih terasa seperti makian yang kasar dibanding dengan menggunakan kata gila. Terbawa kebiasaan rumah Dalam berkomunikasi dengan orang di luar anggota keluarganya, seseorang sering terbiasa berbicara dengan bahasa yang sering dia gubakan di rumah. Begitu pula yang terjadi dengan Anisa dalam film Perempuan Berkalung Sorban. Dia terbiasa menggunakan bahasa Jawa krama saat

berkomunikasi dengan orang tua yang dihormatinya. Saat berbicara dengan dokter yang juga dihormati oleh Anisa, maka Anisa juga terbawa untuk berbicara dengan bahasa Jawa krama. Hal ini ditunjukkan dalam dialog di bawah ini. Dokter : Tuh, tuh, belum ada perubahan tho dari bulan lalu. Rahim kamu itu ada kelainan, bisa menyebabkan keguguran. Anisa : Trus pripun dok? (Trus bagaimana dok?)

BAB V PENUTUP Simpulan Pada film Perempuan Berkalung Sorban ini ditemukan dialog-dialog yang menunjukkan adanya alih kode dan campur kode. Terdapat dua belas dialog yang menunjukkan terjadinya peristiwa alih kode. Alih kode tersebut terjadi antara bahasa Arab dengan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia. Sementara campur kode terdapat dalam dua tataran, yaitu tataran kata dan tataran frasa. Campur kode dalam tataran kata ditunjukkan melalui 11 dialog, dengan rincian 9 dialog yang menunjukkan campur kode dalam tataran kata dan 2 dialog yang menunjukkan campur kode dalam tataran frasa. Faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode dalam film Perempuan Berkalung Sorban adalah pembicara/penutur ingin lebih akrab dengan lawan tutur, pembicara/penutur ingin meredam suasana, perubahan topik pembicaraan, pengaruh lawan tutur, memberi perintah, dan penegasan. Sementara faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode dalam film Perempuan Berkalung Sorban adalah pengaruh pihak kedua, penutur ingin menasihati lawan tutur, unsur prestise, unsur sapaan, penutur ingin memaki lawan tutur, dan pengaruh kebiasaan dari rumah. Saran Alih kode dan campur kode seharusnya digunakan pada kondisi dan situasi yang tepat. Campur kode seharusnya hanya digunakan pada situasi informal saja sementara pada situasi formal seharusnya menggunakan bahasa Indonesia yang baku.

DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul dan Agustina, Leoni. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. http://doeniadevi.wordpress.com/2009/10/20/perihal-alih-kode-code-switching-dan-campur-codecode-mixinginterference-dalam-kedwibahasaan/ (diakses pada tanggal 20 Desember 2010). http://purnamabisnissmart.blogspot.com/ (diakses pada tanggal 20 Desember 2010).

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE BAHASA ARAB

DAN BAHASA JAWA DALAM BERKOMUNIKASI DENGAN BAHASA INDONESIA PADA FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN

Oleh: AFIYAH NUR KAYATI (082074225) FARIDATUS ZULFA (082074206) PB-2008 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DESEMBER 2010 RPP DAN SILABUS SMP VIII

Oleh OKCY NANDA NUGRAHA 082074222 PB-2008 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DESEMBER 2010

Diposkan oleh tentang aku di 21:20 Label: alih kode campur kode 0 komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Catatan Seondeok
Pengikut

Arsip Blog

2011 (4) o Juni (1) Analisis Simbol o Mei (1) Pidato o Maret (2) Novel Bukan Pasar Malam Alih kode campur kode 2010 (4) o Juli (2) artikel populer artikel o Mei (1) resensi harimau-harimau o Maret (1) usaha baruku

Mengenai Saya
tentang aku Lihat profil lengkapku

You might also like