You are on page 1of 27

1

MODEL PENDIDIKAN KELAS AWAL DI SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH

Oleh

Dra. Tedjawati

Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional Jakarta, 2008

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang, Masalah, Tujuan, dan Metode

Pendidikan dasar dilaksanakan sebagai upaya untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Upaya tersebut perlu dilakukan sejak dini yaitu kelas 1, 2, dan 3 (usia sekitar 6-9 tahun).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 mengenai Standar Isi menyatakan bahwa kurikulum SD kelas 1, 2, dan 3 menggunakan pendekatan tematik. Pembelajaran dengan pendekatan tematik mengandung unsur keaktifan siswa dalam mengeksplorasi pengetahuan dari berbagai mata pelajaran yang berhubungan dengan berbagai aspek dalam lingkungannya. Kegiatan pembelajaran tersebut akan mengarahkan peserta didik untuk mendapatkan kemampuan untuk menyusun dan mengingat berbagai hubungan dalam memecahkan masalah.

Belajar, 3 prinsip: (i) intelegensi merupakan fungsi dari pengalaman; (ii) belajar merupakan hubungan yang tidak terpisahkan antara otak dan badan; dan (iii) adanya kecerdasan jamak atau kecerdasan untuk memecahkan masalah dan atau menghasilkan produk.

Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP), pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreaktivitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari penyelenggaraan pendidikan. Kegiatan pembelajaran mengarah pada RPP. Kegiatan pembelajaran selama ini: 1) Dilakukan dengan lebih menekankan pada kegiatan mengajar; 2) mengabaikan potensi yang ada pada peserta didik; 3) kurang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk kegiatan eksplorasi dan eksperimen; 4) kurang memperhatikan/memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan kemampuan berpikir logis dan memanipulasi simbol-simbol secara sistematis dengan menggunakan benda-benda konkrit; dan 5) potensi lingkungan siswa, baik di sekolah maupun rumah, kurang mendapat perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Teori konstruktivisme yang sesuai dengan prinsip tersebut. Dengan permasalahan pada pembelajaran tersebut, Puslitjaknov memandang perlu adanya panduan pembelajaran tematik bagi guru, yang dikembangkan dengan teori konstruktivisme dan kecerdasan jamak yang dimiliki anak. Panduan tersebut sangat berguna bagi: 1) guru dalam menyusun RPP (harian) tematik yang sesuai dengan KTSP; dan 2) mengembangkan potensi peserta didik.

B. Tujuan

Tujuan pengembangan ini adalah menghasilkan model pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada proses pembelajaran berdasarkan pengalaman siswa sendiri, melalui interaksi dengan obyek, fenomena, dan lingkungannya, serta mengembangkan kecerdasan jamak peserta didik yang menghasilkan: Model rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tematis dengan menggunakan teori konstruktivisme dan pengembangan kecerdasan jamak. Panduan bagi guru untuk menyusun RPP berdasarkan dengan teori konstruktivisme dan pengembangan kecerdasan jamak peserta didik yang dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran. Contoh RPP tematik dengan teori konstruktivisme dan pengembangan kecerdasan jamak.

C. Disain

1. Disain pengembangan model ini adalah panduan bagi guru untuk menyusun RPP pembelajaran 2. Sasaran adalah pendidik dan peserta didik di kelas 1, 2, dan 3 SD 3. Pengembangan model dilaksanakan melalui beberapa tahapan yang meliputi: 1) penyusunan model rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) termasuk panduan RPP bagi guru dan contoh RPP terlebih dahulu kemudian, 2) melakukan perintisan model yang terdiri dari 3 tahap (adopsi, adaptasi, dan penyusunan RPP sendiri) yang hasilnya digunakan untuk 3) menyempurnakan model pelaksanaan pembelajaran tersebut. Tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat pada bagan berikut:

Penyusunan: 1. Model RPP 2. Panduan RPP 3. Contoh RPP

Perintisan: 1. Adopsi 2. Adaptasi 3. Penyusunan RPP oleh guru sendiri

Penyempurnaan: 1. Model RPP 2. Panduan RPP 3. Contoh RPP

Gambar 1. Tahap pengembangan model

II. KAJIAN TEORI

Untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menggambarkan penjabaran standar proses pada SNP dan pengembangan potensi peserta didik, maka landasan teori yang digunakan adalah:

A. Perkembangan anak di kelas 1, 2, dan 3 SD

Perkembangan otak anak sangat dipengaruhi oleh rangsangan dari orang-orang di sekitarnya, termasuk guru dan teman-teman di sekolah. Rangsangan yang tepat akan meningkatkan jumlah syaraf yang akan saling menyambung dengan cepat. Oleh karena itu pendidikan awal di kelas 1, 2, dan 3, perlu memperhatikan faktor tersebut agar syaraf pada otak menyambung secara maksimal. Menurut Piaget, tokoh psikologi perkembangan dan sekaligus tokoh konstruktivisme menyatakan bahwa anak-anak yang berusia sekitar 10 tahun baru mampu berpikir kongrit, belum mampu berpikir abstrak, sehingga layanan pendidikan bagi peserta didik di kelas 1, 2, dan 3 harus mempertimbangkan faktor tersebut sebagai dasar untuk menguasai kompetensi dasar di kelas selanjutnya, yang sudah menggunakan berpikir abstrak.

B. Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan sebuah pendekatan dalam pembelajaran berdasarkan keyakinan bahwa belajar merupakan hasil dari pembentukan (konstruksi) pengetahuan yang berlangsung dalam otak dengan cara membangun aturan-aturan dan model-model mental, yang bersifat individual, untuk memahami pengalamanpengalamannya. Selanjutnya, belajar merupakan proses penyesuaian dari modelmodel mental untuk mengakomodasi pengalaman baru.

Dalam penyusunan kegiatan pembelajaran di kelas, baik kegiatan guru maupun kegiatan siswa digunakan lima tahap kegiatan pembelajaran dalam

konstruktivisme yang merupakan adaptasi dari model The Biological Science Curriculum Study (BSCS) yang dikembangkan oleh ......................... Kelima tahap kegitan tersebut yaitu engage (pelibatan), explore (eksplorasi), explain (penjelasan), elaborate (elaborasi), dan evaluate (evaluasi).

1. Pelibatan (to engage) Pada tahap ini siswa menghadapi dan mengidentifikasi tugas-tugas pembelajaran. Mereka mengaitkan pengalaman belajar yang sudah

dilakukannya dengan pengetahuan dan pengalaman belajar saat ini. Contoh: Garam adalah benda padat, tetapi bila kena air akan mencair. Anak akan menyimpan garam di tempat yang tidak dekat dengan air supaya tidak larut.

Mengingat proses pembelajaran siswa tersebut maka peran guru pada tahap ini adalah sebagai berikut. Merencanakan kegiatan-kegiatan secara terorganisir Mendorong siswa untuk menafsirkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman Memberikan berfikir anak Menciptakan situasi problematis Memfokuskan siswa terhadap tugas-tugas instruksional pertanyaan-pertanyaan yang merangsang kemampuan

2. Eksplorasi (to explore) Pada tahap ini siswa terlibat dengan benda-benda (materials) dan gejala (phenomena) sehingga mereka mempunyai pengalaman yang bersifat mendasar dan langsung, khususnya pengalaman yang berkenaan dengan gejala (phenomena). Contoh:

tanaman memerlukan sinar matahari untuk fotosintensis. Maka anak-anak meletakkan tanaman yang ditanam di dalam pot pada tempat yang terkena sinar matahari;

tanaman memerlukan air supaya dapat tetap hidup maka anak akan menyiram tanamannya setiap hari supaya tidak mati.

Pada tahap ini, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok sehingga mereka memiliki pengalaman yang akan menjadi dasar dalam proses berbagi pengalaman dan berkomunikasi. Selain itu siswa: Menggunakan penyelidikan untuk mencari dan menyelidiki; untuk memuaskan keinginan tahuannya tentang konsep/topik yang dipilih Berpikir dengan bebas tetapi masih dalam batas kegiatan Mengetes prediksi dan hipotesa Membentuk prediksi dan hipotesa baru Mencoba dengan alternatif dan diskusi dengan yang lain Mencatat pengamatan dan ide-ide Menggantungkan keputusan-keputusan

Berdasarkan pada tahap pembelajaran ini maka sebaiknya guru bertindak sebagai fasilitator, menyediakan bahan-bahan belajar yang diperlukan, dan membimbing siswa untuk memusatkan perhatiannya dalam kegiatan. Guru membantu siswa melaksanakan proses penyelidikan (inquiri). Selain itu guru: Menganjurkan siswa bekerjasama minimal dengan supervisi Mengamati dan mendengarkan siswa Menanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan penyelidikan secara tidak langsung ketika dibutuhkan Meluangkan waktu pada siswa apabila dalam bekerja menghadapi permasalahan Bertindak sebagai fasilitator

