You are on page 1of 63

LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSAAN PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG PADA PROYEK BENGKEL BODI AND CAT AUTO

2000 AMPLAS MEDAN Diajukan untuk memenuhi persyaratan ujian Sidang Sarjana Pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Sumatera Utara Di S U S U n Oleh : Haqqul Abdi 06093037 Bambang Ramadhan.S 06093068 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA MEDAN 2010BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam perencanaan pondasi untuk suatu kontruksi dapat digunakan beberapa macam type pondasi. Pemilihan type pondasi ini didasarkan atas : Fungsi bangunan atas (upperstructure) yang akan dipikul oleh pondasi

tersebut. Besarnya beban dan beratnya bangunan atas. Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan. Biaya Pondasi dibandingkan dengan bangunan atas. Dari beberapa macam type pondasi yang dapat dipergunakan salah satu di antaranya adalah Pondasi tiang pancang. Pemakaian tiang pancang dipergunakan untuk suatu bangunan apabila tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung (Bearing capacity), yang cukup untuk memikul berat bangunan dan bebannya, atau apabila tanah keras yang mana mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban letaknya sangat dalam. Pondasi tiang pancang ini berfungsi untuk memindahkan atau mentransferkan beban-beban kontruksi diatasnya (upperstructure) ke lapisan tanah yang lebih dalam. Kebanyakan tiang pancang dipancangkan kedalam tanah, akan tetapi ada beberapa type yang dicor ditempat dengan cara dibuatkan lubang terlebih dahulu dengan mengebor tanah, sebagaimana kalau mengebor untuk penyelidikan tanah. Pada umumnya tiang pancang dipancangkan tegak lurus ke dalam tanah, tetapi apabila diperlukan untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal maka tiang pancang akan dipancangkan miring (batter pile). Sudut kemiringan umumnya memakai tiang pancang baja, yang dapat dicapai oleh tiang pancang tergantung dari pada alat pancang yang dipergunakan serta disesuaikan pula dengan perencanaannya. 1.2. Tujuan Pada umumnya untuk mendesain Pondasi Tiang Pancang diperlukan adanya : Data tentang tanah dasar. Daya dukung Single Pile dan Group Pile. Analisa Negative Skin Friction, karena Negative Skin Friction mengakibatkan beban tambahan.

Untuk itu perlu diadakan pengujian Sondir dan Boring yang dipergunakan untuk menghitung daya dukung tiang pancang. Perhitungan daya dukung berdasarkan metoda Calendering dan test pembebanan, dapat di lakukan pada saat pemancangan dan setelah pemancangan. Secara umum Pondasi Tiang Pancang mempunyai ketentuan-ketentuan : Mampu meneruskan gaya-gaya vertical yang bekerja padanya unutk diteruskan ke lapisan tanah pendukung (bearing layers). Dengan adanya hubungan antara kepala-kepala tiang satu dengan yang lainnya mampu menahan perubahan-perubahan bentuk tertentu kearah mendatar (tegak lurus terhadap As tiang). Apabila kita perhatikan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, maka tidak perlu bahwa tiang pancang harus terletak di bawah tanah dan selalu dihubungkan dengan poer. Pondasi tiang yang tidak berhubungan langsung dengan balokbalok melintang pada bangunan atas dapat pula diperlakukan sebagai Pondasi Tiang. 1.3. Nama Proyek dan Lokasi Proyek Proyek Pembangunan Bengkel Body And Paint Auto 2000 terletak di jalan SM Raja Amplas Medan. Pemilik proyek adalah Astra Internasional. Pelaksanaannya adalah PT. Multi Adverindo dan perencananya adalah PT.Arsitek Arupadatu.1.4. Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan Kerja Praktek pada proyek pembangunan Bengkel Body And Paint Auto 2000 ini dikumpulkan data-data yang berhubungan dengan proyek ini untuk praktek kerja lapangan, selama mengikuti pelaksanaan pekerjaan dibimbing oleh pengawas lapangan yang memberi pengarahan tentang bagian pekerjaan yang harus kami pelajari dan cermati. Sebagai penunjang penyusun laporan kerja praktek ini, kami mengambil langkah-langkah sebagai berikut : 1. Peninjauan ke lapangan untuk melihat secara langsung tentang pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut.

