You are on page 1of 8

Bryophyta Tumbuhan lumut adalah kelompok tumbuhan yang pertama beradaptasi di darat Engler (1892) menyatakan bahwa tumbuhan

lumut tergolong kelompok Cryptogamae Tumbuhan lumut, algae, dan tumbuhan paku digolongkan dalam tumbuhan tingkat rendah karena merupakan kelompok tumbuhan berspora Tumbuhan lumut menunjukkan tingkat perkembangan yang lebih maju bila dibandingkan dengan algae karena : Sebagian besar tumbuhan lumut hidup di darat yg lembab tumbuhan lumut memiliki habitus seperti tumbuhan tingkat tinggi, dalam batangnya terdapat sekelompok sel-sel memanjang sebagai buluh pengangkut sudah ada rhizoid sebagai alat pelekat dan penyerap gametofit hidup bebas, tetapi sporofit tergantung pd gametofit dalam penyediaan unsur hara gametangium dan sporangium multiseluler dan mempunyai dinding yg terdiri atas sel steril setelah terjadi pembuahan, zigot berkembang menjadi embrio, sehingga lumut termasuk golongan Embryophyta Tumbuhan lumut tumbuh dalam habitat peralihan dari habitat air ke darat maka tumbuhan lumut disebut pula sebagai tumbuhan amfibi Meskipun merupakan tumbuhan darat tetapi untuk terselenggaranya pembuahan masih tetap memerlukan air Susunan tubuh sudah ada penyesuaian terhadap lingkungan hidup di darat, yaitu : mempunyai rizoid terdapat sel-sel epidermis serta penebalan dinding sel sbg perlindungan terhadap kekeringan terdapat porus pd permukaan talus shg mempermudah pengambilan CO2 untuk melaksanakan fotosintetis Ada lapisan pelinndung sel kelamin agar tidak kekeringan spora berdinding tebal dan disebarkan oleh angin Ada sistem pengangkutan makanan yg masih sangat sederhana Meskipun tumbuhan lumut ada yg telah memperlihatkan deferensiasi yg agak jauh tetapi karena akar yg sesungguhnya belum terdapat kecuali hanya rizoid maka lumut masih digolongkan dalam tumbuhan talus, belum kormus, atau merupakan peralihan antara talus ke kormus seperti pada golongan lumut daun Sifat umum Tubuhnya masih berupa talus Warna hijau, mempunyai klorofil a dan b tetapi tidak ada variasi dalam bentuk plastidanya Lumut yg masih primiyif tubuhnya berupa lembaran yg merayap, tatapi untuk yg lebih maju, talusnya menyerupai tumbuhan tingkat tinggi Daun-daun (filoid) terdiri atas satu lapis sel dan mempunyai rusuk tengah Di bagian tengah terutama dekat rusuk tengah daun selalu terdiri atas lebih dari satu lapis sel, tetapi belum ada daging daun (mesofil) Terdapat pembagian pekerjaan dalam talusnya, ada seperti jaringan asimilasi dan jaringan penyimpan cadangan makanan Mempunyai liang udara yg berfungsi seperti stoma Dinding sel terdiri atas selulosa Alat kelamin terdiri atas anteridium (jantan) dan arkegonium (betina) Arkegonium berbentuk seperti botol, bagian yg lebar disebut perut dan yg sempit disebut leher, mempunyai dinding sel yg terdiri dari selapis sel Anteridium berbentuk bulat atau seperti gada, mempunyai dinding sel yg terdiri dari selapis sel steril, di dalamnya terdapat spermatozoid Sel telur yg telah dibuahi akan membentuk embrio lalu tumbuh menjadi suatu badan kecil yg akan menghasilkan spora yaitu sporogonium yg tetap menempel pd induknya

