You are on page 1of 21

BAB.

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Selama beberapa dekade terakhir keperawatan telah mengalami perubahanperubahan yang mengagumkan, terutama melalui munculnya gerakan reformasi profesional pada tahun 1970-an yang disebut keperawatan baru. Disini pasien dilihat sebagai partisipasi yang aktif, dan bukan penerima perawatan yang pasif. Dalam konteks yang sama, peran pengasuhan dari perawat tidak lagi berpusat pada fungsi-fungsi biologis pasien tetapi telah meluas ke aspek-aspek psikososial individu. Pasien menjadi mitra penuh di dalam perawatan, pasien dilibatkan sepenuhnya di dalam proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan kesehatan pasien. Untuk itu perawat dituntut untuk dapat berhubungan dengan pasien secara harmonis dan terapeutik. Disinilah peran komunikasi terapeutik perawat diperlukan untuk terbinanya hubungan perawatklien yang harmonis dan terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah suatu proses yang melibatkan usaha-usaha untuk membina hubungan yang terapeutik antara perawat-klien dan saling membagi pikiran, perasaan, serta perilaku untuk membentuk keintiman yang terapeutik yang berorientasi pada kesembuhan klien.

Keperawatan pada intinya adalah sebuah proses interpersonal. Maka ketidakmampuan perawat dalam menerapkan komunikasi yang terapeutik akan berdampak negatif bagi mutu pelayanan keperawatan di Rumah Sakit serta akan menimbulkan ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan. Perawat yang kompeten harus menjadi komunikator yang efektif bagi seorang pasien, demi meningkatkan kepercayaan diri pasien. Persiapan operasi penting sekali untuk memperkecil resiko operasi karena akhir suatu pembedahan sangat tergantung pada penilaian keadaan pasien dan persiapan pre operasi. Persiapan pre operasi menentukan indikasi atau kontra indikasi operasi, toleransi pasien terhadap bedah dan ditetapkan waktu yang tepat untuk melaksanakan pembedahan. Tindakan umum yang dilakukan setelah diputuskan melakukan pembedahan adalah untuk mempersiapkan pasien agar penyulit pasien bedah dapat dicegah sebanyak mungkin. Pasien yang akan menjalani tindakan operasi dapat mengalami kecemasan luar biasa selama berhari-hari sebelum dan sesudah menjalani operasi dan merasa kuatir. Jika kekhawatiran tidak dikomunikasikan maka akan mengganggu hubungan perawat-klien, serta akan dapat meningkatkan kecemasan pasien. Kecemasan bila berlanjut dapat mempengaruhi status kesehatan pasien. Untuk dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien, maka komunikasi terapeutik perlu dibangun agar pasien dapat memilih alternatif coping yang positif bagi dirinya. Dari pemikiran di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Study tentang penerapan komunikasi terapeutik pada klien pre operasi di Ruang Cempaka Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

1.2 Rumusan masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Sejauh manakah penerapan komunikasi terapeutik pada klien pre operasi di Ruang Cempaka Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum: Untuk mengetahui sejauh mana penerapan komunikasi terapeutik pada klien pre operasi sudah dilaksanakan. 1.3.2 Tujuan Khusus: 1). Mengidentifikasi latar belakang perawat yang bertugas melakukan persiapan operasi 2). Mengidentifikasi seberapa jauh penerapan komunikasi terapeutik dilakukan pada klien pre operasi 3). Mengidentifikasi seberapa jauh aspek-aspek dijelaskan pada saat melakukan persiapan pre operatif yang meliputi persiapan fisik, mental, dan persetujuan tindakan operasi.

1.4 Kerangka konsep Penerapan komunikasi terapeutik sangat berpengaruh terhadap tingkat kecemasan klien dan dapat meningkatkan rasa percaya diri klien pre operasi. Keberhasilan penerapan tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan langsung kepada pasien. Dalam penerapan komunikasi tersebut, perawat harus mampu membina rasa saling percaya serta tindakan yang dilaksanakan dalam konteks kehangatan dan pengertian. Maka berdasarkan hal tersebut penulis ingin membuktikan kebenaran teori dengan kenyataan di lapangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut: Perawat Komunikasi Terapeutik Pasien Membina rasa saling percaya

Pasien pre operasi 1. Persiapan mental 2. Persiapan fisik 3. Persetujuan tindakan operasi

Keterangan: Diteliti Tidak diteliti

1.5 Definisi operasional 1.5.1 Komunikasi terapeutik adalah suatu proses yang melibatkan usaha-usaha untuk membina hubungan yang terapeutik antara perawat-klien dan saling membagi pikiran, perasaan, serta perilaku untuk membentuk keintiman yang terapeutik yang berorientasi pada kesembuhan klien.

