You are on page 1of 2

Masalah Definisi Teori Pengetahuan teoritik berusaha menjelaskan fenomen empirik.

Teori bukanlah sekedar ikhtisar data yang ringkas, karena tidak hanya mengatakan apa yang terjadi melainkan juga mengapa sesuatu terjadi sebagai yang berlaku dala kenyataan. Maka, teori yang berharga harus melaksanakan fungsi ganda, yaitu : 1. Menjelaskan fakta yang sudah diketahui 2. Membuka celah pemandangan baru yang daopat mengantar kita menemukan fakta baru pula Hubungan antara Teori Etnologi dan Fakta Etnografi Perbedaan antara fakta dan teori telah dikeramatkan dalam antropologi, yaitu berupa perbedaan antara etnografi (deskripsi budaya) dan etnologi (pembentukan teori mengenai pemerian itu). Pengumpulan fakta sendiri bukanlah prosedur ilmiah yang telah memadai, fakta hanyalah ada sehubungan dengan teori, dan teori telah dirusak oleh fakta, teori digantikan oleh teori-teori baru yang memberikan penjelasan yang lebih baik tentang fakta itu (Julian Steward, Cultural Causality Law). Ilmuwan sosial dihadapkan pada masalah khusus dalam hal data yang ditanganinya. Konsepkonsep yang digunakan oleh orang-orang yang dipelajarinya sering berbeda dengan konsep si antropolog, sehingga timbul soal metodologis yang tak kunjung usai dalam antropologi. Objektivitas Pelaporan Antropologis Masalah lama dalam ilmu-ilmu sosial yang belum terpecahkan sampai sekarang adalah kesenjangan si peneliti. Bagaimana dapat tercapai pengetahuan objektif mengenai fenomena sosiokultural apabila praktisi ilmu sosial sekaligus ideolog? Masalah yang muncul adalah adanya bisa pribadi dari si antropolog sendiri, rasa suka dan tak sukanya sendiri. Objektivitas harus dicari dalam institusi dan tradisi kritik suatu disiplin. Dengan kata lain, objektivitas hakiki sesuatu disiplin diupayakan dan ditingkatkan secara kumulatif dari masa-ke masa.] Pembentukan Teori Ilmu pengetahuan atau sains adalah rentetan pertanyaan dan pengujian bukti mengenai suatu fenomena. a. Verstehen Adalah pandangan bahwa ilmu sosial bukanlah perumusan sistem penjelasan yang umum, melainkan lebih cenderung pada pengorganisasian dan presentasi data dengan cara tertentu yang menjadikan data iru dipahami melalui suatu proses pemahaman dan empati individual. Ilmu-ilmu sosial bersifat ideografis (Partikularistik) dan tidak bersifat nomotetis

(menggeneralisasi). Teori adalah tindak kreatif yang lahir dari pikiran yang menggenggam informasi dan berdisiplin. b. Historisitas/Kesejarahan Pertama, adanya kondisi sosial yang berubah-ubah dalam perjalanan waktu mendorong harus diciptakannya teori baru untuk menjelaskan struktur baru dan pengaturan sosial baru. Hal ini sesuai dengan konsep teori dinamis, yaitu teori sistem-sistem yang berubah, sedangkan teori statis adalah mengenai daur yang muncul berulang dalam sesuatu sistem. Kedua, sistem terbuka. Pada intinya sistem yang dihadapi oleh antropolog bersifat terbuka. Hal ini karena jenis variabel yang mereka hadapi memang memungkinkan, dank arena variable-variabel itu lebih dapat dikontrol dalam situasi eksperimental. Ketiga, Isu-isu sosial. Antrologi dan ilmu-ilmu sosial lain sering menghadapi masalah yang tersodorkan atas nama kepentingan dan kepribadian masyarakat luas. Keempat, Ideologi. Reaksi orang terhadap proposisi-proposisi umum dalam ilmu sosial mempunyai konteks ganda, yakni sebagai teori maupun sebagai ideologis sekaligus. Hal ini mempersulit penyaringan teori, mana yang harus dipertahankan karena bermanfaat, dan mana pula yang harus disisihkan karena kurang bermanfaat. Teori sering diajukan dan direaksi sehubungan dengan faktor-faktor yang sepenuhnya bersifat ekstra-ilmiah, misalnya implikasi moral atau yang dianggap sebagai implikasi moral dari suatu teori.

You might also like