You are on page 1of 25

Nabi Muhammad SAW adalah nabi Ummat Islam di seluruh dunia. Beliau adalah Nabi akhir zaman.

Penutup para Nabi. Khotamun Nabiyyin. Tidak akan ada nabi yang akan diutus oleh Allah untuk menyampaikan risalahNya setelah Nabi Muhammad. Jabir pernah bertanya kepada Nabi Muhammad, Ya Rosulallah, Demi Ayah dan Ibuku, sampaikan pada saya tentang sesuatu yang pertama kali diciptakan oleh Allah SWT sebelum menciptkan yang lain. Nabi Menjawab, wahai Jabir, sesungguhnya Allah menciptkan Nur Nabimu Muhammad SAW sebelum menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini. Dan segala sesuatu di alam semesta ini adalah dari cahaya Nabi Muhammad SAW. Dan Nabi pernah bersabda, saya adalah Nabi yang diciptakan pertama kali dan diutus paling akhir. Pada tanggal 12 Robiul Awwal 1423 H tepatnya hari ini tanggal 15 Februari 2011 kita memperingati hari kelahiran beliau. Nabi Muhammad lahir di kota Mekkah dan wafat di kota Madinah. Beliau lahir dengan penuh keajaiban-keajaiban. Di antara yang saya ketahui ketika lahirnya Nabi Muhammad seluruh pepohonan yang tidak pernah berbuah waktu itu langsung berbuah, api yang tak pernah padam dan menjadi sesembahan warga Majusi, ketika lahir nabi apa itu langsung padam. Ketika beliau lahir langsung sujud kepada Allah SWT. Ada lagi ketika beliau lahir sang ibu tak merasakan sakit sedikitpun. Tidak ada darah bercecer bekas melahirkan. Makna Peringatan Maulid Nabi

Peringatan maulid adalah upaya mengenang hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tentu saja tidak hanya mengingat hari lahir beliau. Tapi juga mengingat jasa-jasa beliau yang telah menyebarkan agama Islam ke seluruh dunia termasuk kepada kita. Ingat juga pada sifat-sifatnya yang luhur budi, penyabar, rendah hati dan lain lain. Sikapnya yang tegas menyebarkan dakwah Islam patut kita teladani. Makna peringatan maulid adalah menyegarkan kembali ingatan kita akan ajaran Nabi dan kita harus siap untuk melaksanakannya. Memperingati hari lahir tidak boleh hanya sebagai kegiatan ritual semata. Tapi harus diaplikasikan atau diwujudkan dalam aktivitas nyata kita di kehidupan sehari-hari. Jika ada yang memperingati maulid dengan menyediakan makanan dan buah-buahan itu oke oke saja dan tentu saja halal. Yang paling penting adalah niatnya. Karena segala sesuatu itu tergantung pada niat kita. Menyiapkan makanan dan buah-buahan untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW tentu sangat baik. Niatnya tentu saja adalah untuk memperbanyak sedekah kepada orang yang kita undang untuk peringatan maulid. Jika kita mampu mengapa kita tidak ajak orang berkumpul sambil membaca shalawat setelah itu menghidangkan makanan ala kadarnya sesuai dengan kemampuan. Dengan Peringatan Maulid Nabi bisa mengingatkan kita untuk selalu membaca shalawat ( doa keselamatan untuk Nabi ) karena membaca shalawat mengandung manfaat dan keutamaan. Silahkan baca-baca lagi posting saya sebelumnya tentang keutamaan membaca shalawat pada Nabi SAW. Semoga manfaat.

Saya pernah membaca dari buku terbitan kementrian agama Arab Saudi bahwa Peringatan Maulid Nabi tidak pernah dilakukan dan dicontohkan pada masa Nabi Muhammad SAW maupun pada masa sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW. "Bagaimana dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia apakah ada hadist yang membenarkannya dan bagaimana sikap kita untuk menghadapi sesuatu yang dikatagorikan bid'ah?" Tanya Jawab (422) Maulid Nabi s.a.w. dan Bid'ah ======= Tanya : ======= Assalaamu'alaikum Wr.Wb. Ustadz yang saya hormati: Saya pernah membaca dari buku terbitan kementrian agama Arab Saudi bahwa Peringatan Maulid Nabi tidak pernah dilakukan dan dicontohkan pada masa Nabi Muhammad SAW maupun pada masa sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW. Dalam buku tersebut diperkuat pula dengan hadist-hadist shahih. Yang ingin saya tanyakan adalah: "Bagaimana dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia apakah ada hadist yang membenarkannya dan bagaimana sikap kita untuk menghadapi sesuatu yang dikatagorikan bid'ah?" Wassalaamu'alaikum ======= Jawab : ======= Assalamua'alikum war. wab. Ada tradisi umat Islam di banyak negara, seperti Indonesia, Malaysia, Brunai, Mesir, Yaman, Aljazair, Maroko, dan lain sebagainya, untuk senantiasa melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti Peringatan Maulid Nabi SAW, peringatan Isra' Mi'raj, peringatan Muharram, dan lain-lain. Bagaimana sebenarnya aktifitas-aktifitas itu? Secara khusus, Nabi Muhammad SAW memang tidak pernah menyuruh hal-hal demikian. Karena tidak pernah menyuruh, maka secara spesial pula, hal ini tidak bisa dikatakan "masyru'" [disyariatkan], tetapi juga tidak bisa dikatakan berlawanan dengan teologi agama. Yang perlu kita tekankan dalam memaknai aktifitas-aktifitas itu adalah "mengingat kembali hari kelahiran beliau --atau peristiwa-peristiwa penting lainnya-dalam rangka meresapi nilai-nilai dan hikmah yang terkandung pada kejadian itu". Misalnya, hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Itu bisa kita jadikan sebagai bentuk "mengingat kembali diutusnya Muhammad SAW" sebagai Rasul. Jika dengan mengingat saja kita bisa mendapatkan semangat-semangat khusus dalam beragama, tentu ini akan mendapatkan pahala. Apalagi jika peringatan itu betul-betul dengan niat "sebagai bentuk rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW". Dalam Shahih Bukhari diceritakan, sebuah kisah yang menyangkut tentang Tsuwaibah. Tsuwaibah adalah budak [perempuan] Abu Lahab [paman Nabi Muhammad [SAW]. Tsuwaibah memberikan kabar kepada Abu Lahab tentang kelahiran Muhammad [keponakannya], tepatnya hari Senin tanggal 12 Robiul Awwal tahun Gajah. Abu Lahab bersuka cita sekali dengan kelahiran beliau. Maka, dengan kegembiraan itu, Abu Lahab membebaskan Tsuwaibah. Dalam riwayat disebutkan, bahwa setiap hari Senin, di akhirat nanti, siksa Abu Lahab akan dikurangi karena pada hari itu, hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, Abu Lahab turut bersuka cita. Kepastian akan hal ini tentu kita kembalikan kepada Allah SWT, yang paling berhak tentang urusan akhirat. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW secara seremonial sebagaimana yang

