You are on page 1of 15

CARA MENARIK KESIMPULAN

Cara Menarik Kesimpulan

Ada tiga macam cara untuk menarik kesimpulan dalam paragraf induktif, yaitu generalisasi, analogi, dan sebab akibat. 1. Generalisasi Generalisasi merupakan pola pengembangan sebuah paragraf yang dibentuk melalui penarikan sebuah gagasan atau simpulan umum berdasarkan perihal atau kejadian. Contoh: Dua anak kecil ditemukan tewas di pinggir Jalan Jendral Sudirman. Seminggu kemudian, seorang anak wanita hilang ketika pulang dari sekolah. Sehari kemudian, polisi menemukan bercak-bercak darah di kursi belakang mobil Anwar. Polisi juga menemukan potret dua orang anak yang tewas di Jalan Jenderal Sudirman dalam kantung celana Anwar. Dengan demikian, Anwar adalah orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban tentang hilangnya tiga anak itu. Simpulan generalisasi tersebut ditandai dengan memberikan pernyataan yang bersifat khusus untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Dapat diketahui bahwa pikiran utama atau kesimpulan paragraf tersebut ditandai dengan kata dengan demikian. Secara lengkap adalah Dengan demikian, Anwar adalah orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban tentang hilangnya tiga anak itu. 2. Analogi Analogi merupakan perbandingan dua hal yang berbeda, tetapi masih memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi dari kedua hal yang dibandingkan. Dua hal yang dibandingkan tersebut berbeda, tetapi memiliki banyak persamaan. Berdasarkan banyak kesamaan tersebut, ditariklah suatu kesimpulan. Contoh: Seseorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung. Sewaktu mendaki, ada saja rintangan seperti jalan yang licin yang membuat seseorang jatuh. Ada pula semak belukar yang sukar dilalui. Dapatkah seseorang melaluinya ? Begitu pula bila menuntut ilmu, seseorang akan mengalami rintangan seperti kesulitan ekonomi, kesulitan memahami pelajaran, dan sebagainya. Apakah Dia sanggup melaluinya ? Jadi, menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung yaitu banyak rintangan untuk mencapai puncaknya. 3. Sebab-akibat

Pengembangan sebuah paragraf dapat pula menggunakan sebab akibat. Sebab dapat bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Akan tetapi, sebab akibat ini dapat juga terbalik, akibat yang menjadi gagasan utamanya dan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya. Ada beberapa macam pola pengembangan sebab akibat, yaitu sebab akibat, sebab akibat 1 akibat 2, atau sebaliknya akibat sebab, akibat 1 akibat 2 sebab.

Akibat 2

Akibat 2

Model 1 Model 2 Contoh: Melihat sepintas lalu masyarakat kota bandar kita terkesan oleh kesibukan-kesibukan kerja dan lalu lintas sehari-hari. Hubungan dagang dengan relasi-relasi dari luar daerah pulau ataupun asing yang pembesarannya harus selekas mungkin diadakan berhubung terikatnya perahu layar pada angin musim; pemuatan barang-barang ekspor dan pembongkaran barangbarang impor, semuanya itu tidak memungkinkan orang bekerja pelan-pelan seperti menanti menguningnya padi di musim panen. Kiranya inilah yang membentuk tipe manusia pesisiran, yang lain dari tipe manusia pedalaman.

C. Membaca Intensif Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terdapat pada awal paragraf. Oleh karena itu, langkah penting dalam menemukan paragraf deduktif adalah mencari dan menemukan letak kalimat utama. Adapun ciri-ciri paragraf deduktif adalah: kalimat utama terletak di awal paragraf, dimulai dengan pernyataan umum dilanjutkan dengan uraian atau penjelasan khusus. Contoh: Pemerintah tengah mengkaji kemungkinan mengalihkan anggaran subsidi minyak tanah ke elpiji. Dengan cara ini, diharapkan harga elpiji akan makin murah sehingga mendorong masyarakat tidak lagi menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar. Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Paskah Suzetta, jika proses diversifikasi energi ini berjalan, diperkirakan dana subsidi minyak bisa dihemat hingga Rp30 triliun. Subsidi elpiji diperkirakan berjumlah Rp 6 triliun. Gagasan utama paragraf tersebut terletak pada awal paragraf, yaitu Pemerintah mengkaji anggaran subsidi minyak tanah ke elpiji. Contoh: Pemakiaan bahasa Indonesia di seluruh Indonesia dewasa ini belum dapat dikatakan seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, dan ucapan terlihat dengan mudah. Pemakiaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Di lingkungan persuratkabaran, radio, dan televisi pemakaian bahasa Indonesia belum terjaga dengan baik. Para pemuka kitapun pada umumnya belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Fakta-fakta di atas menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan. Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal paragraf (Deduktif), yaitu pemakaian bahasa Indonesia di seluruh Indonesia belum seragam.

