You are on page 1of 8

PENGERTIAN MODEL MENGAJAR

Suatu model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran ataupun setting lainnya. Pada hekekatnya mengajar itu adalah suatu proses di mana pengajar dan murid menciptakan lingkungan yang baik, agar terjadi kegiatan belajar yang berdaya guna. Hal ini dilakukan dengan menata seperangkat nilai-nilai dan kepercayaan yang ikut mewarnai pandangan mereka terhadap realitas sekelilingnya. Tiap model mengajar yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realitas yang sesuai dengan situasi kelas dan macammacam pandangan hidup yang dihasilkan dari kerjasama guru dan murid. Penciptaan modelmodel mengajar ini disadari kepada asumsi bahwa hanya ada model belajar tertentu yang cocok untuk ditangani dengan model mengajar tertentu. Model mengajar yang mewakili berbagai model yang ada : 1. Model Pemrosesan Informasi (The Information Models) Model ini terdiri atas model mengajar yang menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta penggunaan symbol-simbol verbal dan non verbal. Di antara model yang termasuk rumpun ini dijumpai pula model yang menitikberatkan perhatiannya kepada proses siswa memecahkan masalah, ada pula model yang mengutamakan kecakapan intelektual umum. Kadang kala dijumpai model yang menunjukan interaksi sosial dan hubungan antar pribadi serta perkembangan kepribadian murid yang terintegrasi dan fungsional. Model ini memfokuskan perhatian kepada aktivitas yang membina keterampilan (skill) dan isi (content) pengajaran yang disampaikan kepada siswa. 2. Model Pribadi

Rumpun model mengajar pribadi terdiri atas model mengajar yang berorientasi kepada perkembangan diri individu. Penekanannya lebih diutamakan kepada proses yang membantu individu dalam membentuk dan mengorganisasikan realita yang unik. Model ini lebih banyak memperhatikan kehidupan emosional siswa. Dengan demikian usaha pengajaran lebih bersifat menolong siswa dalam mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Siswa, dengan model mengajar itu diharapkan dapat melihat diri mereka sebagai pribadi yang berada dalam suatu kelmpok dan cukup mempunyai kecakapan (capable). Dengan demikian ia dapat menghasilkan hubungan inter-personal yang cukup kaya. Model ini mengutamakan hubungan antar pribadi, pertumbuhan siswa yang dihasilkan dengan aktivitas mengajar. 3. Model Interaksi Sosial Rumpun model mengajar Interaksi Sosial ini mengutamakan hubungan individu dengan masyakat atau orang lain, dan memusatkan perhatiannya kepada proses di mana realita yang ada dipandang sebagai suatu negoisasi sosial (social negotiated), konsekuensi dari model-model mengajar rumpun ini menyebabkan prioritas uatamanya diletakkan kepada kecakapann individu dalam berhubungan dengan orang lain. Individu dihadapkan kepada situasi yang cukup demokratis dan dapat bekerja lebih produktif dalam masyarakat. Model ini lebih menitikberatkan perhatiannya kepada energi kelompok dan proses interaksi yang terjadi dalam kelompok. 4. Model perilaku Rumpun model perilaku ini dibangun atas dasar teori yang umum, yaitu kerangka teori peilaku. Salah satu ciri dari rumpun model mengajar ini ialah adanya kcenderungan memecahkan tugas belajar kepada sejumlah perilaku yang kecil-kecil dan berurutan. Belajar tidak dipandang sebagai suatu yang menyeluruh, akan tetapi diuraikan dalam langkah-langkah yang konkrit dan dapat diamati. Mengajar tak lebih dari mengusahakan terjadinya perbuatan dalam perilaku siswa, dan perubahan ini haruslah yang dapat diamati.

Model-model mengajar rumpun ini meliputi teori belajar, teori belajar sosial, pengubahan perilaku dan terapi perilaku dan lebih mengutamakan perubahan perilaku yang spesifik.