3. Penjelasan (to explain) Pada tahap ini siswa mulai mendapat pengalaman menyusun ringkasan dalam bentuk yang komunikatif. Bahasa sebagai alat komunikasi dapat menimbulkan motivasi untuk menulis urutan-urutan kejadian dalam satu tata urutan yang logis. Komunikasi akan tampak diantara siswa dan guru. Siswa bekerja dalam kelompok, dengan demikian setiap siswa dapat menyampaikan dukungan atau penolakan terhadap pendapat siswa lain pada saat ia menyampaikan hasil observasi, pendapat, pertanyaan, dan hipotesanya. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyusun label-label yang komunikatif ketika anak menyusun ringkasan akan memberikan makna ketika siswa saling berbagi pada saat penyusunan abstrak tersebut. Mengingat tahapan pembelajaran siswa tersebut maka peran guru pada tahap ini adalah sebagai berikut. Memberi penjelasan terhadap penemuan dan kejadian-kejadian yang dialami siswa, dengan menggunakan nama-nama/kata-kata yang

berhubungan dengan hal-hal yang bersifat historis dan bahasa yang standard. Contoh: seorang anak melalui eksplorasinya akan mengatakan bahwa magnet cenderung untuk melekat pada obyek logam tertentu. Guru, dalam diskusinya dengan anak, dan sesuai dengan tahap perkembangan anak, dapat memperkenalkan istilah gaya tarik. Memperkenalkan label pada anak akan lebih bermakna setelah anak memiliki pengalaman langsung daripada sebelum anak memilikinya. Pada tahap ini guru dapat menentukan tingkat pemahaman siswa dan kesalahpahaman yang terjadi pada siswa. Menulis, menggambar, merekam dengan video adalah bentuk-bentuk komunikasi yang dapat merekam perkembangan anak, kemajuan dan pertumbuhannya.

4. Mengelaborasi (to elaborate) Pada tahap ini siswa menggunakan konsep yang telah dipelajari, menghubungkannya dengan konsep yang lain dan mengaplikasikan

pemahaman tersebut ke dalam lingkungannya. Penerapan dalam kehidupan sehari-hari misalnya: (i) dimana posisi yang tepat menanam bunga agar mereka menerima cahaya paling banyak pada siang hari, atau (ii) dimana posisi yang tepat memasang payung pantai agar orang terhindar dari sinar matahari. Kedua contoh tersebut merupakan aplikasi dari konsep bahwa cahaya memiliki pola bergerak lurus. Berdasar tahap pembelajaran siswa tersebut maka peran guru adalah memberi penugasan kepada anak untuk mengekplorasi fenomena cahaya, agar mereka dapat membangun sebuah pemahaman dari pola perjalanan cahaya di udara.

5. Menilai (to evaluate) Tahap ini merupakan proses diagnostik sehingga pada tahap ini guru dapat nenentukan apakah siswa telah memperoleh pemahaman tentang konsep dan pengetahuan yang seharusnya dimiliki. Evaluasi dan penilaian dapat dilakukan sepanjang proses pembelajaran.

C. Pengembangan Kecerdasan Jamak

Seperti telah diketahui bersama, bahwa potensi peserta didik meliputi beberapa kecerdasan, Gardner (Gardner sebagaimana dikutip oleh Colin Rose, 2007) mengemukakan ada paling tidak 8 kecerdasan yang dimiliki manusia yaitu cerdas berbahasa (verbal/linguistik), cerdas matematika & logika (matematislogis), cerdas dalam hal kepekaan ruang (visual-spasial), cerdas musik (musical), cerdas alam (natural), cerdas bergaul/sosial (interpersonal), cerdas diri (intrapersonal), dan cerdas fisik (kinestetik). Pada perkembangan lebih lanjut menurut ahli psikologi ke 8 kecerdasan tersebut mengalami penambahan tiga

10

kecerdasan yaitu menjadi 11 kecerdasan, tiga kecerdasan tambahan cerdas spiritual, cerdas eksistensial (exixtential), dan cerdas moralis (moralist).

11

III. PENGEMBANGAN MODEL

A. Penyusunan model pembelajaran tematik dengan teori konstruktivisme dan pengembangan kecerdasan jamak

Model ini dikembangkan dengan kerangka Contexts Input-Process-OutputOutcome (CIPOO). Input terdiri atas raw input (masukan mentah, yaitu peserta didik) dan instrumental input (masukan pendukung). Masukan mentah meliputi peserta didik di kelas I, II, dan III SD/MI. Masukan tambahan meliputi segala masukan pendukung guru, kurikulum, RPP, yang digunakan dalam rangka memproses raw input menjadi output. Process adalah kegiatan pembelajaran tematik dengan teori konstruktivisme dan pengembangan kecerdasan jamak (multiple intellegence). Output (hasil jangka pendek) adalah tersusunnya pedoman penyelenggaraan yang melibatkan interaksi dari raw input dan instrument input pada kegiatan pembelajaran bagi pendidik dan peserta didik kelas 1, 2, dan 3 yang berisi model-model rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang menggunakan kurikulum tematik, teori konstruktivisme dan pengembangan kecerdasan jamak. Outcome atau hasil jangka panjang adalah ditetapkannya model ini sebagai salah satu model pembelajaran yang melengkapi model-model yang sudah ada di sekolah.

