You are on page 1of 9

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu penulisan, baik itu sastra maupun yang bersifat nonsastra, haruslah memuat bahasa bahasa yang menarik untuk disimak oleh pembaca. Bahasa menarik memang seperti mudah untuk diucapkan, tetapi pada kenyataannya banyak penulis kesulitan untuk menyeleksi hingga meramu kata kata tersebut menjadi sesuatu yang mempunyai nilai rasa tertentu dan lebih bervariasi lagi. Hal ini utamanya dimaksudkan agar apa yang penulis sampaikan baik pikiran maupun emosi dan perasaan bukanlah sesuatu yang menjenuhkan, sehingga bisa dengan ringannya ditelusuri oleh pembaca.

1.2 Rumusan Masalah Makalah ini akan membahas masalah masalah seputar : 1. Pengertian gaya bahasa.

2. Sendi gaya bahasa menarik. 3. Fungsi sendi gaya bahasa menarik.

1.3 Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai bagaimana gaya bahasa yang menarik tersebut, serta fungsi yang dari suatu gaya bahasa yang menarik tersebut.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gaya Bahasa Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai alat komunikasi, baik komunikasi antarindividu yang satu dengan yang lain maupun antar kelompok yang satu dengan yang lain. Interaksi dan segala macam kegiatan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat dapat terjadi melalui proses berbahasa. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Komunikasi ini dapat terjadi apabila ada proses interaksi antarmanusia dalam kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan ide, pikiran, dan gagasan kepada pihak lain dalam suatu masyarakat. Bahasa juga merupakan alat pengungkapan yang baik, yang dapat memberikan efek tertentu yang bukan saja menggambarkan objek itu semirip mungkin, tetapi juga dapat melahirkan setepat-tepatnya apa yang dimaksudkan oleh penutur. Berdasarkan hal tersebut, fungsi bahasa yang paling utama adalah sebagai sarana komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai komunikator (pembicara atau penulis) maupun sebagai komunikan (mitrabicara, penyimak, pendengar, atau pembaca). Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu penekan an dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah, maka style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata kata secara indah. Karena perkembangan itu, gaya bahasa atau style menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu. Sebab itu, persoalan gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan: pilihan kata secara

individual, frasa, klausa, dan kalimat bahkan mencakup pula sebuah secara keseluruhan. Malahan nada yang tersirat dibalik sebuah wacana termasuk pula persoalan gaya bahasa. Jadi jangkauan gaya bahasa sebenarnya sangat luas, tidak hanya mencakup unsur unsur kalimat yang mengandung corak corak tertentu, seperti yang umum terdapat dalam retorika retorika klasik. Walaupun kata style berasal dari bahasa Latin, orang Yunani sudah mengembangkan sendiri teori teori mengenai style itu. Ada dua aliran yang terkenal, yaitu: a) Aliran Platonik : menganggap style sebagai kualitas suatu ungkapan ; menurut mereka ada ungkapan yang memiliki style, ada juga yang tidak memiliki style. b) Aliran Aristoteles : Menganggap bahwa gaya adalah suatu kualitas yang inheren, yang ada dalam tiap ungkapan. Dengan demikian, aliran Plato mengatakan bahwa ada karya yang memiliki gaya dan ada karya yang sama sekali tidak memiliki gaya. Sebaliknya, aliran Aristoteles mengatakan bahwa semua karya memiliki gaya yang tinggi, ada yang rendah, ada karya yang memiliki gaya yang kuat, ada yang lemah, ada yang memiliki gaya yang baik, ada yang memiliki gaya yang jelek. Bila kita melihat gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian, dan sebagainya. Dengan menerima pengertian ini, maka kita dapat mengatakan, Cara berpakaian menarik orang banyak, Cara menulisnya lain daripada kebanyakan orang, Cara jalannya lain dari pada yang lain, yang memang sama artinya dengan gaya berpakaian, gaya menulis, dan gaya berjalan. Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu. Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian orang terhadapnya; semakin buruk gaya bahasa seseorang, semakin buruk pula penilaian diberikan padanya.

Akhirnya style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa)1

2.2 Sendi Gaya Bahasa Menarik Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur yaitu : Kejujuran, Sopan-santun, dan Menarik. Pada makalah ini yang akan dibahas adalah unsur sendi gaya bahasa yang menarik. Kejujuran, kejelasan, serta kesingkatan harus merupakan langkah dasar dan langkah awal. Bila seluruh gaya bahasa hanya mengandalkan kedua (atau ketiga) kaidah tersebut diatas, maka bahasa yang digunakan masih terasa tawar, tidak menarik. Sebab itu sebuah gaya harus pula menarik. Sebuah gaya yang menarik dapat diukur melalui beberapa komponen berikut: a. Variasi Penggunaan variasi variasi dalam berbahasa akan menghindari sesuatu yang monoton dalam nada, struktur, dan pilihan kata. Untuk itu seorang penulis harus memiliki kekayaan kosakata, memiliki kemauan untuk mengubah panjang pendek kalimat, dan struktur struktur morfologisnya. Hal ini bisa didapatkan seorang penulis dengan memperbanyak membaca suatu tulisan dan juga tak lupa untuk memperkaya kosa lewat kamus, disertai latihan dan pengalaman yang didapat.

