You are on page 1of 17

PROSES PENYUSUNAN SILA-SILA PANCASILA , UUD 45, DAN DETIKDETIK PROKLAMASI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila

Oleh : Naila Istiqomah B06211023

FAKULTAS DAKWAH JURUSAN ILMU KOMUNIKASI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2011

KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan banyak nikmatnya kepada kami. Sehingga kami mampu menyelesaikan Makalah Pendidikan Pancasila ini sesuai dengan waktu yang kami rencanakan. Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Pancasila. Yang meliputi nilai tugas, nilai kelompok, nilai individu, dan nilai keaktifan. Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mengubah materi yang sudah tersusun. Namun, hanya lebih pendekatan pada study banding atau membandingkan beberapa materi yang sama dari berbagai referensi. Yang semoga bisa memberi tambahan pada hal yang terkait dengan Kepentingan Pendidikan Pancasila dalam perkembangan Negara Indonesia di Era Reformasi. Pembuatan makalah ini menggunakan metode study pustaka, yaitu mengumpulkan dan mengkaji materi Pendidikan Pancasila dari berbagai referensi. Kami gunakan metode pengumpulan data ini, agar makalah yang kami susun dapat memberikan informasi yang akurat dan bisa dibuktikan. Penyampaian pembandingan materi dari referensi yang satu dengan yang lainnya akan menyatu dalam satu makalah kami. Sehingga tidak ada perombakan total dari buku aslinya. Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu pula dalam penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangannya.

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia. Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah. Di dalam Pancasila terkandung banyak nilai di mana dari keseluruhan nilai tersebut terkandung di dalam lima garis besar dalam kehidupan berbangsa negara. Perjuangan dalam memperebutkan kemerdekaan tak juga lepas dari nilai Pancasila. Sejak zaman penjajahan hingga sekarang, kita selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila tersebut.

Indonesia hidup di dalam berbagai macam keberagaman, baik itu suku, bangsa,budaya dan agama. Dari ke semuanya itu, Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan. Menjadi kesatuan dan bersatu di dalam persatuan yang kokoh di bawah naungan Pancasila dengan semboyannya, Bhinneka Tunggal Ika.

Tidak jauh dari hal tersebut, Pancasila membuat Indonesia tetap teguh dan bersatu di dalam keberagaman budaya. Dan menjadikan Pancasila sebagai dasar kebudayaan yang menyatukan budaya satu dengan yang lain. Karena ikatan yang satu itulah, Pancasila menjadi inspirasi berbagai macam kebudayaan yang ada di Indonesia.

B.Rumusan Masalah 1.Mendalami sila-sila pancasila? 2.Bagaimana proses penyusunan sila-sila pancasila dan UUD 45? 3.Bagaimana detik-detik proklamasi? C. Tujuan 1.Penulis ingin mendalami sila-sila pancasila yang sebenarnya. 2..Penulis ingin mengetahui bagaimana proses penyusunan sila-sila pancasila dan UUD 45. 3. penulis ingin mengetahui bagaimana detik-detik proklamasi berlangsung. D. Sistematika Penulisan Dalam penyelesaian penyusunan makalah ini penulis menggunakan study kepustakaan, yaitu penulis mencari buku-buku yang berhubungan dengan Pancasila dan kewarganegaraan.

BAB II PEMBAHASAN I. PENDALAMAN SILA-SILA PANCASILA 1. Ketuhanan yang maha esa Berkat sila ketuhanan yang maha esa, negara kesatuan republik indonesia bukan negara agama atau antiagama, melainkan negara yang bersikap posifif terhadap perkembangan nilai-nilai keagamaan, tanpa mencampuri urusan internal agama-agama. Sebagai negara. Republik indonesia mengakui adanya satu kekuasaan mutlak dan ketergantungannya terhadap tuhan. Adapun, konsep ketuhanan dimengerti menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab sehingga penuh rasa toleransi, kerukunan, dan saling menghormati kebebasan masingmasing. Ketuhanan menuntut mentalitas dan sikap moral yang bertanggung jawab terhadap ketuhanan yang maha esa, memandang kemanusiaan dan keadilan sebagai kewajiban moral bangsa. Maka tindakan-tindakan yang berlawanan dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan bukan hanya pelanggaran konstitusional, melainkan perusakan moral dan dasar negara yang ber-ketuhanan itu. 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan sejati yang menghormati serta mengembangkan kemerdekaan, martabat, dan hak sesama manusia, memperlakukannya secra adil dan beradab, ikut berusaha mencerdaskan masyarakat agar masing-masing warga yang berusaha, secara halal, dapat hidup layak sebagai manusia dan mengembangkan pribadinya. Unsur kemanusiaan yang hakiki adalah keadilan dalam suatu masyarakat dan negara, yang di atur menurut hukum yang adil dan bermoral (ketuhanan) sehingga keadilan dapat diperoleh dengan mudah dan cepat oleh semua tanpa diskriminasi apapun. Sikap seperti itu diperluas terhadap semua orang dari segala bangsa. Menurut kemanusiaan sejati, negara dalam praktik sehari-hari harus merupakan negara hukum, suatu negara dimana hukumlah yang berdaulat. Aparatur negara kesatuan republik indonesia mempunyai kekuasaan yang luas,

