You are on page 1of 37

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pada hakekatnya, semua manusia menginginkan keadaan sehat, baik jiwa maupun raga. Karena sehat merupakan suatu keadaan yang sempurna, baik secara fisik, mental dan sosial, serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.(WHO, 1947). Sementara menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan; kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Misi dari Indonesia sehat 2010 mengenai pembangunan berwasasan kesehatan, mendorong kemandirian, pelayanan kesehatan bermutu-merataterjangkau, dan memelihara serta meningkatkan kesehatan individu, kelompok, masyarakat dan lingkungan. Penyakit yang sering dialami oleh hampir kebanyakan orang adalah penyakit saluran pencernaan. Ada bermacam-macam penyakit saluran cerna, salah satunya adalah colelitiasis. Dalam bahasa medis, colelitiasis adalah (kalkuli/kalkulus,batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea) yang memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. Ada berbagai penyebab yang dapat menyebabkan terjadinya cholelitiasis. Umunya kolesistitis disebabkan oleh batu empedu. Sumbatan batu empedu pada duktus sistikus menyebabkan distensi kandung empedu dan gangguan aliran darah darah dan limfe, bakteri komensal kemudian berkembang biak. Penyebab lain adalah kuman E. Coli, salmonella typhosa, cacing askaris, atau karena pengaruh enzim enzim pankreas.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami tertarik untuk mengambil masalah yang berhubungan dengan sistem pencernanan, dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Gangguan sisitem pencernaan : Cholelithiasis

B.

Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang ingin dicapai :

1. Tujuan umum :

Setelah menyelesaikan makalah ini, diharapkan kita sebagai calon perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang aman dan efektif sesuai dengan standar dan etika keperawatan pada klien yang mengalami masalah kesehatan pada sistem pencernaan : cholelitiasis

2. Tujuan khusus : a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang konsep Cholelitiasis dan konsep asuhan keperawatannya. b. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian dengan gangguan sistem pencernaan : cholelitiasis. c. Mahasiswa dapat mendiagnosa masalah dengan gangguan sistem pencernaan : cholelitiasis. d. Mahasiswa dapat merencanakan tindakan keperawatan pencernaan : cholelitiasis. e. Mahasiswa dapat melakukan tindakan keperawatan dengan gangguan sistem pencernaan : cholelitiasis. f. Mahasiswa dapat mengevaluasi dari tindakan keperawatan dengan gangguan sistem pencernaan : cholelitiasis. dengan gangguan sistem

C.

Metode Penulisan

Dalam menyelesaikan makalah ini, kami mengunakan metode

diskusi kelompok,

konsultasi dengan dosen pembimbing serta metode studi literatur dan studi kasus. Teknik pengambilan data tersebut menggunakan cara sebagai berikut: 1. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukankami adalah secara head to toe yang mencakup semua sistem pada tubuh. 2. Studi pustaka Penulis mencari berbagai sumber dan referensi yang berhubungan dengan penyakit cholelitiasis.

D.

Sistematika penulisan Dalam penyusunan makalah ini, penulis membagi dalam tiga bab, yaitu BAB I Pendahuluan yang berisi: latar belakang penulisan, tujuan penulisan, metode penulisan,

sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Teoretis yang berisi: Pengertian, Anatomi Fisiologi hati dan kandung empedu, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, komplikasi, tes diagnostik, penatalaksanaan medis, dan konsep proses keperawatan. BAB III Tinjauan Kasus, terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatn, implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan. BAB IV Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Pengertian Kolelitiasis adalah pembentukan batu (kalkuli) didalam kandung empedu atau saluran bilier. Batu terbentuk dari unsure-unsur padat yang membentuk cairan empedu (smeltezer dan bare, 2002 ) Cholelitiasis adalah adanya pembentukan batu empedu (Kamus Kedokteran Dorlan, 1996 ). Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus,batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea) yang memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. (potter and perry ) Cholelitiasis adalah penyakit yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam ductus koledokus atau pada kedua-duanya. (Syamsuhidayat 2001) Berdasarkan keempat pengertian diatas menurut kelompok kami menyimpulkan bahwa kolelitiasis adalah suatu keadaan dimana terdapatnya batu (kalkuli) didalam saluran empedu yang memiliki ukuran,bentuk yang bervariasi.

Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu : obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik.

B.

Anatomi dan Fisiologi

a. Anatomi Hati Hati dan kandung empedu terletak di perut kanan bagian atas, dan keduanya

dihubungkan oleh suatu saluran yang dikenal sebagai duktus biliaris (saluran empedu). Meskipun memiliki saluran penghubung dan keduanya berperan dalam fungsi yang sama, tetapi hati dan kandung sangat berbeda satu sama lain. Hati berbentuk seperti baji dan merupakan pabrik kimia pada tubuh manusia Hati merupakan suatu organ kompleks yang melaksanakan berbagai fungsi vital, mulai dari mengatur kadar bahan kimia dalam tubuh sampai menghasilkan zat-zat pembekuan darah. Kandung empedu berbentuk seperti buah pir dan merupakan tempat

penyimpanan empedu (cairan pencernaan yang dihasilkan oleh hati). Hepar merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia. Hepar pada manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di kedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1200 1600 gram. Permukaan atas terletak bersentuhan di bawah diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen. Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan intra abdominal dan dibungkus oleh peritoneum kecuali di daerah posterior-superior yang berdekatan dengan vena cava inferior dan mengadakan kontak langsung dengan diafragma. Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum disebut bare area.Terdapat refleksi peritoneum dari dinding abdomen anterior, diafragma dan organ-organ abdomen ke hepar berupa ligamen. Macam-macam ligamennya: a. Ligamentum falciformis : Menghubungkan hepar ke dinding anterior abdomen dan terletak di antara umbilicus dan diafragma. b. Ligamentum teres hepatis = round ligament : Merupakan bagian bawah ligament falciformis ; merupakan sisa-sisa peninggalan vena umbilicalis yang telah menetap. c. Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis :Merupakan bagian dari omentum minus yg terbentang dari curvatura minor lambung dan duodenum sebelah proximal ke hepar.Di dalam ligamentum ini terdapat Arteria hepatica, vena porta dan ductus choledocus communis. Ligamen hepatoduodenale turut membentuk tepi anterior dari Foramen Wislow. d. Ligamentum Coronaria Anterior kiri kanan dan Ligamen coronaria posterior kiri kanan :Merupakan refleksi peritoneum terbentang dari diafragma ke hepar. e. Ligamentum triangularis kiri kanan : Merupakan fusi dari ligamentum coronaria anterior dan posterior dan tepi lateral kiri kanan dari hepar. Secara anatomis, organ hepar tereletak di hipochondrium kanan dan epigastrium, dan melebar ke hipokondrium kiri. Hepar dikelilingi oleh cavum toraks dan

bahkan pada orang normal tidak dapat dipalpasi (bila teraba berarti ada pembesaran hepar). Permukaan lobus kanan dpt mencapai sela iga 4/ 5 tepat di bawah aerola mammae. Lig falciformis membagi hepar secara topografis bukan secara anatomis yaitu lobus kanan yang besar dan lobus kiri.

