You are on page 1of 16

Disiplin belajar sebagaimana dijelaskan di muka adalah sikap siswa yang terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku

yang menunjukkan nilai nilai ketaatan, dan keteraturan berdasarkan acuan nilai moral individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang mencakup perubahan berfikir, sikap dan tindakan yang sesuai dengan standar sosial. Ini berarti, bahwa disiplin belajar yang ada pada siswa terbentuk berdasarkan nilai moral diaman individu itu diidentifikasikan. Dalam penelitian ini, disiplin belajar pada siswa mencakup disiplin belajar di rumah dan di sekolah. Siswa yang disiplin dalam belajar baik di rumah maupun di sekolah akan berperilaku sesuai dengan peraturan yang ada dan akan menunjukkan ketaatan dan keteraturan dalam kegiatan belajarnya. (1) Disiplin belajar di sekolah Setiap sekolah memiliki peraturan dan tata tertib yangb harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh semua siswa. Peraturan yang dibuat di sekolah merupakan kebijakan sekolah yang tertulis dan berlaku sebagai satandar untuk tingkah laku siswa sehingga siswa mengetahui batasan batasan dalam bertingkah laku. Dalam disiplin terkandung pula ketaatan dan mematuhi segala peraturan dan tanggung jawab misalnya disiplin belajar. Dalam hal ini skap patuh siswa ditunjukkan pada peraturan yang telah ditetapkan. Siswa xxxiii yang disiplin belajar akan menunjukkan ketaatan dan keteraturan terhadap kegiatan belajarnya serta taat terhadap peraturan yang ada di sekolah. Menurut Sisdiknas (2003: 10) dalam melaksanakan kegaiatan belajar siswa diwajibkan untuk melaksanakan hal hal sebagai berikut : a) Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. b) Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. c) Menyediakan semua peralatan belajar yang diperlukan. d) Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan. e) Menjaga norma norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan. (2) Disiplin belajar di rumah Dalam keluarga siswa juga harus mulai diterapkan disiplin sedini mungkin karena keluarga merupakan lingkungan sosial paling kecil dan lingkungan pertama bagi individu yang memegang peranan penting dalam pembentukan disiplin. Kondisi keluarga yang buruk dan cara penanaman disiplin belajar yang salah dan pengaruh lingkungan yang buruk akan menghasilkan individu yang tidak disiplin. Oleh karena itu orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar dalam meletakkan dan mengembangkan disiplin individu. Namun demikian, pihak sekolah dan xxxiv masyarakat juga bertanggung jawab dalam mengembangkan dan membentuk

disiplin pada individu. Peraturan, hukuman, konsisten, dan pengharagaan perlu ditegakkan oleh orang tua untuk membentuk disiplin pada individu. Individu yang memiliki disiplin diri akan mempunyai disiplin pula dalam belajarnya, baik di rumah maupun di sekolah. Apabila di rumah individu yang disiplin dalam belajar akan taat pula pada peraturan yang ditegakkan di rumah. Menurut Imelda (2002: 3), individu yang disiplin belajar, di rumah akan menunjukkan ciri sebagai berikut : a) Memiliki waktu belajar yang teratur b) Belajar dengan menyicil (sedikit demi sedikit) c) Menyelesaikan tugas pada waktunya d) Belajar dalam suasana yang mendukung Dalam penelitian ini disiplin belajar di rumah memiliki indikator sebagai berikut : a) Rencana atau jadwal belajar b) Belajar dalam tempat dan sauna yang mendukung c) Ketaatan dan keteraturan dalam belajar d) Perhatian terhadap materi pelajaran Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2114583-ciri-ciri-disiplinbelajar/#ixzz1sBYNTYxs Ciri ciri Disiplin Belajar

Dalam arti luas kedisiplinan adalah cermin kehidupan masyarakat bangsa. Maknanya, dari gambaran tingkat kedisiplinan suatu bangsa akan dapat dibayangkan seberapa tingkatantinggi rendahnya budaya bangsa yang dimilikinya. Sementara itu cerminan kediplinan mudah terlihat pada tempat-tempat umum, lebih khusus lagi pada sekolah-sekolah dimana banyaknya pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan oleh siswa-siswa yang kurang disiplin. Menurut Johar Permana, Nursisto (1986:14), Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.