Paman APIQ masih mengajak kita untuk berdiskusi tentang tema logika menarik kesimpulan. Terdapat tiga bentuk logika yang sangat penting untuk menarik kesimpulan: implikasi, kontraposisi, dan biimplikasi. Contoh: Jika berakhlak buruk maka badan berpenyakit. Pernyataan di atas adalah implikasi. Sementara anggap juga pernyataan implikasi di atas juga bernilai benar. Misal diketahui seseorang berakhlak buruk. Apa kesimpulan yang sah?

Badan berpenyakit. (Sah). Selain kondisi di atas kita tidak dapat menarik kesimpulan yang sah. Misal diketahui seseorang badan berpenyakit. Apa kesimpulan yang sah? (pasti karena) Berakhlak buruk. (Tidak sah.) Cara lain yang sah untuk menarik kesimpulan adalah dengan mengubah implikasi menjadi kontraposisi. Nilai kebenaran kontra posisi sama atau ekivalen dengan implikasi. Mari kita ubah implikasi di atas menjadi kontraposisi. Contoh: Jika badan TIDAK berpenyakit maka (karena) TIDAK berakhlak buruk. Misal diketahui badan tidak berpenyakit. Apa kesimpulan yang sah? (karena) TIDAK berakhlak buruk. (Sah). Kondisi lain tidak sah untuk menarik kesimpulan. Misal diketahui badan berpenyakit. Apa kesimpulan yang sah? (karena) berakhlak buruk. (Tidak sah). Cara menarik kesimpulan dengan memanfaatkan implikasi kita kenal sebagai modus ponens. Sedangkan cara menarik kesimpulan dengan cara kontraposisi kita kenal sebagai modus tollens. Situasi akan menjadi lebih mudah bila situasiya adalah biimplikasi. Contoh: Jika dan hanya jika berakhlak buruk maka badan berpenyakit. Misal diketahui berakhlak buruk. Kesimpulan badan berpenyakit. (Sah). Diketahui TIDAK berakhlak buruk. Kesimpulan badan TIDAK berpenyakit. (Sah). Diketahui badan berpenyakit. Kesimpulan (karena) berakhlak buruk. (Sah). Diketahui badan TIDAK berpenyakit. Kesimpulan (karena) TIDAK berakhlak buruk. (Sah). Jadi, sangat mudah bagi kita untuk menarik kesimpulan yang sah jika situasinya adalah biimplikasi. Tetapi bagaimana kita tahu bahwa suatu kondisi adalah biimplikasi atau hanya implikasi?

Itulah pertanyaan penting yang perlu kita cermati. Epistemologi memberi kerangka bagi kita untuk menjawabnya. Bagaimana menurut Anda? Salam hangat (angger; agus Nggermanto: Pendiri APIQ) Leave a comment Ditulis pada APIQ, inovasi pembelajaran matematika Di-tag APIQ, biimplikasi, epistemologi, implikasi, kontraposisi, logika matematika, matematika kreatif, menarik kesimpulan

Latihan Logika Matematika Menarik Kesimpulan


Posted on Agustus 23, 2010 | 1 Komentar Paman APIQ kembali mengajak kita untuk berpetualang dengan logika matematika. Kali ini kita akan berlatih menarik kesimpulan. Paman APIQ menyarankan, untuk sementara, kita membatasi hanya pada 3 cara yang sah untuk menarik kesimpulan sebenarnya tersedia banyak cara. Cara menarik kesimpulan kita kali ini berdasarkan prinsip logika implikasi saja. Jika SYARAT terpenuhi maka HASIL terpenuhi. Cara 1: POsitif syarat, modus ponens Premis: SYARAT terpenuhi Kesimpulan:HASIL terpenuhi Contoh: Premis 1:Jika BERIMAN maka BERPUASA Premis 2: BERIMAN Kesimpulan: BERPUASA Cara 2: TOlak hasil, modus tollens Premis: HASIL TIDAK terpenuhi Kesimpulan: (karena) SYARAT TIDAK terpenuhi Contoh: Premis 1: Jika BERIMAN maka BERPUASA Premis 2: TIDAK BERPUASA Kesimpulan: TIDAK BERIMAN

