You are on page 1of 32

BLOK STOMATOGNATIC SYSTEM

LAPORAN PBL
SISTEM STOMATOGNATIK

TUTOR: drg. Setiadi Logamarta Sp.Ort disusun oleh: G1G009020 G1G010009 G1G010017 G1G010020 G1G010026 G1G010032 G1G010043 G1G010044 G1G010046 G1G010047 G1G010054 Gelar S. Ramadhani Anindha Cahyaningtyas R Ichfazh Adisetya Charmelita Clara Siahaan Ivana P. L. Pakan Henry Fuji Antoni Edvinna Pramudita Rosafina Irene Utami Abdul Qahar Tiana Siti Amalia Naila Marifat Aljinani

JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2012

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyusun Laporan PBL Sistem Stomatognatik ini. Terima kasih sebesar-besarnya kami ucapkan kepada drg. Setiadi Logamarta Sp.Ort yang telah menjadi tutor bagi kegiatan PBL kami. Terima kasih kepada para orang tua kami yang selalu mendukung kami berjuang menempuh pendidikan kedokteran gigi di Universitas Jenderal Soedirman. Terima kasih kami ucapkan kepada teman-teman kami di angkatan 2010 yang ikut membantu dan saling berdikusi dalam pengerjaan laporan ini.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang tersusun atas berapa sistem, salah satunya dalah sistem stomatognatik. Sistem stomatognatik sendiri merupakan suatu sistem atau unit fungsional yang terdiri dari beberapa jaringan dengan asal dan struktur yang bervariasi, akan tetapi bekerja dalam suatu kesesuaian untuk melaksanakan tugas masing-masing berdasarkan fungsinya. Adapun beberapa struktur yang menyusun sistem stomatognatik antara lain, komponen skeletal (os maxilla dan os mandibula), lengkung gigi, jaringan lunak (glandula saliva, jaringan syaraf, serta vaskularisasi), area Temporo Mandibular Joint, dan lain sebagainya. seperti yang telah dijelaskan tadi semua struktur tersebut bekerja berbeda-beda akan tetapi antara satu struktur dengan struktur yang lainnya saling membantu atau saling berhubungan. Dilihat dari segi fungsional sistem stomatognatik memiliki peranan penting bagi seorang manusia, seperti halnya untuk bicara. Manusia dapat bebicara dengan baik karena adanya keharmonisan kerja struktur penyusun sistem stomatognatik. Satu saja dari beberapa struktur penyusun sistem stomatognatik terjadi gangguan, maka akan mempengaruhi fungsi. Contohnya, seorang manusia dapat berbicara dengan baik ketika struktur penghasil suara berfungsi dengan baik. Akan tetapi jika satu struktur yang termasuk stomatognatik sistem mengalami gangguan misalnya gigi geliginya, maka bicara manusia akan terganggu, dalam hal ini pada fase artikulasinya, karena gigi geligi membantu manusia dalam proses artikulasi bicara.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana struktur anatomi sistem stomatognatik? 2. Bagaimana fungsi struktur anatomi sistem stomatognatik?

3. Bagaimana struktur fungsional organ pengucapan, organ penelanan, dan organ pengunyahan

C. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui dan memahami struktur anatomi sistem

stomatognatik 2. Mahasiswa mengetahui dan memahami fungsi struktur anatomi sistem stomatognatik 3. Mahasiswa mengetahui dan memahami struktur fungsional organ pengucapan, organ penelanan, dan organ pengunyahan.

D. Manfaat 1. Dapat mengetahui dan memahami struktur anatomi sistem

stomatognatik 2. Dapat mengetahui dan memahami fungsi struktur anatomi sistem stomatognatik 3. Dapat mengetahui dan memahami struktur fungsional organ

pengucapan, organ penelanan, dan organ pengunyahan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Skenario The stomatogntathc system (SS) plays an important role in human body. The SS in functional unit characterized by several structures : skeletal component ( maxilla and mandible ), dental arch, soft tissues ( periodontal tissues, ligual, salivary glands, nervous, and vascular supplies ), and temporomandibuar joint and masticatory muscle. These structure act in harmony to perform different functional tasks (to speak, to break food down into small pieces, and to swallow). In particular, the temporomandibular joint makes muscular and ligamentary connections to the cervical region forming functional complex called the cranio-cervical- mandibular system. The extensive afferent and efferent innervations of the SS are reflected in the extensive representation of the orofacial district in the motor and sensory areas of the cerebral cortex. Ringkasan Sistem stomatognatic merupakan system yang sangat kompleks dan berperan sangat penting di tubuh manusia. Beberapa struktur yang berperan tersebut antara lain seperti : komponen skeletal (maksilla dan mandibula), glandula saliva, sendi temporomandibular, dan otot otot penguyahan. Masing masing struktur ini bekerja dengan harmonis namun mempunya tugas yang berbeda beda ( mengunyah, menelan, dan berbicara).

2.2 Landasan Teori Step 1 Clarifying unfamiliar term 1) Stomatognathic Syestem : merupakan suatu sistem yang saling berkaitan,

seperti pada nervus, skeletal, muskulus, temporomandibular joint dan gigi geligi. Stomatognathic syestem ini terdapat pada rongga mulut.
2) Cranio-cervico-mandilular : suatu sistem kompleks yang berpusat pada temporomandibular joint yang menbuat muskulus dan ligamentum saling berhubungan. 3) Orofacial district wajah : daerah yang berada di sekitar dari rongga mulut dan

Step 2 Problem definition 1) Muskulus apa saja yang berpengaruh terhadap berbicara, pengunyahan dan penelanan? 2) Struktur atau bagian tubuh yang berpengaruh saat berbicara, mengunyah, dan menelan? 3) Kelainan berbicara , penelanan dan pengunyahan? 4) Stomatognatic system terdiri dari apa saja? 5) Komponen jaringan lunak? 6) Nervus apa saja yang berpengaruh saat berbicara, mengunyah dan menelan?