Disiplin Siswa di Sekolah Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar orang mengatakan bahwa si X adalah orang yang memiliki disiplin yang tinggi, sedangkan si Y orang yang kurang disiplin. Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertuju kepada orang yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang kurang disiplin biasanya ditujukan kepada orang yang kurang atau tidak dapat menaati peraturan dan ketentuan berlaku, baik yang bersumber dari masyarakat (konvensi-informal), pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh suatu lembaga tertentu (organisasional-formal). Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Menurut Wikipedia (1993:115) bahwa disiplin sekolah refers to students complying with a code of behavior often known as the school rules. Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar/kerja. Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis (psychological maltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock dalam bukunya Dangerous School (1999). Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman Rachman (1999:83) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah :

(1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, (2) mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, (3) membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan (4) siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya. Sementara itu, dengan mengutip pemikiran Moles, Joan Gaustad (1992:24) mengemukakan: School discipline has two main goals: (1) ensure the safety of staff and students, and (2) create an environment conducive to learning. Sedangkan Wendy Schwartz (2001) menyebutkan bahwa the goals of discipline, once the need for it is determined, should be to help students accept personal responsibility for their actions, understand why a behavior change is necessary, and commit themselves to change. Hal senada dikemukakan oleh Wikipedia (1993:119) bahwa tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa. Keith Devis mengatakan, Discipline is management action to enforce organization standarts dan oleh karena itu perlu dikembangkan disiplin preventif dan korektif. Disiplin preventif, yakni upaya menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi peraturan yang berlaku. Dengan hal itu pula, siswa berdisiplin dan dapat memelihara dirinya terhadap peraturan yang ada. Disiplin korektif, yakni upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang ada. Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat mengkhawarirkan, seperti: kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam narkoba, gang motor dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti : kasus bolos, perkelahian, nyontek,perampasan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya. Tentu saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangganya, dan di sinilah arti penting disiplin sekolah. Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah.

Brown dan Brown (1973;115)mengelompokkan beberapa penyebab perilaku siswa yang indisiplin, sebagai berikut : 1. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru 2. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak disiplin. 3. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal dari keluarga yang broken home. 4. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya. Sehubungan dengan permasalahan di atas, seorang guru harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; setiap siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal. 2. Membantu siswa meningkatkan standar prilakunya karena siswa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki standard prilaku tinggi, bahkan ada yang mempunyai standard prilaku yang sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap guru dan berusaha meningkatkannya, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya. 3. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah terdapat aturan-aturan umum. Baik aturan-aturan khusus maupun aturan umum. Perturan-peraturan tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin. Selanjutnya, Brown dan Brown (1973;122) mengemukakan pula tentang pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut : 1. Rasa hormat terhadap otoritas/ kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah. 2. Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya. 3. Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.

4. Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta akan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain. 5. Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai hal yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya. 6. memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin; dengan memberikan contoh perilaku yang tidak disiplin diharapkan siswa dapat menghindarinya atau dapat membedakan mana perilaku disiplin dan yang tidak disiplin. Sementara itu, Reisman dan Payne (E. Mulyasa, 2003:15) mengemukakan strategi umum merancang disiplin siswa, yaitu : (1) konsep diri; untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat dan terbuka; (2) keterampilan berkomunikasi; guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa; (3) konsekuensikonsekuensi logis dan alami; guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah; (4) klarifikasi nilai; guru membantu siswa dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri; (5) analisis transaksional; guru disarankan guru belajar sebagai orang dewasa terutama ketika berhadapan dengan siswa yang menghadapi masalah; (6) terapi realitas; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab; dan (7) disiplin yang terintegrasi; metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan; (8 ) modifikasi perilaku; perilaku salah disebabkan oleh lingkungan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif; (9) tantangan bagi disiplin; guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah, dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin. Disiplin Dalam Kelas Sasaran objek kajian tentang disiplin dalam proses belajar mengajar adalah penerapan tata tertib. Maka secara etimologis kedua ungkapan itu berarti tata tertib kepatuhan. Poerwadarminta (1985:231) menyatakan Disiplin ialah latihan hati dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib. Sedangkan tata berarti aturan, karena disiplin timbul dari kebutuhan untuk mengadakan keseimbangan antara apa yang dilakukan oleh individu dan apa yang diinginkan dari orang lain sampai batas-batas tertentu dan memenuhi tuntutan orang lain dari dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimiliknya dan tuntutan dari perkembangan yang luas. Selanjutnya Hamalik (1988:5) mengemukakan definisi disiplin sebagai berikut :