2. Mengadakan konsultasi langsung dengan para staf teknik dan staf administrasi yang bekerja pada proyek tersebut. 3. Mengadakan konsultasi dengan para staf teknik yang berada dilapangan dengan tujuan untuk mengetahui prinsip dan cara kerja yang mereka terapkan pada proyek tersebut. 1.5. Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah suatu kegiatan yang mengatur dan mengendalikan berbagai ragam kegiatan orang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan dan diharapkan semaksimal dan seefisien mungkin. Manajemen pelaksanan proyek adalah suatu proses pengaturan yang terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dengan memanfaatkan berbagai sumber daya. Sumber daya yang tercakup dalam sektor kontruksi adalah manusia, modal (dana), peralatan, material serta informasi dan tehnologi. Tujuan dari konsep manajemen konstruksi adalah bagaimana kita dapat melakukan sumber daya yang tersedia untuk dapat menghasilkan kinerja seoptimal mungkin. Manajemen proyek mempunyai 5 (lima) fungsi atau prinsip kerja yang harus dilakukan yaitu : 1. Membuat perencanaan (planning) Pada intinya adalah mengambil keputusan dalam arti menetapkan beberapa alternatif dan kemudian memilih salah satu alternatif yang baik.2. Menyusun organisasi proyek (organizing and staffing) Pada intinya dalam proses ini dilakukan penyusunan organisai proyek yang terkait secara langsung maupun tidak langsung meliputi struktur organisasi, pembentukan tim secara tanggung jawab atau wewenang masing-masing bidang sehingga terbentuk suatu mekanisme yang saling mendukung antara satu dengan yang lain.

3. Pelaksanaan (implemention ) Pada intinya adalah mengkoordinir atau organisir agar sesuai dengan pelaksanaan, spesifikasi teknis dan gambar yang telah disepakati dalam tender. 4. Melakukan pengendalian (controlling) Pada intinya adalah membandingkan realisasi dengan rencana apabila terjadi penyimpangan, maka harus segera dicari sebab-sebabnya dan diambil tindakan koreksi (replanning). 5. Memimpin (directing) Pada intinya adalah memimpin dan mengkoordinir kelima fungsi diatas yaitu planning, organizing dan staffing, implementing dan controlling agar tujuan yang akan dicapai terlaksana dengan baik Gambar 1.1. Bagan Alir Proses Pemancangan Pembersihan lahan Penimbunan lahan Penentuan titik pemancangan Pekerjaan pemancangan Pemasangan bowplankDari bagan alir diatas dapat dilihat bahwasanya kegiatan pelaksanaan dimulai dengan perencanaan proyek (plan) kemudian dilanjutkan dengan tahap berikutnya yaitu kegiatan pengorganisasian proyek (organize). Kemudian dilakukan kegiatan implementasi perencanaan oleh organisasi yang telah dibentuk dan kemudian kegiatan tersebut dikendalikan (control) bila pada saat pengontrolan terjadi penyimpangan maka perlu dilakukan perbaikan rencana kerja, demikian seterusnya sampai proyek ini selesai.

Sesuai pelaksanaan, struktur organisasi yang terdapat dalam Proyek Pembangunan Bengkel Body And Paint Auto 2000 ini adalah : 1. Pemilik/ Owner : Astra Internasional 2. Konsultan perencana : P.T.Arsitek Arupadatu 3. Konsultan pengawas ( MK) : P.T. Arsitek Arupadatu 4. Kontraktor : P.T. Multi Adverindo 1.5.1 Organisasi Proyek Organisasi Proyek adalah salah satu kesatuan kegiatan yang dilakukan sekelompok orang atau badan untuk mencapai tujuan tertentu dengan rencana, baik dari segi waktu, biaya, standart kualitas dan profitnya yang diharapkan dari perusahaan-perusahaan. Pada pembangunan ini struktur organisasi terdiri dari : pemberi tugas (owner), konsultan pengawas, administrasi, asisten dan kontraktor (struktur, arsitektur, mekanikal serta elektrikal). 1.5.1.a Tugas dan wewenang Tugas dan wewenang masing-masing unsur dalam struktur organisasi proyek harus dilakukan sedemikian rupa oleh masing-masing pihak, sehingga dalam pelaksanaan proyek dapat dicapai mutu, bahan dan biaya yang ditargetkan dengan memanajemen dan efisien.1.5.1.b Owner/Pemberi tugas Owner atau pemberi tugas adalah badan atau perseorangan yang memberikan pekerjaan tertentu, berkewajiban membayar biaya dan berhak menerima hasil pekerjaan sesuai dengan ketentuaan dan syarat-syarat yang telah disepakati sebelumnya. Untuk Proyek Pembangunan Bengkel Body And Paint Auto 2000 ini bertindak sebagai owner/pemberi tugas adalah Astra Internasional. 1.5.1.c Konsultan Konsultan Perencana Yaitu pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk bertindak sepenuhnya