kita lihat sekarang ini, dimulai oleh Imam Shalahuddin Al-Ayyubi, komandan Perang Salib yang berhasil merebut Jerusalem dari orang-orang Kristen. Akhirnya, setelah terbukti bahwa kegiatan ini mampu membawa umat Islam untuk selalu ingat kepada Nabi Muhammad SAW, menambah ketaqwaan dan keimanan, kegiatan ini pun berkembang ke seluruh wilayah-wilayah Islam, termasuk Indonesia. Kita tidak perlu merisaukan aktifitas itu. Aktifitas apapun, jika akan menambah ketaqwaan kita, perlu kita lakukan. Tentang pendapat Ulama dan Pemerintah Arab Saudi itu, memang benar, sebagaimana yang kami tulis di atas. Tetapi, jika kita ingin 100% seperti zaman Nabi Muhammad SAW, apapun yang ada di sekeliling kita, jelas tidak ada di zaman Nabi. Yang menjadi prinsip kita adalah esensi. Esensi dari suatu kegiatan itulah yang harus kita utamakan. Nabi Muhammad SAW bersabda : 'Barang siapa yang melahirkan aktifitas yang baik, maka baginya adalah pahala dan [juga mendapatkan] pahala orang yang turut melakukannya' (Muslim dll). Makna 'aktifitas yang baik' --secara sederhananya--adalah aktifitas yang menjadikan kita bertambah iman kepada Allah SWT dan Nabi-Nabi-Nya, termasuk Nabi Muhammad SAW, dan lain-lainnya. Masalah Bid'ah: Ibnu Atsir dalam kitabnya "Annihayah fi Gharibil Hadist wal-Atsar" pada bab Bid'ah dan pada pembahasan hadist Umar tentang Qiyamullail (sholat malam) Ramadhan "Sebaik-baik bid'ah adalah ini", bahwa bid'ah terbagi menjadi dua : bid'ah baik dan bid'ah sesat. Bid'ah yang bertentangan dengan perintah qur'an dan hadist disebut bid'ah sesat, sedangkan bid'ah yang sesuai dengan ketentuan umum ajaran agama dan mewujudkan tujuan dari syariah itu sendiri disebut bid'ah hasanah. Ibnu Atsir menukil sebuah hadist Rasulullah "Barang siapa merintis jalan kebaikan maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang orang yang menjalankannya dan barang siapa merintis jalan sesat maka ia akan mendapat dosa dan dosa orang yang menjalankannya". Rasulullah juga bersabda "Ikutilah kepada teladan yang diberikan oleh dua orang sahabatku Abu Bakar dan Umar". Dalam kesempatan lain Rasulullah juga menyatakan "Setiap yang baru dalam agama adala Bid'ah". Untuk mensinkronkan dua hadist tersebut adalah dengan pemahaman bahwa setiap tindakan yang jelas bertentangan dengan ajaran agama disebut "bid'ah". Izzuddin bin Abdussalam bahkan membuat kategori bid'ah sbb : 1) wajib seperti meletakkan dasar-dasar ilmu agama dan bahasa Arab yang belum ada pada zaman Rasulullah. Ini untuk menjaga dan melestarikan ajaran agama.Seperto kodifikasi al-Qur'an misalnya. 2) Bid'ah yang sunnah seperti mendirikan madrasah di masjid, atau halaqah-halaqah kajian keagamaan dan membaca al-Qur'an di dalam masjid. 3) Bid'ah yang haram seperti melagukan al-Qur'an hingga merubah arti aslinya, 4) Bid'ah Makruh seperti menghias masjid dengan gambar-gambar 5) Bid'ah yang halal, seperti bid'ah dalam tata cara pembagian daging Qurban dan lain sebagainya. Syatibi dalam Muwafawat mengatakan bahwa bid'ah adalah tindakan yang diklaim mempunyai maslahah namun bertentangan dengan tujuan syariah. Amalan-amalan yang tidak ada nash dalam syariah, seperti sujud syukur menurut Imam Malik, berdoa bersama-sama setelah shalat fardlu, atau seperti puasa disertai dengan tanpa bicara seharian, atau meninggalkan makanan tertentu, maka ini harus dikaji dengan pertimbangan maslahat dan mafsadah menurut agama. Manakala ia mendatangkan maslahat dan terpuji secara agama, ia pun terpuji dan boleh dilaksanakan. Sebaliknya bila ia menimbulkan mafsadah, tidak boleh dilaksanakan.(2/585) Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa bid'ah terjadi hanya dalam masalah-masalah ibadah. Namun di sini juga ada kesulitan untuk membedakan mana amalan yang masuk dalam kategori masalah ibadah dan mana yang bukan. Memang agak rumit menentukan mana bid'ah yang baik dan tidak baik dan ini sering menimbulkan percekcokan dan perselisihan antara umat Islam,

bahkan saling mengkafirkan. Selayaknya kita tidak membesar-besarkan masalah seperti ini, karena kebanyakan kembalinya hanya kepada perbedaan cabang-cabang ajaran (furu'iyah). Kita diperbolehkan berbeda pendapat dalam masalah cabang agama karena ini masalah ijtihadiyah (hasil ijtihad ulama). Sikap yang kurang terpuji dalam mensikapi masalah furu'iyah adalah menklaim dirinya dan pendapatnya yang paling benar. Demikian, semoga membantu M. Luthfi Thomafi

Di masjid al Majid Hepburn Western Australia Oleh: A. Fuad Usfa Tulisan ini merupakan teks (inti) ceramah peringatan Maulid Junjungan Kita Nabi Besar Majid Hipburn Western Australia. Berhubung nash AlQuran dan Hadist tidak yang disampaikan pada acara Muhammad SAW di masjid Alkendala teknis pengetikan, teks dapat disertakan di sini.

Peringatan maulid Nabi Besar Muhammad SAW dirayakan di mana-mana, khususnya dalam masyarakat Islam Nusantara. Semoga segala aktifitas tersebut menuai makna yang signifikan, bukan bagai kalimat dalam syair lagu melayu, ibarat air di daun keladi, atau bagai hembusan sang bayu, melainkan mempunyai dampak pada gerak maju dalam menapak kemajuan peradaban dan masyarakat Islam khususnya, serta peradaban dan masyarakat dunia serta bagi segenap alam seutuhnya (rahmatan lil alamin). Nabi Besar Muhammad SAW lahir pada 12 Rabiul Awal tahun gajah. Menurut Muhammad Pasha, akhli ilmu falak Mesir masa itu bertepatan dengan 20/22 April 571 M. Masa itu dikenal sebagai masa jahiliyah. Masa jahiliyah merupakan masa di mana kemampuan manusia di berbagai bidang ilmu pengetahuan, seni, sosial, budaya, niaga, politik/kekuasaan tidak dibimbing oleh nurani dan iman yang lurus. Oleh sebab itu pada periode awal yang dibenahi terlebih dahulu adalah masalah aqidah. Ayat-ayat yang turun pada periode awal (Makkiyah) adalah yang berhubungan dengan keimanan, ancaman dan pahala serta pengajaran dan budi pekerti. Sering pula masyarakat jahiliah diartikan sebagai bodoh. Hanya saja bila jahiliyah diartikan bodoh, maka sesungguhnya dari mereka telah banyak yang menguasai bidang seni dan sastra, niaga (bisnis), sosial, kekuasaan, siasat perang, sudah terdapat diantara mereka yang mengembara menuntut ilmu hingga sampai ke Madain di Persia (Iran sekarang), rasulullah pernah bersabda tuntutlah ilmu walau hingga ke negeri Cina, jadi mobilitas masyarakat masa itu sudah cukup tinggi, hingga pula ke negeri Syam (di Siria, Libanon, Palestina sekarang), Yaman dan lain-lain. Persoalannya adalah nurani dan iman yang lurus yang tidak mereka miliki. Teringatlah penulis pada satu buku yang ditulis oleh salah seorang

ulama

besar

yang

berjudul

Jahiliyah

Modern.

Ayat yang pertama kali turun adalah Iqra, bacalah, tapi bila hanya sekedar membaca tak terbilang orang-orang kala itu yang telah pandai membaca, baik membaca dalam pengertian membaca atas tulisan ataupun dalam kemampuan membaca fenomena alam (ayat-ayat kauniyah). Namun kelanjutan firman Allah tersebut adalah bacalah dengan menyebut nama Tuhan mu, namun bila hanya sampai di situ maka sesungguhnya baik masyarakat Mekkah atau Arab pada umumnya, Persia, India dan lain-lain telah mengenal tuhan. Ingat akan latta, uzza, manata (tiga berhala terbesar) dan seterusnya bagi masyarakat Mekkah kala itu, bagi bangsa Persia menyembah akan api (majusi), masyarakat India atas segala yang luar biasa seperti sungai besar, pohon besar ataupun patung dan sebagainya. Melainkan Alah berfirman, bacalah dengan nama Tuhan mu yang menciptakan, jadi bukan tuhan yang diciptakan, baik yang diciptakan oleh sesama makhluk (khususnya manusia), seperti patung-patung dan sebagainya maupun yang diciptakan oleh Tuhan (Allah), seperti gunung-gunung, matahari, api dan sebagainaya. Pada masa itu pula kegelapan telah menyelimuti dunia seutuhnya. Negeri-negeri yang dahulu menguasai peradaban besar seperti Romawi, Yunani, Mesir, Persia, India, Cina telah terpuruk. Abad-abad itulah yang dikenal dalam sejarah sebagai abad pertengahan (middle ages), yang merupakan abad kegelapan. Fakta sejarah menunjukkan kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW telah menebarkan sinar pada dunia yang telah diselimuti kabut kegelapan, Islam telah mampu bergerak membawa peradaban yang cemerlang. Sayang pada masa kemudiannya sinar itu memudar, benarlah apa yang dikatakan salah seorang orientalis penulis buku Humanisme Dalam Islam, yang menyatakan bahwa kegagalan yang terjadi janganlah dinisbatkan pada Islam, melainkan hendaknya dinisbatkan pada ummat Islam, buya Hamka menulis buku berjudul Sejarah Ummat Islam (4 jilid), beliau tidak menggunakan judul Sejarah Islam, sebab menurutnya banyak pula kedhaliman yang terjadi, misalnya kita buka sejarah pada tragedi di Padang Karbela, padahal itu bukan Islam, melainkan oleh sebab perilaku Ummat Islam. Islam telah menarik kearah fithrah, kebutuhan dasar manusia adalah tuntunan hati, pola interaksi serta pola aturan. Maka itu Islam telah meluruskannya atas aqidah, akhlak dan syariaah, yang ketiganya merupakan satu rangkaian kesatuan. Benarlah apa yang dinyatakan seorang orientalis yang bernama HAR Gib bahwa Islam bukan hanya sekedar sistem teologi, melainkan meliputi peradaban yang lengkap. Teringatlah pula akan kisah salah seorang jurnalis Austria yang bernama Leopard Weis (waktu itu), pada saat ia meliput berita di timur tengah, ternyata ia sempat mengamati perilaku ummat Islam di saat shalat, lalu ia bertanya pada salah seorang imam masjid, ia bertanya, wahai tuan, mengapa orang Islam dalam menyembah Tuhan kok macam begitu, berdiri, membungkuk, berjongkok dan seterusnya, bukankah Tuhan maha tahu kendatipun yang ada dalam hati manusia?, mengapa mesti macam-macam?; sang imam masjid menjawab wahai tuan, bila Tuhan menciptakan manusia terdiri dari jiwa dan raga, maka apakah salah bila manusia itu menyembah Tuhan dengan jiwa dan