Disiplin mencakup setiap macam hubungan yang ditujukan untuk membantu siswa agar dia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan jjuga tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditujukan dengan lingkungannya.

Disiplin adalah suatu bentuk tingkah laku di mana seseorang menaati suatu peratutran dan kebiasaan-kebiasaan sesuai dengan waktu dan tempatnya. Dan ini hanya dapat dicapai dengan latihan dan percobaan-percobaan yang berulang-ulang disertai dengan kesungguhan pribadi siswa itu sendiri. Jadi disiplin belajar adalah suatu perbuatan dan kegiatan belajar yang dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan sebelumnya. Kedisiplinan belajar sebagai suatu keharusan yang harus ditaati oleh setiap person dalam suatu organisasi, dengan sendirinya memiliki aktifitas yang bernilai tambah. Unsur pokok dalam disiplin belajar siswa adalah tertib kearah siasat. Pembiasaan dengan disiplin di sekolah akan mempunyai hubungan yang positif bagi kehidupan siswa dimasa yang akan dating. Pada mulanya disiplin dirasakan sebagai suatu aturan yang menekan kebebasan siswa, tetapi bila aturan ini dirasakan sebagai sesuatu yang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebaikan diri sendiri dan kebaikan bersama, maka lama kelamaan menjadi kebiasaan yang baik menuju kearah disiplin diri sendiri. Pengertian Disiplin dan Penerapannya Bagi Siwa http://arisandi.com/pengertian-disiplin-dan-penerapannya-bagi-siwa/

Scribd Upload a Document


ciri-ciri disip

Search Documents

Explore

Sign Up | Log In

40penuh kasih sayang. Dan hal ini menjadikan anak selalumenggantungkan diri dan mencurahkan isi hati sepenuhnya kepadaorang tua.c)

Fungsi SosialisasiKeluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupanmanusia, oleh sebab itu disamping tugasnya mengantarkanperkembangan individu tersebut menjadi anggota masyarakat yangbaik. Anggota masyarakat yang baik yaitu apabila individu tersebutdapat menyatakan dirinya sebagai manusia atau kelompok lain dalamlingkungannya. Hal tersebut akan sangat banyak dipengaruhi olehkualitas pengalaman dan pendidikan yang diterimanya.d)

Fungsi EkonomiKeluarga juga berfungsi sebagai unit ekonomi, terutama dalam halpemenuhan kebutuhan pangan, sandang dan kebutuhan materiallainnya. Keadaan ekonomi keluarga yang baik juga turut mendukungdan berperan dalam perkembangan anak, sebab dengan kondisitersebut anak akan berada dalam keadaan material yang lebih luassehingga banyak mendapat kesempatan untuk mengembangkanberbagai kecakapan yang dimilikinya. Dengan demikian kondisiekonomi keluarga yang baik akan membantu anak dalam mencapaiprestasi yang maksimal dalam belajarnya.