selaku perencana. Dalam hal ini perencanaan berada didalam struktur organisasi kontraktor utama, tetapi konsultan perencana berdiri sendiri dan independent. Konsultan Pengawas (Manajemen Konstruksi) Yaitu pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk bertindak sepenuhnya mewakili pemberi tugas dalam memimpin, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan dilapangan pada batas-batas yang telah ditentukan baik teknis maupun administrative. Dalam Proyek Pembangunan Bengkel Body And Paint Auto 2000 yang bertindak sebagai konsultan pengawas adalah tim khusus dari P.T. Arsitek Arupadatu beralamat di JL.Jend. Sudirman Kav.36 Jakarta Pusat. 1.5.1.d Administrasi Administrasi merupakan pihak yang ditunjuk oleh pihak pengawas untuk mendata semua kegiatan pelaksanaan proyek. 1.5.1.e Asisten Asisten ini ditunjuk oleh pihak konsultan pengawas sebagai perwakilan pada setiap kontraktor sebagai asisten kontraktor tersebut, yang tugasnya memberi laporan pada konsultan pengawas tentang kegiatan yang dilakukan oleh pihak kontraktor.1.5.1.f Kontraktor Kontraktor merupakan pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar-gambar kerja, peraturan-peraturan dan syarat yang telah ditetapkan oleh pihak konsultan perencana. Apabila seluruh pekerjaan telah selesai dilaksanakan oleh kontraktor sesuai dengan perjanjian kontrak, maka hasil pekerjaan itu diserahkan kepada pemberi tugas. Apabila akan memulai pekerjaan dilapangan dan untuk melancarkan pekerjaan itu maka pihak pemborong menempatkan seorang pelaksana yang ahli, yang diberi kuasa penuh oleh direksi/direktur pemborong untuk bergerak atas namanya. Dalam Proyek Pembangunan Bengkel Body And Paint Auto 2000 ini yang bertindak sebagai kontaktor adalah tim khusus dari P.T. Multi Adverindo.

1.5.2. Struktur Organisasi Kontraktor Struktur organisasi secara umum dapat diartikan dua orang atau lebih yang melaksanakan suatu ruang lingkup pekerjaan secara bersama sama dengan kemampuan dan keahlianya masing masing untuk mencapai suatu tujuan sesuai yang direncanakan. Dengan adanya organisasi kerja yang baik diharapkan akan memberikan hasil efisien, tepat waktu serta dengan kualitas tinggi. Suatu proyek konstruksi yaitu proyek fisik yang dicapai dengan kegiatan konstruksi merupakan suatu sistem. Sedangkan sistem itu sendiri secara konseptual berpengertian adanya perangkat atau kelompok yang menyangkut beberapa usur yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama. Menurut James A.F Stoner (1982) menjelaskan bahwa variabel-variabel kunci yang mempengaruhi penentuan struktur organisasi adalah strategi, lingkungan tempat proyek beroperasi, teknologi yang digunakan dan karakteristik anggota manajemen. Tim inti poyek bertugas menyelenggarakan pekerjaan proyek yang dipimpin oleh proyek manager. Anggota tim dapat berasal dari organisasi perusahaan itu sendiri atau dari luar perusahaan (merekrut).Maka personil yang diperlukan pada pembangunan proyek ini adalah : 1) Project Manager Yaitu organisator dan koordinator proyek yang bertanggung jawab atas pelaksanaan proyek secara keseluruhan, baik secara teknis maupun administratif dan keuangan serta lingkungan. Project Manager bertanggung jawab pada Bouwheer atau pemberi tugas. Adapun yang menjadi Project Manager dalam proyek pembangunan gedung ini adalah Djohan Wahyudi 2) Site Manager Seorang site manager dituntut untuk bisa mengambil keputusan yang tepat, cepat dan bijaksana serta bertanggung jawab dengan tidak