tetapi kekuasaan itu terbatas dan bersifat fungsional, artinya harus digunakannya dalam menjalankan tugasnya. Negara dan pemerintah terikat pada hukum. Dengan demikian, kekuasaan negara tunduk pada kedaulatan hukum. Inilah tuntutan kemanusiaan yang beradab. Sebagai penegak hukum, alat-alat negara menegakkan rule of law atau lebih tepat the rule of just law, yakni tegaknya keadilan yang manusiawi dan beradab, suatu keadilan yang bermoral. Dengan kata lain, baik hukum maupun administrasinya di indonesia bersumber pada moral pancasila sebab pancasila di tetapkan sebagai kekuasaan tertinggi, di atas segala lembaga dan alat negara.

3. Persatuan indonesia Persatuan indonesia adalah suatu nilai yang sangat tingg dalam pancasila sejati. Persatuan yang sesuai dengan semboyan bhineka tunggal ika ini bukan hasil paksaan fisis, politis, atau yuridis, melainkan rasa kepersatuan yang berakar lebih mendalam, yaitu pada kesadaran bahwa seluruh rakyat dan seluruh aparatur negara berpegang pada nilai-nilai luhur pancasila. Bukan tidak hanya tidak ada alasan untuk memisahkan diri, melainkan seharusnya banyak alasan untuk bersatu sebab pemerintah melindungi segenap bangsa, memajukan kesejahteraan bersama, membina kemerdekaan internal, bertindak adil terhadap seluruh rakyat, serta menggunakan kekayaan rakyat seefisien mungkin untuk mencerdaskan dan membangun masyarakat. Dengan demikian, nasionalisme sungguh berdasarkan pada kenyataan yang pantas di banggakan dan bukan perasaan saja.

4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Manusia Indonesia menghayati dan menjungjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan harus menerimannya dan melaksanakannya dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab. Disini kepentingan bersamalah yang diutamakan di atas kepentingan pribadi atau golongan. Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan akal

sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjungjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Dalam melaksanakan permusyawaratan, kepercayaan diberikan kepada wakil-wakil yang dipercayanya.

5. Keraakyatan yang dipimpin oleh khidmad kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Manusia Indonesia menghayati dan menjungjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan harus menerimannya dan melaksanakannya dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab. Disini kepentingan bersamalah yang diutamakan di atas kepentingan pribadi atau golongan. Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjungjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Dalam melaksanakan permusyawaratan, kepercayaan diberikan kepada wakil-wakil yang dipercayanya.1

II. SEJARAH PENYUSUNAN SILA-SILA PANCASILA DAN UUD 45. Pada dasarnya penyusunan sila-sila pancasila, sangat berkaitan erat dengan perumusan undang-undang dasar 1945. Sehingga di bawah ini akan di paparkan tentang hal yang berkaitan erat dengan keduanya. Dasar-dasar pikiran disusunnya Rancangan Pembukaan UUD 1945 sebagai Hukum Dasar dapat kita dapati dengan memeriksa kembali jalannya persidangan BPUPKI yang secara kronologis. Dipembahasan ini, akan tampilkan secara sistematis cara kerja yang ditempuh oleh BPUPKI.