Silkus hidup Terdapat 2 fase, yaitu fase haploid (merupakan generasi seksual atau generasi gametofit) dan fase diploid (generasi aseksual atau sporofit) Gametofit adalah generasi pembentuk gamet, membentuk talus yg sederhana, merupakan tumbuhan yg hidup bebas Sporofit adalah sporogonium, yaitu generasi yg menghasilkan spora, merupakan suatu badan yg dibedakan atas kaki, seta dan kapsul Tumbuhan lumut dikatakan mempunyai generasi yg heteromorfik karena sporofit berbeda dengan gametofit Sporofit menghasilkan spora yg bentuk dan ukurannya sama, disebut homospor atau isospor Spora tumbuh menjadi protonema, selanjutnya tumbuh tumbuhan lumut yang menghasilkan anteridium dan arkegonium. Apabila terjadi pembuahan terbentuklah zigot yang akan tumbuh menjadi embrio, selanjutnya akan berkembang menjadi sporogonium (selama hidupnya tetap tinggal pada gametofit), Di dalam sporogonium terjadi reduksi akhirnya ternemtuk spora. Apabila lingkungan tidak memenuhi syarat, maka dapat terjadi penyimpangan dari siklus hidup yg normal, yaitu terjadi peristiwa : Apogami : terbentuknya sporofit tanpa melalui persatuan gamet, misalnya sel telur yg tidak dibuahi tumbuh membentuk sporofit Apospori : terbentunya gametofit tanpa melalui pembentukan spora, misalnya beberapa sel dari sporofit (mungkin bagian dinding sporogonium) dapat tumbuh dan berkembang menjadi gametofit Klasifikasi Jussieu (1836) semula menggunakan nama Mosses untuk kelompok tumbuhan lumut. Braun (1864) memperkenalkan naman Bryophyta, tetapi yg dimaksudkan bukan hanya lumut saja, termasuk di dalamnya algae, fungi, lichenes dan mosses. Yang pertama menempatkan kelompok tumbuhan lumut dalam Divisi Bryophyta adalah Schimper (1879), kemudian Eichler(1883) membagi Bryophyta menjadi 2 kelas yaitu Hepaticae dan Musci, selanjutnya oleh Engler (1892) masing-masing kelas dibagi menjadi 3 bangsa yaitu Hepaticae dibagi menjadi Marchantiales, Yungermanniales, dan Anthocerotales sedangkan Musci dibagi menjadi Sphagnales, Andreaeales dan Bryales Howe (1899) membagi Bryophyta menjadi 3 kelas, yaitu Hepaticae, Anthocerotae dan Musci. Perubahan berikutnya mengenai nama kelas (Rothmaler,1951), sesuai dengan peraturan dalam tatanama tumbuhan, yaitu Anthocerotae menjadi Anthoceropsida, tetapi yg terakhir oleh Proskauer (1957) diganti lagi menjadi Anthocerotopsida. Selanjutnya nama-nama kelas tersebut masih tetap digunakan oleh para ahli botani modern, yaitu kelas Hepaticopsida (Hepaticae), Anthocerotopsida (Anthocerotae), dan Bryopsida (Musci) Klasifikasi Lumut didasarkan oleh adanya perbedaan bentuk susunan tubuh dan perkembangan gametangium serta sporogoniumnya (perbedaan pada struktur gametofit dan sporofit)

Hepaticopsida (lumut hati)


Ciri-ciri : - Tubuh dapat dibedakan antara sisi dorsal dan ventral, menempel pada tanah dengan rizoid (umumnya terdapat di sisi ventral) - Struktur talus ada yg sederhana menyerupai lembaran dan ada yg sudah menyerupai batang dan daun - Sporofit terdiri dari bagian kaki, tangkai (seta) dan kapsul. Pada golongan lumut hati primitif bagian kaki dan seta tidak ada - Sel-sel pada sporofit tidak berkloroplas