raganya pula? (illustrasi bebas dari penulis). Atas jawaban sang imam masjid tadi kemudian menjadi bahan renungan L. Weis, dan kemudiannya ia memeluk agama Islam dan merubah nama menjadi Muhammad Assad. Allah berfirman yang artinya Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-redhai Islam itu jadi agama bagimu.(Q:5:3) Aqidah Aqidah merupakan sistem keyakinan. Sistem keyakinan disebut dengan iman. Pokokpokok keyakinan dalam Islam merupakan rukun iman yang terangkum dalam enam perkara, yaitu iman kepada Allah, para Malaikat Nya, Kitab-kitab Nya, Nabi dan Rasul Nya, Hari Akhir serta takdir baik dan takdir buruk. (riwayat Buhari dan Muslim). Aqidah merupakan roh, dari sinilah semua komponen ajaran agama Islam digerakkan, sebab bagaimana kita akan shalat, puasa, zakat, haji kalau iman kita kepada Allah, para malaikat Nya, kitab Nya, Nabi dan Rasulnya, hari akhir tidak ada?, bagaimana kita harus menjalani kehidupan kalau iman kita kepada qaha dan qadar Nya tidak ada?, dengan iman kepada takdir baik dan takdir buruk kita akan tahu tentang posisi kita, misalnya kita kaya, miskin, cobaan-cobaan yang menimpa kita dan lain-lain kita sandarkan kepada Allah SWT, sehingga kita terhindar dari kesombongan dan takabbur ataupun keputusasaan. Kita tidak akan mampu untuk menentukan nasib kita, la haula wa la kuwata illa billah. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim Rasulullah bersabda, Sesunguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rakhim ibunya selama empat puluh hari berupa nuthfah (sperma), kemudian menjadi alaqah (segumpal darah yang menggantung) selama itu pula, kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) selama itu pula, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya dan menyampaikan empat perkara, yaitu menulis rizkinya, ajalnya, amal perbuatannya, akan menjadi orang sengsara atau bahagia. Orang Jawa bilang ilmu dapat ditiru, sedang nasib tak dapat ditiru, orang Sumatera bilang untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Islam mengajarkan tauhid (monotheisme), la ilaha illallah; la tusyrik billah (Q:31:13), tidak boleh mempersekutukannya dengan siapa dan apapun juga, oleh sebab itu maka dosa syirik adalah merupakan dosa besar yang tidak terampunkan, sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan sesuatu dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa selain dari syirik itu barang siapa dikehendaki-Nya, barang siapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya (Q:4:116). Janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar (Q:31:13). Akhlak Akhlak adalah keelokan berperilaku dalam berinteraksi, baik dengan al-Khalik maupun dengan sesama mahluk. Rasulullah bersabda sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak. Contoh akhlak dengan sesama, menggunjing saja (ghibah) tidak boleh (ghibah adalah gossip yang benar adanya, tapi jika seandainya orang yang

digossip itu mendengarnya maka ia tidak akan menyukainya. Sedang kalau tidak benar namanya fitnah), jangan berburuk sangka, tebarkan salam, senyum saja dapat pahala, bertolong-tolongan atas kebaikan dan takwa, jangan bertolong-tolongan atas dosa dan permusuhan. Syariah Secara termenologi istilah syariah telah diperdebatkan, ada yang hendak membedakannya dengan fiqh dan bahkan juga dengan hukum Islam. Namun dalam kesempatan ini tidak diulas, cukuplah kita gunakan kata syariah sebagai telah umum digunakan. Syariah merupakan system aturan dalam hubungannya dengan al-Halik maupun sesama makhluk dalam kerangka hukum atas dasar al-Quran dan Sunnah. Terdapat lima kategori hukum, yaitu wajib, haram, sunnah, mubah dan makruh. Bidang syariah ini pada perinsipnya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu bidang ibadah dan muamalah. Bidang ibadah di sini dimaksudkan sebagai ibadah mahdhah, hubungan transedental, hubungan dengan Allah, bidang ritual. Sedang muamalah adalah merupakan hubungan sesama manusia ataupun dengan makhluk selainnya. Ibadah dalam pengertian luas (ghairu mahdhah) mempunyai pengertian segala perbuatan baik yang disandarkan kepada Allah SWT, segala perbuatan baik yang disandarkan pada Allah SWT ganjarannya adalah pahala. Adapun hukum dasar daripada ibadah mahdhah adalah haram, tidak boleh dikerjakan kecuali terdapat nash yang menentukan lain, seperti misalnya shalat maghrib tiga rakaat, itu telah ada ketentuan dalam nash, bila seandainya karena ingin banyak pahalanya ditambah menjadi 5 rakaat, maka haram hukumnya. Di sinilah letak ketentuan sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW, Perkara terjelek adalah perkara yang baru, dan setiap ajaran yang baru itu bidah, dan setiap bidah itu adalah sesat; dan setiap yang sesat itu tempatnya dalam neraka. Disabdakan pula oleh Rasulullah SAW, bahwasanya barangsiapa mengerjakan amal tanpa perintah kami, maka tertolak. Adapun yang berkenaan dengan perkara muamalah hukum dasarnya adalah boleh, kecuali terdapat nash yang menentukan lain, misalnya seperti makan-minum, babi haram sebab terdapat nash yang nenentukan demikian, demikian juga minuman keras, judi dan lain-lain. Di sinilah konteks sabda Rasulullah SAW, engkau lebih tahu tentang urusan duniamu. Demikianlah sekedar kita pahami sebagian dasar ajaran Islam. Selanjutnya, untuk melengkapi pembicaraan ini, perlulah kiranya disinggung sedikit perihal problema yang dihadapi di negeri-negeri muslim atau dunia ke-tiga pada umumnya (developing country). Rata-rata negeri-negeri dunia ke-tiga baru mulai eksis pada memasuki paruh (pertengahan) abad XX, yaitu setelah mampu melepaskan diri dari alam keterjajahan, itupun dengan harus mengalami berbagai rintangan baik dari dalam maupun luar, dari segala bidang, baik itu bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahan maupun keamanan, problema sumber daya manusia yang harus membina dari titik nol koma, merajut mereka dari tingkat buta huruf yang amat luas, kesiapan mentalitas dari segala kejutan dalam menerima berbagai pengaruh alam luar yang telah terlebih dahulu melangkah maju, belum lagi problema infra struktur dan lain-lain, kuatnya berbagai

tekanan dari bebagai kepentingan. Pertarungan ideologi di negeri-negeri muslim belum juga menjumpai titik temu. Duania pendidikan pada umumnya diyakini sebagai sarana untuk mendongkrak dengan signifikan untuk melakukan ekslarasi kearah kemajuan, pendidikan dipahami sebagai kata kunci. Dunia barat telah banyak menyumbangkan bea siswa (scholarship) untuk di berbagai bidang ilmu pengetahuan, dengan demikian bisalah dipahami bila telah terjadi sinergi yang signifikan (mutual-simbiosis) antara pola pikir timur dan pola pikir barat, antara Islam (agamis) dan barat (sekuler) pada kaum terpelajar muslim, dan mereka merupakan agen pembaharuan pemikiran yang bermuara pula pada aksi (gerakan) baik akademik, sosial, maupun penentu kebijakan. Sementara dunia Islam seperti Timur Tengah, Brunai dan sebagainya, bagaimana sumbangsihnya pada bidang ini?. Menarik pula untuk kita tilik sebuah buku yang ditulis oleh Amir Syakib Arselan yang berjudul Limadza takharal Muslimun wa Limadza takaddama ghairuhum. Bagaimana sikap masyarakat dunia ketiga (dhi baca: Islam) di perantauan, khususnya di negara-negara maju?, menarik untuk mengingat dan mengambil manfaat dari pesan Deng Sio Ping yang mengandung falsafah tinggi itu kepada masyarakat Cina perantauan yang intinya yaitu hendaknya menjadi sebagai jembatan penghubung; litaarafu, untuk merajut kemajuan bersama.

Hikmah Maulid Nabi Muhammad saw


Posted by admin on February 6th, 2012

HIKMAH MAULID NABI MUHAMMAD SAW oleh PROF. DR. M. QURAISH SHIHAB.
Kenal Allah ? Orang yang beriman pasti percaya kepada Allah. Nah kalo Anda kenal dan percaya pada Allah dan percaya bahwa Allah itu menentukan kebahagiaan dan kesengsaraan Anda. Maukah Anda mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai-Nya ? Mau, kalau memang Anda percaya bahwa Dia adalah Wujud. Kalau orang yang beriman pasti percaya bahwa Dia yang mencipta dan mengatur alam semesta ini, lalu bagaimana berhubungan dengan Beliau ? Apa sajakah yang Dia sukai dan apa sajakah yang tidak Dia sukai ?