41e)

Fungsi PerlindunganKeluarga selain sebagai unit masyarakat kecil yang berfungsimelanjutkan keturunan, secara universal juga sebagai penanggung jawab dalam perlindungan, pemeliharaan dan pengasuhan terhadapanak-anaknya.f)

Fungsi PendidikanOrang tua secara kodrati atau alami mempunyai peranan sebagaipendidik bagi anak-anaknya sejak anak tersebut dalam kandungan.Selain pendidikan kepribadian orang tua juga memberikan kecakapan-kecakapan lain terhadap anak-anaknya sebagai bekal untuk mengikutipendidikan berikutnya.g)

Fungsi RekreasiKeluarga selain sebagai lembaga pendidikan informal juga merupakantempat rekreasi. Keluarga sebagai tempat rekreasi perlu ditata agardapat menciptakan suasana yang menyenangkan. Misalnya situasirumah dibuat bersih, rapi, tenang dan sejuk yang menimbulkan rasasegar sehingga dapat menghilangkan rasa capek dan kepenatan darikesibukan sehari-hari. Situasi rumah yang demikian itu juga dapatdigunakan untuk belajar, menyusun dan menata kembali programkegiatan selanjutnya sehingga dapat berjalan lancar. Dan konsentrasibelajar anak juga turut terbantu sehingga memudahkan mereka dalammencapai prestasi belajar yang maksimal.

42h)

Fungsi AgamaKeluarga yang menyadari arti penting dan manfaat agama bagiperkembangan jiwa anak dan kehidupan manusia pada umumnya akanberperan dalam meletakkan dasar-dasar pengenalan agama. Hal inisangat penting untuk pembinaan perkembangan mental anak selanjutnya dalam memasuki kehidupan bermasyarakat. Pengenalanini dapat dimulai dari orang tua mengajak anak ke tempat ibadah. 2.2.4

Peranan Keluarga bagi Perkembangan Anak Keluarga merupakan wadah dimana sifat-sifat kepribadian anak terbentuk pertama kali, dalam keluarga pula anak pertama kali mengenalnilai dan norma dalam hidupnya. Keluarga juga merupakan lembagapendidikan tertua yang bersifat informal dan kodrati. Sebagaimanadiungkapkan oleh Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (1991:97) tentangpendidikan informal yaitu sebagai berikut.Pendidikan informal yaitu pendidikan yang diperoleh seseorangdari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjanghayat. Pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga, dalampergaulan sehari-hari maupun dalam

pekerjaan, masyarakat,organisasi.Keluarga disebut sebagai lembaga pendidikan informal karenapendidikan keluarga tidak memiliki rencana dan program yang resmiseperti lembaga pendidikan lainnya. Sedangkan pendidikan keluargabersifat kodrati maksudnya bahwa antara orang tua sebagai pendidik dananak sebagai peserta didik mempunyai ikatan darah secara kodrati atau

43alami. Dengan demikian pendidikan keluarga adalah pendidikan tradisiyang diterima manusia semenjak manusia itu dilahirkan.Semenjak kecil anak dipelihara dan dibesarkan dalam keluarga.Segala sesuatu yang ada dalam keluarga yang diterima anak sebagaipendidikan, akan turut berpengaruh dan menentukan dalam corak perkembangan anak selanjutnya. Oleh karena itu keluarga mempunyaitugas khusus untuk meletakkan dasar-dasar perkembangan anak, terutamauntuk perkembangan pribadi yang mantap.Dari penjelasan diatas jelas sudah, bahwa lingkungan keluargasangat besar peranannya di dalam menentukan dan meningkatkan prestasibelajar siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator lingkungan keluarga meliputi:a.

Cara orang tua dalam mendidik anak b.

Relasi antara anggota keluargac.

Suasana rumahd.

Keadaan ekonomi keluargae.

Fasilitas belajar 2.3

Lingkungan Sekolah2.3.1

Pengertian Lingkungan Sekolah Menurut Imam Supardi (2003:2) menyatakan lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada didalam ruang yang kita tempati.