- Spora yg berkecambah hanya berkembang menjadi suatu buluh yg pendek atau boleh dikatakan lumut hati tidak membentuk protonema (merupakan pembeda dengan kelas lainnya) - Mempunyai sel-sel minyak - Hidup di tempat dengan kelembaban tinggi dan tidak menerima sinar matahari langsung, misalnya di hutan, di tepi sungai, ada juga yg di rawa (Riella) sehingga tubuhnya mempunyai struktur yg higromorf (misalnya dalam tubuhnya terdapat ronggarongga udara), ada yg terapung di air (Riccia fluitans), lumut juga ada yg dapat hidup di tempat kering sehingga tubuhnya bersifat xeromorfik (pada tubuhnya terdapat alat penyimpan air), tempat tersebut seperti batu cadas, pada kulit pohon, di permukaan daun (disebut epifil) - Reproduksi secara aseksual : dengan fragmentasi ( cabang-cabang yg bebas dapat tumbuh menjadi individu baru), pembentukan kuncup eram (gemma), dengan pembentukan tunas-tunas cabang, pembentukan umbi (tuber), penebalan ujung talus. Perlu diketahui bahwa tumbuhan lumut mempunyai daya regenerasi - Reproduksi seksual, jika ada pertemuan dua gamet yg berbeda

Anthocerotopsida (lumut tanduk)


Dikenal dengan nama lumut tanduk karena sporofitnya mempunyai kapsul yang menyerupai tanduk Gametofit berupa talus sederhana yg yg berbentuk lembaran seperti cakram yang bertoreh, dorsiventral, tidak ada rusuk tengah, tidak ada percabangan menggarpu, melekat pada substrat dengan perantaraan rizoid Struktur anatomi homogen, tiap sel mengandung satu kloroplas Pada bagian ventral terdapat stoma yg berisi lendir, melalui stoma ini ganggang biru dapat masuk, misalnya Nostoc Lumut tanduk ada yg homotalik tapi ada juga yang heterotalik Gametangia terdapat dalam lekukan pada sisi dorsal Sporogonium terdiri dari kaki dan kapsul (tanpa seta), kapsul berbentuk tanduk yang jika masak akan pecah secara membujur Masaknya spora tidak bersama-sama (pada lumut hati sporanya masak bersamaan) Anthocerotopsida terdiri dari satu bangsa, yaitu Anthocerothales Anthocerothales dibedakan dalam dua suku, yaitu Anthocerotaceae dan Notothylaceae Suku Anthocerotaceae mempunyai ciri sporogonium panjang, silindris dan tumbuh tegak di tengah permukaan talus bagian pangkal sporogonium diselubungi oleh involukrum sel-sel dinding kapsul mengandung kloroplas, dan terdapat stoma Suku ini terdiri 4 marga : Anthoceros, Phaeoceros, Megaceros, dan Dendroceros Suku Notothylaceae mempunyai ciri Sporogonium pendek, tumbuh horizontal dan terdapat pada tepi talus Dinding kapsul tidak ada sel-sel yg mengandung kloroplas, tidak ada stoma Pangkal sporogonium tidak diselubungi involukrum Suku ini hanya terdiri satu marga, yaitu Notothylas. Contoh : Notothylas indica

Bryopsida (lumut daun)


Tubuhnya tampak terbagi menjadi batang/cauloid dan daun/phylloid Pada lumut daun yg homotalik dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu : Paroisis (paroicous), anteridia dan arkegonia terletak pada cabang yg sama tapi dalam kelompok yang berbeda Autoisis (autoicous), bila anteridia dan arkegonia terletak pada cabang yang berbeda Sinosis (sinoicous), apabila anteridia dan arkegonia terletak pada kelompok dan cabang yang sama