Disini perlu ada yang menjelaskan kepada kita. Ada tidak yang menurut Anda orang yang lengah/salah ? Pasti ada, perlukah orang tersebut diingatkan ? Kalo kita sayang orang tersebut maka kita perlu mengingatkan. Ada tidak diantara manusia yang lengah ? Banyak. Perlukah diingatkan ? Perlu. Siapa yang memberitahu tentang Allah ? Siapa yang mengingatkan yang lengah ? Siapa yang menjelaskan apa yang Dia sukai dan tidak Dia sukai ? Rasul. Allah menyampaikan pada Rasul. Rasul yang menyampaikan pada umatnya. Kita manusia, hati kita kotor, kecerdasan terbatas, tidak bisa langsung kepada Allah. Maka Allah memilih beberapa orang untuk menjadi rasul untuk dapat menyampaikannya kepada kita. Itu yang disebut Allah dalam surat Al-Bayyinah ayat 1 :Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orangorang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata. Maka Allah mengutus Rasul-Nya, seperti yang disebutkan dalam ayat 2 :(yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Quran). Jadi Rasul merupakan bukti kebenaran. Sebagai contoh : Ada orang mengaku dokter, percaya atau tidak ? belum, mungkin dia pembohong, saya perlu bukti bahwa dia seorang dokter. Cara membuktikan dia seorang dokter bisa dengan melihat ada yang berobat padanya dan diberi obat lalu dia sembuh. Ok deh, dia memang dokter. Bisa juga dengan melihat ijasahnya sebagai jalan pintasnya. Nah, Nabi Muhammad saw diutus, dikatakan oleh ayat tersebut diatas bahwa Rasul adalah sebagai bukti yang nyata. Di surat An-Nisa Hai seluruh manusia, telah datang kepada kamu bukti yang nyata, dan kami menurunkan kepada kamu cahaya Al-Quran. Bukti yang nyata adalah Rasulullah saw. Kalau ada satu orang lahir di pedalaman yang tidak memiliki peradaban, miskin, yatim, tidak pandai membaca dan menulis. Mungkinkah secara logika orang tersebut menjadi orang yang hebat ?

Sangat tidak mungkin. Nabi Muhammad saw lahir di Mekkah yang tidak berperadaban, yatim, miskin, tidak pandai membaca dan menulis. Tapi menyampaikan hal-hal yang luar biasa, berhasil meruntuhkan dua emperium Romawi dan Persia hanya dalam waktu 20 tahun lebih. Dipelajari sejarahnya, ternyata beliau adalah orang yang paling hebat. Bukankah itu bukti ? Kenapa sih Nabi Muhammad saw lahir yatim ? Kenapa Nabi Muhammad saw tidak pandai membaca dan menulis ? Kenapa Nabi Muhammad saw begitu lahir diasingkan ke pedalaman menjauhi ibunya ? Itu semua diatur Tuhan. Karena Tuhan yang berkehendak mendidik langsung Nabi Muhammad saw. Seandainya bapaknya masih hidup, maka bapaknya yang akan mendidiknya, akan terpengaruh oleh bapaknya. Kalo dengan ibunya, ibunya bisa mempengaruhinya. Kalau dia pandai membaca, bacaan akan mempengaruhinya. Karena itu, di Surat Al-Araaf : Wahai Nabi Muhammad, katakanlah aku ini pesuruh Allah kepadamu semua, Allah pemilik penguasa langit dan bumi, tidak ada Tuhan, tidak ada yang menguasai alam raya ini kecuali Dia, Allah yang menghidupkan dan mematikan. Maka percayalah kepada Allah, dan percaya juga kepada RasulNya, Nabi yang ummiy (yang tidak pandai membaca dan menulis). Karena kalo Nabi pandai membaca dan menulis, orang lain akan mengira bahwa Nabi kita tahu dari bacaan2nya. Jadi kita tidak perlu malu untuk berkata Nabi Muhammad saw tidak pandai membaca dan menulis. Lanjutan surat tersebut :Yang percaya pada Allah. Jadi jangan duga dia menyuruh orang untuk percaya padahal dirinya tidak percaya. Maka ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk. Apakah cukup kita percaya kepada Nabi bahwa dia memang Nabi ? Tidak cukup, perhatikan ayat di atas tersebut, Ikuti Nabi. Tetapi mengikuti Nabi juga harus cerdas. Tidak semua yang dilakukan Nabi itu, harus diikuti. Nabi kawin dengan 9 perempuan sekaligus, kita tidak bisa begitu. Nabi kalo tidur, tidak batal wudhunya. Jadi tidak bisa semua diikuti. Ada yang perlu diikuti, ada yang tidak boleh diikuti. Harus cerdas pilih2.

Kita lihat ayat lain, Hai seluruh manusia, telah datang kepadamu, seorang Rasul. Apakah kita yang datang kepadanya atau dia yang datang kepada kita ? Dia yang datang. Jangan minta orang datang. Dia begitu besar perhatiannya kepada kita, sehingga dia datang kepada kita. dari diri kamu. Rasul yang datang ini sejiwa dengan kamu. Dia tahu yang maslahat buat kita. Seperti suami isteri sejiwa. Sebelum suami bicara, isteri sudah tahu. Jadi apa yang disampaikan Rasul pasti kebaikan buat kamu. Terasa sangat berat apa yang menyusahkan kamu. Rasul seperti seorang yang menyalakan api/lampu. Ada laron datang kesana, laron ini kalo dibiarkan akan terbakar. Rasul ini sangat2 kasih dan rahmat. Raufur rahiim. Rauf itu adalah memberikan rahmat sesuai dengan apa yang dimilikinya. Rahim adalah memberikan rahmat sesuai apa yang dibutuhkan oleh yang diberi. Mana yang lebih baik antara Rauf dan Rahim ? Dua-duanya baik, tapi mana yang lebih baik ? Semisal saya kasih contoh : Kalo Anda punya uang 10 juta. Ada seorang peminta-minta datang kepada Anda. Kalau Anda Rauf, maka apa yang Anda miliki diserahkan kepadanya, tapi kalo Rahim, pengemis itu butuh berapa sih dari Anda ? paling 100 ribu, Anda beri 100 ribu. Jadi Rahim adalah memberikan sesuai dengan kebutuhan, Rafa atau Rauf itu memberikan sesuai yang Anda miliki. Nabi Muhammad saw itu Raufun, karena dia mempunyai hubungan yang akrab dengan kamu. Inti dari sini, adalah Nabi Muhammad saw itu sangat kasih kepada umatnya dan lebih kasih lagi kepada umatnya yang taat kepada Allah dan RasulNya. Pertanyaan : 1. Sampai sekarang kita sebagai umat Nabi Muhammad saw belum melihat lukisan wajah Rasulullah, sebagai pelukis bolehkah saya melukis atau memvisualisasikan wajah beliau dan begitu juga dengan wajah-wajah Nabi yang lain ? Ada dua sisi yang ingin saya jelaskan. Dari segi teori, kita bisa melukiskan bagaimana perawakan dan wajah Nabi Muhammad saw. Kenapa ? Karena riwayat2 yang sampai kepada kita yang menjelaskan tentang sosok Nabi Muhammad saw sangat sempurna. Dahinya lebar, alisnya tebal hitam, rambutnya terurai sampai ke