Cara 3: silogisme, runtuntan logis. Contoh: Jika BERIMAN maka BERPUASA Jika BERPUASA maka BERTAKWA Kesimpulan: Jika BERIMAN maka BERTAKWA. Sekarang kita siap berlatih Berikut adalah kiriman soal latihan dari Pak Hussain. Terima kasih kepada Pak Hussain atas sharingnya. . Salam hangat, lagi2 soal penarikan kesimpulan, misalnya dalam soal cucu saya : Premis 1 : Jika nilai Matematika rendah, maka sulit masuk jurusan IPA Premis 2 : . (harus diisi apa ?) Kesimpulan : Sulit masuk jurusan IPA . Soal di atas menunjukkan bahwa kesimpulannya HASIL Positif: Sulit masuk jurusan IPA. Modus ponens dapat kita gunakan bila SYARAT POsitif, kesimpulan HASIL Positif. Jadi, premis 2 harus berupa syarat positif. Premis 2: Nilai matematika rendah. (Selesai). dan soal lain berikut ini : premis 1 : bukan p maka bukan q, premis 2 : bukan q maka r premis 3 : bukan r Maka kesimpulan yang sah adalah ? Tolong dibahas dengan cara APIQ, sebab penjelasan saya kurang dipahami cucu, Wassalam Premis 1 dan 2 membentuk silogisme menghasilkan kesimpulan : premis 4. premis 1 : bukan p maka bukan q, premis 2 : bukan q maka r Kesimpulan: (jika) bukan p maka r (premis 4) Selanjutnya, Premis 4: (jika) bukan p maka r Premis 3: bukan r

Kita perhatikan premis 3 adalah Tolak HASIL. Modus Tollens dapat kita gunakan jika TOlak HASIL dan kesimpulan TOlak SYARAT. Kesimpulan: BUKAN bukan p = p. (Selesai). Sedikit catatan tentang soal yang terakhir. Soal ini cukup abstrak bagi siswa, istilah p, q, r. Paman APIQ menyarankan agar kita membuat soal yang lebih nyata bagi siswa. Premis 1: Jika x BUKAN = genap maka x BUKAN = 6. Premis 2: Jika x BUKAN = 6 maka x + 2 bilangan ganjil Premis 3: x + 2 BUKAN bilangan ganjil. Dengan diubah seperti di atas maka anak-anak pasti lebih mudah memahami. (Bukan ganjil) ==> (x = 6) ==> (x Genap). Bagaimana menurut Anda? Salam hangat (angger; agus Nggermanto: Pendiri APIQ) 1 Komentar Ditulis pada APIQ, inovasi pembelajaran matematika Di-tag APIQ, logika, logika matematika, matematika kreatif, menarik kesimpulan, modus ponens, modus tollens, silogisme

Kekuatan Logika Matematika untuk Menarik Kesimpulan


Posted on Agustus 21, 2010 | 2 Komentar Dari awal saya memang tertarik dengan studi logika. Ketika Paman APIQ mengembangkan materi logika secara kreatif maka materi logika semakin menarik lagi. Lebih-lebih beberapa teman dari ITB juga mendukung untuk mengembangkan logika. Diskusi melalui internet juga menjadikan bahan logika menjadi lebih penting lagi. Logika matematika merupakan awal yang bagus untuk mempelajari logika. Bahkan Paman APIQ yakin bahwa logika matematika adalah awal yang paling bagus untuk mempelajari logika. Keunggulan dari logika matematika adalah jelas dan sederhana. Sayangnya logika matematika sering ditampilkan secara tidak logis intuitif. Ini menjadikan logika matematika seperti tidak masuk akal. Sekarang mari kita ikuti contoh sederhana menarik kesimpulan dengan logika matematika.