b. Kandung Empedu Kandung empedu merupakan kantong berbentuk seperti buah alpukat yang

terletak tepat dibawah lobus kanan hati. Sebuah kantong berbentuk terang dan merupakan membrane berotot, lletaknya dalam sebuah lobus di sebelah permukaan bawah hati sampai pinggir depannya, panjangnya 812 cm berisi 60 cm. Empedu yang disekresi secara terus menerus oleh hati masuk ke saluran empedu yang kecil di dalam hati. Saluran empedu yang kecil-kecil tersebut bersatu membentuk dua saluran yang lebih besar yang keluar dari permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri, yang akan bersatu membentuk duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus komunis bergabung dengan duktus sistikus membentuk duktus koledokus. Pada banyak orang, duktus koledokus bersatu dengan duktus pankreatikus membentuk ampula Vateri sebelum bermuara ke usus halus. Bagian terminal dari kedua saluran dan ampla dikelilingi oleh serabut , dikenal sebagai sfingter Oddi. Fungsi utama

kandung empedu adalah menyimpan dan memekatkan empedu. Kandung empedu mampu menyimpan sekitar 45 ml empedu yang dihasilkan hati. Empedu yang dihasilkan hati tida k 6

langsung masuk ke duodenum, akan tetapi setelah melewati duktus hepatikus, empedu masuk ke duktus sistikus dan disimpan di kandung empedu. Pembuluh limfe dan pembuluh darah mengabsorbsi air dan garam-garam anorganik dalam kandung empedu sehingga cairan empedu dalam kandung empedu akan lebih pekat 10 kali lipat daripada cairan empedu hati. Secara berkala kandung empedu akan mengosongkan isinya ke dalam duodenum melalui kontraksi simultan lapisan ototnya dan relaksasi sfingter Oddi. Rangsang normal kontraksi dan pengosongan kandung empedu adalah masuknya kimus asam dalam duodenum. Adanya lemak dalam makanan merupakan rangsangan terkuat untuk menimbulkan kontraksi. Hormone CCK juga memperantarai kontraksi. Empedu hati adalah cairan isotonic berpigmentasi dengan komposisi elektrolit yang menyerupai plasma darah.komposisi elektrolit empedu dalam kandung empedu berbeda dari empedu hati karena sebagian besar anion anorganik, klorida dan bikarbonat, disingkirkan memalui reabsorpsi melintasi membrane basalis. Komponen utama empedu menurur berat termasuk air (82%), asam empedu 12%, lesitin dan fosfolipid lain 4%, dan kolesterol yang tidak diesterifikasi 0,7%.unsur pokok lain termasuk bilirubin terkonjugasi, protein ( IgA, hasil tambahan dari hormone dan protein lain yang dimetabolisme dalam hati), elektrolit, mucus dan seiring obat dan hasil tambahan metaboliknya. a. Lapisan empedu 1) Lapisan serosa atau parietal 2) Lapisan otot bergaris 3) Lapisan dalam mukosa atau visceral disebut juga membrane mukosa b. Fungsi kandung empedu 1) Sebagai persediaan getah empedu, membuat getah empedu menjadi kental. 2) Getah empedu adalah cairan yang di hasilkan oleh sel-sel hati jumlah setiap hari dari setiap orang di keluarkan 500-1000 cc sekresi yangn digunakan untuk mencerna lemak. 80% dari getah empedu pigmen (warna) insulin dan zat lainnya. c. Duktus sistikus Panjangnya kurang lebih 3,5 cm yang berjalan dari lekkuk empedu berhubungan dengan duktus hepatikus membentuk saluran empedu keduodenum. d. Sterkobilin Memberi warna feses dan sebagian di absorpsi kembali oleh darah dan membuaat warna pada urin yang di sebut urobilin.

e. Bagian dari kandung empedu. 1) Fundus vesikafelea, merupakan bagian kandung empedu yang paling akhir setelah korpus vesikafelea. 2) Korpus vesikafelea bagian dari kandung empedu yang di dalamnya berisi getah empedu. 3) Leher kandung kemih, meruoakan leher dari kandung empedu yaitu saluran yang pertama masuknya getah empedu ke dalam kandung empedu lalu menjadi pekat berkumpul dalam kandung empedu. 4) Duktus sistikus, panjangnya kurang lebih 3 cm berjalan dari leher kandung empedu dan bersambung dengan duktus hepatikus membentuk saluran empedu ke duodenum. 5) Duktus hepatikus saluran yang keluar dari leher. 6) Duktus koledokus saluran yang membawa empedu ke duodenum.

f.

Getah empedu Suatu cairan yang disekresi setiap hari oleh sel hati yang di hasilkan setipa hari 5001000 cc sekresi, sekresinya berjalan terus menerus, jumlah produksi meningkat sewaktu mencerna lemak. Tabel komposisi empedu (diambil dari fisiologi Guyton :1030). Empedu hati dan Empedu kandung empedu Air Garam Empedu Bilirubin Kolesterol Asam-asam Lemak Lesitin Na + K+ Ca+ ClHCO397,5 gr/dl 92 gr/ dl. 1,1 gr/dl 6 gr/ dl. 0,04 gr/dl O,3 gr/ dl. 0,1 gr/dl 0,3 sampai 0,9 gr/dl. 0,12 gr/dl 0,3 sampai 1,2 gr/dl. 0,04 gr/ dl 0,3 r/dl. 145 mEq/liter 130 mEq/liter. mEq/liter 12 mEq/liter. 5 mEq/liter 23 mEq/liter. 100 mEq/liter 25 mEq/ liter. 28 mEq/liter 10 mEq/liter.

g. Empedu terdiri dari: 1) garam-garam empedu 8

2) elektrolit 3) pigmen empedu (misalnya bilirubin) 4) kolesterol 5) lemak. Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak.

Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu. Berbagai protein yang memegang peranan penting dalam fungsi empedu juga disekresi dalam empedu. Batu kandung empedu bisa menyumbat aliran empedu dari kandung empedu, dan menyebabkan nyeri (kolik bilier) atau peradangan kandung empedu (kolesistitis). Batu juga bisa berpindah dari kandung empedu ke dalam saluran empedu, sehingga terjadi jaundice (sakit kuning) karena menyumbat aliran empedu yang normal ke usus. Penyumbatan aliran empedu juga bisa terjadi karena adanya tumor.

C. Etiologi. 1. Obstruksi duktus sistikus dengan distensi dan iskemia vesika bilaris. Sumbatan batu empedu pada duktus sistikus menyebabkan distensi kandung empedu dan gangguam aliran darah dan limfe, bakteri komensal kamudian berkembang baik. 2. Cedera kimia (empedu) dan atau mekanik (batu empedu) pada mukosa Infeksi bakteri. 3. Adanya kuman seperti E. Coli, salmonela typhosa, cacing askaris, atau karena pengaruh enzim enzim pankreas.

D. Insiden Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain : 1. Jenis Kelamin. Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang menigkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko terkena kolelitiasis.

Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon (esterogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitas pengosongan kandung empedu 2. Usia. Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda. 3. Berat badan (BMI). Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu. 4. Makanan. Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu 5. Riwayat keluarga. Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar dibandingn dengan tanpa riwayat keluarga 6. Aktifitas fisik. Kurangnya aktifitas fisik berhungan dengan peningkatan resiko terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi 7. Penyakit usus halus. Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah crohn disease, diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik. 8. Nutrisi intravena jangka lama. Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang melewati intestinal. Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi meningkat dalam kandung empedu.

E. Klasifikasi Batu di dalam kandung empedu. Sebagian besar batu tersusun dari pigmen-pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan protein. Macam-macam batu yang terbentuk antara lain: 1. Batu empedu kolesterol, terjadi karena : kenaikan sekresi kolesterol dan penurunan produksi empedu.Faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu: a. Infeksi kandung empedu b. Usia yang bertambah c. Obesitas d. Wanita

10

e. Kurang makan sayur f. Obat-obat untuk menurunkan kadar serum kolesterol

2. Batu pigmen empedu , ada dua macam : a. Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu dan disertai hemolisis kronik/sirosis hati tanpa infeksi. b. Batu pigmen coklat : bentuk lebih besar , berlapis-lapis, ditemukan disepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan infeksi. 3. Batu saluran empedu. Sering dihubungkan dengan divertikula duodenum didaerah vateri. Ada dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian babkan obstruksi intermiten duktus divertikula oleh makanan akan menye-

koledokus dan bendungan ini memudah-

kan timbulnya infeksi dan pembentukan batu.

11

F. Manifestasi Klinis 1. Rasa nyeri dan kolik bilier Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan mengalami panas dan mungkin teraba masa padat pada abdomen. Pasien akan mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadran kanan atas yang menjalar kepunggung atau bahu kanan. Rasa nyeri ini biasanya disertai dengan mual, muntah dan bertambah berat dalam waktu beberapa jam sesudah makan- makanan dalam porsi besar. Kolik bilier disebabkan oleh kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. 2. Ikterus Ikterus biasanya terjadi pada obstruksi duktus koledokus. Akibat obstruksi pengaliran getah empedu kedalam duodenum maka akan terjadi peningkatan kadar empedu dalam darah. Hal ini membuat kulit dan membrane mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan gejala gatal-gatal yang mencolok pada kulit. 3. Perubahan warna urine dan feses Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu dan biasanya disebut steatorea 4. Defisiensi vitamin Obstruksi aliran empedu juga mengganggu absorpsi vitamin yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, K ) karena itu, pasien dapat memperlihatkan gejala defisiensi vitaminvitamin ini jika obstruksi bilier brjalan lama. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal. Apabila batu empedu terlepas dan tidak lagi menyumbat duktus sistikus, kandung empedu akan mengalirkan isinya keluar dan proses inflamasi akan segera mereda dalam waktu yang relative singkat.

G. Komplikasi. 1. Obstruksi duktus sistikus 2. Kolik bilier 3. Kolesistis akut 4. Peradangan pancreas 5. Perforasi

12

6. Edema kandung empedu 7. Batu empedu sekunder

H. Tes Diagnostik 1. Pemeriksaan sinar X abdomen 2. Ultrasonografi Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebagai procedure diagnostic pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat serta akurat dan dapat digunakan pada penderita sdisfungsi hati dan ikterus. 3. Pemeriksaan pencitraan radionuklida atau koleskintografi Dalam prosedur ini preparat radioaktif disuntikan secara intrvena. Preparat ini kemudian diambil hepatosit dan dengan cepat disekresikan kedalam sistem bilier. Selanjutnya dilakukan pemindaian saluran empedu untuk mendapatkan gambar kandung empedu dan percabangan bilier. 4. Kolesistografi Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu dan mengkaji kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian, memekatkan isinya, berkontraksi serta mengosongkan isinya. Media kontras yang mengandung iodium yang diekresikan oleh hati dan dipekatkan dala kandung empedu diberikan pada pasien. Kandung empedu yang normal akan terisi oleh bahan radiopaque ini. Jika terdapat batu empedu, bayangan akan terdapat pada foto rontgen. 5. Pemeriksaan Laboratorium a. Darah lengkap : leukositosis b. Bilirubin dan amilasi serum : meningkat c. Enzim hati serum : SGOT, SGPT, LDH d. Kadar protombin : menurun bila obstruksi aliran empedu dalam usus menurunkan absorpsi vitamin K I. Penatalaksanaan Medis Cholelitiasis ditangani baik secara nonbedah maupun dengan 1. Penatalaksanaan non bedah a. Farmakologis 1) Untuk menghancurkan batu : ursodiol/ actigal 2) Efek samping : diare, bersifat hepatotoksik pada fetus sehinggan kontraindikasi pada ibu hamil. 3) Mengurangi konten kolesterol dalam batu empedu : chenodiol/ chenix 13 pembedahan.