1.5.2 Klien pre operasi adalah penderita yang dirawat di Rumah Sakit dan dipersiapkan untuk menjalani tindakan operasi melalui persiapan mental dan fisik yang memadai dan persetujuan tindakan operasi.

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Bagi Rumah Sakit 1). Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya penerapan seefektif mungkin komunikasi terapeutik pada klien pre operasi. 2). Dapat meningkatkan kualitas perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan, khususnya dalam penerapan komunikasi terapeutk yang baik. 3). Memberikan informasi kepada pihak Rumah Sakit tentang pentingnya komunikasi terapeutik dalam memberikan asuhan keperawatan.

1.6.2 Bagi Perawat

1). Menambah pengetahuan insan perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan. 2). Dapat memberi gambaran atau informasi bagi peneliti berikutnya. 3). Menyadarkan perawat tentang pentingnya penerapan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien secara umum.

1.6.3 Bagi Pasien 1). Pasien mendapat pelayanan keperawatan yang lebih baik dan berkualitas. 2). Agar merasa lebih nyaman selama dalam perawatan di Rumah Sakit.

BAB. II TINJAUAN TEORI

Dalam tinjauan teori ini akan dibahas tentang konsep komunikasi terapeutik, komunikasi interpersonal, dan persiapan tindakan operasi.

2.1 Konsep komunikasi terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi terapeutik adalah suatu proses yang melibatkan usahausaha untuk membina hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien dan saling membagi pikiran, perasaan, serta perilaku untuk membentuk keintiman yang terapeutik yang berorientasi pada kesembuhan klien.

2.1.2 Tujuan komunikasi terapeutik Komunikasi terapeutik bertujuan untuk perkembangan pasien yaitu: 1). Membantu pasien umtuk memenuhi kebutuhan sendiri. 2).Membantu pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan. 3). Meningkatkan percaya diri pasien. 4). Agar perawat-klien dapat berkomunikasi secara lebih terbuka.

2.1.3 Komponen komunikasi terapeutik 1). Caring

Merupakan komitmen perawat untuk terlibat dan peduli dengan urusan dan kepentingan klien. Termasuk kesediaan untuk mendengarkan dan mendampingi pasien yang stress fisik dan emosi. 2). Trust Merupakan pusat / sumber hubungan terapeutik perawat-klien. Karenanya komunikasi dimulai dengan adanya rasa percaya. 3). Empaty Merupakan kemampuan untuk menafsirkan emosi orang lain secara akurat dan mengkomunikasikan perasaannya kepada orang lain melalui perilaku verbal dan non verbal (Arnold and Bogas, 1984). Perawat yang bersifat empati dapat merasakan emosi yang dirasakan klien. 4). Confidentially Perawat memegang tanggung jawab etis untuk melindungi hak klien akan jaminan kerahasiaan atas segala informasi mengenai diri klien.

2.1.4 Tekhnik komunikasi terapeutik 1). Dengan penuh perhatian - Kontak mata - Pertahankan kontak mata - Sikap tubuh terbuka - Hindarkan gerakan yang berlebihan - Anggukkan kepala sebagai tanda penerimaan 2). Tunjukkan penerimaan

- Menerima bukan berarti setuju - Hindarkan kerutan kening, menggelengkan kepala 3). Tanya pertanyaan yang berkaitan 4). Mengulang 5). Klarifikasi - Menyamakan pengertian - Pesan sampai dengan benar. 6). Memfokuskan 7). Menyatakan hasil observasi 8). Tawarkan informasi - Jangan beri nasehat, tapi fasilitas untuk klien membuat keputusan. 9). Diam - Memberi kesempatan untuk mengorganisir pikiran, komunikasi

interpersonal. 10). Meringkas 11). Beri penghargaan 12). Menawarkan diri 13). Beri kesempatan memulai pembicaraan 14). Anjurkan klien untuk menguraikan persepsinya

BAB. III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam metodologi penelitian ini dijelaskan secara rinci mengenai desain penelitian yang digunakan, populasi dan sampel, pengumpulan data, dan analisa data.