Di dalam kegiatan pembelajaran pendidikan kelas awal yang menitikberatkan pada pembelajaran tematik dengan menggunakan teori konstruktivisme dan pengembangan kecerdasan jamak (multiple intellegence), dilakukan kegiatankegiatan yang merupakan pelaksanaan dari tahapan-tahapan pembelajaran tematik yang meliputi 5 tahapan kegiatan ini telah tercermin dari RPP yang disusun oleh guru. Selain melakukan kegiatan pembelajaran melalui 5 tahapan, guru selanjutnya melaksanakan pengembangan potensi kecerdasan jamak pada anak. Pengembangan potensi anak tersebut juga selalu tercermin dari RPP yang disusun oleh guru. Berdasarkan proses kegiatan pembelajaran di atas, akan dihasilkan peningkatan prestasi belajar siswa dan kemampuan memecahkan masalah.

12

Raw Input: Peserta didik Kelas I, II, dan III SD/MI KBM tematik sesuai silabus & RPP untuk mengembangkan kecerdasan jamak dengan pendekatan konstruktivisme 1. pelibatan, 2. eksplorasi, 3. penjelasan, 4. elaborasi, dan 5. evaluasi 1. Prestasi belajar meningkat 2. Peserta didik mampu memecahkan masalah

Instrumental Input: 1. Guru kelas 2. KTSP: s.d. silabus & panduan & contoh RPP 3. Sarana & prasarana penunjang pembelajaran (media, alat peraga, lingkungan)

Input

Proses

Output

Gambar 2. Model pembelajaran tematik dengan teori konstruktivisme dan pengembangan kecerdasan jamak

A.1. Proses Penyusunan Panduan Bagi Guru

1. Model pengembangan pembelajaran tematik yang dikembangkan sesuai dengan silabus dan RPP untuk mengembangkan kecerdasan jamak dengan pendekatan konstruktivisme. Ada 5 tahap konstruktivisme yaitu pelibatan, eksplorasi, penjelasan, elaborasi, dan evaluasi.

2. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih bermakna kepada siswa.

13

3. Pemaduan materi pembelajaran dalam tema mempertimbangkan: Urutan tingkat kesulitan: termudah ke tingkat tersulit Urutan tingkat kesederhanaan: sederhana ke tingkat kompleks Urutan kemudahan pemahaman oleh anak: kongkrit ke abstrak Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir siswa Lingkup tema disesuaikan usia dan perkembangan siswa
Pendekatan konstruktivisme 1. pelibatan, 4. elaborasi 2. eksplorasi, 5. evaluasi 3. penjelasan,

Tema

Tema
Topik Fakta/ Indikator

Pengembangan Kecerdasan Jamak: 1. Kecerdasan Berbahasa (Verbal/Linguistik Intelegence) 2. Kecerdasan Musik (Musikal/Ritme Intelegence) 3. Kecerdasan Matematika (Logical/Mathematis Intelegence) 4. Kecerdasan Dalam hal Kepekaan Ruang (Visual/Spasial Intelegence) 5. Kecerdasan Fisik/Jasmaniah (Kinestetis Intelegence) 6. Kecerdasan Diri (Intrapersonal Intelegence) 7. Kecerdasan Bergaul/Sosial (Interpersonal Intelegence) 8. Kecerdasan Alam (Naturalis Intelegence) 9. Kecerdasan Spiritual (Spiritual Intelegence) 10 Kecerdasan Eksistensial (Existential Intelegence) 11 Kecerdasan Moralis (Morale Intelegence)

Gambar 3. Proses pembelajaran

14

A.2. Panduan Penyusunan RPP tematik bagi guru berdasarkan teori konstruktivisme dan pengembangan kecerdasan jamak

Langkah-langkah dalam penyusunan RPP tematik berdasarkan teori konstruktivisme dan pengembangan kecerdasan jamak:

a. Penentuan tema Tema memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat menggabungkan informasi dengan topik dalam rangkaian pengalaman manusia. Merencanakan kurikulum dalam lingkup tema memberikan kesempatan untuk melibatkan siswa dalam mensyukuri kehidupan, percakapan mengenai makna hidup sebagai seorang manusia, dan kerjasama dalam memahami seluk beluk kehidupan bersama gurunya.