Hal-hal yang menyebabkan hasil pengajaran bahasa Indonesia kurang memuaskan adalah sebagai berikut : 1. Guru Bahasa Indonesia belum mendapat gemblengan yang cukup. 2. Sikap guru-guru mata pelajaran lain kurang membantu tugas guru Bahasa Indonesia. 3. Guru Bahasa Indonesia belum mempunyai pegangan tentang bahan yan konkrit dan seragam yang harus diajarkan karena sampai sekarang belum ada bahasa standar yang harus dijadikan pegangan dasar di sekolah-sekolah. 4. Pengaruh pemakaian bahasa daerah dalam masyarakat sangat kuat. 5. Buku pegangan guru maupun buku pegangan murid mencukupi, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

CARA PENDIDIKAN
Semua guru akan setuju bahwa fungsi sekolah tidak hanya sebagai tempat menambah pengetahuan saja. Sekolah bukan tempat belajar saja tetapi tempat pendidikan. Itu berarti guru yang baik bukan mengisi muridnya dengan pengetahuan saja tetapi mencoba mendidik muridnya sehingga ia menjadi manusia yang baik. Atau dalam bahasa ilmu jiwa pendidikan: Guru harus menyatakan baik tujuan pendidikan kognitif dan psikomotorik maupun tujuan pendidikan afektif. Kurt Lewin membedakan tiga macam cara dalam pendidikan, yaitu:

1. Autoriter atau autokratis Ciri-ciri autoriter, yaitu banyak pemaksaan dan pemeriksaan, murid kurang

berinisiatif sendiri, dan kurang bertanggung jawab. 2. Sosialintegratif (kooperatif, demokratis) Ciri-ciri sosialintegratif, yaitu: muridbanyak berinisiatif dan bertanggung jawab, pemeriksaan hanya sejauh yang diperlukan. 3. Laissez-faire (bahasa Perancis artinya biarlah sendiri). Ciri dari laissez-faire yaitu tidak ada pemaksaan dan pemeriksaan sama sekali

Menurut Kurt Lewin hasil pendidikan yang paling baik dicapai dengan cara belajar sosiliantegratif. Murid belajar bekerja sendiri, guru member dorongan pikiran dan bantuan saja. Murid belajar berdiskusi dan bekerja sama sehingga sekaligus mereka melatih tingkah laku demokratis. Pada cara pendidikan autoriter, ketergantungan pada guru sangat besar. Hasil pelajaran menurun karena kebencian dan agresi dalam kelas. Pemaksaan yang besar ini menghasilkan ketidakmauan dan agresi. Pada cara laissez-faire, guru hanya membimbing murid sedikit mungkin, mereka diperbolehkan melakukan hamper semua hal. Hasilnya murid tanpa pemimpin, murid yang lemah diteror oleh murid yang kuat. Dalam kelas terjadi kelompok-kelompok sehingga seluruh kelas pecah. Guru yang baik garus menghasilkan keseimbangan antara pemaksaan dan kebebasan. Ia harus membimbing muridnya tetapi tidak terlalu berat, sehingga murid bisa berkembang sebagai tokoh yang dapat berdiri sendiri dan yang bisa menerima pertanggungjawaban.

METODE BELAJAR-MENGAJAR
Guru yang baik bukan mengajar dengan satu metode saja. Ia mampu memakai cara mengajar yang paling cocok untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Metode belajar-mengajar yang sering dipakai di sekolah, yaitu:

1. Tanya jawab Metode tanya jawab adalah metode yang paling sering digunakan di sekolah dan terbukti sebagai metode yang sangat berguna. Metode ini adalah metode mengajar, bukan metode mengetesatau menguji pelajaran yang lalu. Dalam prosesnya pertanyaan guru adalah salah satu unsur pengajaran yang menentukan berhasil atau gagalnya pelajaran. Jika guru menguasai cara bertanya dengan baik, maka guru tersebut mempunyai kemampuan yang sangat penting untuk mengajar dan mendidik murid. Dengan pertanyaan guru, kemampuan berpikir murid dapat berkembang. Pemecahan masalah yang diarahkan oleh guru akan dicari bersama-sama oleh murid dan guru. Guru membimbing murid dengan pertanyaannya pada jalan yang betul dan murid mendekati dengan jawaban, sampai masalah dipecahkan, sehingga tujuan pelajaran dicapai. Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan mengunakan metode tanya jawab: Dengan pertanyaan guru, murid didorong untuk berpikir sehingga dapat merangsang keaktifan . Murid mempelajari cara memecahkan masalah Setiap waktu guru bisa mengetahui apakah murid masih bisa mengikuti pelajaran. Jika murid tidak bisa menjawab pertanyaan, guru harus bertanya sekali lagi pada tingkat yang lebih rendah. Sedangkan kelemahannya, yaitu murid kurang bebas dalam belajar, sebab jalan berpikirnya ditentukan oleh pertanyaan guru.

2. Kerja kelompok Metode seperti ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kerja kelompok yang sama dan kerja kelompok yang berbeda. Murid yang belum dibiasakan kerja dalam kelompok, biasanya dibimbing mulai dengan cara kerja kelompok yang sama. Tiap kelompok diberi soal yang sama dan tidak begitu sukar, sehingga soal itu dapat diselesaikan oleh hampir setiap murid. Keuntungan yang didapat, yaitu: persiapan

guru mudah; jika hasilnya tergolong kurang maka bisa dilengkapi dalam diskusi kelas; antara kelompok-kelompok terjadi semacam kompetisi sehingga tiap kelompok menginginkan hasil yang terbaik. Kerugiannya, pada waktu tiap kelompok mengemukakan hasil kerjanya di kelas, hasil kelompok-kelompok itu mirip atau sama. Murid dari satu kelompok yang harus mendengarkan hasil kelompok lain yang hamper sama menjadi bosan dan mungkin mulai rebut. Murid yang telah dibiasakan bekerja kelompok, boleh diberi tugas yang berbeda. Satu masalah besar dibagi dalam masalah-masalah kecil dan diberikan kepada sejumlah kelompok. Tiap kelompok membicarakan satu bagian dari masalah besar itu.hasil pekerjaan kelompok-kelompok disatukan dalam diskusi kelas untuk memecahkan masalah itu. Tapi untuk melaksanakan cara seperti ini, baik guru maupun murid perlu banyak pengalaman dalam kerja kelompok. Murid yang terbiasa dengan metode ini, secara pelan-pelan ia mampu bekerja pada tingkat yang paling susah, yaitu kerja kelompok yang tugasnya dibagikan.

3. Diskusi kelas Tujuan utama metode diskusi kelas adalah murid harus belajar untuk mengembangkan pendapatnya. Di sini guru hanya berperan sebagai pemimpin saja, sehingga tidak ikut memasukkan pendaptnya dalam diskusi. Guru hanya mengarahkan, mengawasi bahwa semua mrid ikut, terutama murid-murid yang biasanya sedikit takut. Pada metode diskusi kelas yang sempurna, bukan mata pelajaran yang terpenting. Oleh karena itu metode ini kurang berharga untuk mempelajari sebuah mata pelajaran baru. Tetapi metode ini sangat berharga untuk memperdalam, menghayati, untuk belajar cara berdiskusi, untuk memberikan kesempatan kepada semua murid mengemukakan pendapatnya, yang mungkin berlawanan dengan anggapan guru; untuk belajar toleran terhadap anggapan murid lain yang mungkin berlawanan dengan anggapan sendiri; untuk belajar meyakinkan orang lain. Pada dasarnya kebanyakan tujuan metode ini adalah berdimensi aktif. Tujuan afektif dalam pengajaran sering kali kurang diperhatikan. Maka metode ini

adalah salah satu kemungkinan yang baik untuk tujuan intruksional yang berdimensi aktif.