Yosef lalu Pr. Manusia menggumuli makna hidupnya. Yogyakarta. Karnisius. 2010. (hal:117-121)

Adapun cara kerja yang ditempuh oleh BPUPKI dalam penyusunan Rancangan Pembukaan UUD 1945 sebagai Hukum Dasar Negara ada 2 (dua) fase, yaitu : 1. Fase Penyusunan (Perumusan) penyusunan konsep Rancangan Dasar Negara Indonesia Merdeka yang kemudian disahkan sebagai Rancangan Dasar Negara Indonesia Merdeka. penyusunan Konsep Rancangan Preambule Hukum Dasar yang kemudian diserahkan menjadi Rancangan Preambule Hukum Dasar. penyusunan hal-hal yang lain, seperti : 1. 2. 3. 4. 5. 2. Fase Pengesahan Pengesahan Rancangan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, adalah sebagai berikut : Menetapkan Rancangan Preambule Hukum Dasar (yang terkenal dengan nama Piagam Jakarta) dengan beberapa perubahan (amandemen) sebagai pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. Menetapkan Rancangan Hukum Dasar Negara Republik Indonesia setelah mendapat beberapa perubahan sebagai Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Menetapkan berdirinya Komite Nasional2 Rancangan pernyataan Indonesia Merdeka. Rancangan Ekonomi dan Keuangan Rancangan Bagian Pembelaan Tanah Air. Bentuk Negara. Wilayah Negara.

Jadi, kesimpulannya; Ide disusunnya suatu konsep Rancangan Preambule Hukum Dasar timbul dalam Rapat-rapat Gabungan tanggal : 22 Juni 1945. Didalam Rapat Gabungan itu, selanjutnya akan terbentuk Panitia Delapan dan Panitia Sembilan.
2

Ahmad syarifi maarif. Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan: sebuah refleksi sejarah. Bandung. PT mizan Pustaka. 2009. (hal : 130-131)

1. Perumusan Pancasila Pada awal mula Perumusan (penyusunan) Sila-sila Pancasila adalah sidang pertama BPUPKI pada tanggal 29 Mei s/d 1 Juni 1945 dengan Acara Sidang Mempersiapkan Rancangan Dasar Negara Indonesia Merdeka.

Tanggal 29 Mei 1945 : Prof. Mr. H. Moh. Yamin (berpidato), mengajukan saran/usul yang disiapkan secara tertulis, yang berjudul Azas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia . Lima Azas dan Dasar itu adalah sebagai berikut : Peri Kebangsaan Peri Kemanusiaan Peri Ketuhanan Peri Kerakyatan Kesejahteraan Rakyat

Disamping itu juga beliau melampirkan Konsep Rancangan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. Rumusan konsep Dasar Negara itu adalah : 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kebangsaan Persatuan Indonesia 3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan 5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia Tanggal 31 Mei 1945 Prof. Dr. Mr. R. Soepomo di gedung Chuuco Sangi In berpidato dan menguraikan tentang : 1. Dasar persatuan dan kekeluargaan 2. Takluk kepada tuhan 3. Kerakyatan 4. Kekeluargaan dalam bidang ekonomi 5. Hhubungan antar bangsaa membatasi diri sebagai anggota asia timur raya.

Tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno, berpidato dan mengusulkan tentang Konsepsi Dasar Falsafah Negara Indonesia Merdeka yang diberi nama Pancasila dengan urutan sebagai berikut : 1. Kebangsaan Indonesia 2. Peri Kemanusiaan (Internasionalisme) 3. Mufakat Demokrasi 4. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa3 Setelah diadakan rapat dan diskusi, maka telah disepakati berdasarkan sejarah perumusan dan pengesahannya, yang sah dan resmi menurut yuridis menjadi Dasar Negara Indonesia adalah Pancasila seperti tercantum didalam Pembukaan UUD 1945. Yaitu 18 Agustus 1945 sampai 1 Juni 1945 merupakan proses menuju pengesahannya.

2. Perumusan dan Pengesahan Undang-Undang Dasar 1945 Pada perumusan/penyusunan Undang-Undang Dasar 1945 pada dasarnya diawali oleh beberapa tahap penyusunan, yaitu :

A, pembukaan/mukaddimah Didalam hasil rapat Gabungan 22 Juni 1945, maka sebagai keputusan yang keempat ialah dibentuknya Panitia Kecil Penyelidik Usul-usul (Perumusan Dasar Negara/Mukaddimah) yang terdiri dari 9 anggota (Panitia Sembilan). Adapun dalam rapat tersebut, Mr. Muhammad Yamin menyampaikan Konsep Rancangan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia pada tanggal 29 Mei 1945, yang berjudul Azas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia. lima azas dan dasar itu adalah peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri ke-Tuhanan, peri kerakyatan, keadilan sosial (kesejahteraan sosial) Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan juga telah berhasil merumuskan konsep Rancangan Preambule Hukum Dasar. Akan tetapi, pada alenia ke-empat para peserta sidang belum ada yang setuju. Adapun Rancangan Preambule Hukum Dasar itu bunyinya sebagai berikut :