44Menurut Syamsu Yusuf (2001:54) menyatakan sebagai berikut.Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secarasistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihandalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya,baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional,maupun sosial.Jadi, lingkungan sekolah adalah jumlah semua benda hidup dan matiserta seluruh kondisi yang ada di dalam lembaga pendidikan formal yangsecara sistematis melaksanakan program pendidikan dan membantu siswamengembangkan potensinya. 2.3.2

Unsur-unsur Lingkungan Sekolah Sebagaimana halnya dengan keluarga dan institusi sosial lainnya,sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi prosessosialisasi dan berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepadaanak. Sekolah merupakan suatu sistem sosial yang mempunyai organisasiyang unik dan pola relasi sosial diantara para anggotanya yang bersifatunik pula. Ini kita sebut kebudayaan sekolah. Menurut Abu Ahmadi(1991:187) menyatakan sebagai berikut.Kebudayaan sekolah itu mempunyai beberapa unsur penting, yaitu:1)

Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung sekolah,meubelier, perlengkapan yang lain).2)

Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-faktayang menjadi keseluruhan program pendidikan.3)

Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiriatas siswa,guru, non teaching specialist dan tenaga administrasi.4)

Nilai-nilai norma, sistem peraturan, dan iklim kehidupan sekolah.Sedangkan Slameto (2003:64) menyatakan faktor sekolah yangmempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi gurudengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan

45waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dantugas rumah.Untuk lebih lanjut akan diuraikan sebagai berikut :a.

Metode MengajarMetode mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode mengajarguru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadimisalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahanpelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikapguru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya.Akibatnya siswa malas untuk belajar.Diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harusdikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.b.

KurikulumDiartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepadasiswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaranagar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaranitu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Begitupula mengenai pengaturan waktu sekolah dan standar pelajaran yangharus ditetapkan secara jelas dan tepat.

Leave a Comment You must be logged in to leave a comment. Submit Characters: 400 Alex Sunarso NGIPRINTNYA GIMANA? 08 / 12 / 2011

2.1.1 Pengertian Disiplin Belajar for 1101 Download or Print 57,033 Reads Uploaded by safran_hasibuan Follow Download

TIP Press Ctrl-F to quickly search anywhere in the document. Sections


1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Penegasan Istilah 1.4 Tujuan Penelitian 1.5 Manfaat Penelitian 1.6 Sistematika Skripsi 2.1 Disiplin Belajar 2.1.1 Pengertian Disiplin Belajar 2.1.1.1 Pengertian Disiplin 2.1.1.2 Pengertian Belajar 2.1.1.3 Pengertian Disiplin Belajar 2.1.2 Unsur-unsur Disiplin 2.1.3 Perlunya disiplin 2.1.4 Fungsi Disiplin 2.1.5 Macam-Macam Disiplin 2.1.6 Pembentukan disiplin 2.1.7 Pelanggaran disiplin 2.1.8 Penanggulangan disiplin 2.2 Lingkungan Keluarga

2.2.1 Pengertian Lingkungan Keluarga 2.2.2 Faktor-faktor Keluarga 2.2.3 Fungsi-fungsi Keluarga 2.2.4 Peranan Keluarga bagi Perkembangan Anak 2.3 Lingkungan Sekolah 2.3.1 Pengertian Lingkungan Sekolah 2.3.2 Unsur-unsur Lingkungan Sekolah 2.4 Prestasi Belajar 2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Siswa 2.5 Kerangka Berfikir 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 2. Waktu Pelaksanaan Penelitian Tabel 1 Waktu Pelaksanaan Penelitian 3.2 Populasi 3.3 Sampel 3.4 Variabel Penelitian 3.5 Metode Pengumpulan Data 3.6 Uji Kualitas Angket Penelitian Tabel 2 Interpretasi Reliabilitas Tabel 3 Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket 3.7 Teknik Analisis Data 3.7.1 Analisis faktor konfirmatori Analisis Faktor Konfirmatori Tabel 4 Goodness-of-fit-indices Tabel 9 Distribusi Frekuensi Lingkungan Keluarga 4.7.1 Uji Hipotesis 1 4.7.2 Uji Hipotesis 2

162 p.

162

66 p.

1619

73 p.

1618 Upload a Document


ciri-ciri disip

Search Documents

Follow Us! scribd.com/scribd twitter.com/scribd facebook.com/scribd About Press Blog Partners Scribd 101 Web Stuff Support FAQ Developers / API Jobs Terms Copyright Privacy

Copyright 2012 Scribd Inc. Language: English

You might also like