telinganya. Giginya sedikit jarang, gigi depannya ada yang patah kena tombak. Itu tergambar semua. Bagaimana kalo berbicara ? Beliau kalo berbicara sering memukul telapak tangan kirinya dengan jari telunjuknya, gigit-gigit bibirnya. Dari segi teori tidak ada masalah. Tapi dalam ajaran agama, ada yang dinamakan Sadd adz-Dzarai/menutup kemungkinan. Kalau itu dibiarkan, banyak orang yang akan melukis, bisa terbuang-buang di jalan. Tersinggungkah kita ? Daripada tersinggung dan daripada salah, dilarang. Juga tidak boleh difilmkan, nanti khawatir setelah difilmkan pemeran yang sebagai Nabi sedang foya-foya di tempat lain. Itu jalan untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan terhadap gambaran terhadap Nabi. Termasuk juga supaya Nabi tidak dikultuskan. Bisa juga nanti gambaran terhadap Nabi juga bisa dihina. Kalau mau tahu Nabi, pelajari saja kehidupan dan akhlak beliau. 2. Ada 2 riwayat yang mengatakan Nabi pernah dibelah dadanya, pertama ketika masih kecil dan ketika beliau Miraj. Apakah itu kisah simbolik saja dan apakah tujuannya ? Betul, memang ada riwayat seperti itu. Riwayat itu bahkan ada yang menguatkannya dengan firman Allah Alam Nasrah laka Shadraka, yang mereka artikan dengan Bukankah Kami telah membelah dadamu ?. Tetapi penafsiran ayat tersebut tidak kuat, tidak disepakati ulama. Riwayatnya juga mengatakan begitu, ada yg mengatakan ketika beliau muda kecil dan ketika hendak Miraj. Riwayat ini ada yang menerimanya dan ada juga yang menolaknya. Hal demikian tersebut, bukanlah sesuatu yang wajib kita percayai. Mau percaya silakan, tidak percaya juga tidak apa-apa. Sekarang ditanya, apa tujuannya ? Bagi mereka yang berkata, dada beliau dibelah, supaya dikeluarkan kotorannya. Tapi ada yang berkata tidak, itu terdapat dalam satu bacaan maulid yang populer, Para malaikat itu tidak mengeluarkan sesuatu yang buruk dari dadanya, tapi ditambah cahaya diatas cahaya ke dalam dada beliau. Jadi beda-beda pendapat. Saya (Quraish Shihab) kalo ditanya, saya tidak percaya ada sesuatu yang buruk yang terdapat dalam diri Nabi Muhammad saw. Allah sudah ciptakan beliau sempurna untuk jadi tauladan, jadi tidak ada yang buruk. Kalaupun riwayat itu akan kita terima, kita akan berkata, itu akan menambah cahaya di atas

cahaya ke dalam diri beliau. 3. Bagaimana pendapat Bapak, tradisi membaca shalawat kepada Nabi dalam bahasa Arab ? Saya (Quraish Shihab) mau bertanya terlebih dahulu, siapa yang paling berjasa kepada kita ? Orang yang paling berjasa adalah orang yang menyelematkan kita dunia akhirat. Bagi kita, adalah Nabi Muhammad saw. Bisakah kita berterima kasih kepada beliau ? Bisakah kita membalas budinya tersebut ? Tidak bisa. Allah pernah memerintah, kalau ada orang yang ingin menghadap Rasul harus membayar sesuatu supaya Nabi bisa bersedekah dari uang tersebut. Tapi baru satu orang yang melaksanakan, lantas Allah membatalkan perintah tersebut, karena orang tidak bisa membalas budi baik Nabi. Jadi bagaimana cara membalas budi baiknya ? Karena kita manusia tidak bisa, maka kita minta kepada Allah, Ya Allah balas budinya. Itulah shalawat. Allahumma shalli ala Muhammad, Ya Allah curahkan rahmat kepada Nabi Muhammad saw. Kenapa saya minta kepadaMu ya Allah ? Karena saya tidak bisa membalasnya. Nah, shalawat ini ada yang diajarkan Nabi, ada pula yang disusun ulama, tetapi selama intinya menggambarkan penghormatan kepada Nabi, atau intinya selama menggambarkan kesyukuran kepada Nabi, maka boleh-boleh saja. Tidak harus dalam bahasa Arab, dalam bahasa Indonesiapun boleh selama ingin mengagungkan beliau, itu baik. Pemberian shalawatpun ada perintah. Tidak ada perintah Allah yang didahului Allah melakukannya selain shalawat. Innallaha wa malaaikatahu yushalluna alan Nabii. Allah dan para malaikat bershalawat kepada Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kepada Nabi. Siapa yang lebih dulu bershalawat ? Allah. Itu sebabnya orang dianggap sangat kikir jika tidak mau shalawat kepada Nabi. Hanya disuruh bershalawat saja tidak mau. Anda tidak rugi diminta untuk bershalawat (meminta pada Allah agar memberi kepada Nabi rahmat). Itupun kata Allah, kalau kamu minta/bershalawat, maka akan Aku beri juga kepadamu. Itu sebabnya orang yang tidak bershalawat itu sangat kikir, sangat tidak tahu budi. 4. Ada orang seseorang yang mengaku bermimpi bertemu dengan Rasulullah, bagaimana pandangan Islam mengenai hal ini ? Mimpi itu bermacam-macam, ada mimpi karena terdapat keinginan yang meluap, tidak terwujud di dunia nyata masuk ke dunia mimpi. Ada mimpi akibat keadaan yang sedang dialami oleh orang yang sedang tidur. Misal ada tali di lehernya, dia mimpi tercekik. Ada yang mimpi sudah berada di kamar mandi, dan dia

merasa sudah ingin buang air kecil, ternyata setelah tersadar dia mengompol. Ada mimpi yang dibuat oleh syetan. Ada syetan yang memang khusus buat Anda bermimpi buruk. Jadi itu mimpi bohong. Ada mimpi yang benar. Diantara mimpi yang benar adalah yang memimpikan Nabi Muhammad saw. Siapa yang memimpikan saya waktu tidur, maka betul-betul sudah mimpi saya, karena syetan tidak bisa menyerupai saya walau dalam mimpi, sabda Rasulullah saw. Ada orang mimpi seorang Nabi bahkan mimpi ketemu Tuhan, itu syetan yang bikin. Itu menyerupai dan bohong. Tapi kalau mimpi Nabi Muhammad saw, itu benar. Orang bermimpi Nabi Muhammad saw itu suatu hal yang istimewa. Bagaimana rasanya orang yang Anda hormati berkunjung pada Anda walaupun dalam mimpi ? 5. Dari sekian banyak Nabi yang diutus, maka bagaimana posisi Rasulullah ? Kemudian ajaran yang datang sebelumnya apakah belum lengkap atau bagaimana ? Masyarakat manusia berkembang terus. Ambil contoh anak kecil. Anak kecil waktu masih bayi belum dikasih nasi, makanannya hanya ASI. Setelah sekian bulan, baru ditambah ASI dengan makanan lain. Setelah itu, dia boleh makan nasi dan seterusnya, tapi masih disuapi. Setelah dewasa, dia makan sendiri. Perkembangan masyarakat seperti itu juga. Setiap nabi membawa ajaran sesuai dengan perkembangan masyarakat saat itu juga. Setelah umat manusia mencapai tahap kedewasaan, maka datanglah Nabi Muhammad saw menyempurnakan semua yang masih kurang. Nabi Isa as, ajarannya sesuai dengan masyarakat ketika itu. Nabi Nuh demikian juga. Ajaran Nabi Muhammad saw kepada umat manusia ketika umat manusia mencapai kedewasaannya. Itulah sebabnya, ajaran nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad saw sangat rinci, tapi ajaran Nabi Muhammad saw tidak rinci. Ajaran Nabi Muhammad saw yang rinci adalah hal-hal yang tidak diketahui oleh nalar. Seperti tentang hari kemudian, itu rinci. Dan yang rinci itu adalah yang tidak bisa berubah lagi. Tapi yang bisa berubah, yang mengalami perkembangan diserahkan kepada akal manusia untuk menyusunnya tetapi yang diberikan hanya nilai-nilainya. Jadi bagaimana kalau ditanya posisi nabi-nabi yang lalu ? Mereka telah melaksanakan tugasnya untuk masyarakatnya masing-masing, kalau setelah masyarakat manusia telah mencapai kedewasaannya maka diutuslah Nabi Muhammad saw membawa ajaran itu. KESIMPULAN : 1. Umat manusia membutuhkan Rasul. Karena sekian banyak yang tidak dapat dijangkau oleh nalar manusia.

2. Rasul yang diutus Allah ini selalu sesuai dengan perkembangan masyarakat, tetapi setelah masyarakat manusia telah mencapai kedewasaannya diutuslah Nabi Muhammad saw. Dan Nabi Muhammad saw itu dijadikan bukti kebenaran, sosoknya adalah bukti kebenaran, ajarannya AlQuran adalah bukti kebenaran pula. 3. Kita tidak hanya dituntut untuk percaya pada Nabi Muhammad saw, tapi juga dituntut untuk mengikuti/meneladani beliau, hanya saja yang perlu digarisbawahi harus meneladani secara cerdas. 4. Sifat Nabi Muhammad saw yang menonjol adalah kasih kepada umatnya, rahmat kepada seluruh makhluk dan selalu menginginkan kebaikan kepada umat manusia.