Lukas sugiarto, dkk. Modul pendidikan pancasila. Surabaya. Unesa university press. 2011(hal:32-33)

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tanah daerah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban lingkungan kemakmuran bersama di Asia timur raya, akhirnya telah menyebabkan perang kepada Amerika dan Inggris.4

b. Batang tubuh UUD 1945 Pada tanggal 7 Agustus 1945 Jenderal Terauchi mengumumkan dan secara konkrit membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sidang Pleno PPKI dimulai pada tanggal 18 Agustus 1945 jam 11.30, mempunyai acara untuk membahas Rancangan Hukum Dasar (termasuk Rancangan Preambule Hukum Dasar) untuk ditetapkan Undang-Undang Dasar atas kemerdekaan yang telah diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Sebelum sidang Pleno dimulai atas tanggung jawab ketua PPKI ditambah 6 orang anggota baru untuk mewakili golongan-golongan yang belum terwakili dalam keanggotaan PPKI yang lama (hasil tunjukan Pemerintah Jepang). Adapun keenam orang anggota baru itu adalah : 1. RTA Wiranata Kusumah, wakil golongan islam dan golongan menak Jawa Barat. 2. Ki. Hajar Dewantara, wakil golongan Taman Siswa, dan golongan Nasional dan Jawa Tengah. 3. Mr. Kasman Suryadimejo, wakil golongan Peta. 4. Mr. Akhmad Subarjo, wakil golongan pemuda. 5. Sayuti Malik, wakil golongan kiri. 6. Mr. Iwa Koesoema Sumantri, wakil golongan kiri. Pada sidang ini Drs. Muhammad hatta menyampaikan hasil keputusan rapat BPUPKI tentang perumusan UUD 1945, yang berbunyi sebagai berikut :

Mukaddimah Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai kepada saat yang berbahagia,
4

Lukas sugiarto, dkk. Modul pendidikan pancasila. Surabaya. Unesa university press. 2011(hal:33-35)

dengan selamat sentausa menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang Negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya. Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh Tumpah Darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Hukum Dasar Negara Indonesia, yang berbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasar pada : Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.5 Selanjutnya, acara dengar pendapat: 1. Ir. Soekarno memberikan usulan/saran untuk mengubah Mukaddimah menjadi

Pembukaan. 2. Anggota Ki. Bagoes Hadikoesoemo memberikan usulan/saran untuk

menghapusdasar pada kemanusiaan yang adil dan beradab, menjadi kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Ir. Soekarno, selanjutnya merevisi kata Hukum Dasar Negara Indonesia menjadiUndangUndang Dasar Republik Indonesia. Dan masih banyak lagi usulan/saran yang disampaikan oleh anggota rapat PPKI. Akan tetapi, disini kami hanya menampilkan pendapat mereka-mereka yang diterima saja. Maka sempurnahlah isi dari Undang-Undang Dasar 1945 itu yang berbunyi sebagai berikut : Pembukaan Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
5

Hartono. Pancasila di tinjau dari segi historis. Jakarta. Rineka cipta. 1992(hal73-74)

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai kepada saat yang berbahagia, dengan selamat sentausa menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang Negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya. Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh Tumpah Darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat yang berdasarkan kepada : Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia. Demikianlah penjelasan dari kami, mengenai Proses Penyusunan Undang-Undang Dasar 1945 yang seluruhnya dapat diikuti dari jalannya Persidangan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang kemudian disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945. III. DETIK- DETIK PROKLAMASI Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 Tahun Masehi atau bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang. Detik-detik yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia itu

dilaksanakan di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, sekarang disebut sebagai Jalan Proklamasi No.1, Jakarta Pusat. Ir. Sukarno didampingi oleh Drs. Muhammad Hatta membacakan teks naskah Proklamasi yang sebelumnya telah diketik oleh Sayuti Melik. Teks proklamasi yang dibacakan pada hari itu sebelumnya disusun oleh Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan Mr. Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Sukarni, BM. Diah, Sudiro dan Sayuti Melik.