b. Penyusunan program pembelajaran semester Setiap tema dialokasikan waktu berapa lama akan dipelajari siswa sehingga dalam satu semester waktu pembelajaran dapat digunakan secara efektif. Untuk itu guru harus menghitung minggu efektif dalam satu semester berdasarkan Kalender pendidikan yang ditetapkan Depdiknas.

c. Penyusuan program pembelajaran mingguan Setelah program pembelajaran semesteran disusun, perlu disusun program pembelajaran mingguan. Berdasarkan Program Pembelajaran Semesteran yang meliputi tema-tema yang telah disusun dan alokasi waktu dari setiap tema tersebut yang sudah terlihat dalam mingguan, dan Jaring-jaring Tema, guru menyusun indikator dari KD setiap mata pelajaran. Selanjutnya, guru mendistribusikan indikator dari masing-masing KD per mata pelajaran ke dalam kegiatan pembelajaran harian selama satu minggu.

15

d. Penyusunan program pembelajaran harian menggunakan 5 tahap pembelajaran teori konstruktivisme dan pengembangan kecerdasan jamak. Program Pembelajaran Harian yang biasa disebut dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan penjabaran operasional dari Program Pembelajaran Semesteran dan Mingguan. RPP inilah yang menjadi pegangan guru dalam melaksanaan kegiatan pembelajaran sehari-hari karena dalam RPP inilah dapat diketahui bagaimana SK-KD dijabarkan dalam berbagai bentuk kegiatan pembelajaran.

RPP disusun dalam bentuk tabel dalam format mendatar sehingga penggunaan tahap-tahap pada kegiatan pembelajaran yang mengacu pada teori konstruktivisme dan kecerdasan jamak dapat terlihat dengan jelas. Dalam penyusunannya di dalam RPP, setiap indikator disusun sejajar dengan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan guru agar terlihat dengan gamblang kegiatan pencapaian indikator tersebut.

Komponen RPP tematik a. kelas, tema dan topik, waktu, pertemuan, tanggal pelaksanaan, b. indikator pencapaian kompetensi, materi pokok, c. kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa, kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru, d. alokasi waktu, e. pendekatan konstruktivisme yg digunakan, pengembangan komponen kecerdasan jamak yang dilakukan , f. penilaian, sumber, alat, dan media.

Contoh RPP tematik bagi guru berdasarkan teori konstruktivisme dan pengembangan kecerdasan jamak

16

17

18

Disusun berdasarkan Panduan Guru dalam Penyusunan RPP dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dnegan panduan tersebut: a. Contoh RPP di kelas 1 b. Contoh RPP kelas 2 c. Contoh RPP kelas 3

B. Perintisan Model

Model yang telah disusun Tim Pengembang diujicobakan oleh guru di kelas. Ujicoba atau perintisan model ditujukan untuk mengetahui kelemahan model konseptual yang telah dikembangkan agar selanjutnya model dapat diperbaiki sehingga model yang diserahkan kepada penggunan betul-betul merupakan model yang handal. Dalam perintisan model ini seharusnya Tim pengembang mendampingi guru pelaksana perintisan selama perintisan dilaksanakan . Dalam hal Tim pengembang tidak dapat melaksanakan tugasnya, perlu ada pihak di daerah yang melaksanakan kewajiban Tim pengembang ini. Dalam hal pengembangan model pembelajaran tematik ini wakil dari Tim pengembangan adalah petugas LPMP. Alasan pemilihan petugas ini adalah LPMP merupakan unit pelaksana teknis Departemen Pendidikan Nasional yang bertugas untuk melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah di provinsi berdasarkan kebijakan nasional. Salah satu tugas LPMP adalah merancang modelmodel pembelajaran di sekolah sesuai dengan kebutuhan daerah dan standar mutu nasional.

Perintisan model pembelajaran tematik dengan pendekatan konstruktivisme dan pengembangan kecerdasan jamak ini dilaksanakan oleh guru melalui tiga tahap yaitu Adopsi (mencontoh apa yang ada pada Contoh RPP) Adaptasi (merubah/menambah tema yang ada di Contoh RPP) Menyusun sendiri (guru) RPP berdasarkan Panduan Penyusunan RPP buatan Puslitjaknov

19

B.1. Perintisan model untuk kelas 1 dan kelas 3 Gambar 4 di bawah ini merupakan tema-tema dari buku Contoh RPP kelas I dan III SD buatan Puslitjaknov. Dari gambar tersebut dapat dilihat kapan tahap adopsi, adaptasi, dan penyusunan sendiri RPP oleh guru, dilaksanakan sesuai dengan tema yang ada.
Tema 1 Tema 2 Tema 3 Tema 4 Tema 5 Tema 6 Tema 7 Tema 8