meninggalkan spesifikasi pekerjaan yang telah ditentukan 3) Site Engineer - Seorang Site Engineer harus bisa Membuat sistem struktur bangunan yang ekonomis dan efisien - Bertanggung jawab terhadap perencanaan struktur bangunan yang digunakan untuk proyek ini. - Bertugas sebagai penanggung jawab perhitungan statika konstruksi, sehingga kestabilan bangunan terjamin - Memiliki wawasan luas dan dapat memberikan masukan kepada team leader di dalam penentuan tugas konstruksi yang dipilih. 4) Drafter - Melakukan Penggambaran review design serta gambar lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan pembangunan tersebut - Melakukan penggambaran secara makro - Melakukan penggambaran secara detail - Bertanggung jawab terhadap hasil-hasil penggambaran. 5) Safety atau keselamatan dan kesehatan kerja(k3) Seorang safety(K3) berfungsi Untuk meminimalisir kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan kerja yang meliputi materi dan waktu.6) Pelaksana Tugas dan wewenang dari pelaksanaan utama adalah : a) Merencanakan dan menentukan metode kerja. b) Pengadaan dan menentukan metode kerja. c) Bertanggung jawab atas kelancaran pekerjaan proyek yang sesuai dengan spesifikasi dan ketepatan waktu serta sesuai dengan anggaran yang tersedia (membuat laporan kemajuaan pekerjaan atau progress). d) Melakukan opname pekerjaan untuk mandor dan bertanggung

jawab kepada site manager. e) Mengkoordinasi tugas rumah tangga, lingkungan, keamanan dan kesehatan pekerja dan staff. 1.6. Kegiatan Yang Di Ikuti Mengingat waktu yang diberikan untuk kerja praktek 3 bulan, dan sesuai waktu pelaksanaan pekerjaan pondasi maka dalam laporan ini ruang lingkup permasalahan pada saat pengerjaan pondasi, pengecoran dan pembersihan 1.7. Metode Penulisan Laporan Dalam penyusunan dan penulisan kerja ini, kami memakai metode sebagai berikut : 1) Mengumpulkan data-data proyek dan gambar-gambar proyek. 2) Mengumpulkan buku-buku bacaan atau buku-buku pustaka yang diperlukan dan yang ada hubungannya dengan materi yang akan dilaporkan.BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Ada berbagai bentuk pondasi, untuk memilih pondasi yang memadai perlu diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan dilapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya. Bila keadaan tersebut ikut dipertimbangkan dalam menentukan macam pondasi, hal-hal berikut ini perlu dipertimbangkan : 1. Keadaan tanah pondasi dimana bangunan tersebut akan didirikan. 2. Fungsi bangunan atas (super structure) yang akan dipikul oleh pondasi tersebut. 3. Besarnya beban dan beratnya bangunan atas. 4. Waktu dan biaya pekerjaan. Dari hal-hal diatas, jelas pada keadaan tanah pondasi pada no.1 merupakan

keadaan yang paling penting. Berikut ini di uraikan jenis-jenis pondasi yang sesuai dengan tanah yang yang bersangkutan. a) Bila tanah pendukung pondasi terletak pada permukaan tanah atau 2 3 meter di bawah permukaan tanah. Dalam hal ini pondasinya adalah pondasi telapak. b) Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 10 meter di bawah permukaan tanah. Dalam hal ini dipakai pondasi tiang pancang atau pondasi tiang apung untuk memperbaiki tanah pondasi. c) Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 20 meter di bawah permukaan tanah. Dalam hal ini tergantung dari penurunan yang diizinkan. Apabila tidak boleh terjadi penurunan biasanya digunakan pondasi tiang pancang. Tetapi bila terdapat batu besar pada lapisan antara, pemakaian kaison lebih menguntungkan. d) Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 30 meter di bawah permukaan tanah. Dalam hal ini biasanya dipakai kaisson terbuka, tiang baja atau tiang yang dicor ditempat.e) Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman lebih dari 40 meter dibawah permukaan tanah. Dalam hal ini pondasi yang paling baik adalah tiang baja dan tiang beton yang dicor di tempat. Dari beberapa macam tipe pondasi yang dapat dipergunakan salah satu diantaranya adalah Pondasi tiang pancang dimana akan kami jelaskan berikut ini. 2.1.1. Pondasi Tiang Pancang Pemakaian tiang pancang dipergunakan untuk suatu pondasi yang suatu bangunan apabila tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan bebannya, atau apabila tanah keras yang mana mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban letaknya sangat dalam. Pemilihan tipe tiang pancang, untuk berbagai jenis keadaan tergantung pada