4) Untuk mengurangi gatal gatal : cholestyramine (Questran) 5) Mengobati infeksi : antibiotic b. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan 1) Pelarutan batu empedu Dengan menginfuskan suatu bahan pelarut (mono oktanion atau metil tertierbutil eter/ MTBE) ke dalam kandung empedu. Dapat diinfuskan melalui selang atau kateter yang dipasang perkutan langsung kedalam kandung empedu, melalui selang atau drain yang dimasukan melalui saluran T tube untuk melarutkan batu yang belum dikeluarkan pada saat pembedahan, melalui ERCP atau kateter bilier transnasal. 2) Pengangkatan non bedah Sebuah kateter dan alat disertai jaringan yang terpasang padanya disisipkan lewat saluran T tube atau lewat fistula yang terbentuk pada saat insersi T tube atau lewat fistula yang terbentuk pada saat insersi T tube , jaringan digunakan untuk memegang dan menarik keluar batu yang terjepit dalam duktus koledokus 3) Extracorpreal shock wave lithotripsy (ESWL) Mengguankan gelombang kejut berulang (repeated shock waves) yang diarahkan kepada batu empedu untuk memecah batu tersebut menjadi sejumlah fragmen 2. Pembedahan a) Kolesistektomi Dalam prosedur ini, kandung empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligasi. Sebuah drain di tempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur ke luar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus dan getah empedu kedalam kasa absorben b) Minikolesistektomi Prosedur ini untuk mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4cm c) Kolesistektomi lapaskopik Dilakukan lewat insisi yang kecil atau luka tusukan melalui dinding abdomen pada umbilikus. Rongga abdomen ditiup dengan gas karbon monoksida untuk membantu pemasangan endoskop d) Koledokostomi Insisi dilakukan pada duktus koledokus untuk mengeluarkan batu. Setelah batu dikeluarkan biasanya dipasang sebuah kateter kedalam duktus tersebut untuk drainase getah empedu sampai edema mereda. Kateter ini dihubungkan dengan selang drainase gravitas 3. Manajemen diet a) Mengurangi pemasukan makanan selama fase akut b) Pemasangan NGT untuk mengurangi mual dan muntah c) Pembatasan diet lemak terutama pada pasien dengan obesitas. 4. ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio Pancre atography). Dengan bantuan endoskopi melalui muara papila Vater kontras dimasukkan kedalam saluran empedu dan saluran pankreas. Keuntungan lain pada pemeriksaan ini ialah sekaligus dapat menilai apakah ada 14

kelainan pada muara papila Vater, tumor misalnya atau adanya penyempitan. Keterbatasan yang mungkin timbul pada pemeriksaan ini ialah bila muara papila tidak dapat dimasuki kanul.

J. PROSES KEPERAWATAN Pengkajian adalah fase pertama proses keperawatan . Data yang dikumpulkan meliputi : A. Identitas 1. Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya. 2. Identitas penanggung jawab identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat. B. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan atas. 2. Riwayat kesehatan sekarang Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut. 3. Riwayat kesehatan yang lalu Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat sebelumnya. 4. Riwayat kesehatan keluarga Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit kolelitiasis

C. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan Umum a. Penampilan Umum

15

b.

Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien

c. Kesadaran Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan klien. d. Tanda-tanda Vital Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi (TPRS) 2. Aktivitas atau istirahat : a. Kelemahan b. Gelisah 3. Sirkulasi : tachikardi,berkeringat 4. Eliminasi : a. Perubahan warna urine dan feses b. Distensi abdomen c. Teraba masa pada kuadran atas d. Urine gelap dan pekat e. Feses steatorea 5. Makanan atau cairan : a. Anoreksia, mual atau muntah b. Tidak toleran terhadap lemak dan makanan pembentuk gas, nyeri epigastrium, tidak dapat makan c. Kegemukan, adanya penurunan BB 6. Nyeri atau keamanan a. Nyeri abdomen atas dapat menyebar ke punggung b. Kolik epigastrium sehubungan dengan makan c. Nyeri mulai tiba- tiba d. Nyeri lepas otot tegang atau kaku apabila kuadaran kanan atas di tekan : tanda Murphy positif 7. Pernafasan : a. Peningkatan frekuensi pernafasan b. Pernafasan teertekan ditandai oleh nafas pendek, dangkal 8. Keamanan : a. Demam, menggigil b. Ikterik dengan kulit berkeringat dan gatal. Kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin K) 9. Penyuluhan atau pembelajaran :

16

a. Kecenderungan keluarga untuk terjadi batu empedu b. Adanya kehamilan atau melahirkan : riwayat DM, penyakit inflamasi usus,diskrasias darah 10. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi / spasmeduktus, proses inflamasi, iskemia jaringan / nekrosis Tujuan : Nyeri terkontrol, teradaptasi Kriteria hasil : penurunan respon terhadap nyeri (ekspresi) laporan nyeri terkontrol

Rencana intervensi : 1) observasi catat lokasi, tingkat dan karakter nyeri Rasional: membantu mengidentifikasi nyeri dan memberi informasi tentang terjadinya perkembangannya 2) Catat respon terhadap obat nyeri Rasional: nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat menunjukkan terjadinya komplikasi. 3) Tingkatkan tirah baring (fowler) / posisi yang nyaman Rasional :posisi fowler menurunkan tekanan-tekanan intra abdominal. 4) Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam) Rasional : meningkatkan istirahat dan koping 5) Ciptakan lingkungan yang nyaman (turunkan suhu ruangan) Rasional : mendukung mental psikologik dalam persepsi tentang nyeri 6) Berikan kompres hangat Rasional: dilatasi dingin empedu spasme menurun 7) Kolaborasi pemberian antibiotik

b. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi terhadap) berhubungan dengan muntah, distensi dan hipermotilitas gaster, gangguan proses pembekuan Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat Kriteria hasil :Turgor kulit yang baik,Membran mukosa lembab,Pengisian kapiler baik, Urine cukup, TTV stabil, Tidak ada muntah. Rencana intervensi : 1) Pertahankan intakke dan output Rasional : cairan mempertahankan volume sirkulasi

17

2) Awasi tanda rangsangan muntah. Rasional : muntah berkepanjangan, aspirasi gaster dan pembatasan pemasukan oral menimbulkan degfisit natrium, kalium dan klorida. 3) Anjurkan cukup minum 50cc/kgBB/hari Rasional : mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh 4) Kolaborasi :Pemberian antiemetik, Pemberian cairan IV, Pemasangan NGT.