Adopsi

Adaptasi

RPP buatan sendiri

Langkahlangkah

Adopsi saja Adopsi sambil adaptasi

Penggunaan hasil adaptasi

Adopsi sambil buat sendiri tema 7 Pembelajaran dengan RPP buatan sendiri

Keterangan:

= = = = = =

diperiksa dan disetujui oleh Tim/LPMP melakukan adaptasi adopsi adaptasi menyusun RPP buatan guru sendiri RPP buatan guru sendiri

Gambar 4. Langkah perintisan model di kelas I dan III SD

Berikut penjelasan tahap perintisan model pada gambar 3: 1. Guru melakukan ujicoba contoh RPP tema 1 2. Pada saat melakukan tema 1 dan 2 dari contoh RPP yang dikembangkan Puslitjaknov, guru sudah mulai mengadaptasi tema 4 (adaptasi bisa merubah dari tema yang ada)

20

3. Lalu hasil adaptasi tentang tema 4 tersebut diperiksa dan disetujui Tim/LPMP 4. Setelah itu guru melaksanakan pembelajaran tema 4 yang sudah diadaptasi 5. Pada saat adopsi tema 5 dan 6, guru menyusun sendiri RPP untuk tema 7 6. Sebelum tema 7 dilaksanakan, tema 7 tersebut diperiksa dan disetujui terlebih dahulu oleh Tim/LPMP. Setelah mendapat persetujuan dari Tim/LPMP, guru dapat melaksanakan RPP buatan sendiri

B.2. Perintisan model kelas 2 Gambar 5 di bawah ini merupakan tema-tema dari buku Contoh RPP kelas II SD buatan Puslitjaknov. Dari gambar tersebut dapat dilihat kapan tahap adopsi, adaptasi, dan penyusunan sendiri RPP oleh guru, dilaksanakan sesuai dengan tema yang ada.

Tema 1

Tema 2

Tema 3

Tema 4

Tema 5

Adopsi

Adaptasi

RPP buatan sendiri

Adopsi sambil Adopsi saja adaptasi Penggunaan hasil adaptasi

Adopsi sambil menyusun RPP sendiri

Pembelajaran dgn RPP buatan sendiri

Keterangan:

= = = = = = =

diperiksa dan disetujui oleh Tim/LPMP


Refleksi pelaksanaan pembelajaran

melakukan adaptasi adopsi adaptasi menyusun RPP buatan guru sendiri RPP buatan guru sendiri

Gambar 5. Langkah perintisan model di kelas II SD

21

Berikut penjelasan tahap perintisan model pada gambar 4: 1. Guru melakukan ujicoba contoh RPP tema 1 dan 2 2. Pada saat melakukan tema 2 dari contoh RPP yang dikembangkan Puslitjaknov, guru sudah mulai mengadaptasi tema 3 (adaptasi bisa merubah dari tema yang ada) 3. Lalu hasil adaptasi tentang tema 3 tersebut diperiksa dan disetujui Tim/LPMP 4. Setelah itu guru melaksanakan pembelajaran tema 3 yang sudah diadaptasi 5. Pada saat adopsi tema 4, guru menyusun sendiri RPP untuk tema 7 6. Sebelum tema 5 dilaksanakan, tema 5 tersebut diperiksa dan disetujui terlebih dahulu oleh Tim/LPMP. Setelah mendapat persetujuan dari Tim/LPMP, guru dapat melaksanakan RPP buatan sendiri

C. Hasil Perintisan Model

Sebagaimana telah dikemukakan, perintisan model dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu adopsi, adaptasi, penyusunan sendiri. Perintisan pemanfatan model dimulai dengan sekedar menggunakan saja Contoh RPP yang sudah disusun dalam bentuk Contoh RPP (tahap adopsi). Selanjutnya, guru diminta untuk mengubah atau menyesuaikan Contoh RPP tersebut (adaptasi). Terakhir, guru diminta menyusun sendiri RPP yang akan digunakannya.

1. Adopsi Contoh RPP

Pada tahap adopsi, guru sekedar menggunakan Contoh RPP yang disusun Tim Pengembang dalam bentuk Contoh RPP. Contoh-contoh tersebut disusun untuk seluruh KD yang ada pada satu semester secara penuh dalam rangka mengantisipasi kecepatan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Sehingga sampai KD manapun guru telah melaksanakan pembelajarannya,

22

pengadopsian Contoh RPP tetap dapat dilaksanakan tanpa mengganggu jalannya proses pembelajaran.

Sebelum guru menggunakan Contoh RPP susunan Tim Pengembang untuk melaksanakan pembelajaran di dalam kelas, guru diharapkan sudah memperoleh pengetahuan awal tentang cara menyusun RPP dari: (i) penjelasan Tim Pengembang, (ii) mempelajari Pedoman Penyusunan RPP dan Contoh RPP, (iii) tanya jawab dengan anggota Tim Pengembang, dan (iv) sekali lagi membaca untuk memahami cara menyusun RPP.