HUKUM MAULID

Kami nukilkan dari tanya jawab Ustadz Ahmad Sarwat, Lc tentang Maulid Nabi yang membahas tentang hukum perayaan Maulid Nabi Muhammad: Fakta yang sesungguhnya dari kehidupan Rasulullahi shalallahu alaihi wasallam menegaskan bahwa tidak ada riwayat yang menyebutkan beliau pada tiap ulang tahun kelahirannya melakukan ritual tertentu. Bahkan para shahabat beliau pun tidak pernah kita baca dalam sejarah pernah mengadakan ihtifal (seremoni) secara khusus setiap tahun untuk mewujudkan kegembiraan karena memperingati kelahiran Nabi shalallahu alaihi wasallam. Bahkan upacara secara khusus untuk merayakan ritual Maulid Nabi shalallahu alaihi wasallam juga tidak pernah kita dari generasi tabiin hingga generasi salaf selanjutnya. Perayaan seperti ini secara fakta memang tidak pernah diajarkan, tidak pernah dicontohkan dan juga tidak pernah dianjurkan oleh Rasulullahi shalallahu alaihi wasallam, para shahabat bahkan para ulama salaf di masa selanjutnya. Perayaan Maulid Nabi shalallahu alaihi wasallam secara khusus baru dilakukan di kemudian hari. Dan ada banyak versi tentang siapa yang memulai tradisi ini. Sebagian mengatakan bahwa konon Shalahuddin Al Ayyubi yang mula-mula melakukannya, sebagai reaksi atas perayaan natal umat Nasrani. Karena saat itu di Palestina, umat Islam dan Nasrani hidup berdampingan. Sehingga terjadi interaksi yang majemuk dan melahirkan berbagai pengaruh satu sama lain. Versi lain menyatakan bahwa perayaan maulid ini dimulai pada masa dinasti Daulah Fathimiyah di Mesir pada akhir abad keempat Hijriyah. Hal itu seperti yang ditulis pada kitab Al Ayad wa Atsaruha alal Muslimin oleh Dr. Sulaiman bin Salim As Suhaimi hal. 285-287. Disebutkan bahwa para khalifah Bani Fathimiyah mengadakan perayaan-perayaan setiap tahunnya, di antaranya adalah perayaan Tahun baru, asyura, Maulid Nabi bahwa termasuk maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husein, serta maulid Fatimah, dan lain-lain (Al Khuthath 1/490). Versi lainnya lagi menyebutkan bahwa perayaan maulid dimulai tahun 604 H oleh Malik Mudaffar Abu Said Kukburi. Hukum Merayakan Maulid Nabi

Mereka yang sekarang ini banyak merayakan Maulid Nabi shalallahu alaihi wasallam seringkali mengemukakan dalil. Di antaranya: 1. Mereka berargumentasi dengan apa yang ditulis oleh Imam As-Suyuti di dalam kitab beliau, Hawi li al-Fatawa Syaikhul Islam tentang maulid serta Ibn Hajar Al-Asqalani ketika ditanya mengenai perbuatan menyambut kelahiran Nabi shalallahu alaihi wasallam. Beliau telah memberi jawaban secara bertulis: Adapun perbuatan menyambut maulid merupakan bidah yang tidak pernah diriwayatkan oleh para salafush-shaleh pada 300 tahun pertama selepas hijrah. Namun perayaan itu penuh dengan kebaikan dan perkara-perkara yang terpuji, meski tidak jarang dicacat oleh perbuatan-perbuatan yang tidak sepatutnya. Jika sambutan maulid itu terpelihara dari perkara-perkara yang melanggar syariah, maka tergolong dalam perbuatan bidah hasanah. Akan tetapi jika sambutan tersebut terselip perkaraperkara yang melanggar syariah, maka tidak tergolong di dalam bidaah hasanah. 2. Selain pendapat di atas, mereka juga berargumentasi dengan dalil hadits yang menceritakan bahwa siksaan Abu Lahab di neraka setiap hari Senin diringankan. Hal itu karena Abu Lahab ikut bergembira ketika mendengar kelahiran keponakannya, Nabi Muhammad SAW. Meski dia sediri tidak pernah mau mengakuinya sebagai Nabi. Bahkan ekspresi kegembiraannya diimplementasikan dengan cara membebaskan budaknya, Tsuwaibah, yang saat itu memberi kabar kelahiran Nabi shalallahu alaihi wasallam. Perkara ini dinyatakan dalam sahih Bukhari dalam kitab Nikah. Bahkan Ibnu Katsir juga membicarakannya dalam kitabnya Siratunnabi jilid 1halaman 124. Syamsuddin Muhammad bin Nasiruddin Ad Dimasyqi menulis dalam kitabnya Mawrid as Sadi fi Mawlid al Hadi : Jika seorang kafir yang memang dijanjikan tempatnya di neraka dan kekal di dalamnya (surat Al Lahab ayat 111) diringankan siksa kuburnya tiap Senin, apalagi dengan hamba Allah yang seluruh hidupnya bergembira dan bersyukur dengan kehadiran Ahmad dan meninggal dengan menyebut Ahad? 3. Hujjah lainnya yang juga diajukan oleh para pendukung Maulid Nabi shalallahu alaihi wasallam adalah apa yang mereka katakan sebagai pujian dari Imam Ibnu Hajar Al Asqalani. Menurut mereka, Ibnu Hajar telah menulis di dalam kitabnya, Al-Durar al-Kamina fi ayn alMiat al-thamina bahwa Ibnu Kathir telah menulis sebuah kitab yang bertajuk Maulid Nabi di penghujung hidupnya, Malam kelahiran NabiSAW merupakan malam yang mulia, utama, dan malam yang diberkahi, malam yang suci, malam yang menggembirakan bagi kaum mukmin, malam yang bercahaya-cahaya, terang benderang dan bersinar-sinar dan malam yang tidak ternilai. 4. Para pendukung Maulid Nabi shalallahu alaihi wasallam juga melandaskan pendapat mereka di atas hadits bahwa motivasi Rasulullahi shalallahu alaihi wasallam berpuasa hari Senin karena

itu adalah hari kelahirannya. Selain karena hari itu merupakan hari dinaikkannya laporan amal manusia. Abu Qatadah Al Anshari meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ketika ditanya mengapa beliau berpuasa pada hari Senin, menjawab, Itulah hari aku dilahirkan dan itulah juga hari aku diangkat menjadi Rasul. Hadits ini bisa kita dapat di dalam Sahih Muslim, kitab As Shiyam (puasa). Pendapat yang Menentang Namun argumentasi ini dianggap belum bisa dijadikan landasan dasar pensyariatan seremoni Maulid Nabi shalallahu alaihi wasallam. Misalnya cerita tentang diringankannya siksa Abu Lahab itu, mereka mengatakan bahwa Abu Lahab yang diringankan siksanya itu pun hanya sekali saja bergembiranya, yaitu saat kelahiran. Dia tidak setiap tahun merayakan kelahiran nabi dengan berbagai ragam seremoni. Kalau pun kegembiraan Abu Lahab itu melahirkan keringanan siksanya di neraka tiap hari Senin, bukan berarti orang yang tiap tahun merayakan lahirnya Nabi shalallahu alaihi wasallam akan mendapatkan keringanan siksa. Demikian juga dengan pujian dari Ibnu Katsir, sama sekali tidak bisa dijadiakan landasan perintah untuk melakukan sermonial khusus di hari itu. Sebab Ibnu Katsir hanya memuji malam hari di mana Nabi shalallahu alaihi wasallam lahir, namun tidak sampai memerintahkan penyelenggaraan seremonial. Demikian juga dengan alasan bahwa Rasulullahi shalallahu alaihi wasallam berpuasa di hari Senin, karena hari itu merupakan hari kelahirannya. Hujjah ini tidak bisa dipakai, karena yang saat dilakukan bukan berpuasa, tapi melakukan berbagai macam aktifitas setahun sekali. Kalau pun mau berittiba pada hadits itu, seharusnya umat Islam memperbanyak puasa sunnah hari Senin, bukan menyelenggarakan seremoni maulid setahun sekali. Bahkan mereka yang menentang perayaan Maulid Nabi ini mengaitkannya dengan kebiasaan dari agama sebelum Islam. Di mana umat Yahudi, Nasrani dan agama syirik lainnya punya kebiasaan ini. Buat kalangan mereka, kebiasaan agama lain itu haram hukumnya untuk diikuti. Sebaliknya harus dijauhi. Apalagi Rasulullahi shalallahu alaihi wasallam tidak pernah menganjurkannya atau mencontohkannya. Dahulu para penguasa Mesir dan orang-orang Yunani mengadakan perayaan untuk tuhan-tuhan mereka. Lalu perayaan-perayaan ini di warisi oleh orang-orang Kristen, di antara perayaanperayaan yang penting bagi mereka adalah perayaan hari kelahiran Isa al-Masih, mereka menjadikannya hari raya dan hari libur serta bersenang-senang. Mereka menyalakan lilin-lilin, membuat makanan-makanan khusus serta mengadakan hal-hal yang diharamkan.