Sporogonium terdiri atas kaki, seta dan kapsul Kapsul lumut daun dibedakan menjadi bagian-bagian yang disebut : Apofise, yang merupakan penggelembungan ujung seta Kotak atau teka, di dalamnya dibentuk spora Tutup atau operkulum, ini tidak selalu ada pada lumut daun, antara tutup dan dinding kotak terdapat anulus Menurut Smith (1955) Bryopsida dibagi ke dalam 3 anak kelas yaitu : Sphagnobrya, Andreaeobrya dan Eubrya. Bowerm Campbell dan Wettstein membagi Bryopsida dalam 3 bangsa yaitu : Sphagnales, Andreaeales dan Bryales. Utrecht (1952) membagi Bryopsida menjadi 5 anak kelas yaitu : Sphagnidae, Andreaeidae, Bryidae, Buxbaumiidae dan Polytrichidae. Anak kelas : Sphagnidae Bangsa : Sphagnales Suku : Sphagnaceae Marga : Sphagnum Tumbuh di rawa-rawa yang suhunya rendah di dataran tinggi, misalnya di Dieng. Daun tersusun dari sel-sel hialin yang merupakan sel yang telah mati dan sel-sel asimilasi yang masih hidup yang tersusun bergantian. Dinding sel hialin mempunyai penebalan berbentuk cincin atau spiral, sel-sel hialin berfungsi menyimpan air. Batang (dari luar ke dalam) terdiri dari bagian : korteks atau hialoderm, pada saat muda terdiri dari satu lapis, pada saat tua 3-6 lapis sel-sel yang merupakan sel-sel yang telah mati dan kosong, berukuran besar, dinding sel berpori hingga menyerupai spons dan dapat bertahan dalam kelembaban. Kemudian Hadrome berfungsi sebagai jaringan penyokong dan Medula berfungsi sebagai tempat penimbunan makanan. Protonema berbentuk benang yang bercabang-cabang banyak dan berwarna hijau, rizoid tidak berwarna, terdiri dari banyak sel dengan sekat miring. Gametangium terdapat pada cabang yang berbeda. Sporogonium terdiri atas kaki dan kapsul. Ujung kapsul ditutupi oleh kaliptra yang berbentuk seperti topi, tidak punya operkulum, bila masak akan pecah dengan 4 katup. Anak kelas : Bryidae Bryidae dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan pertumbuhannya, yaitu Ortotrop (tegak) dan Plagiotrop (mendatar). Berdasarkan ada tidaknya gigi peristom lumut dibedakan menjadi golongan kleistokarpik (golongan yg tidak mempunyai peristom) dan stegokarpik (punya peristom). Berdasarkan sifat dari peristom, Bryidae dibedakan menjadi : Golongan Nematodonteae, mempunyai gigi peristom yg utuh, contoh adalah bangsa Polytrichales. Golongan Arthrodonteae, gigi peristomnya seperti selaput dan bergaris, contoh bangsa Funariales. Marga : Polytrichum dan Pogonatum Gametofit dapat tumbuh tinggi dengan daun yg sempit. Kapsul tegak, jarang ada yg mendatar. Kaliptra sering berbulu. Gigi peristoma terdiri satu baris dengan pangkal yg bersatu. Pada Polytrichum ukuran gametofitnya bervariasi, dapat mencapai 35 cm. Daun pada batang bagian bawah dapat menyerupai sisik yg tersusun dalam 3 baris, sedangkan daun pada baian atas lebih besar, tebal dan tersusun rapat. Tiap daun bagian pangkalnya lebar dan melengkung seperti sarung, kemudian bagian tengah sampai ujung panjang dan berbangun seperti lanset. Marga : Funaria Gametofit kecil, tumbuh tegak, menempel pada tanah atau tembok dengan rizoid. Daun kecil dan tipis, terdiri satu lapis sel kecuali di bagian rusuk tengah. Daun tersusun seperti spiral pada batang. Sporofit terdiri atas kaki, seta yang panjang dan kapsul berbentu seperti buah per, di ujungnya terdapat operkulum. Marchantiophyta (Hepaticophyta) atau lumut hati banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau dinding tua yang lembap. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan. Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun. Hal ini menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati

merupakan kelompok peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju Cormophyta. Lumut hati beranggota lebih dari 6000 spesies.

[sunting] Bagian-bagian tubuh lumut hati


Apotisis = batas antara seta dan sporogonium Sporangium = alat penghasil spora Kaliptra = tudung sporangium Seta = tangkai sporogonium Vaginula = selaput pangkal tangkai sporogonium

You might also like