c. Resiko tinggi perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan gangguan pencernaan lemak, mual muntah, dispepsia, nyeri Tujuan : Menunjukkan kestabilan BB Kriteria hasil : BB stabil, laporan tidak mual muntah Rencana intervensi : 1) Kaji perkiraan kebutuhan kalori tubuh Rasional :mengidentifikasi jumlah intake kalori yang diperlukan tiap hari 2) Timbang BB sesuai indikasi. rasional : mengawali keseimbangan diet 3) Diskusi menu yang disukai dan ditoleransi. rasional :meningkatkan toleransi intake makanan. 4) Anjurkan gosok gigi sebelum atau sesudah makan. rasional: menjaga kebersihan mulut agar tidak bau dan meningkatkan nafsu makan. 5) Konsultasi pada ahli gizi untuk menetapkan diit yang tepat. rasional: berguna dalam membuat kebutuhan nutrisi individual melalui rute yang paling tepat 6) Anjurkan mengurangi makan na berlemak dan menghasilkan gas. rasional: pembatasan lemak menurunkan rangsangan pada kandung empedu dan nyeri 7) Berikan diit rendah lemak. rasional: mencegah mual dan spasme 8) Kaji distensi abdomen, berhati-hati, menolak gerak. rasional: menunjukkan ketidaknyamanan berhubungan dengan gangguan pencernaan, nyeri gas 9) Ambulasi dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi.rasional: membantu dalam mengeluarkan flatus, penurunan distensi abdomen

18

d.

Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosa, pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi Tujuan : menyatakan pemahaman klien Kriteria hasil : Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam pengobatan Rencana intervensi : 1) Kaji informasi yang pernah didapat Rasional : mengkaji tingkat pemahaman klien 2) Beri penjelasn tentang penyakit, prognosa, dan tindakan diagnostic Rasional: memungkinkan terjadinya partisipasi aktif 3) Beritahukan diit yang tepat, teknik relaksasi, untuk persiapan operasi 4) Anjurkan teknik istirahat yang harus dilaporkan tentang penyakitnya 5) Anjurkan untuk menghindari makanan atau minuman tinggi lemak Rasional : mencegah / membatasi terulangnya serangan kandung empedu 6) Diskusikan program penurunan berat badanR/ kegemukan adalah faktor resiko terjadinya colesistitis 7) Kaji ulang program obat, kemungkinan efek samping R/ batu empedu sering berulang, perlu terapi jangka panjang

11. Evaluasi a. b. c. d. Nyeri berkurang. Asupan cairan adekuat. Asupan nutrisi adekuat. Mengerti tentang proses penyakit, prosedur pembedahan, prognosis dan pengobatan.

19

BAB III TINJAUAN KASUS

I.

PENGKAJIAN A. PENGUMPULAN DATA 1. DATA UMUM a. Identitas Klien Nama Umur Jenis kelamin Agama Pendidikan Pekerjaan Suku/Bangsa Status perkawinan Tanggal masuk Tanggal pengkajian Nomor register Diagnose medis Alamat : Ny.S : 54 tahun 9 bulan : Perempuan : Islam : SD : Wirausaha : Indonesia : Kawin : 23 maret 2011 : 25 Maret 2011 : B11005533 : Cholelitiasis : Ds. Pelawangan Rt.3 Rw.1 Bunyas ,Indramayu Jam : 10.00 WIB

b. Identitas keluarga atau penanggung jawab Nama Umur Jenis kelamin Agama Pendidikan Pekerjaan : Tn.I : 56 tahun : Laki-laki : Islam : SD : Wiraswasta

Hubungan dengan klien : Suami Alamat : Ds. Pelawangan Rt.3 Rw.1 Bunyas ,Indramayu

2. Riwayat Kesehatan

20

a. Riwayat Kesehatan Klien 1) Riwayat kesehatan Sekarang a) Alasan Masuk Rumah Sakit Pasien mengeluh nyeri di perut kanan atas dan pinggang dan menjalar sampai punggung,karena tidak tahan akhirnya pasien dibawa kerumah sakit di Cirebon, karena peralatan kurang memadai maka pasien dirujuk kerumah sakit borromeus bandung. b) Keluhan utama Pasien mengeluh nyeri di perut kanan atas. c) Riwayat Penyakit sekarang Pasien mengatakan yang memperberat nyerinya yaitu pada saat beraktivitas dan berkurang pada saat beristirahat. Nyeri yang dirasakan pasien bersifat mendadak dan seperti di remas-remas dan terasa panas. Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan berada pada daerah perut kanan atas dan menjalar sampai ke pinggang dan kepunggung. Nyeri yang dirasakan pasien berada pada skala 3 (0-5) : 0 1 2 3 4 5

[0] merupakan keadaan bebas nyeri dan dapat beraktivitas [1] merupakan keadaan sedikit nyeri dan dapat hilang tanpa beristirahat [2] merupakan keadaan nyeri ketika beraktifitas dan hilang tanpa istirahat [3] merupakan keadaan nyeri ketika beraktifitas dan hilang dengan beristirahat [4] merupakan keadaan nyeri pada saat beraktivitas dan tidak hilang dengan beristirahat [5] merupakan keadaan nyeri yang sangat hebat dan tidak dapat beraktivitas d) Keluhan yang menyertai Pasien mengeluh mual e) Riwayat tindakan konservatif dan pengobatan 2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu a) Riwayat alergi Pasien mengatakan tidak memiliki alergi obat dan makanan. b) Riwayat penyakit sebelumnya Pasien mengatakan pernah dirawat dirumah sakit karena cholelitiasis.

21

c) Riwayat Operasi Pasien mengatakan pernah menjalani operasi mata karena ada daging tumbuh dimata pada tahun 1986. d) Riwayat tranfusi darah Pasien mengatakan belum pernah melakukan dan mendapatkan tranfusi darah

b. Riwayat Kesehatan Keluarga 1) Riwayat penyakit anggota keluarga yang menurun atau menular pasien mengatakan adiknya memilliki penyakit yang sama dengan dirinya 2) Keadaan kesehatan lingkungan rumah Pasien mengatakan tinggal dilingkungan yang padat penduduk 3) Genogram 3 generasi`

3. Data Biologis a. Penampilan umum :pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran : compos mentis pasien terpasang infuse RL asnet ditangan sebelah kanan b. Tanda-tanda Vital : Tekanan Darah Nadi : 160/80 mmHg dilengan sebelah kiri : 70x/menit diarteri radialis

22

Suhu Pernafasan c. Tinggi badan d. Berat badan e. IMT : BB/TB2

: 37.1C per aksila : 22x/ menit : 157 cm : 60 kg


:

24.34 (normal )

B. PEMERIKSAAN FISIK 1. Sistem Pernafasan Anamnesa pasien mengatakan tidak ada kesulitan bernafas, tidak ada batuk dan sesak Inspeksi Tidak ada pernafasan cuping hidung ,tidak ada deviasi septum nasi, mukosa hidung lembab, tidak ada secret, tidak ada polip , pola irama pernafasan: teratur, tidak ada dyspnea. , bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris, tidak menggunakan otot-otot bantu pernapasan,tidak ada deviasi trakea Palpasi tidak ada nyeri pada daerah sinus paranasalis, tidak ada krepitasi, taktil fremitus : getaran teraba sama pada kedualapang paru Perkusi terdengar bunyi sonor, batas paru di inter costal 1-6 kanandan kiri Auskultasi suara napas normal, vesikuler hampir diseluruh lapang paru.Vocal resonan : getaran terdengar sama pada kedua lapang paru. Masalah keperawatan : Tidak Ditemukan masalah keperawatan.