3.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada sebuah proses penelitian (Nursalam and Siti Pariani, 2001). Berdasarkan tujuan penelitian maka, desain penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan komunikasi terapeutik pada klien pre operasi yang di rawat di Ruang Cempaka Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan dari status variable yang menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam and Siti Pariani, 2001). Populasi dalam penelitian ini meliputi semua tenaga perawat di Ruang Cempaka Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

3.2.2 Sampel

10

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam and Siti Pariani, 2001). Pada penelitian ini sample diambil dari tenaga perawat yang bersedia menjadi responden di Ruang Cempaka Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

3.3 Instrumen dan pengumpulan data Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan formulir kuesioner untuk mendapatkan data. Kuesioner memuat beberapa pernyataan yang berbentuk skala likert dengan option pilihan: S: SR: KD: TP: Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah.

Kuesioner direncanakan sebanyak 19 item yang terdiri dari 4 item pertanyaan biografi dan 15 item pernyataan pokok yang mengandung semua data yang diperlukan.

3.4 Pengolahan Data dan Analisa

11

Setelah semua kuesioner terkumpul, selanjutnya dianalisa dengan cara dikoreksi dan diberi skor berdasarkan skala riset dengan criteria sebagai berikut: Selalu (S) Sering(SR) Kadang-kadang Tidak pernah : Skor 4 : Skor 3 : Skor 2 : Skor 1

Kemudian diolah dengan cara tabulasi yaitu dengan menghitung persentase dari formulir kuesioner. Dan hasil disajikan dalam bentuk table.

B A B IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

12

A. Hasil Penelitian Dalam bab ini penulis akan menguraikan hasil-hasil penelitian penerapan komunikasi terapeutik pada kl;ien pre operasi yang berpedoman pada metodologi penelitian yang dikemukakan pada bab sebelumnya. Bedasarkan kepada kuesioner yang telah disebarkan kepada 10 orang responden yang kembali seluruhnya 100%, maka penulis dapat melaporkan hasil-hasil penelitian sebagai berikut :

Tabel 1. Distribusi tingkat pendidikan responden di ruang cempaka Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda No Tingkat pendidikan 1. SPK 2. 3. Akper PSIK Jumlah Jumlah 2 8 10 % 20 80 100

Interpretasi: Dari data di atas menunjukkan pendidikan yang terbanyak adalah akper (80 %). Ini berarti tingkat pendidikan perawat di Ruang Cempaka sudah lebih baik yang dapat menunjang pelayanan keperawatan lebih baik dan profesional. Tabel 2. Distribusi frekuensi umur responden di ruang cempaka Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda No 1. Umur 20-30 tahun Jumlah 4 % 40

13

2. 3. 4.

31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun Jumlah

3 3 10

30 30 100

Interpretasi: Dari data di atas diketahui responden terbesar adalah umur antara 2030 tahun (40 %). Ini menunjukkan perawat yang bertugas di Ruang Cempaka masih usia-usia produktif yang dapat mengimbangi perawat perawat yang berusia antara 31-40 tahun (30 %) dan 4150 tahun (30 %).

Tabel 3. Distribusi frekuensi lama bekerja perawat di ruang cempaka Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda No 1. 2. 3. 4. Lama bekerja 1-3 tahun 4-6 tahun 7-10 tahun > 10 tahun Jumlah Jumlah 1 2 3 4 10 % 10 20 30 40 100

Interpretasi: Dari data di atas menunjukkan responden yang bekerja lebih dari 10 tahun (40 %). Ini menunjukkan bahwa perawat-perawat di Ruang Cempaka mempunyai banyak pengalaman dalam memberikan pelayanan keperawatan yang professional yang diimbangi oleh perawat yang bekerja antara 4-6 tahun (20 %) dan 7-10 tahun (30 %).

14

Tabel 4. Distribusi status responden di ruang cempaka Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda No 1. 2. 3. 4. Status Perawat Pelaksana Ketua Tim CI Kepala Ruangan Jumlah Jumlah 10 10 % 100 100

Interpretasi: Dari data di atas menunjukkan bahwa 100 % perawat yang menjadi responden adalah perawat pelaksana.