Step 3 Brain Storming

Stomatognatic System

Gambar 2.1. Mind mapping 1) Sistem yang saling berkaitan dengan rongga mulut. Memiliki fungsi yang harmonis bekerja sama membentuk rangkaian sistem. 2) Berbicara,adalah cara komunikasi individu ke individu lain ; proses pengeluaran suara ; memberkan informasi ke orang lain. a. Struktur Melibatkan rongga mulut, seperti saluran nafas, laring, faring, gigi, palatum, lidah, paru-paru (berfungsi menyaring udara yang nantinya dapat membangkitkan suara). i. ii. iii. iv. Respirasi, dengan struktur meliputi trachea, bronkus, paru-paru. Laring yang mencakup, plica vokalis dan plica vestibularis. Ligament-ligamen, yang berfungsi membantu pada saat berbicara. Gerakan mandibula, epiglottis.

b. Muskulus yang menyertai pada saat berbicara, yaitu i. Muskulus pada plica vokalis, yang mencakup, M. Cricotiroid, M. Arytenoid transverses, M. Cricoaritenoid lateral, M. Tiroaritenoid.

ii.

Muskulus

masticator,

yang

mencakup

M.

Masetter,

M.

pterygoideuslateralis, M. Pterygoideusmedialis, M. Temporalis. iii. Muskulus oblicularis oris, yang mencakup M. Levatorangulioris, M. Depressor angulioris. iv. Muskulus pada palatum yang mencakup, M. Tensor palatine, M. Palatoglossus. v. Muskulus pada lidah, yang mencakup, M. Styloglossus, M. Genioglossus. c. Inervasi pada proses berbicara i. ii. iii. iv. N. Hipoglossus. N. Fasialis. N. Vagus, untuk pernafasan. N. glossofaring.

d. Mekanisme pada proses berbicara 1. Respirasi 2. Fonasi 3. Resonansi 4. artikulasi 3) Mengunyah a. Struktur yang menyertai pada proses pengunyahan, yaitu gigi geligi, lidah, glandula saliva, palatum. b. Muskulus yang menyertai pada proses pengunyahan, yaitu i. M. Masetter, M. Temporalis, M. Pterygoideus lateral, M. Pterygoideus medial. ii. Muskulus pada dasar, yaitu M. Mylohyoid, M. Geniohyoid, M. Stylohyoid, M. Myohyoid, M. Infrahyoid. iii. vi. vii. M. Orbicularis oris Muskulus pada lidah, yaitu M. Styloglossus, M. Genioglossus. Muskulus pada palatum yang mencakup, M. Tensor palatine, M. Palatoglossus.

c. Inervasi pada proses pengunyahan, yaitu i. ii. N. Trigeminus N. Facialis

iii.

N. Hypoglossus

d. Mekanisme pada proses pengunyahan, yaitu Membuka mulut, lalu makanan diletakan di lidah, yang akan menstimulus pergerakan mandibula kemudian dikunyah dengan

menggunakan gigi geligi. 4) Menelan a. Struktur pada proses menelan yaitu palatum, laring, pharing (oropharing), epiglotis, esopharingeus, dan lidah i. Pharing disokong oleh M. Palatopharyngeus Stylopharyngeus ii. Pharing juga didukung oleh M. Constrictor Pharingis Superior, M. Constrictor Pharingis Medius, dan M. Constrictor Pharingis Inferior yang berkontraksi pada saat menelan agar menghalangi udara ke esofagus iii. Nervus yang bekerja pada mekanisme penelanan yaitu N. Glossopharingea dan N. Hypoglossus b. Mekanisme pada saat menelan mempunyai skema sebagai berikut : Bolus di dorong kearah palatum nasopharing menutup epiglotis menutup laring (agar tidak tersedak) gerak peristaltik di esofagus lambung 5. Kelainan a. Kelainan pada mekanisme berbicara yaitu : i. ii. iii. iv. v. vi. vii. viii. Palato versi Labio versi Open bite ( sulit mengucapkan huruf s ) Menggunakan gigi tiruan Cadel Makroglossus Mikroglossus Frenulum pendek kesulitan mengucap huruf r dan M.

b. Kelainan pada mekanisme mengunyah yaitu: i. Trismus

ii. iii. iv. v.

Maloklusi Edentolus Bells palsy Xerostomia

Step 4 Analyzing the problem 1) Berbicara a. Struktur yang berfungsi pada proses berbicara berdasarkan tahapan prosesnya, yaitu: i. Phonasi, organ yang berperan adalah laring. Laring terdiri dari tiga bagian yaitu vestibulum laringis, ventrikulus laringis, dan cavitas infraglotica. ii. Resonansi, struktur yang termasuk sebagai resonator untuk

mengkarakteristikan suara ialah sinus nasal, sinus maksilaris, organ, dan rongga faring iii. Artikulasi, dibentuk oleh struktur-struktur yang ada di rongga mulut b. Muskulus-muskulus yang bekerja pada proses berbicara beserta fungsinya, yaitu: i. M. cricotiroid, untuk menegangkan plica vocalis ii. M. cricoaritenoid lateralis, untuk adduksi plica vocalis iii. M. cricoaritenoid posterior, untuk abduksi plica vocalis iv. M. tiroaritenoid, untuk relaksasi plica vocalis v. M. orbicularis oris, sebagai faktor pendukung dalam proses berbicara vi. M. aritenoideus transversus, untuk menutup bagian posterior rima glotidis

c. Mekanisme terjadinya proses berbicara: Berawal dari proses respirasi dimana udara keluar dari paru-paru, kemudian menuju laring dimana terjadi proses phonasi, melewati plica vocalis, sehingga muncul getaran yang menimbukan gelombang suara. Lalu terjadi proses resonansi di rongga-rongga seperti mulut, hidung, dan sinus-sinus. Kemudian berakhir pada proses artikulasi di dalam cavum oris, dengan dibantu beberapa struktur seperti bibir, lidah, gigi, palatum, dan pipi keluarlah suara yang membentuk konsonan. Suara konsonan tersebut dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan struktur yang membentuknya, yaitu:

i. Suara bilabial, dibentuk oleh pertemuan bibir dengan bibir, konsonan yang terbentuk : m, b, dan p ii. Suara labiodental, dibentuk oleh pertemuan bibir dengan gigi, konsonan yang terbentuk adalah v dan f iii. Suara linguoapikoalveolar, dibentuk oleh pertemuan lidah dengan apikal alveolar, membentuk konsonan n dan d iv. Suara linguopalatal, dibentuk oleh pertemuan lidah dan palatum durum, membentuk konsonan r dan l v. Suara linguodental, dibentuk oleh pertemuan lidah dengan gigi, membentuk konsonan s, t, dan th vi. Suara glotis, membentuk konsonan h