Ketika guru menggunakan langsung (mengadopsi) Contoh RPP, guru diharapkan menghayati dan membandingkannya dengan Panduan Penyusunan RPP. Dengan cara ini guru dapat memetik dua manfaat sekaligus. Manfaat pertama, guru dapat membayangkan mengapa komponen RPP adalah sebagaimana yang ada di Panduan dan Contoh RPP, dan mengapa komponen tertentu disusun seperti itu. Manfaat kedua, guru dapat mengetahui kekurangan RPP yang ada sehingga ketika ia memasuki langkah perbaikan (adaptasi) RPP ia sudah mengetahui komponen-komponen yang memerlukan perbaikan.

Pada akhir periode adopsi, yaitu setelah guru mengadopsi beberapa RPP, untuk menyimpulkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam konteks penyusunan RPP dan komentar atau kekurangan terhadap Contoh RPP didiskusikan oleh guru dengan pendamping dalam bentuk kegiatan refleksi. Mengingat pelaksanaan perintisan di satu SD dilaksanakan di 3 kelas (yaitu kelas I s.d. III) kiranya akan berdampak lebih positif apabila refleksi dilaksanakan oleh ke-3 guru bersama ke-3 pendampingnya.

Berdasarkan tahap adopsi yang dilakukan guru dalam pembelajaran di kelas, ditemukan hasil bahwa:

23

a. Semua guru mempelajari terlebih dahulu buku Panduan RPP bagi guru buatan Tim Pengembang b. Pendampingan selama adopsi dilakukan minimal 2 kali setiap minggu masing-masing selama 2 jam. Pendampingan dilakukan dengan tatap muka dan pada waktu pembelajaran di kelas dimana pendamping datang ke SD. Pada umumnya guru menyebutkan tema pembelajaran terlebih dahulu. Selama pendampingan, proses penilaian dilakukan melalui pemberian tugas dan pekerjaan rumah. Perangkat penilaian mengacu pada indikator yang telah dilakukan. c. Guru mengerti tentang penetapan indikator, keterkaitan antara kegiatan siswa dan guru dengan teori konstruktivisme dan pengembangan kecerdasan jamak, penetapan waktu dan sumber alat dan bahan yang ditentukan oleh guru, serta penilaian yang dilakukan oleh guru untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan.

2. Adaptasi Contoh RPP

Tahap kedua, merubah atau menyesuaikan sedikit-sedikit contoh tersebut (tahap adaptasi). Adaptasi ini dilaksanakan atas dasar Pedoman Penyusunan dan Contoh RPP serta pelaksanaan pembelajaran atas dasar RPP yang sudah disusun berupa Contoh.

Berbeda dengan tahap adopsi di mana guru hanya mempelajari Contoh RPP dan melaksanakan pembelajaran atas dasar Contoh RPP tersebut, pada tahap adaptasi ini guru melaksanakan tiga langkah kegiatan, yaitu: a. mempelajari RPP untuk KD yang akan diajarkan, b. atas dasar pengalaman mengadopsi RPP sebelumnya menemukan kekurangan dari Contoh RPP susunan Tim Pengembang, c. memperbaiki kekurangan atau menyesuaikan RPP untuk KD tersebut, dan kemudian

24

d. mendiskusikan RPP yang sudah disesuaikan tadi dengan petugas pendamping dari LPMP.

Apabila pendamping LPMP sudah menyetujui maka guru dapat menggunakan RPP yang dirubahnya untuk melaksanakan pembelajaran. Apabila petugas LPMP belum menyetujui, guru memperbaikan perubahan yang telah dilakukannya terhadap Contoh RPP dengan bimpingan pendamping LPMP.

Selanjutnya guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan RP yang telah disesuaikannya. Sambil melaksanakan pembelajaran guru sekali lagi menganalisis RPP yang telah diubahnya untuk memenukan kelamahankelemahan yang masih bisa diperbaiki.

Berdasarkan tahap adaptasi yang dilakukan guru dalam pembelajaran di kelas, ditemukan hasil bahwa: a. Pada persiapan adaptasi guru membaca buku Panduan RPP dan Contoh RPP terlebih dahulu. Pada tema yang diadaptasi, guru mempelajari dan melakukan perubahan atau penambahan jika tema tersebut tidak sesuai. Sebagai contoh pada tema ke 4 kelas I yaitu Istana Ilmu terjadi perubahan pada: 1) Kompetensi dasar melakukan penjumlahan dan pengurangan sampai 20 dimana indikator menjumlah bilangan satu angka dengan satu angka sampai angka 20 dirubah menjadi menjumlah bilangan sampai 20 tanpa teknik menyimpan. Perubahan dilakukan karena untuk menyesuaikan indikator pencapaian hasil belajar yang ada di program 2) Kegiatan siswa melakukan diskusi dalam kelompok tentang hasil pengamatannya, dan diubah menjadi siswa mengerjakan tugas di buku tulisnya setelah mengamati Istana Ilmu. Perubahan dilakukan karena anak belum bisa berdiskusi dalam kelompok.