15

Tabel 5. Distribusi frekuensi responden dalam pelaksanaan atau penerapan komunikasi terapeutik di ruang cempaka Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Frekuensi No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Tindakan Komunikasi Terapeutik Mengucapkan salam Memperkenalkan diri Memvalidasi kondisi klien Menjelaskan indikasi operasi Menjelaskan tujuan operasi Menjelaskan prosedur operasi Menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan persiapan fisik (mandi, nutrisi, istirahat yang cukup, dsb) Menjelaskan tentang tekhnik nafas dalam dan batuk efektif Menjelaskan tekhnik relaksasi untuk mengurangi nyeri Menjelaskan tentang ambulasi dini pasca operasi Melakukan inform concent / persetujuan tindakan operasi Menyiapkan / menandatangani Surat Izin Operasi Mengevaluasi respon subjektif klien Mengevaluasi respon objektif klien Menindaklanjuti respon klien S 8 5 4 4 5 2 3 8 10 2 2 3 SR 2 4 3 4 4 3 4 3 5 2 1 6 6 4 KD 1 3 1 1 4 3 7 5 7 1 2 2 3 TP 1 1 1 S 32 20 16 16 20 8 12 32 40 8 8 12 Skore SR KD 6 12 9 12 12 9 12 9 15 6 3 18 18 12 2 6 2 2 8 6 14 10 14 2 4 4 6 TP 1 1 1 -

16

17

Tabel 6. Distribusi frekuensi responden dalam pelaksanaan atau penerapan komunikasi terapeutik di ruang cempaka Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Persentase (%) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. S 80 50 40 40 50 20 30 80 10 20 20 30 SR 20 40 30 40 40 30 40 30 50 20 10 60 60 40 KD 10 30 10 10 40 30 70 50 70 10 20 20 30 TP 10 10 10 -

Interpretasi: Dari data di atas menunjukkan bahwa 70 % responden kadangkadang menjelaskan tekhnik nafas dalam dan batuk efektif, ambulasi dini pasca operasi. Menjelaskan tekhnik relaksasi (50 %). Ini menunjukkan bahwa aplikasi dari komunikasi terapeutik pada klien yang akan menghadapi operasi sangat kurang. Ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari perawat sendiri untuk meningkatkan diri dan menerapkan komunikasi terapeutik untuk terciptanya hubungan yang harmonis antara perawat dengan klien.

18

B. Pembahasan 1. Karakteristik Responden Penelitian yang dilakukan terhadap responden dalam penerapan komunikasi terapeutik pada klien yang akan menghadapi operasi di Ruang Cempaka Rumah Sakit Umum Daerah A. Wahab Sajahranie Samarinda kemudian diperoleh hasil bahwa sebagian besar usia responden antara 20-30 tahun dengan persentase (40%). Pada usia ini responden berada pada masamasa produktif dalam bekerja berdasarkan hal tersebut responden dituntut untuk dapat menerapkan komunikasi terapeutik yang efektif pada klien pre operasi.

2. Penerapan komunikasi t erapeutik Aplikasi dari komunikasi terapeutik pada klien yang akan menghadapi operasi sangat penting mengingat klien pre operasi membutuhkan dukungan baik dari keluarga maupun dari perawat itu sendiri. Kurangnya komunikasi ini yang membuat hubungan antara perawat dan klien tidak begitu dekat dan dalam. Komunikasi ini juga dapat mempercepat proses penyembuhan karena klien merasa diperhatikan dan selalu diberi motivasi. Berdasarkan hasil penelitian aplikasi komunikasi terapeutik belum begitu terlaksana. Dari 10 responden 70 % hanya kadang-kadang saja menjelaskan tentang tekhnik nafas dalam dan ambulasi dini pasca operasi, 50 % menjelaskan tekhnik relaksasi, padahal ini sangat penting untuk proses penyembuhan klien.

BAB V

19

PENUTUP

A. Kesimpulan Sesuai dengan hasil penelitian, analisa dan pembahasannya maka pada bab ini peneliti akan mengemukakan garis besar penelitian sebagai kesimpulan pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut: Bahwa penerapan komunikasi tereapeutik pada klien pre operasi di Ruang Cempaka belum sepenuhnya terlaksana, 70 % perawat hanya kadang-kadang menjelaskan tentang teknik nafas dalam dan batuk efektif serta ambulasi dini pasca operasi, 50 % menjelaskan teknik relaksasi dari 10 responden

B. Saran saran Adapun saran saran peneliti yang dikemukan pada kesempatan ini, yaitu: 1. Bagi perawat bersama tim kesehatan lainya hendaknya lebih lebih meningkatkan lagi aplikasi dari komunikasi terapeutik pada klien yang akan menghadapi operasi agar dapat terciptanya hubungan yang harmonis antara perawat dengan klien. 2. Bagi pihak Rumah Sakit dalam hal ini ruangan yang dapat melakukan upaya fasilitas latihan / training bagi tenaga perawat yang ada agar dapat menerapkan lebih baik komunikasi terapeutik yang efektif.

20

21

You might also like