Step 5 Formulating learnig issues 1) Apa yang dimaksud dengan sistem stomatognatic ? 2) Apakah faring ikut dalam proses berbicara ? 3) Ligamen apa saja yang berperan dalam proses berbicara ? 4) Apa saja yang termasuk dalam struktur berbicara ? 5) Sebutkan fungsi dari asing masing struktur berbicara ? 6) Sebutkan nervus yang berperan dalam berbicara, mengunyah dan menelan ?

Step 6 Self study Step 7 Reporting 1) Stomatognathic System Kesatuan organ yang meliputi fungsi yang berkaitan satu dengan lainnya. Organ-organ yang termasuk di dalamnya meliputi TMJ, maxilla, mandibula, struktur gigi, otot wajah,otot mastikasi, jaringan periodontal, sistem muskularisasi, sistem vaskularisasi, dan sistem inervasinya 2) Berbicara a. Proses berbicara dapat terbentuk dengan adanya organ atau struktur tertentu struktur dari proses berbicara berikut disebutkan sesuai tahapan proses berbicara, yaitu : i. Respirasi, organ utamanya dalam mengatur tekanan dan jumlah udara untuk pembentukan suara ialah trakea, bronkus, dan paru-paru

ii. Phonasi, organ yang berperan adalah laring. Di dalamnya terdapat plica vokalis yang berfungsi mengubah udara menjadi gelombang sehingga terbentuk suara vokal. Pada plika vokalis ini terdapat ligamen vokalis yang pada bagian anteriornya melekat pada kartilago tiroid, sedangkan di posterior melekat pada kedua kartilago aritenoid. iii. Resonansi, meliputi organ resonator yang berupa rongga-rongga yang dapat memantulkan suara-suara sehingga membentuk karakteristik suara, yaitu rongga dada, sinus paranasal, sinus maksilaris, cavitas yang berhubungan dengan hidung (cavum nasi, sinus, dan nasofaring), cavitas yang berhubungan dengan mulut (cavum oris dan orofaring), dan laringofaring. iv. Artikulasi, untuk membentuk suara konsonan, melalui struktur seperti bibir, palatum, pipi 4) Selain itu juga ada muskulus-muskulus yang bekerja pada proses berbicara, meliputi : i. Muskulus lidah, berupa muskulus intrinsiknya yaitu m. Genioglossus, m. Hyoglossus, m. Styloglossus, dan muskulus intrinsiknya yaitu m. Longitudinal, m. Transversal, dan m. Vertikal ii. Muskulus mastikasi yang berperan untuk elevasi dan depresi mandibula, seperti m.masseter dan m.pterygoideus lateralis yang berkontraksi untuk membuka mulut, m.temporalis untuk relaksasi 5) Sedangkan untuk inervasinya dari ramus laringeus interna dan n.laringeus reccurens. Secara umum, neurologi berbicara berjalan melalui sensoris dan motoris. Sensoris terbentuk setelah adanya stimulus melalui melihat, mendengar, dan meraba yang kemudian disampaikan ke otak. Sedangkan motoris terbentuk setelah adanya rangsang visual atau pendengaran tersebut yang kemudian sampai di SSP, diteruskan ke bagian girus angularis, kemudian dibawa ke area Wernicke untuk persepsi dan menginterpretasi, lalu menuju area Broca yang merupakan pusat bicara, ke korteks motorik, lalu terbentuklah bicara. 6) Kelainan dari proses berbicara, yaitu aphaxia dan disartrhia. Aphaxia terbagi menjadi aphaxia sensoris yang terjadi kerusakan pada area Wernicke sehingga tidak mampu menginterpretasi dan berbicara (bicara tidak jelas), dan aphaxia motorik pada area Broca sehingga masih bisa menginterpretasi tetapi tidak

dapat berbicara atau menyusun kata-kata. Sedangkan disarthria, tidak bisa menginterpretasi dan tidak bisa berbicara. 3) Mengunyah a. Struktur dalam pengunyahan meliputi gigi-geligi, lidah, palatum, pipi, glandula saliva, TMJ. Gigi geligi anterior berfungsi untukmemotong makanan, sedangkan gigi geligi posterior berfungsi dalam menggiling makanan. b. Muskulus pengunyahan terdiri dari: i. M.buccinator ii. M. Masseter untuk elevasi mandibula (N.V3) iii. M. Temporalis untuk elevasi dan retrusi mandibula iv. M. Pterygoideus medial untuk elevasi dan protrusi mandibula (N.V3) v. M. Pterygoideus lateral untuk depresi dan retrusi mandibula Muskulus-muskulus rahang ini bekerja bersamaan untuk menutup mulut dengan kekuatan sebesar 55 pounds pada gigi anterior dan 200 pounds pada gigi posterior. c. Kelainan pengunyahan Bruxism dapat menyebabkan TMJ linu dan atrisi pada gigi geligi sehingga menyebabkan penguyahan tidak sempurna. d. Saliva terdiri dari dua cairan, yaitu serus dan mukus. Serus mengangdung ptyalin yang dapat menghancurkan karbohidrat, sedangkan mukus

mengandung musin yang berfungsi sebagai pelumas atau pelindung makanan. Proses keluarnya saliva yaitu dimulai dari adanya rangsangan yang melewati papila-papila pada lidah yang akan merangsang sel eksotosik. e. Inervasi: i. Sensoris pada lidah ii. M. Temporal : n. lingualis (cabang N. Mandibularis) : Nn. Temporalis Profundi (cabang N. Mandibularis) iii. M. Pterygoideus Lateralis : N. Pterygoideus Lateralis (cabang N. Mandibularis) iv. M. Pterygoideus Medialis : N. Pterygoideus Medialis (cabang N. Mandibularis) v. M. Masseter : N. Massetericus (cabang N. Mandibularis)