2. Sistem Kardiovaskular Anamnesa Pasien mengatakan tidak ada nyeri dada dan jantung tidak berdebar debar. Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat. Tidak ada edema tidak ada clubbing of the finger tidak ada epitaksis, tidak ada cyanosis Palpasi Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midklavikularis kiri, capillary refill time < 2 detik, tidak ada edema

23

Perkusi Terdengar bunyi pekak. Batas jantung atas di ICS 2 linea sternalis kiri, batas jantung bawah di ICS 5 linea midklavikularis kiri.

Auskultasi HR 68 x/mnt. Tidak ada bunyi jantung tambahan, tidak ada irama gallop Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Sistem Pencernaan Anamnesa Pasien mengeluh nyeri di bagian perut kuadran kanan atas,rasanya seperti terbakar dan di remas- remas .Pasien mengatakan kadang-kadang mual, tidak ada nyeri menelan . Pasien mengatakan bahwa dirinya sering berpuasa. Apabila makan pasien mengeluh nyeri,dan perutnya serasa penuh.saat dikaji pasien sedang berpuasa (karena akan menjalani operasi). Pasien mengatakan BABnya lembek dan berwarna putih. Inspeksi Bibir lembab,tidak ada stomatitis, lidah bersih, tidak ada gingivitis, gusi tidak berdarah, tonsil T1, ada caries, bentuk abdomen datar, tidak ada gambaran bendungan pembuluh darah vena, tidak ada spider nevi, tidak ada distensi abdomen, tidak ada hemoroid, tidak ada fisurra dan fistula, dan tidak ada tanda-tanda keganasan,pasien tampak lemas Auskultasi Bising usus 10 x/mnt, bunyi peristaltik usus lemah Perkusi Abdomen terdengar bunyi tympani. Palpasi Ada nyeri di region kuadran kanan atas Masalah keperawatan : Gangguan rasa nyaman nyeri Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual muntah Resiko tinggi perdarahan b.d deficit vitamin K

4. Sistem perkemihan Anamnesa

24

Pasien mengatakan tidak ada kesulitan saat b.a.k dan tidak terasa nyeri atau panas saat BAK. Warna urine gelap seperti teh Inspeksi Tidak ada distensi pada region simphisis pubis ,tidak terpasang catheter urine.warna urine coklat jumlah urine 200cc Palpasi Tidak ada nyeri tekan pada region hipogastrik Perkusi Tidak ada nyeri ketuk di daerah costo vertebra angel kiri dan kanan Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan

5. Sistem persyarafan Anamnesa pasien mengatakan tidak ada kesulitan tidur tetapi tidurnya tidak terlalu nyenyak karena pada malam hari biasanya terasa nyeri dibagian perut kanan atas, tidak ada baal, tidak ada pelo aphasia, apraksia, agnosia, dan ataxsia. Daya ingat dan orientasi klien terhadap (waktu, tempat dan orang) baik. Inspeksi Bentuk muka simetris, mulut simetris, sensibilitas ekstremitas atas dan bawah baik , tajam dan tumpul. Tingkat kesadaran: Kualitatif compos mentis . Kuantitatif pada GCS 15 ( E=4, M=6, V=5 ) Uji saraf kranial

N I ( Olfaktorius)

: pasien dapat membandingkan bau minyak kayu putih dan kopi pada kedua lubang hidungnya dengan mata tertutup.

N II ( Optikus )

: pasien dapat membaca nama perawat pada jarak 30cm, lapang pandang klien bebas.

N III (Okulomotorius)

: pasien dapat menggerakkan kedua bola mata kekanan dan kekiri mengikuti jari perawat,

N IV (Troklearis)

:pasien dapat menggerakkan kedua bola mata keatas dan kebawah mengikuti jari perawat.

N VI (Abdusen )

: pasien dapat menggerakkan kedua bola mata

25

memutar mengikuti jari perawat. N V ( Trigeminal) : pasien dapat mengunyah dengan baik. Kekutan otot mengunyah kiri dan kanan sama. N VII (Facialis) : pasien dapat mengangkat alis mata dengan simetris kanan dan kiri. N VIII ( Vestibulokoklearis) : pasien dapat mendengarkan gesekan tangan perawat pada telinga kiri dan kanan dengan mata tertutup . N IX ( Glosofaringeus) N X ( Vagus) N XI (Assesorius) : pasien tidak ada nyeri menelan. : Uvula berada ditengah dan berwarna kemerahan. : pasien dapat mengangkat bahu kanan dan kiri saat diberikan tahanan oleh perawat. N XII (Hipoglossus) : pasien dapat menggerakkan atau mengekstensikan lidah. Refleks fisiologis: Refleks bisep Refleks trisep Refleks patella Refleks Patologis : Refleks babinski : -/: +/+ : +/+ : +/+

6. Sistem Muskuloskeletal Anamnesa Pasien mengatakan dapat beraktivitas tetapi saat dirumah sakit aktivitasnya dibatasi Inspeksi ekstremitas atas dan bawah simetris, tidak ada edema.Tidak ada nyeri tekan pada ekstremitas atas dan bawah, kekuatan otot kanan dan kiri :

5 5 5 5

Keterangan kekuatan otot :

26

5 : kekuatan kontraksi maksimal ( dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan maksimal) 4 : kekutan sedang ( bisa bergerak melawan pemeriksaan dengan kekuatannya berkurang). 3 : kekuatan hanya cukup untuk mengatasi kekuatan gravitasi ( bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat melawan tahanan pemeriksa). 2 : kemampuan untuk menggerakkan tapi tidak dapat mengatasi kekuatan gravitasi. 1 : kekuatan kontraksi minimal ( terlihat kontraksi tapi tidak ada gerakan sendi). 0 : ketidakmampuan sama sekali dalam melakukan kontraksi. Palpasi Tidak ada nyeri tekan pada processus spinosus Masalah Keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan

7. Sistem Panca indra Anamnesa Penglihatan: pasien tidak menggunakan kacamata, tidak ada gangguan penglihatan seperti kabur.pasien mengatakan mampu membaca pada jarak lebih dari 30 cm. pasien mengatakan pernah menjalani operasi mata karena ada daging tumbuh Pendengaran: pasien juga mengatakan tidak menggunakan alat bantu mendengar dan tidak ada gangguan pendengaran. Inspeksi Penglihatan: . Konjungtiva tidak anemis, sclera agak ikterik, palpebra tidak ada ptosis, tidak ada hematoma dan tidak ada benjolan, pupil isokor, reaksi cahaya normal diameter 3 mm. Pendengaran: Pinna utuh dan simetris, kanalis auditorius eksternal terlihat agak kotor, refleks cahaya politzer +/+, membran tympani terlihat utuh, tidak ada cairan atau darah yang keluar dari telinga, Palpasi Penglihatan: TIO sama kiri dan kanan. Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan

8. Sistem Endokrin Anamnesa

27

Pasien mengatakan tidak sering berkeringat banyak dan tidak ada lesi yang lama sembuh. pasien mengatakan tidak punya riwayat Diabetes. Inspeksi Tidak ada gigantisme, dan kreatinisme,tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,tidak ada pembesaran ujung-ujung ekstremitas baeah dan atas,tidak ada lesi Palpasi Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan

9. Sistem reproduksi Anamnesa Pasien mengatakan masih menstruasi, dengan siklus 28hari dan teratur,pasien mengatakan menggunakan pil KB yang rutin pasien konsumsi tiap hari Inspeksi Pada genetalia tidak ditemukan lesi,tidak ada pngeluaran cairan berlebih,tidak ada keputihan Palpasi Tidak ada benjolan/massa dan tidak ada lesi pada mamae Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan

10. Sistem Integumen Anamnesa Pasien mengatakan bahwa kulitnya kuning dan terasa gatal sekali Inspeksi Rambut bersih, warna hitam, distribusi merata, bentuk kuku normal. Kulit agak

jaundice.Tidak terdapat lesi, ptekie maupun ekimosis.pasien tampak menggaruk-garuk kulitnya Palpasi Tekstur kulit kering, kelembaban kulit kurang. Turgor kulit elastis (kembali dengan cepat setelah di cubit), tidak ada nyeri tekan Masalah keperawatan : Gangguan integritas kulit.

C. Data Psikologis

28

1. Data Psikologis a. Status emosi b. Konsep Diri Gambaran diri : Pasien mengatakan bahwa ia seorang ibu yang memiliki kulit hitam dan rambut ikal Harga diri : Pasien mengatakan bahwa sakit yang lama dapat menyusahkan ia dan keluarganya Ideal diri Identitas diri Peran Gaya komunikasi : pasien mengatakan ingin cepat sembuh : pasien adalah seorang wanita : Pasien adalah seorang ibu dari ketiga anak-anaknya : Pasien biasa menggunakan bahasa jawa dalam kehidupan : stabil

sehari hari dan pasien dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, gaya bicara pasien tenang Pola interaksi dengan masyarakat lain Pola mengatasi masalah : Pasien dapat menyelesaikan masalah dengan terbuka terhadap suaminya :Pasien dapat brinteraksi dengan anggota keluarga maupun

2. Data Sosio-spiritual a. Pendidikan pekerjaan b. Hubungan social lain. c. Sosial dan kultur d. Gaya hidup e. Arti Kehidupan f. Arti kematian : Jawa : Pasien mengatakan sering berpuasa : Anugrah dari Allah : Pergi untuk selamanya : Dapat melakukan aktivitas : Keadaan yang tidak menyenangkan : Wirausaha : Pasien mengatakan dapat berinteraksi dengan masyarakat

g. Arti sehat h. Arti Sakit i. j.

Hubungan dengan Tuhan: Tuhan adalah pedoman hidup Harapan tentang sehat dan sakit : Ingin cepat sehat kembali

k. Kegiatan agama yang diikuti : Pengajian setiap 3x seminggu

3. Persepsi klien tentang penyakitnya

29

Pasien mengatakan penyakitnya sangat membuat dia tidak nyaman karena rasa nyeri dan merasa sangat cemas karena akan dilakukan tindakan pembedahan .

4. Data Penunjang a. Laboratorium Tanggal 21 maret 2011 ( RS Cirebon ) Pemeriksaan Glukosa SGOT SGPT Ureum Kreatinin HBS AG Hasil 105,00 77.00 65.00 26.00 0.90 non reaktif satuan mg/dl U/L U/L mg/dl mg/dl nilai normal sampai 140,00 8 - 37 6 - 40 10 - 50 0.5 - 1.2

Tanggal 22 maret 2011 (RS Cirebon ) Hemolgobin Trombosit Hematokrit Glukosa 9.10 95000 27 13,800 g/dl mm3 % mg/dl U/L mg/dl mg/dl mg/dl g/dl g/dl <=2 negatif 3 Boderline 4-5 Positif Tanggal 23 maret 2011 (RS Cirebon ) Hematologi Hb Trombosit Hematokrit Hasil 9.10 151000 26.00 Satuan g/dl mm3 % Standar normal P:!3-17 g/dl, W: 12-16 g/dl 150.000-400.000 P: 40-54% , W : 37-47% Infeksi tifoid akut L : 13-17 P 12-16 150.000-400.000 L: 40-54 P : 37-47 sampai 140,00 < 240 - 1.0 mg/dl -0.25 mg/dl -0.75 mg/dl 3.4-4.8 g/dl 2.6-4.2 g/dl negative tifoid

Alkali fosfatase 501 Bilirubin total Bilirubin direk 12.04 6.50

Bilirubin indirek 5.54 Albumin Globulin Tubex rf 2.30 2.30 2.00

30

Kimia klinik/serologi Glukosa sewaktu 126.000 mg/dl Sampai 140 mg/dl

Tanggal 24 maret 2011(RS Borromeus ) Penanda Tumor CEA CA 19-9 Hep. Marker Anti HCV 0.21 Non reaktif s/co non reaktif : <1.00 reaktif : > 1.00 H 10 H683.7 ng/dl u/ml < 3.4 < 37