Jika kuda maka berkaki empat. Diketahui kuda. Kesimpulan? Pasti berkaki empat. (Selesai). Mudahkan? Cara menarik kesimpulan seperti di atas kita kenal sebagai modus ponens, atau afirmasi positif. Mari kita coba lagi. Jika kuda maka berkaki empat. Diketahui BUKAN kuda. Kesimpulan? Bukan berkaki empat. (TIDAK SAH). Hati-hati. Pada kondisi seperti ini kita tidak dapat menarik kesimpulan. BUKAN kuda dapat saja berkaki empat seperti sapi. BUKAN kuda juga dapat TIDAK berkaki empat seperti manusia. Mari kita lanjutkan. Jika kuda maka berkaki empat. Diketahui berkaki empat. Kesimpulan? Tidak sah. Kita tidak dapat menarik kesimpulan pada kondisi di atas. Kita lanjut satu langkah lagi. Jika kuda maka berkaki empat. Diketahui TIDAK berkaki empat. Kesimpulan? Pasti BUKAN kuda. (Selesai). Kesimpulan yang sah dan valid. Metode menarik kesimpulan yang terakhir ini kita kenal sebagai modus tollens, tolak konsekuensi. Satu metode lagi yang sering kita gunakan untuk menarik kesimpulan adalah silogisme. Jika kuda maka berkaki empat. Jika berkaki empat maka bertenaga kuat. Kesimpulan? Jika kuda maka bertenaga kuat. (Selesai.) Sah.

Paman APIQ mengajak kita untuk mengambil contoh yang agak matematis. Jika x = 3 maka x = 3. Kesimpulan: Jika x = 3 maka x TIDAK = 3. Kesimpulan: Silakan cek jika x = -3. Jika x = 3 maka . Kesimpulan: x = 3. (Tidak sah). Silakan cek x = -3. Jika x = 3 maka . Kesimpulan: x TIDAK = 3. (SAH). Modus tollens. Bagaimana menurut Anda? (Bersambung) Salam hangat (angger; agus Nggermanto: Pendiri APIQ) 2 Komentar Ditulis pada APIQ, Inovasi Pembelajaran, inovasi pembelajaran matematika Di-tag APIQ, kursus matematika, logika, logika matematika, matematika kreatif, menarik kesimpulan, modus ponens, modus tollens, silogisme (TIDAK sah). (SAH). Modus ponens.

Melatih Nalar Logika Matematika: Implikasi dan Biimplikasi


Posted on Oktober 22, 2009 | 1 Komentar Mari berlatih lagi nalar logika matematika lagi. Agar semakin mahir, semakin mantap, dan berguna bagi diri kita. Kali ini, Paman APIQ mengajak kita menyelidiki logika matematika implikasi dan biimplikasi.

(1) n = 3 (2) n adalah ganjil Struktur logika implikasi yang dapat kita susun adalah: JIKA n = 3 MAKA n adalah bilangan ganjil. Logis dan masuk akal pernyataan implikasi di atas. Mari kita asumsikan pernyataan implikasi di atas adalah benar. Bagaimana kita menarik kesimpulan? A. Diketahui n = 3. Kesimpulan kita n adalah bilangan ganjil. Sah dan benar. B. Diketahui n tidak = 3. Kesimpulan kita n adalah bukan bilangan ganjil. (Tidak sah). Karena mungkin saja n = 7 yang merupakan bilangan ganjil. Dalam situasi ini n dapat saja ganjil atau tidak ganjil. Kita tidak dapat menarik kesimpulan dengan pasti. C. Diketahui n adalah bilangan ganjil. Kesimpulan kita adalah n = 3. (Tidak sah). Karena mungkin saja n = 7. Dalam situasi ini kita tidak dapat menarik kesimpulan yang pasti. D. Diketahui n bukan bilangan ganjil. Kesimpulan kita adalah n tidak = 3. (Sah dan benar). Kesimpulan kita ini pasti benar. Dari 4 situasi di atas (A, B, C, D) kita hanya dapat menarik kesimpulan dalam 2 situasi yaitu A dan D. Jadi kita perlu hati-hati ketika menarik kesimpulan. Mari kita bandingkan dengan situasi biimplikasi. (1) n = 3 (2) 2n = 6 Kita susun struktur biimplikasi JIKA DAN HANYA JIKA n = 3 MAKA 2n = 6. Logis, masuk akal, dapat kita pahami. Mari kita asumsikan biimplikasi di atas adalah benar. A. Diketahui n = 3. Kesimpulan kita adalah 2n = 6. (Sah dan benar). B. Diketahui n tidak = 3. Kesimpulan kita adalah 2n tidak = 6. (Sah dan benar). C. Diketahui 2n = 6. Kesimpulan kita adalah n = 3. (Sah dan benar).