4) Penelanan a. Struktur pendukung dalam penelanan, yaitu rongga mulut, palatum mole, laring, faring, lidah, otot pipi, dan saliva. b. Muskulus pada palatum mole : i. M. Tensor veli palatini ii. M. Uvula iii. M. Palatopharyngeus iv. M. Palatoglossus v. M. Levator veli palatini c. Proses penelanan ini berlangsung melalui 3 fase, yaitu : i. Fase oral Fase ini berawal dari proses pengunyahan yaitu dimana terjadinya proses mengubah makanan menjadi bolus yang siap ditelan. Proses yang terjadi di fase ini terjadi secara sadar. ii. Fase Pharyngeal Pada fase ini bolus sudah menyentuh arkus faring dan gerak reflek menelan segera dimulai. Fase ini berlangsung secara tidak disadari. M. Tensor veli palatini, M. Palaropharyngeus, M. Levator veli palatini berguna untuk mengangkat palatum mole pada saat proses penelanan sehingga menutup bagian nasofaring agar makanan tidak masuk ke rongga hidung. M. Stylohyoid, M. Geniohyoid, M. Thyrohyoid berguna untuk mengangkat laring ke dasar lidah. M. Constrictor faring superior, M. Constrictor faring medius, M. Constrictor faring inferior berguna untuk menghasilkan gelombang peristaltik untuk mendorong bolus makanan ke esophagus. iii. Fase Esophageal Terjadi proses pergerakan bolus makanan dari pharyng ke esophagus dengan dibantu gelombang peristaltik secara tidak sadar. Pada fase ini M. Cricopharyngeus dalam keadaan relaksasi. d. Inervasi: 1) N. Vagus : M. Constrictor medius, M. Constrictor inferior, M. Constrictor superior, M. Palatopharyngeus 2) N. Glossopharyng : M. Stylopharyngeus

e. Kelainan Penelanan : Disfagia merupakan gangguan pada proses memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung. Kelainan ini terjadi karena beberapa faktor yaitu gangguan neuromuskular (stress), gangguan

psychogenic, gangguan mekanis (penyumbatan).

2.3 Pembahasan 2.3.1 Sistem Stomatognatik Menurut Marzouk dan Simonton (1985), sistem stomatognatik merupakan kesatuan organ yang memiliki fungsi berkaitan satu sama lain. Organ-organ tersebut terdiri dari mandibula, maxilla, TMJ, struktur gigi, dan struktur pendukung lain seperti otot mastikasi, otot wajah, serta otot kepala dan leher. Menurut Shillingburg (1981) fungsi utama sistem stomatognatik adalah oklusi. Selain itu juga ada fungsi lain seperti menghisap, menggigit, berbicara, mengunyah, dan menelan. 2.3.2 Bicara Berbicara menurut Kamus Kedokteran Dorlan (1998) adalah ekspresi pikiran dan ide yang dikeluarkan melalui suara. Berbicara penting dalam kehidupan sehari hari karena berfungsi untuk berkomunikasi dengan individu lainnya. Kemampuan berbicara ini tergantung dari pada perkembangan dan fungsi normal daerah motorik pada cortex cerebri serta pada pemanfaatan mekanisme otot-otot kompleks pada larynx, pharyx dan cavum oris. Berbicara terdiri dari beberapa stuktur yaitu organ respirasi, larynx, rongga pharynx, sinus-sinus dan cavum oris. Berikut merupakan otot-otot yang berpengaruh dalam berbicara adalah 1. Otot Larynx No 1. Otot Instrinsik M. cricothyroide Arcus cartilaginis Lamina cartilaginis Menegangkan pita suara n. laryngeus Origo Insersio Fungsi Inervasi

us M.arytenoide us Transversus

cricoidae cartilago arytenoidea (tepi lateral dan permukaan posterior)

tyroidae Cartilago arytenoidea dari sisi yang berlawanan (tepi lateral dan permukaan posterior) Menutup rima glotis

eksternal n. laryngeus recurrent

M. cricoarylenoi deus posterior

Lamina cartilaginis cricoideae (permukaan belakang)

Processus muskularis cartilaginis arytenoudeae dan permukaan belakang cartilago arytenoidea

abduksi pita suara

n. laryngeus recurrent

M. cricoarytenoi deus lateralis

Arcus cartilaginis cricoidea

Processus muskularis cartilaginis arytenoideae

adduksi pita suara

n. laryngeus recurrent

M. thyroarytenoi deus

Angle of

Arytenoid

relaksasi pita suara

n. laryngeus recurrent

hyoid thyroid (vocal process) cartolago

M. vocalis

Cartilago tyroidea

Procesus vocalis dan fovea oblonga cartilaginis arytenoida

Menegakkan pita suara dan membentuk tepi bibir pita suara

n. laryngeus recurrent

Sobotta ()

2. Otot Lidah No 1. Otot Ekstrinsik M. Spina Aponeurosis lingua Mendorong lidah kedepan, pemindahan kebawah, penggerakan ujung lidah M. Hyoglossus Cornu majus dan corpus os hyoideus Aponeurosis lingua (daerah lateral) Menarik balik lidah, menurunkan punggung lidah, dan dasar lidah M. Styloglossus Proccesus stylohyoideu s os temporalis (tepi depan), ligamen stylomandibu lare dan ligamen stylohyoideu m Tepi samping lidah (posteriorsuper ior lingual) Menarik balik dan mengangkat lidah n. hypogloss us n. hypogloss us n. hypogloss us Origo Insersio Fungsi Inervasi

Genioglossus mentalis mandibula

2.