Teks proklamasi tersebut ditulis di ruang makan di rumah Laksamana Tadashi Maeda, Jl. Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis sendiri oleh Ir. Soekarno. Di ruang depan, hadir B.M Diah, Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia. Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti Melik menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler. Isi teks Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang singkat ini adalah: Proklamasi Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja. Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05 Atas nama bangsa Indonesia. Soekarno/Hatta Rencananya pembacaan teks Proklamasi tersebut akan dilaksanakan di Lapangan Ikada yang bisa menampung massa yang lebih banyak. Namun dengan berbagai pertimbangan terutama yang paling penting adalah pertimbangan keamanan maka pembacaan teks proklamasi akhirnya dipindahkan ke kediaman Ir. Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Di tempat tersebut, telah hadir antara lain Soewiryo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan SK. Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan naskah proklamasi oleh Ir. Soekarno dan dilanjutkan dengan pidato singkat tanpa teks. Kemudian pengibaran bendera Merah Putih. Kejadian menarik terjadi pada saat pengibaran bendera, pada awalnya SK. Trimurti yang diminta untuk menaikkan bendera Pusaka Sang Merah Putih namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah salah seorang prajurit PETA bernama Latief Hendraningrat, dibantu oleh Soehoed untuk tugas

tersebut. Mereka berdua dibantu oleh seorang pemudi yang membawa nampan berisi Bendera Merah Putih. Bendera Merah Putih ini sebelumnya dijahit oleh Ibu Fatmawati, istri Ir. Sukarno. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelah pengibaran bendera Merah Putih, dilanjutkan dengan sambutan oleh wakil walikota pada saat itu Soewiryo dan pimpinan Barisan Pelopor, Mawardi. Setelah upacara selesai sempat terjadi sedikit insiden karena kedatangan anggota Barisan Pelopor. Disebutkan kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S. Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat secara mendadak dari Lapangan Ikada ke Jl. Pegangsaan Timur No. 56 sehingga mereka menuntut Soekarno untuk mengulang kembali pembacaan teks Proklamasi. Namun permintaan ini ditolak oleh Ir.

Sukarno dan untuk menengahinya akhirnya Drs. Muhammad Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka. Detik detik proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan peristiwa yang mahapenting dalam sejarah kebangsaan kita. Mulai tanggal 17 Agustus 1945 inilah kita sebagai bangsa terbebas dari belenggu penjajahan dan kita bisa berdiri sama tinggi dan sederajat dengan bangsa-bangsa merdeka lainya.6

Marwati Djoened Poesponegoro. Sejarah nasional Indonesia. Jakarta.balai pustaka. 2007(hal:178-180)

III.PENUTUP KESIMPULAN
1. Pancasila memiliki pendalaman masing-masing di setiap silanya. 2. Rumusan Otentik Pancasila Dasar Negara adalah rumusan dalam pembukaan UUD 1945 yang
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.

3. Badan-badan yang bersangkutan dengan perumusan Pancasila Dasar Negara adalah BPUPKI
dan PPKI.

4. Kronologi Pancasila Dasar Negara:


28 Mei 1945 pidato Moh. Yamin. 31 Mei 1945 1 Juni 1945 22 Juni 1945 10 s/d 16 Juli 1945 18 Agustus 1945 : Peresmian BPUPKI dan persidangan pertama BPUPKI dimulai: Pidato Soepomo : Pidato Soekarno, persidangan pertama selesai. : Perumusan Piagam Jakarta. : Persidangan ke-2 BPUPKI tentang draf UUD 1945 : Pengesahan UUD 1945.

5. Tahap-tahap dalam Perumusan Pancasila Dasar Negara : o Individual : 1. Muh. Yamin 2. Supomo 3. Soekarno o Kolektif : 4. Panitia Sembilan 5. Sidang II BPUPKI 6. Sidang PPKI (22 Juni 1945) (10-16 Juli 1945) (18 Agustus 1945) (29 Mei 1945) (31 Mei 1945) (1 Juni 1945), yaitu Pencetusan nama Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA

lalu Pr, Yosef(2010). Manusia menggumuli makna hidupnya. Yogyakarta. Karnisius. Maarif, Ahmad syarifi(2009). Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan: sebuah refleksi sejarah. Bandung. PT mizan Pustaka. Sugiarto,Lukas,. Dkk(2011). Modul pendidikan pancasila. Surabaya. Unesa university press. Hartono(1992). Pancasila di tinjau dari segi historis. Jakarta. Rineka cipta. Poesponegoro, Marwati Djoened. (2007). Sejarah nasional Indonesia. Jakarta. balai pustaka.

You might also like