b. Humor yang sehat Humor adalah bentuk ekspresi yang paling personal. Berilah pembaca sebuah senyuman, dan mereka akan menjadi sahabat sepanjang hari. Dan buatlah mereka menanti tulisan kita esok harinya. Tapi hati-hati dengan humor yang tak bercita-rasa, karena akan merusak pencitraan kita kelak. Humor yang sehat berarti gaya bahasa yang memiliki tenaga untuk menciptakan suasana yang bahagia, nikmat dan membawa keakraban atau kimistri, sehingga pembaca dengan santainya
1

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999, hlm.

terbawa ke alur pikiran si penulis. Humor yang sehat juga membuat pembaca tidak mengalami kebosanan dalam membaca dan menyelami pikiran penulis.

c. Pengertian yang baik Dalam hal ini seorang penulis sebaiknya menggunakan kalimat yang cukup pendek, (tidak bertele tele), menggunakan bahasa yang sederhana, padat dan kuat dalam pemaknaannya, dan hindari membuat suatu kalimat majemuk yang membingungkan, sehingga mudah dipahami pembaca dan tidak menimbulkan multi tafsir atau kesalahpahaman dalam pemaknaan suatu tulisan2.

d. Tenaga hidup (vitalitas) Tulisan yang hidup memiliki irama dan nada berbincang yang baik. Kita bisa menghidupkan tulisan yang membosankan dengan menulis sesuatu seperti kita sedang membicarakan sesuatu kepada seorang pembaca dengan bahasa dan ungkapan keseharian.yang kita pakai untuk berbicara. Mulailah sebuah tulisan secara kuat, untuk memikat pembaca memasukinya alam pikiran yang kita buat. Kita juga bisa menggunakan gaya bahasa yang naratif atau seperti gaya seorang pendongeng yang piawai sebagai pendekatan dasar. Selesai menuliskan sebuah paragraf, pikirkan apa yang pembaca ingin ketahui pada alinea berikutnya; dan buatlah transisi serta keterkaitan antar alenia secara mulus. Cobalah untuk selalu menjaga konsistensi tema dalam keseluruhan cerita. Dan seperti dibukanya suatu tulisan dengan kuat, maka tutup juga cerita dengan tegas, tanpa membiarkan kejanggalan dan ending yang melambai atau tidak jelas3.

Budi Prasetyo. Bahasa Indonesia Jurnalistik. Diakses dari http://www.tubiyono.com/templatefeatures/tulisan-ilmiah/109-bahasa-indonesia-jurnalistik pada 10 Maret 2012 10.00 Wita. 3 Farid Gaban. Seperti Tarian Burung camar. Diakses dari http://kem.ami.or.id/2011/10/seperti-tarianburung-camar/ pada 11 Maret 2012 09.00 Wita.

e. Penuh daya khayal (imajinasi) Berbeda dengan televisi yang dapat menampilkan pemandangan yang sesungguhnya dengan warna dan detai yang terlihat jelas. Tetapi dalam tulisan Penulis tidak dapat menyajikan suatu pemandangan atau suasana dengan mudah, sehingga mereka harus berusaha keras untuk melukis dalam pikiran pembaca. Warna disini meliputi: citarasa, suara, bau, sentuhan dan rasa. Dan tentu saja sesuatu yang dapat dilihat seperti gerakan, usapan, detil pakaian, rupa, perasaan hingga latar suatu tempat. Warna disini bukan hanya sekedar kata sifat tetapi merupakan totalitas dari sebuah pemandangan. Dalam menggambarkan warna, berarti kita juga

menceritakan tentang suasana (mood) baik itu bahagia, penuh emosi ataupun ketegangan. Sering hal semacam ini memberikan ketajaman perasaan terhadap suatu tulisan ketimbang bagian lain yang kita tulis. Sehingga seorang penulis harus bisa meramu kata kata yang dapat mewakili suatu tempat dan suasana yang terjadi sehingga apa yang dirasakan atau dipikirkan penulis dapat tertuang kedalam tulisannya dan dapat dirasakan oleh pembaca4.