Intrinsic M. Longitudinal Apex lingue Radix lingue Menarik balik lidah dan juga perluasan n. hypogloss

gerakan lidah yang berhubungan dengannya M. Transversus linguae Tepi samping Tepi samping lidah;septum lingua lidah;aponeuro sis lingua Pengerutan lidah dan juga yang berhubungan dengan gerakan menjulurkan lidah M. vertical linguae Dorsum linguae Permukaan Mendatarkan

us

n. hypogloss us

n. hypogloss us

inferior linguae dan melebarkan lingua

3. Otot Mastikator No 1 Otot M. masseter Superficialis. Origo Tepi inferior depan arcus zygomaticus. Insesio Angulus mandibulae & bag. bawah permukaan lateral ramus. Fungsi Mengangkat, pergerakan lateral dan retrusi Inervasi n. trigeminus cab. Mandibular is

M. masseter Profunda

Tepi inferior belakang arcus zygomaticus.

Angulus mandibulae & bag. bawah permukaan lateral ramus.

Mengangkat, pergerakan lateral dan retrusi

n. trigeminus cab. Mandibular is

2.

M. temporalis.

Fossa temporalis di bawah linea temporalis dan Linea temporalis inferior yg melengkung.

permukaan medial proc.

Tonus istirahat,

n. trigeminus

Coronoideus & elevasi, retrusi cab. tepi anteromedial ramus mandibulae. dan gerak ipsilateral Mandibular is

3.

M. Pterygoideus medialis

Permukaan medial lamina lateralis proc.

permukaan medial ramus mandibula melebar ke

Elevasi,protru si dan gerak kontralateral

n. trigeminus cab. Mandibular is

Pterygoideus. bawah sulcus Sebagian serabut keluar dari tuber maxillae 4 M. Pterygoideus lateralis Caput superior, berupa serabut dari seluruh atap fossa infratemporal is. Caput inferior, ke posterior, ke superior dan sedikit ke lateral kemudian berinsertio pada fovea pterygoideus di permukaan anterior collum Protrusi, depresi dan gerak kontralateral mylohyoideus ditepi inferior & angulus mandibula

n. trigeminus cab. mandibular is

mandibula

4. Otot Ekspresi Wajah No 1. Otot M. orbicularis oris Origo serabut ekstrinsik: dari insersio otot sirkumolar serabut Insersio serabut ekstrinsik: serabut melintasi cavum oris di dalam pipi Fungsi mulut menutup, menekan labium oris terhadap gigi dan memajukan labium oris Inervasi n. facialis

intrinsik: dari sebagai fossa incisiva mandibula spinchter serabut intrinsik: serabut berjalan oblik ke depan dan masuk ke kutis labium oris

2.

M. levator anguli oris

Fossa canina maxillae di bawah foramen infraorbitale

sudut mulut

mengangkat sudut mulut.

n. facialis

3.

M. depressor anguli oris

linea obique mandibulae

sudut mulut

menarik sudut mulut ke bawah

n. facialis

4.

M. Buccinator

Raphe pterygomand ibularis , Processus


alveolaris superior,

Serabut otot berjalan ke depan melalui pipi sebagai suatu lapisan datar. Pada waktu mendekati sudut mulut, serabut superior berjalan ke inferior, sedang serabut inferior ke superior untuk bergabung dengan m. orbicularis oris.

n. facialis

Processus alveolaris inferior

Otot - otot tersebut saling berhubungan dan bekerjasama sehingga terjadi mekanisme berbicara. Otot masseter, tepatnya m. pterygoideus lateralis berkontraksi dan m. temporalis, m pterygoideus posterior serta m. masseter relaksasi.Selain otototot yang berkontraksi, ada juga ligament yang ikut serta dalam mekanisme berbicara ini yaitu ligament vocalis. Dalam proses terjadinya berbicara terjadi proses sensoris yang meliputi pendengaran, penglihatan dan raba dan juga proses motoris yaitu laring serta alat artikulasi. Dalam proses tersebut apabila mendapat stimulus indra secara auditory maka sinyal bunyi diterima oleh auditory primer lalu diteruskan ke area Wernicke di SSP yang berguna untuk interpreatasi penuh, lalu ke area broca yang berguna untuk pembentukan kata dan dilanjutkan ke korteks motoric yang mengatur otot berbicara. Berikut merupakan proses hingga dapat terjadinya bicara, yaitu : 1. Respirasi

Respirasi merupakan suatu proses inhalasi dan ekhalasi. Pada bicara apparatus pernapasan selama ekhalasi menyediakan aliran udara yang merupakan awal dari proses bicara. Organ yang berpengaruh dalam proses ini adalah trakea, bronkus dan paru-paru. Udara dari paru-paru keluar dari glottis dan menggetarkan plica vocalis dan menjadi gelombang suara 2. Phonasi Phonasi adalah suara yang dihasilkan dari aliran udara yang keluar melalui laring. Didaloam laring pitasuara mengubah aliran udara ini dengan mengatur kedua pita suara kiri dan kanan dan juga jaraknya sehingga terbentuk suatu celah sempit yang besar dan konturns bervariasi segingga menimbulkan tahanan terhadap aliran udara dan menimbulkan suara atau bunyi. Bunyi tersebut dikenal sebagai suara laring atau vocal. 3. Resonansi Resonansi adalah memberikan kualitas karakteristik pada bunyi gelombang suara yang ditimbulkan pita suara. Organ yang berfungsi adalah sinus baik itu maksila, paranasal dan juga frontalis, rongga pharynk yaitu orofaring dan nasofaring , rongga mulut, rongga dinding dan rongga dada. 4. Artikulasi Artikulasi adalah proses penghasilan suara dalam berbicara oleh pergerakan bibir, mandibula, lidah dan mekanisme palatopharingeal dalam koordinasi dengan respirasi dan phonasi. Organ yang berfungsi adalah bibir yang berguna untuk membendung suara pada saat pembentukan suara letup, palatum molle dan durum yang berguna untuk mengawasi proses artikulasi, lidah yang berguna untuk membentuk suara dengan mengangkat, menarik, menipis, menonjol, dan mendatar, pipi yang berguna untuk membendung suara di bagian bukal dan gigi yang berguna untuk menahan aliran udara dalam membentuk konsonan labiodental dan apiko alveolar.