25

b. Refleksi terhadap pengalaman pelaksanaan adaptasi Contoh RPP dari Puslitjaknov setelah adaptasi sudah dilaksanakan. Refleksi tersebut dilakukan secara bersama-sama oleh guru dan petugas LPMP. Dari proses refleksi tersebut kemudian disusun oleh guru. Hasil yang diperoleh adalah adanya perubahan dan penambahan beberapa indikator, materi ajar, kegiatan siswa dan guru serta penilaian terhadap contoh RPP dari Puslitjaknov karena disesuaikan dengan kondisi dan sumber daya sekolah.

c. Pendampingan yang dilakukan oleh petugas LPMP pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menggunakan RPP buatan Puslitjaknov yang telah diadaptasi oleh guru dilakukan selama proses adaptasi. Rata-rata setiap kali pendampingan kegiatan tersebut selama lebih kurang dua jam. Bila dalam pendampingan tersebut ditemukan ketidaksesuaian antara kegiatan pembelajaran dengan contoh RPP yang sudah diadaptasi, maka pendamping dalam hal ini petugas LPMP memberikan penjelasan untuk menyamakan persepsi dengan guru. Setiap kali ada masalah yang dikemukakan oleh guru, selalu dipecahkan secara bersama-sama dengan melakukan diskusi antara petugas LPMP dan guru untuk mencari solusi dan menyamakan persepsi dengan sikap ilmiah.

d. Pada dasarnya guru merasa terbantu dengan adanya RPP ini karena guru dapat melihat aktivitas-aktivitas yang harus dilaksanakan dalam proses pembelajaran, demikian pula dengan siswa. Ada guru mengadaptasi hanya pada bagian tertentu saja karena pada umumnya, apa yang ditunjukkan pada RPP buata Puslitjaknov sesuai dengan kondisi sekolah dan siswa. Sebagai contoh pada tema ke 5 di kelas I Ceritaku, kegiatan guru membawa tanaman ke dalam kelas dan mempraktekan cara merawat tanaman, dirubah menjadi siswa diajak membawa bunga atau tanaman lainnya, kemudian siswa bercerita cara merawat tanaman di depan kelas.

26

e. Kendala yang dihadapi selama adaptasi antara lain pada bagian memunculkan pendekatan konstruktivisme dan kecerdasan jamak, karena pada contoh RPP dari Puslitjaknov masih menggunakan bahasa atau katakata yang kadang berbeda namun satu arti misalnya RPP 1 menggunakan kata pelibatan sementara RPP 2 menggunakan kata engage. Untuk mengatasi masalah ini guru membuka kembali buku panduan penyusunan RPP dari Puslitjaknov.

f. Sumber alat dan bahan seringkali diganti oleh sebagian guru karena sekolah tidak memiliki sumber alat seperti yang dituliskan dalam Contoh RPP dan juga menyesuaikan kondisi lingkungan. Oleh karenanya guru mengatakan perlu adanya penjelasan dalam Panduan RPP dan Contoh RPP tentang kemungkinan alternatif sumber alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran di kelas.

3. Penyusunan RPP sendiri oleh guru

Berdasarkan pengalamannya melakukan adopsi RPP dan adaptasi RPP, hanya sebagian guru yang dapat menyusun sendiri RPP pembelajaran tematik. Guru mengikuti langkah-langkah penyusunan RPP berdasarkan Buku Pedoman Penyusunan RPP dan Contoh RPP buatan Puslitjaknov, mulai dari penentuan tema, KD-KD yang relevan dalam tema tersebut dan harus dikuasai siswa, lalu penentuan indikator ketercapaian kompetensi yang juga harus dicapai siswa, materi pokok yang akan dipelajari, sampai pada kegiatan yang dilakukan siswa dan guru, termasuk waktu/lama kegiatan dilaksanakan serta penilaian yang dilakukan guru.

27

IV. SARAN

Model dan panduan RPP tematik bagi guru berdasarkan teori konstruktivisme dan pengembangan kecerdasan jamak, yang sudah disempurnakan dapat menjadi buku acuan bagi guru dalam penyusunan RPP.

You might also like