4. Ceramah Ceramah adalah suatu metode yang masih sering digunakan di sekolah, bahkan dijadikan sebagi metode utama. Tapi guru yang baik sudah yakin bahwa itu berbahaya. Sebab murid yang diajar dengan metode ini saja, kemungkinan menjadi murid yang pasif. Manusia pasif bukan hasil pendidikan guru yang baik. Lain halnya jika guru semata-mata mau menjelaskan atau memberi tahu sesuatu kepada murid, yang tidak usah diajarkan secara tanya jawab atau kerja kelompok, maka metode ini boleh dipakai.

5. Mengerjakan tugas sendiri Metode ini sering digunakan untuk melatih mata pelajaran. Sesudah isi pelajaran dipelajari, guru bersama murid memecahkan sebuah persoalan dengan menggunakan hasil pelajaran baru. Kemudian murid sendiri (atau dalam kelompok) melatih hasil pelajaran baru dengan soal-soal. Pada kerja sendiri ini murid ragu-ragu apakah ia mengerti pelajaran baru atau tidak. Bimbinglah supaya murid berani bertanya kepada kawannya, kalau ia masih merasa perlu keterangan untuk memecahkan masalah/soal-soal pada kerja sendiri itu. Karena murid yang mungkin kurang mengerti pelajaran sering kali tajut untuk bertanya kepada guru. Maka kalau ia bertanya kepada temannyadan masih tidak mengerti, ia akan berani bertanya kepada guru. Pada waktu murid bekerja sendiri, tugas guru adalah berpindah-pindah dari murid yang satu ke murid yang lain untuk membantunya. Unit-unit berikut dalam buku ini tidak memaparkan metode penemuan sampai sekecil-kecilnya. Dipaparkan perihal pengajuan pertanyaan secara efektif, yang merupakan bagian integral dari penemuan terpimpin dan beberapa unsur penting mengenai penyajian serta partisipasi. Cara-cara pendekatan penemuan yang

terlampau bebas tidak disinggung karena lebih mirip denan konseling non-direktif dan latihan T-grup. Mahasiswa yang berminat pada penggunaan teknik-teknik seperti ini di dalam kelas sebaiknya mencari petunjuk pada uraian Grainger (1970) tentang anda dapat mengatakan yang anda sukai dan hampir hanya melakukan apa yang anda sukai dan buku teks Simon Stuart (1969) tentang mengajar bahasa Inggris. Sejauh ini telah metode-metode mengajar. Masing-masing metode

mempunyai untung ruginya. Oleh sebab itu sebaiknya anda memilih kombinasi metode-metode yang sesuai dengan tujuan-tujuan pengajaran anda, dengan para murid tertentu yang sedang diajar, bila sedang mempraktekkan pengajaran mikro. Penemuan terpimpin merupakan alat yang tidak cocok untuk menjelaskan, dan demonstrasi merupakan alat yang tidak cocok untuk mempraktekan teknik-teknik penguatan (reinforcement). Kelompok variabel berikut dapat disebut gaya-gaya mengajar. Variabelvariabel ini merupakan cara-cara guru menggunakan metode-metode mengajar. Dan variabel-variabel ini mungkin sama pentingnya dengan metode-metode itu sendiri. Mungkin saja untuk memberikan ceramah, diskusi dan menggunakan metode penemuan terpimpin diusahakan secara hidup, ramah dan teratur. Masing-masing metode ini dapat pula digunakan secara bodoh, membosankan, dingin, dan menciptakan permusuhan. Gaya-gaya mengajar yang berbeda-beda ini akan menyebabkan terjadinya suasana sosioemosional yang berbeda pula. Unit berikut mengemukakan beberapa contoh. Pengertian mengajar yang baik (lihat pada bagian I), biasanya mengandung pelaksanaan hubungan-hubungan demokratis dan ramah. Dalam praktek, hal ini mungkin tidak mudah tercapai. Murid-murid mungkin dapat menangkap maksud dan harapan para gurunya. Mungkin hal ini lebih dipengaruhi oleh kesesuaian antara usaha pendekatan mengajar pertama dengan harapan murid. Hal ini dapat meliputi penggunaan strategi-strategi dan gaya-gaya yang berpusat pada kewenangan. Sifat kelakuan akan kelihatan jika dilakukan secara kurang lancar.

You might also like