Kelainan yang berhubungan dengan bicara adalah apaxia yang terdiri dari tiga macam yaitu apaxia sensoris merupakan gangguan yang mengenai area Wernicke sehingga tidak bias menginterpretasikan makna yang diucap tetapi bisa berbicara meskipun tidak jelas, apaxia motoris merupakan gangguan di area broca sehingga tida bisa berbicara tetapi bisa menginterpretasikan makna,lalu apaxia global yang merupakan lanjutan dari apaxia motoris. Dysatria yangdikarenakan saraf yang

belum matang atau trauma seperti pada penderita stroke. Cerebral palsy merupakan gangguan yang menyebabkan ketidak fokusan dalam berbicara biasanya disebabkan karena trauma yang menjadikan sarafnya terjepit.

2.3.3 Pengunyahan Pengunyahan adalah suatu proses penghancuran partikel makanan di dalam mulut dengan bantuan dari saliva untuk mengubah ukuran dan konsistensi makanan yang pada akhirnya akan membentuk bolus sehingga mudah untuk ditelan. Proses penghancuran makanan tersebut dilakukan oleh gigi-geligi dibantu dengan otot- otot mastikasi dan pergerakan dari kondilus melalui artikulasi temporomandibula. Proses pengunyahan terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap membuka mandibula, tahap menutup manduibula dan tahap berkontaknya gigi antagonis satu sama lain atau kontak antara gigi dengan bolus makanan, dimana setiap tahap mengunyah berakhir 0,5-1,2 detik. Otot yang bertanggung jawab untuk menggerakan mandibula selama proses pengunyahan adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, muskulus pterygoideus medialis dan muskulus pterygoideus lateralis. Adapun beberapa otot tambahan pada kavum oris yaitu muskulus mylohyoideus, muskulus geniohyoideus, muskulus stylohyoideus, muskulus infrahyoideus dan muskulus bucinator. Selama proses pengunyahan otot yang berperan aktif dalam gerakan membuka mandibula adalah muskulus pterygoideus lateralis, pada saat membuka mandibula tersebut muskulus pterygoideus lateralis berkontraksi sedangkan muskulus

pterygoideus medialis, muskulus masseter dan muskulus temporalis berada dalam keadaan relaksasi. Begitupula pada gerakan menutup mandibula terjadi berkebalikan dari proses membuka mandibula yaitu muskulus masseter, muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus medialis berkontraksi sedangkan muskulus pterygoideus lateralis dalam keadaan relaksasi. Sementara mandibula tertutup perlahan, muskulus temporalis dan muskulus masseter juga berkontraksi untuk membantu gigi-geligi saling berkontak pada oklusi normal. Berikut adalah penjelasan dari otot-otot serta fungsinya dari otot mastikasi, yaitu: No Otot Origo Insersio Fungsi Inervasi

1.

M. Temporalis

Os temporal di bawah linea temporalis inferior, lapisan dalam fascia

Apex dan permukaan medial proc. Coronoideuss mandibulae

Serabut anterior menutup mulut, serabut posterior menarik mandibula

Nn. Temporale s profundi (N. mandibula ris (V/3)

2.

M. Masseter

Pars superficialis: 2/3 anterior margo inferior arcus zygomaticus, pars profunda: sepertiga posterior permukaan dalam arcus zygomaticus

Pars superficialis : angulus mandibulae, tuberositas masseterica, pars profunda : margo inferior madibulae

menutup mulut

N. masseteric us (N. mandibula ris (V/3)

3.

M. Pterygoideus medialis

Fossa pterygoidea, permukaan medial lamina lateralis proc. Pyramidalis

Margo inferior mandibulae, tuberositas pterygoidea

menutup mulut

N. pterygoide us medialis (N. mandibula ris (V/3)

4.

M. Pterygoideus lateralis

Caput superius : permukaan luar lamina

Caput superius : discus et capsula articulationis

Caput inferius: menarik mandibula kearah dalam

N. Pterygoide us lateralis (N. mandibula

lateralis proc. temporamandi

Pterygoidei, tuber maxillae

bularis, Caput inferius : Fovea

ris (V/3)

(accessorius), pterygoidea Caput inferius : Facies temporalis alae majoris ossis sphenoidalis proc. Condylaris mandibulae

Lidah ikut berperan serta pula pada proses pengunyahan karena lidah berfungsi membawa makanan diantara permukaan oklusi gigi-geligi, membuang objek seperti biji, benda asing, fragmen tulang, dan substansi yang tidak enak rasanya serta berfungsi untuk membawa massa makanan yang sudah dikunyah ke palatum sebelum akhirnya ditelan. Selain itu lidah juga berperan penting dalam mempertahankan kebersihan mulut yaitu untuk menghilangkan debris makanan pada gingiva, vestibulum dan dasar mulut. Peranan dari gigi-geligi pada proses pengunyahan juga sangat berpengaruh. Susunan gigi-geligi yag lengkap pada oklusi sangat penting karena menghasilkan proses pencernaan makanan yang baik, dimana dengan penghancuran makanan oleh gigi-geligi sebelum penelanan akan membantu pemeliharaan kesehatan gigi yang baik. Oklusi yang baik dan penggantian gigi yang hilang dengan gigi tiruan akan menjaga estetis dan kesehatan rongga mulut. Dikatakan juga oleh Larsen (1957) bahwa dengan mengunyah dan memberikan latihan untuk otot-otot dalam mempertahankan fungsi dan kesehatan jaringan periodontal. Tonjol gigi pada arkus dentalis superior dan inferior terletak pada posisi oklusi yang normal, dimana hal ini akan menghasilkan kontak yang maksimal antara tonjol dan fossa serta interkusipidasi maksimal. Oklusi umunya bervariasi anatara individu satu dengan yang lainnya, sehingga ada beberapa individu yang benar-benar mempunyai oklusi ideal. Oklusi ideal dimana terdapat hubungan yang tepat dari gigi-