D. Diketahui 2n tidak = 6. Kesimpulan kita n tidak = 3. (Sah dan benar). Perhatikan dalam segala situasi biimplikasi kita dapat menarik kesimpulan secara sah. Sedangkan tidak semua situasi implikasi kita dapat menarik kesimpulan yang sah. Yuksekarang mari kita bermain-main. (1) Rajin belajar. (2) Mendapat nilai bagus. A. Diketahui Rajin belajar. Kesimpulannya? Pasti mendapat nilai bagus? Mungkin tidak mendapat nilai bagus? B. Diketahui Tidak rajin belajar. Kesimpulannya? Pasti tidak mendapat nilai bagus? Mungkin saja mendapat nilai bagus? C. Diketahui Mendapat nilai bagus. Kesimpulannya? Pasti rajin belajar? Mungkin saja tidak rajin belajar? D. Diketahui Tidak mendapat nilai bagus. Kesimpulannya? Pasti tidak rajin belajar? Mungkin saja sudah rajin belajar? Dari 4 kondisi A, B, C, D, di atas kira-kira kondisi mana yang membuat kita yakin membuat kesimpulan? Tampaknya kita hanya yakin pada kondisi D: JIKA (ternyata) tidak mendapat nilai bagus MAKA (itu dikarenakan oleh dia ) tidak rajin belajar. Ini adalah struktur implikasi. Mari kita anggap implikasi di atas adalah benar. Ternyata masih banyak orang salah berpikir dengan menyatakan: JIKA mendapat nilai bagus MAKA (karena pasti ia) rajin belajar. (Pernyataan ini tidak sah). Mungkin saja ia mendapat nilai bagus karena keberuntungan atau lainnya. JIKA tidak rajin belajar MAKA tidak mendapat nilai bagus. (Pernyataan ini tidak sah).

JIKA rajin belajar MAKA mendapat nilai bagus. (Pernyataan ini sah dan benar). Struktur logika ini kita kenal sebagai kontra posisi dari suatu implikasi. Sedangkan untuk biimplikasi kita lebih mudah memahaminya. Hanya saja kita harus yakin bahwa situasi kita benar-benar biimplikasi. Contoh: JIKA DAN HANYA JIKA matahari terbit MAKA pagi telah tiba. Orang pada umumnya menarik kesimpulan yang benar untuk contoh-contoh biimplikasi di atas. JIKA matahari terbit MAKA pagi telah tiba. (Sah dan benar). JIKA matahari tidak terbit MAKA pagi belum tiba. (Sah dan benar). JIKA pagi telah tiba MAKA matahari terbit. (Sah dan benar). JIKA pagi belum tiba MAKA matahari belum terbit. (Sah dan benar). Berhati-hatilah dengan implikasi karena berbeda dengan biimplikasi. Bagaimana menurut Anda? Salam hangat (angger; agus Nggermanto: Pendiri APIQ) Kesimpulan atau simpulan merupakan bagian penting sebuah Karya tulis ilmiah. Pembaca yang tidak memiliki cukup waktu untuk membaca naskah selengakapnya cenderung membaca bagian-bagian penting saja, antara lain kesimpulan. Oleh karena itu, kesimpulan harus disusun sebaik mungkin. Untuk menghasilkan kesimpulan yang baik, perhatikan persyaratan berikut ini: 1)Persyaratan materi atau isi:

Kesimpulan berupa interpretasi atas hasil analisis, dapat berupa inferensi dan dapat pula berupa implikasi. Inferensi adalah kesimpulan berdasarkan referensi, tidak melibat data secara langsung, sedangkan implikasi adalah keimpulan yang melibat data. Kesimpulan menyajikan gambaran isi Karya tulis yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya secara singkat dan meyakinkan. Kesimpulan skripsi/makalah disertai saran-saran yang ditujukan secara jelas kepada seseorang, sekelompok orang, atau sekelompok orang dalam lembaga tertentu. Kesimpulan jawaban masalah yang telah dirumuskan dalam pendahuluan. Kesimpulan merupakan bab penutup berisi uraian singkat atau rincian yang merupakan konsekuensi pembahasan bab-bab sebelumnya. Kesimpulan tidak menyajikan kutipan dan dermisi. Kesimpulan tidak menyajikan hal-hal yang tidak diuraikan sebelumnya.