2.3 Fungsi Sendi Gaya Bahasa Menarik Umumnya gaya bahasa yang menarik lebih dikaitkan kepada bahasa iklan maupun jurnalistik, akan tetapi pada hakikatnya suatu tulisan apapun itu, haruslah menarik dan mengundang perhatian orang lain untuk menyimaknya. Suatu tulisan yang menarik apabila dikaitkan dengan sastra maka tulisan tersebut tidak hanya menarik perhatian orang lain untuk menyimak, akan tetapi juga harus mempunyai unsur estetis atau keindahan kolaborasi kata kata yang diramu. Secara umum fungsi dari gaya bahasa yang menarik adalah : 1. Dapat mengdeskripsikan suatu tulisan dengan lebih variatif Dalam hal ini penulis dapat meramu kata kata yang digunakan dengan pemaknaan kata kata yang baru, kombinasi kata yang berbeda, lewat seleksi atau
4

Farid Gaban. Memberi Ruh pada Berita (Bag.1). diakses dari http://www.jurnalistik.net/wpcontent/uploads/group-documents/2/1317203009-MemberiRuhPadaBerita1.pdf pada 11 Maret 2012 09.00 Wita

pilihan kata kata yang pada intinya juga dapat mewakili tersampaikannya pikiran dan perasaan si penulis kepada pembaca. 2. Dapat mengekspresikan suatu tulisan dengan lebih hidup Seorang penulis yang mempunyai daya imajinasi yang bagus dapat memberikan ruh kehidupan kepada tulisannya, sehingga ia dapat menggambarkan secara detail apa yang ia lihat dan rasakan di alam pikirannya kepada subjek yang membaca tulisannya.

3. Menarik perhatian pembaca Suatu gaya bahasa yang menarik otomatis juga akan menarik perhatian dan minat para pembaca. Dalam hal ini contoh gaya bahasa yang dapat kita lihat sehari hari adalah bahasa bahasa iklan dan judul judul pada tulisan jurnalis. Pada iklan dan jurnalis, seorang penulis meramu kata kata yang sederhana menjadi suatu kata kata yang baru dan mempunyai jiwa sehingga terdengar enak bahkan melekat pada ingatan pembaca.

4. Menghidarkan pembaca dari kejenuhan Suatu tulisan yang baik akan membuat pembaca betah untuk menyimak dan menelusuri segala seluk beluk pikiran penulis yang tersaji dalam suatu tulisan. Untuk itu seorang penulis selain bisa menghidupkan suatu cerita, selingan selingan yang menghibur, juga tak lupa untuk menggunakan kata kata sederhana yang mudah ditafsirkan oleh pembaca.

5. Mempengaruhi pembaca Begitu suatu tulisan sudah menarik perhatian pembaca, maka selayaknya pula tulisan tersebut dapat mempengaruhi pembaca lewat pikiran pikiran ataupun perasaan yang tersaji kedalam tulisan, dengan tujuan apa yang penulis pikirkan dan rasakan dapat dirasakan pula oleh pembaca sesuai dengan apa yang diinginkan penulis.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Manusia membutuhkan bahasa untuk menyampaikan ide, pikiran maupun perasaan kepada orang lain dalam lingkungan sosialnya. Dalam hal ini kemampuan berbahasa seseorang adalah bersifat variatif, tergantung seberapa besar pengetahuan dan pengalaman yang didapatnya. Dalam mengolah bahasa, salah satu unsur terpenting adalah bagaimana cara kita mengemas bahasa tersebut menjadi sesuatu yang berkesan untuk disimak oleh orang lain, hal ini bisa kita tempuh dengan menggunakan variasi variasi bahasa, humor yang sehat, dapat memberi pengertian dengan baik, dan disertai dengan deskripsi daya imajinasi yang kuat. Gaya bahasa yang menarik berfungsi sebagai : 1. Dapat mengdeskripsikan suatu tulisan dengan lebih variatif 2. Dapat mengekspresikan suatu tulisan dengan lebih hidup 3. Menarik perhatian pembaca 4. Menghidarkan pembaca dari kejenuhan 5. Mempengaruhi pembaca

3.2 Saran Lewat makalah ini, semoga para pembaca bukan hanya mengetahui bagaimana suatu gaya bahasa yang baik, akan tetapi dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari hari, karena seseorang yang disukai oleh orang banyak tidak terlepas bagaimana ia berbicara pada lingkungan sosialnya. Selain itu kami juga mengharap kritik dan saran baik dalam hal penulisan, isi maupun dari aspek lainnya, yang bersifat membangun dan perbaikan kearah yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Gaban, Farid. 2011. Memberi Ruh Pada Berita (Bag.1). http://www.jurnalistik.net/wpcontent/uploads/group-documents/2/1317203009-MemberiRuhPadaBerita1.pdf. Diakses pada 11 Maret 2012 pukul 09.00 Wita.

.___________. 2011. Seperti Tarian Burung Camar. http://kem.ami.or.id/2011/10/sepertitarian-burung-camar/. Diakses pada 11 Maret 2012 pukul 09.00 Wita.

Prasetyo,

Budi.

Bahasa

Indonesia

Jurnalistik.

http://www.tubiyono.com/template-

features/tulisan-ilmiah/109-bahasa-indonesia-jurnalistik. diakses pada 10 Maret 2012 pukul 10.00 Wita.

You might also like