gigi mmolar pertama tetap pada bidang sagital. Selama proses pengunyahan gigigeligi cenderung kembali ke posisi istirahat, dimana pada posisi ini semua otot yang mengontrol posisi mandibula berada dalam keadaan istirahat, disebut free way space dan dalam upaya mencapai keadaan tersebut gigi-geligi akan memberikan efek mekanis yang maksimal terhadap bahan makanan. Proses pengunyahan tersebut dapat dijelaskan menjadi proses seperti berikut yaitu, pada makanan berkonsentrasi keras akan dipotong kemudian gigi insisivus menutup dalam hubungan edge to edge tetapi tidak pada posisi kontak yang sebenarnya. Mandibula bergerak ke depan sampai makanan berkontak dengan gigi sebagai tanda dimulainya proses pemotongan lalu setelah itu mandibula retrusi. Retrusi mandibula berhenti ketika resistensi terhadap pemotongan makanan dijumpai. Pada saat gigi rahang bawah menekan makanan, tegangan otot akan meningkat dan pergerakan gigi akan berubah dalam bentuk gerakan beraturan yang terus-menerus. Makanan yang telah dipotong oleh gigi anterior (insisivus) kemudian dihancurkan atau digiling dengan gigi posterior (molar) kemudian dihancurkan dan dibawa ke posterior oleh lidah. Dengan demikian gigi insisivus berada dalam hubungan edge to edge selama pemotongan makanan. Selain organ yang telah disebutkan diatas, sendi temporomadibula juga berperan penting dalam proses pemgunyahan. Selama gerakan mandibula, kondilus mandibula melakukan gerakan memutar dan meluncur, hal ini mengakibatkan mandibula membuka dan menutup. Pergerakan kondilus terjadi pada saat kondilus bergerak ke bawah dan ke atas sepanjang eminansia artikularis dari tulang temporal. Kondilus dan tulang temporal dipisahkan oleh rongga persendian dan meniskus, dimana meniskus terbagi atas rongga bagian atas dan bawah. Pergerakan dari pembukaan mandibula diikuti oleh peluncuran dari processus kondilaris dan meniskus ke depan dan ke belakang sepanjang tuberkulum artikularis di dalam fossa mandibula bersama dengan pergerakan serat. Pergerakan dari memajukan mandibula terjadi karena tertariknya kondilus dan meniskus ke depan sepanjang tuberkulum artikularis. Pergerakan dari memundurkan mandibula oleh serat-serat posterior dari muskulus temporalis yang menarik kondilus dan meniskus ke belakang dan ke atas sepanjang tuberkulum artikularis, muskulus masseter mempertahankan kontak gigi-geligi. Pergerakan mandibula ke samping oleh aktivitas muskulus pterygoideus medialis dan muskulus pterygoideus lateralis pada satu sisi,

dimana processus kondilaris dan diskus artikularis akan terdorong ke depan dan ke eminansia artikularis.

2.3.4 Penelanan Proses penelanan adalah aktivitas terkoordinasi yang melibatkan beberapa macam otot dalam mulut, otot palatum lunak, otot faring dan otot laring. Aktivitas otot penelanan di mulai sebagai kerja volunter dan kemudian berubah menjadi refleks infolunter. Holinshead, loogmore (1985) menyatakan bahwa peristiwa menelan adalah peristiwa yang terjadi setelah proses pengunyahan selesai di dalam mulut, kemudian mulut menutup. Lidah bagian ventral bergerak ke arah palatum sehingga mendorong bolus ke arah istmus fausium menuju faring untuk selanjutnya di teruskan ke esofagus. 1. Aktivitas otot Berkovits (1995) dan wiliams (1995) menyatakan bahwa otot otot yang berperan dalam proses penelanan adalah otot otot di dalam kavum oris propium yang bekerja secara volunter, otot otot faring dan otot otot laring bekerja secara involunter. Kavum oris terbagi menjadi 2 bagian yaitu vestibulum oris dan kavum oris proprium. a. Otot otot di dalam kavum oris proprium Otot yang termasuk dalam kelompok ini adalah otot otot lidah dan otot otot palatum lunak. Otot otot lidah terdiri dari otot otot intrinsik dan ekstrinsik.otot intrinsik lidah merupakan otot yang membentuk lidah itu sendiri yaitu muskulus longitudinalis linguasuperfisialis, muskulus longitudinalis lingua profunda, muskulus transversus lingua dan muskulus vertikalis lingua. Otot ekstrinsik lidah merupakan merupakan otot yang berada di bawah lidah yaitu muskulus genioglossus untuk menggerakan bagian tengah lidah ke belakang. Sedangkan otot oto palatum lunak yaitu muskulus tensor dan muskulus levator vely palatini untuk mengangkat faring dan muskulus palatoglosus yang menyebabkan terangkatnya uvula. b. Otot oto faring Terbagi menjadi 2 golongan yaitu otot otot yang jalanya melingkar dan otot oto membujur faring. Otot otot melingkar terdiri dari muskulus konstriktot faringis superior, muskulus konstriktor faringis media,

muskulus konstriktor faringis inferior. Sedangkan otot otot membujur terdiri dari muskulus stylofaringeus. Faring tertarik ke arah medial untuk saling mendekat. Setelah itu lipatan lipatan faring membentuk celah sagital yang akan di lewati makanan menuju ke dalam fsring posterior, celah ini melakukan kerja selektif sehingga makannan yang telah di kunyah dapat lewat dengan mudah. c. Otot laring Terbagi menjadi 2 bagian yaitu otot laring intrinsik dan otot laring ekstrinsik. Otot laring ekstrinsik yaitu muskulus cricotiroideus. Sedangkan otot otot laring intrinsik yaitu muskulus cricoaritenoideus psterior, muskulus cricoaritenoideus lateral.muskulus tiroaritinoideus, muskulus vokalis, muskulus tiroepiglotikus dan muskulus aritenoideus. Pada laring terdapat 2 sfrinngter yaitu aditus laringis dan rima glotidis. Aditus laringis berfungsi hanya pada saat menelan. Ketika bolus makanan di pindahkan ke belakang diantara lidah dan palatum mole, laring tertarik ke atas. Aditus laringis dipersempit oleh kerja muskulus aritenoideus oblique dan muskulus ariepiglotikus. Bolus makanan atau cairan, kini masuk ke esofagus dengan menggelincir di atas epiglotis atau turun lewat alur pada sisi sisi aditus laringis. Rima glotidis berfungsi sebagai sfringter pada saat batuk atau bersin tetapi yang terpenting adalah epiglotis membantu