2)Persyaratan bahasa: Secara umum persyaratan ejaan, pilihan kata, kalimat, dan paragraf, serupa dengan persyaratan bahasa pada naskah utama. Perbedaan terdapat pada pilihan kata terutama kata-kata transisi yang cenderung menunjukkan hubungan penegas, misalnya: dengan demikian, jadi; dapat disimpulkan bahwa, fakta menunjukkan adanya kecenderungan, hubungan yang menyatakan hasil atau akibat, misalnya: jadi, hasilnya, akibatnya. 3)Penyajian: Kesimpulan dapat disajikan dalam bentuk paragraf semacam esai dan dapat pula berupa butir-butir rincian. Jika rumusan masalah dalam pendahuluan ada dua butir, kesimpulan sekurang-kurangnya juga dua butir. Dalam skripsi, judul kesimpulan diawali dengan bab menjadi bab kesimpulan ditulis dengan huruf kapital seluruhnya. Dalam makalah, judul tanpa bab, langsung kata kesimpulan. Saya rasa tulisan tersebut cukup bermanfaat buat kalian agar kesimpulan yang kita tulis lebih tajam dan orang yang membaca lebih bisa memahami tulisan kita. Terima kasih. Menarik suatu kesimpilan dengan cara silogisme, mula-mula diketengahkan suatu pernyataan yang bersifat umum, disebut premis umum (PU ). Kemudian disusul dengan sebuah pernyataan yang bersifat khusus, yang disebut premis khusus ( PK ). Lalu diakhiri dengan sebuah pernyataan yang berupa kesimpulan ( K ). Silogisme ini bagian dari penalaran deduksi. Jika dirumuskan sebagai berikut : PU : A = B PK : C = A K:C=B Silogisme terbagi menjadi dua jenis sbb : a. Silogisme kategorial. Contoh : PU : Pelajar harus mematuhi peraturan sekolah AB PK : Saya pelajar. CA K : Saya harus mematuhi peraturan sekolah.

CB

b. Silogisme Negatif Jika salah satu premis negatif, kesimpulannya juga negatif. Contoh : PU = Semua penduduk Indonesia yang belum berusia 17 tahun tidak perlu memiliki KTP. PK = Ali penduduk Indonesia yang belum berusia 17 tahun. K = Ali tidak perlu memiliki KTP

C. Entimem Entimen adalah silogisme yang diperpendek. Silogisme ini langsung mengetengahkan kesimpul an dengan premis khusus yang menjadi penyebabnya. C = B karena C = A Contoh : PU = Semua warga negara Indonesia harus terampil berbahasa Indonesia. PK = Made Aryana adalah warga negara Indonesia. K = Made Aryana harus terampilan berbahasa Indonesia Entimem : Made Aryana harus terampil berbahasa Indonesia karena ia warga negara Indonesia Banyak orang yang merasa bahwa sebenarnya mereka hanya mengingat sedikit saja walaupun mereka tidak begitu yakin tentang pemahaman mereka. Inilah beberapa kiat tambahan untuk memastikan bahwa Anda mendapatkan apa yang Anda perlukan dari apa yang Anda baca. a. Jadilah Pembaca Aktif Jangan lupa dengan enam kata tanya: Siapa? Kapan? Di mana? Apa? Mengapa? Bagaimana? Buatlah teks bacaan menjawab pertanyaan Anda saat Anda membaca. Ketika Anda bertanya, Anda memusatkan pikiran Anda kedalam keadaan yang leboh

menuntut, mengeluarkan gagasan dari teks seolah-olah Anda menyedot bensin dari dalam tangki. b. Bacalah gagasannya, bukan kata-katanya Kata-kata yang digunakan seorang penulis adalah alat untuk menyampaikan gagasangagasannya, dan satu-satunya cara Anda dapat memahami gagasan tersebut adalah dengan membaca kata-kata dalam konteks yang berhubungan. Ketika Anda membaca kata satu demi satu, otak Anda harus bekerja lebih keras untuk mengartikannya. Membaca kata satu demi satu bagaikan berusaha untuk mengetahui seperti apa bentuk boomerang dengan meneliti molekul-molekulnya. c. Libatkan indera Anda Gunakanlah indera pendengaran Anda dengan membaca secara keras. Bacalah sekali buku itu dengan cepat. Lalu, jika buku itu milik Anda, libatkan indera kinestetik dan visual Anda dengan menggarisbawahi hal-hal yang penting dengan stabilo dan gambarlah sesuatu ditepinya untuk membantu Anda memahami konsep-konsep kunci. d. Ciptakan minat Lebih mudah membaca buku ketika Anda mengenal subjeknya. e. Buat peta pikiran (mind mapping) dari materi bacaan Buatlah peta pikiran dengan menggunakan judul-judul bab atau pembagian topik lainnya. Lalu bacalah sekali lagi secara menyeluruh dan isilah detail-detail yang penting untuk diingat. Sumber: -Quantum Learning, Bobbi DePorter dan Mike Hernacki: Kaifa http://iqro4all.multiply.com/journal/item/36/36

You might also like