Dan akhirnya, para penentang maulid mengatakan bahwa semua bentuk perayaan Maulid Nabi yang ada sekarang ini adalah bidah yang sesat. Sehingga haram hukumnya bagi umat Islam untuk menyelenggarakannya atau ikut mensukseskannya. Jawaban dari Pendukung Maulid Tentu saja para pendukung Maulid Nabi shalallahu alaihi wasallam tidak rela begitu saja dituduh sebagai pelaku bidah. Sebab dalam pandanga mereka, yang namanya bidah itu hanya terbatas pada ibadah mahdhah (formal) saja, bukan dalam masalah sosial kemasyarakatan atau masalah muamalah. Adapun seremonial maulid itu oleh para pendukungnya diletakkan di luar ritual ibadah formal. Sehingga tdak bisa diukur dengan ukuran bidah. Kedudukannya sama dengan seorang yang menulis buku tentang kisah Nabi shalallahu alaihi wasallam. Padahal di masa Rasulullahi shalallahu alaihi wasallam, tidak ada perintah atau anjuran untuk membukukan sejarah kehidupan beliau. Bahkan hingga masa salah berikutnya, belum pernah ada buku yang khusus ditulis tentang kehidupan beliau. Lalu kalau sekarang ini umat Islam memiliki koleksi buku sirah nabawiyah, apakah hal itu mau dikatakan sebaga bidah? Tentu tidak, karena buku itu hanyalah sarana, bukan bagian dari ritual ibadah. Dankeberadaan buku-buku itu justru akan membuat umat Islam semakin mengenal sosok beliau. Bahkan seharusnya umat Islam lebih banyak lagi menulis dan mengkaji buku-buku itu. Dalam logika berpikir pendukung maulid, kira-kira seremonial maulid itu didudukkan pada posisi seperti buku. Bedanya, sejarah Nabi shalallahu alaihi wasallam tidak ditulis, melainkan dibacakan, dipelajari, bahkan disampaikan dalam bentuk seni syair tingkat tinggi. Sehingga bukan melulu untuk konsumsi otak, tetapi juga menjadi konsumsi hati dan batin. Karena kisah nabi disampaikan dalam bentuk syair yang indah. Dan semua itu bukan termasuk wilayah ibadah formal (mahdhah) melainkan bidang muamalah. Di mana hukum yang berlaku bahwa segala sesuatu asalnya boleh, kecuali bila ada dalil yang secara langsung melarangnya secara eksplisit. Kesimpulan Sebagai bagian dari umat Islam, barangkali kita ada di salah satu pihak dari dua pendapat yang berbeda. Kalau pun kita mendukung salah satunya, tentu saja bukan pada tempatnya untuk menjadikan perbedaan pandangan ini sebagai bahan baku saling menjelekkan, saling tuding, saling caci dan saling menghujat. Perbedaan pandangan tentang hukum merayakan Maulid Nabi shalallahu alaihi wasallam, suka atau tidak suka, memang telah kita warisi dari zaman dulu. Para pendahulu kita sudah berbeda pendapat sejak masa yang panjang. Sehingga bukan masanya lagi buat kita untuk meninggalkan banyak kewajiban hanya lantaran masih saja meributkan peninggalan perbedaan pendapat di masa lalu.

Sementara di masa sekarang ini, sebagai umat Islam, kita justru sedang berada di depat mulut harimau sekaligus buaya. Kita sedang menjadi sasaran kebuasan binatang pemakan bangkai. Bukanlah waktu yang tepat bila kita saling bertarung dengan sesamasaudara kitasendiri, hanya lantaran masalah ini. Sebaliknya, kita justru harus saling membela, menguatkan, membantu dan mengisi kekurangan masing-masing. Perbedaan pandangan sudah pasti ada dan tidak akan pernah ada habisnya. Kalau kita terjebak untuk terus bertikai, maka para pemangsa itu akan semakin gembira.
SEJARAH MAILID

Perayaan maulid Nabi, pertama kali dirintis oleh Shalahuddin al-Ayyubi, sultan Mesir dari Bani Ayyub yang memerintah pada 570-590 Hijriah atau 1174-1193 Masehi dengan daerah kekuasaan yang membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia. Ketika itu dunia Islam tengah terlibat dalam perang salib berhadapan dengan bangsa Eropa, terutama bangsa Perancis, Jerman, dan Inggris. Pada 1099, pasukan gabungan eropa berhasil merebut Yerusalem dengan mengubah Masjid Al-Aqsha menjadi gereja. Ketika itu dunia Islam seperti kehilangan semangat jihad dan ukhuwah, sebab secara politis terpecah belah dalam beberapa kerajaan dan kesultanan meskipun khalifahnya satu, yaitu Khalifah Bani Abbas di Baghdad, Iraq. Melihat suasana lesu itu, Shalahuddin berusaha untuk membangkitkan semangat jihad kaum muslimin dengan menggelar Maulid Nabi pada 12 Rabiul Awwal. Menurutnya, semangat jihad itu harus dibangkitkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Rasulullah SAW. Namun gagasan itu sebenarnya bukan usulan dia, tetapi usulan dari saudara iparnya, Muzaffaruddin Gekburi, yaitu seorang atabeg (bupati) di Irbil, Suriah Utara. Awalnya, gagasan Shalahuddin ditentang para ulama, sebab sejak zaman Nabi perayaan maulid itu tidak ada. Apalagi, di dalam agama islam hari raya resmi cuma ada 2 yaitu, Hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Namun Shalahuddin menegaskan bahwa perayaan Maulid hanyalah semarak syiar Islam, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dikategorikan sebagai bidah. Kebetulan Khlaifah An Nashir di Baghdad pun menyetujuinya. Maka, di tengah musim haji pada 579 Hijriah atau 1183 Masehi, shalahuddin mengimbau seluruh jamaah hajji agar setiap tahun merayakan maulid Nabi di kampong halaman masingmasing. Salah satu kegiatan yang dalam maulid yang pertama kali digelar oleh Shalahuddin pada 580 H/1184 M adalah sayembara menulis riwayat Nabi yang diikuti oleh sejumlah ulama dan sasterawan. Setelah diseleksi, pemenang pertamanya dalahSyaikh Jafar Al-Barzanji-yang menulis riwayat Rasulullah SAW dan keluhuran akhlaknya dalam bentuk syair yang panjang, yaitu Maulid Barzanji. Ternyata, peringatan Maulid Nabi yang digagas oleh Shalahuddin al-Ayyubi mampu menggelorakan semangat jihad kaum muslim dalam menghadapi serangan agresi Barat dalam Perang salib. Shalahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga Yerusalem berhasil direbut pada 583 H atau 1187 M.

Pada zaman sekarang, kebanyakan muslim di Negara-negara Islam merayakan Maulid Nabi, diantaranya: Mesir, Syria, Lebanon, Yordania, Palestina, Iraq, Kuwait, Uni Emirat Arab (tidak secra resmi karena mereka menyambut secara sembunyi-sembunyi di rumah masing-masing), Sudan, Yaman, Libya, Tunisia, Algeria, Maroko, Mauritania, Djibouti, Somalia, Turki, Pakistan, India, Sri Lanka, Iran, Afghanistan, Azerbaidjan, Uzbekistan, Turkistan, Bosnia, Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, dan kebanyakan Negara islam yang lain. Di kebanyakan Negara Arab, Maulidurrasul Saw merupakan hari cuti umum. Oleh karena itu, sangatlah pantas bagi kita untuk selalu memperingati kelahiran beliau sebagai bentuk syukur dan terima kasih yang dalam kepada Allah SWT atas karunia-Nya yang agung dengan lahirnya Rasulullah SAW.man ahabbani fahuwwa mai fil-jannah (al-hadits aw kama qala).
NU TENTANG MAULID

Pandangan Islam Sunnah Waljamah dalam Peringatan Maulid Nabi SAW. 1. Belum pernah dilaksanakan oleh Rasulullah SAW, tidak juga oleh Khulafa Ar-Rasyidin, Tabiin yang mengikuti para sahabat yang merupakan Generasi-generasi terbaik yang paling mengerti tenatnag As-Sunnah dan paling sempurna Cintanya kepada Rasulullah SAW dan paling depan dalam mengikuti syariatnya, tentunya apabila Peringatan Maulid ini baik maka nisacaya merekalah yang akan memperingatinya lebih dahulu. 2. Peringatan pertama-tama dilakukan oleh orang zindiq pada masa pemerintahan Fatimah, 3. Menyerupai Kaum Nasrani yang memperingati kelahiran Al-Masih AS, padahal kita dilarang untuk meniru dan menyerupai mereka dalam hari raya. Perlu umat islam ketahui bahwa beberapa program Yahudi terhadap umat Islam adalah melestarikan ritual yang dilakukan nenek moyang, peringatan hari kelahiran (ultah), peringatan Malam Tahun Baru, Valentine day, dll yang semuanya perayaan pemborosan dan sia-sia 4. Sesungguhnya perayaan yang ditetapkan Islam hanyalah Hari Raya Idul fitri dan Idul Adha selain itu tidak ada perayaan lainnya, sehingga apabila ada perayaan besar Maulid dan semisalnya dapat dipahami bahwa ALLAH SWT belum menyempurnakan Dien kepada umat ini dan Rasulullah belum menyampaikannya yang seharusnya dilakukan umat, dan generasi yang utama belum sampai kepada Pengagungan terhadap Rasulullah SAW dalam mencintainya dan memuliakannya, kecuali orang zindiq. 5. Kebanyakan ulama masa sekarang menyebutkan kerusakan-kerusakan yang besar dan kemungkaran-kemungkaran yang terjadi pada perayaan Maulid Nabi SAW dan perayaan lainnya. al: dengan mengkultuskan para wali, perayaan ngalab berkah, upacara benda pusaka, dll dimana ada perebutan gunungan berkah yang bercampur baurnya antara lelaki dan perempuan, upacara lepas sajen dilaut dan berkumpulnya muda-mudi mengharapkan jodoh dll dan hal ini akan mendekatkan kesyirikan. 6. Mencintai Rasulullah SAW adalah ibadah karena merupakan bagian rukun iman bahkan tidaklah sempurna apabila seseorang tidak lebih mencintai Rasulnya dari pada dirinya sendiri dan anaknya, orang tuanya. apabila ini tujuan perayaan maulid merupakan adalah untuk bertaqarrub kepada Allah SWT dan pengagungan terhadap Rasul-NYA ini adalah ibadah maka ibadah ini adalah ibadah yang diada-adakan dan tidak dicontohkan Rasul dan haram hukumnya. 7. Perayaan Maulid yang disi dengan pengagungan Rasulullah SAW dengan melantunkan nyanyian-nyanyian salawat berlebihan dimana dalam pembacaan kisah Rasul pada lafadz nabi