mencegah makanan agar sejauh mungkin dari pita suara, di mana akan mempengaruhi tegangan pita suara pada waktu bicara. 3. Persarafan Pada tahap menelan, daerah posterior mulut dan faring merupakan daerah yang paling sensitif. Pada faring terdapat suatu cincin yang mengelilingi pembukaan faring dan mempunyai sensitifitas terbesar pada tiang tiang tonsil. Inpuls di jalarkan dari daerah ini melalui bagian sensori saraf trigerminal dan syaraf glosofaringeal ke daerah medula oblongata yang berhubungan erat dengan traktus salifarius yang terutama menerima impuls sensori dari mulut. Secara otomatis proses menelan diatur oleh daerah daerah neuron di batang otak yang didistribusikan ke seluruh substansia retikularis medula dan bagian bawah pond. Daerah medula dan bagian pons bagian bawah mengatur penelanan secara keseluruhan disebut pusat menelan atau deglutasi.

impuls motorik dari pusat menelan ke faring dan esofagus bagian atas menyebabkan menelan dijalarkan oleh saraf kranial, yaitu saraf trigeminal, saraf glossofaringeal, saraf vagus dan saraf hipoglossal.

Berikut ini merpakan tahap-tahap mekanisme penelanan makanan: Penelanan makanan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap volunter atau tahap oral atau tahap bukal, tahap faringeal atau involunter, dan tahap esophageal. Tahaptahap ini melakukan gerakan yang berkesinambungan dan berlangsung secara cepat. Tahap oral atau volunter berlansung setelah makanan dikunyah dan berbentuk bolus sehingga mudah untuk ditelan. Lidah akan bergerak secara vertikal dan mendorong bolus tersebut ke arah isthmus fausium. Ishtmus fausium merupakan daerah posterior dari cavum oris yang dibatasi oleh palatum mole pada bagian superior dan radiks lidah pada bagian inferior. Ketika bolus akan melewati isthmus fausium, muskulus palatoglossus berkontraksi untuk menyempitkan isthmus fausium sehingga makanan tidakdapat kembali ke dalam cavum oris. Setelah makanan sampai pada orofaring, muskulus levator veli palatini, muskulus tensor veli palatine, dan muskulus palatofaringeus untuk menutup nasofaring agar makanan tidak masuk ke dalam nasofaring dan terdorongke dalam orofaring. Pada tahap faringeal atau involunter dimulai peranan faring dalam proses penelanan. Muskulus stylofaringeus dan muskulus palatofaringeus berkontraksi sehingga menarik faring kea rah kranial yang memungkinkan makanan terdorong kea rah laringofaring. Pada saat bersamaan otot-otot laring yaitu muskulus sritenoideus obliqus dan muskulus transversus serta muskulus cricoaritenoideus lateral berkontraksi yang menyebabkan penyempitan aditus laringis. Kedua cartilagom aritenoidea berkontraksi, kemudian tertarik dan saling mendekati sampai bertemu dengan epiglottis, rima glotidis tertutup sehingga makanan tidak masuk ke dalam laring tetapi berada dalam laringofaring. Pada tahap esophagus, muskulus constrictor faring berkontraksi berganti dari atas ke bawah mendorong bolus makanan ke bawah melewati laring. Dengan terangkatnya laring dan relaksasi dari sfingter faringoesofageal, seluruh otot-otot pada dinding faring berkontraksi. Makanan yang telah memasuki esophagus, akan dialirkan

ke lambung melalui gerak peristaltik. Gerak peristaltic pada esophagus terbagi menjadi dua tipe, yaitu peristaltik primer dan peristaltik sekunder. Gerak peristaltik primer merupakan gelombang peristaltikyang mendorong makanan di faring menuju esophagus selama tahap faringeal. Jika setelah gelombang peristaltik primer masih terdapat sisa makanan yang belum terdorong ke lambung, maka akan timbul gelombang peristaltik sekunder yang dihasilkan dari peregangan esophagus oleh makanan yang tertahan akan mendorong sisa makanan tersebut ke lambung.

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan System stomatognatik merupakan system yang sangat kompleks dan tidak bisa dipisahkan fungsi antar struktur yang berkaitan, struktur yang dimaksudkan yaitu seperti komponen skeletal ( maksilla dan mandibulla ), glandula saliva,jaringan ikat dan komponen npendukug yang lain dimana struktur itu bekerja secara harmonis dan mempunyai fungsi spesifik sendiri sendiri. Fungsi yang spesifik nantinya akan membentuk fungsi yang lebih kompleks seperti berbicara, mengunyah dan menelan.

3.2 Saran Kekurangan pada saat kegiatan PBL yang kami lakukan terdapat beberapa hal yang menjadi kendala pada saat pembahasan, yaitu seperti kesulitannya mendapatkan sumber yang valid untuk dijadikan bahan diskusi.

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, anita. 2008. Aspek Fisiologis Pengunyahan dan Penelanan Pada Sistem Stomatogenasi. Skripsi. Medan : Pascasarjana Universitas Sumatra Utara Biyantini, Nisa Milati. 2007. Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara. Available from :

http://www.Scribd.com/doc/15767100/Fisiologi+PengunyahanPenelanan-dan-Bicara. diakses pada tanggal 28 April 2012 Norton, Neil S., 2007, Netters Head and Neck Anatomy for Dentistry, Philadelphia: Saunders Hegner, Barbara R., 2003, Asisten Keperawatan Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta: EGC

Liebgott, Bernard., 1995, Dasar-dasar Aanatomi Kedokteran Gigi, Jakarta: EGC

You might also like