Tanggal 25 Maret 2011 Hemostatis Waktu prombin PT (pasien) PT (kontrol ) INR 10.5 detik 9.9 detik 0.89

APPT ( pasien ) APPT (kontrol) Kimia klinik Bilirubin total Bilirubin direk Bilirubin indirek SGOT SGPT Alkalifosfatase Natrium Kalium

24.0 detik 27.2 detik H5 H 5.29 H 3.72 H 1.57 28 35 H 25 L 134 L3.1 mg/ dl mg/dl mg/dl` UL UL UL mEq/l mEq/l 0-1 0-0,28 <1 <27 <34 <210 135-145 3.5-5.3

b. Radiologi Tanggal 22 maret 2011 USG- Upper Abdomen

31

Hepar : Ukuran baik ekhoparenkimal homogen. Sistem portal internal tampak pelebaran.Sistem billier intrahepatal proksiml.tidak tampk ascites. GB: ukuran kecil,dinding menebal, tidak jelas batu,tampak pelebaran CBD dengan tampak lesi hiperkholik diserfarakusik shadow di CBD tengah Pankreas dan lien : ukuran baik Kesimpulan : Kholesistitis cholangiothiasis (CBD) Saran MRCP kronis dengan pelebaran CBD dan IHBD cc suspek

c. Terapi Terapi oral :Terapi Parenteral : RL asnet Injeksi : 3x1 ampul Vit. K

d. Diit : Puasa e. Mobilisasi : bedrest

TERAPI 1. Nama Obat : Vit. K

a. Golongan : Hemostatik b. Dosis c. Indikasi : 3x1 : Mencegah dan mengobati perdarahan pada neonates,ekstrasi gigi, hipoprotombinemia d. Kontraindikasi e. Efeksamping D. PENGELOMPOKAN DATA

DS Pasien mengeluh nyeri perut dibagian kanan atas Pasien mengatakan nyeri menjalar hingga kepunggung Pasien mengatakan merasa cemas karena akan dioperasi Hasil lab : Hb 9.10 Ht 26%

DO Pasien tampak sakir sedang Pasien tampak ikterik dan jaundice

32

Bilirubin total 12.04 Bilirubin direk 6.50 Bilirubin indirek 5.54 SGOT 77.00 SGPT 65.00 Pasien mengeluh lemas Pasien mengeluh nyeri saat makan Pasien mengatakan BAB lembek dan berwarna putih Pasien mengatakan urine sperti the Pasien mengatakan kulitnya gatal dan kuning Pasien mengeluh mual dan perut terasa penuh Jumlah urine 200cc Urine berwarna gelap Pasin akan dioperasi jam dua Pasien tampak lemas Pasien berpuasa Hasil USG cholesistisis kronis Tekanan darah 160/80 mmhg Skala nyeri 3 ( 0-5 )

D. Analisa Data

DATA Data Subyektif Pasien mengeluh nyeri perut dibagian kanan atas Nyeri menjalar sampai ke punggung Pasien mengeluh nyeri saat makan Data Obyektif TD : 160/80 Skala nyeri : 3(0-5) Hasil USG : Cholesistisis kronis

ETIOLOGI Batu empedu

MASALAH Gangguan Rasa Nyaman : nyeri

Menyumbat duktus sistikus

Distensi kandung empedu

Fundus empedu menyentuh dinding abdomen

Histamine bradikinin prostatglandin serotonin dilepaskan

Merangsang saraf nyeri

33

hipotalamus

korteks serebri

dipersepsikan menjadi nyeri Data Subyektif Pasien mengeluh mual dan perut terasa penuh Pasien mengeluh lemas Pasien mengeluh nyeri saat makan Data Obyektif pasien tampak lemas pasien berpuasa Mual dan muntah Pengosongan lambung cepat Merangsang saraf parasimpatis Peningkatan HCL Peningkatan bilirubin + nyeri Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan

Data Subyektif pasien mengatakan kulitnya gatal dan kuning Data Obyektif pasien tampak jaundice hasil Lab: bilirubin total : 12.04 bilirubin direk : 6.50 bilirubin indirek : 5.54 SGOT : 77.00 SGPT : 65.00 CEA: 10mg/dl CA 19-9:683.7 u/l

Batu empedu

Gangguan integritas kulit

Menyumbat duktus koleduktus

Obstruksi getah empedu menuju duodenum

Aliran balik bilirubin ke pembuluh darah

Akumulasi bilirubin dalam darah

Bilirubin meningkat

Kulit dan membrane mukosa menjadi kuning

Kulit menjadi kuning dan gatal 34

Data Subyektif pasien mengatakan merasa cemas karena akan operasi Data Obyektif pasien akan operasi jam 14.00 TD : 160/80

Batu empedu

Ansietas

Perlu dilakukan tindakan pembedahan (cholesistektomi)

Cemas

Data subyektif Data obyektif hasil Lab : HB : 9.10 HT : 26 % bilirubin total : 12.04 bilirubin direk : 6.50 bilirubin indirek : 5.54 SGOT : 77.00 SGPT : 65.00 CEA: 10mg/dl CA 19-9:683.7 u/l

Batu empedu

Resiko tinggi perdarahan

Absorbsi vitamin A,D,E,K terganggu

Defisiensi vitamin A,D,E,K

Menggangu pembekuan darah

Resiko tinggi perdarahan

II. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman :nyeri b.d agen cedera biologis: obstruksi/spasme duktus, proses inflamasi 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual , muntah 2. Gangguan integritas kulit b.d peningkatan bilirubin, jaundice 3. Ansietas b.d perubahan status kesehatannya dan rencana operasi 4. Resiko tinggi perdarahan b.d defisiensi vit k

35

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus,batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea) yang memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu : obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik. B. Saran Dengan adanya makalah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien yang menderita kolelitiasis. Sehingga mahasiswa mampu untuk menerapkan dalam proses pembelajaran.

36

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. 1994. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.7. Jakarta: EGC Suratun. 2010. Asuhan Keperawatan klien gangguan sistem Gastrointestinal. Jakarta : CV. Trans Info Media Hartanto, Huriawati dan Dewi Asih (editor).2008. Kamus Saku Mosby. Jakarta: EGC. Smelter, Suzanne C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.8. Jakarta: EGC. Sjamsuhidajat R, de Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Eman.2009. Askep Pasien dengan kolelitiasis. Diunduh dari http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan.

37

You might also like