dilahirkan maka yang mendengar secara serempak berdiri, mereka serempak berkata Rasulullah SAW telah datang maka kamipun berdiri untuk mengagungkannya. Hal ini bukan merupakan adab Islam karena Rauslullah SAW benci bila disambut dengan berdiri, sebagaiman dilakuakan para sahabat beliau yang paling mencintai dan mengagungkan beliau tetapi mereka tidakk berdiri dalam menyambut beliu karena mereka tahu beliau membencinya. Sehingga ritual maulid seperti ini adalah bidah. Semoga komentar ini menjadi bahan renungan kita semua dan Semoga ALLAH SWT memberikan ampunan dan petunjuk bagi kita semua. Wassm wr wb, yudyo

Maulid Nabi Muhammad SAW, Kisah-kisah kemuliaaan Hati dan Akhlaknya


Minggu, 08-03-2009 WIB | | hit: 37575 | komentar: 20 | kategori Agama Bagikan37

Maulid Nabi Muhammad SAW 12 Rabiulawal 1430 H - 9 Maret 2009. berikut beberapa kisah kemuliaan hati dan akhlak Nabi Muhammad SAW yang patut kita contoh dan teladani. Kemuliaan Nabi Muhammad Saaw Dibanding Nabi Idris as Pendeta Yahudi berkata kepada Sayyidina Ali ra, "Lihatiah Nabi Idris as, Allah telah mengangkatnya ke tempat yang tinggi dan memberinya makanan surga, setelah ia wafat." Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra tersenyum dan kemudian menjawab, "Ya, yang anda ucapkan adalah benar. Namun Nabi kami Muhammad Saaw telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Sesungguhnya Allah SWT telah berfirman, Dan telah Kami angkat sebutanmu.

(QS. Alam Nasyrah:4) Itu sudah cukup untuk dijadikan suatu kemuliaan. Kalau Idris as diberi makanan surga setelah beliau wafat, maka Nabi kami Muhammad Saaw diberi makanan surga ketika masih hidup di dunia. Pernah ketika beliau lapar, datang Malaikat Jibril menemuinya sambil membawa hidangan dari surga. Hidangan itu ternyata ber-tahlil, bertasbih, ber-tahmid, dan ber-takbir di tangan Beliau. Kemudian Nabi Muhammad Saaw memberikan makanan itu kepada keluarganya, lalu hidangan itu juga ber-tahlil, ber-tasbih, ber-tahmid dan ber-takbir. Mailakat Jibril berkata bahwa hidangan ini hadiah dari surga yang diberikan Allah SWT khusus kepada Muhammad Saaw. Hidangan ini tidak layak diberikan kecuali kepada Rasulullah dan penggantinya. =============================== Pengemis Yahudi dan Rasullullah SAW Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya. Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat. Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain tidak bukan merupakan isteri Rasulullah SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu,Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan? Aisyah RA menjawab,Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja. Apakah Itu?, tanya Abubakar RA. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada disana, kata Aisyah RA.. Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, sipengemis marah sambil menghardik, Siapakah kamu? Abubakar RA menjawab,Aku orang yang biasa (mendatangi engkau). Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku, bantah si pengemis buta itu.

Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku, pengemis itu melanjutkan perkataannya. Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata, Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia. Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim. Nah, wahai saudaraku, bisakah kita meneladani kemuliaan akhlaq Rasulullah SAW? Atau adakah setidaknya niatan untuk meneladani beliau? Beliau adalah ahsanul akhlaq, semuliamulia akhlaq. Kalaupun tidak bisa kita meneladani beliau seratus persen, alangkah baiknya kita berusaha meneladani sedikit demi sedikit, kita mulai dari apa yang kita sanggup melakukannya. Sebarkanlah riwayat ini ke sebanyak orang apabila kamu mencintai Rasulullahmu Sadaqah Jariah salah satu dari nya mudah dilakukan, pahalanya MasyaAllah.. macam meter taxi jalan terus. Sadaqah Jariah - Kebajikan yang tak berakhir. 1. Berikan al-Quran pada seseorang, dan setiap dibaca, Anda mendapatkan hasanah. 2. Sumbangkan kursi roda ke RS dan setiap orang sakit menggunakannya, Anda dapat hasanah. 4. Bantu pendidikan seorang anak. 5. Ajarkan seseorang sebuah doa. Pada setiap bacaan doa itu, Anda dapat hasanah. 6. Bagi CD Quran atau Doa. 7. Terlibat dalam pembangunan sebuah mesjid. 8. Tempatkan pendingin air di tempat umum. 9. Tanam sebuah pohon. Setiap seseorang atau binatang berlindung dibawahnya, Anda dapat hasanah.

MasyAllah.. Begitu mudahnya mendapatkan pahala dari Allah. Bagaimana mungkin kita tidak menginginkannya..? ============================ 8 Dirham yang penuh Berkah Pagi itu Rasulullah SAW nampak sekali sibuk memperhatikan bajunya dengan cermat, baju yang tinggal satu-satunya itu ternyata sudah usang. Dengan rizki uang delapan dirham, beliau segera menuju pasar untuk membeli baju. Di tengah perjalanan, beliau bertemu dengan seorang wanita yang sedang menangis. Ternyata ia kehilangan uangnya. Dengan kemurahan hati beliau memberikan 2 dirham untuknya. Tidak hanya itu, beliau juga berhenti sejenak untuk menenangkan wanita itu. Setelah itu, Rasulullah lalu melangkah ke pasar, beliau langsung mencari barang yang diperlukannya. Dibelinya sepasang baju dnegan harga 4 dirham lalu bergegas pulang. Di tengah perjalanan, beliau bertemu dengan seorang tua yang telanjang. Dengan iba, orang itu memohon sepotong baju yang baru dibelinya. Karena tidak tahan melihatnya, beliau langsung membeikan baju itu. Maka kembalilah beliau ke pasar untuk membeli baju lagi dengan uang tersisa 2 dirham, tentu saja kualitasnya lebih kasar dan jelek dari sebelumnya. Ketika hendak pulang lagi, Rasulullah kembali bertemu dengan wanita yang menangis tadi. Wanita itu nampak bingung dan gelisah, takut pulang karena khawatir dimarahi majikannya akibat sudah terlambat. Dengan kemuliaan hati beliau , Rasul langsung menyatakan kesanggupan untuk mengantarkannya. Assalamualaikum warahmatullah, sapa Rasulullah saw ketika sampai rumah. Mereka yang di dalam semuanya terdiam, padahal mendengarnya. Ketika tak terdengar jawaban, Rasulullah saw memberi salam lagi dengan keras. Tetap tak terdengar jawaban. Rasul pin mengulang untuk yang ketiga kali dengan suara lantang, baru mereka menjawab dengan serentak. Rupanya hati mereka diliputi kebahagiaan dengan kedatangan Nabi. Mereka menganggap salam Rasulullah saw sebagai berkah dan ingin terus mendengarnya. Rasulullah lalu mengutarakan ,Pembantumu ini terlambat dan tidak berani pulang sendirian. Sekiranya dia harus menerima hukuman, akulah yang akan menerimanya. Mendengar ucapan itu, mereka kaguma akan akan budi perkerti beliau. Mereka akhirnya menjawab, Kami telah memaafkannya, dan bahkan membebaskannya. Budak itu bahagia tak terkira, tak terhingga rasa terima kasihnya kepada baginda Rasul. Lalu ia bersyukur atas karunia Allah swt atas kebebasannya. Rasulullah saw pulang dengan hati gembira karena telah terbebas satu perbudakan dengan mengharap ridha Allah swt. Beliau pun berujar,Belum pernah kutemui berkah 8 dirham sebagaimana hari ini. Delapan dirham yang mampu mengamankan seseorang dari ketakutan, 2 orang yang membutuhkan serta memerdekakan seorang budak.

Demikian kisah Rasulullah dengan 8 dirhamnya yang menjadi berkah. Meski hidup sederhana beliau sangat murah hati dan banyak bersedekah. Suatu sikap mulia dan semoga kita bisa berusaha meneladaninya.

You might also like