banyak variabel. Walaupun demikian harus banyak indikator yang jelas yang dapat menunjukkan kesesuaian beberapa tipe tiang pancang dengan kondisikondisi tertentu. Tiga indikator yang dipertimbangkan dalam pemilihan tipe tiang pancang yang dianggap penting, yaitu : 1. Intensitas pembebanan (Gross Loading Intensity). 2. Kemungkinan jumlah titik pembebanan (Probable Number Of Loading Points). 3. Kepekaan terhadap penurunan (Sensitivity Of Settlement) Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan di dalam pemilihan tiang pancang antara lain Tipe dari tanah dasar yang meliputi jenis tanah dasar dan ciri-ciri topografinya. aitu : 1. Kondisi permukaan 2. Kondisi drainase 3. Kondisi gangguan 4. Kondisi bangunan di sekeliling 5. Bangunan kelautan Tipe-tipe tiang pancang dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu : 1) Displacement pile Adalah Tiang pancang dimana didalam pemasangannya tidak dilakukan penggalian tanah, melainkan terjadi pemindahan tanah disekitar tiang yang diakibatkan oleh desakan tiang sewaktu pemancangan. 2) Replacement pile Adalah tiang pancang dimana di dalam pemasangan dilakukan penggalian lebih dahulu yang dapat menggunakan berbagai cara dan peralatan, kemudian tempat galian diganti dengan bahan tiang pancang. Berdasarkan jenis tiang pancang yang dipakai, maka penggantian tersebut dapat berupa beton, baik yang dicor di tempat maupun gabungan antara bahan yang dicetak dulu (pracetak)

dengan beton yang dicor di tempat.

1. Tiang pancang kayu 2. Tiang pancang beton Penampangnya dapat berupa : - lingkaran - segi empat - segi tiga 3. Tiang pancang baja 4. Tiang pancang komposite : 1) kayu beton 2) baja beton 2.1.2. Tiang Pancang Kayu Pemakaian tiang pancang kayu adalah cara tertua dalam penggunaan tiang pancang sebagai pondasi. Tiang kayu akan tahan lama dan tidak mudah busuk apabila tiang kayu tersebut dalam keadaan selalu terendam penuh di bawah muka air tanah. Pada pemakaian tiang pancang kayu biasanya tidak diizinkan untuk menahan muatan lebih tinggi dari 25 sampai 30 ton untuk setiap tiang. Tiang pancang kayu sangat cocok untuk daerah rawa dan daerah daerah dimana sangat banyak terdapat hutan kayu seperti didaerah Kalimantan, sehingga mudah memperoleh balok/ tiang kayu yang panjang dan lurus dengan diameter yang cukup besar untuk digunakan sebagai tiang pancang. a) Tiang pancang kayu relatif ringan sehingga mudah dalam transport b) Mudah memotongnya apabila tiang kayu ini sudah tidak dapat masuk lagi kedalam tanah. ian pemakaian tiang pancang kayu a) Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang agresif dan jamur yang menyebabkan pembusukan. b) Tiang pancang kayu yang dibuat dari kayu mempunyai umur yang sangat

relatif kecil dibandingkan dengan tiang pancang yang dibuat dari beton atau baja, terutama pada daerah yang tinggi air tanahnya sering naik turun. 2.1.3. Tiang Pancang Beton Tiang pancang beton adalah tiang pancang dari beton bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting). Kemudian setelah cukup kuat (keras) lalu diangkat dan dipancangkan seperti pada tiang pancang kayu. Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar, lebih besar 50 ton untuk setiap tiang hal ini tergantung dari dimensinya. Dalam perencanaan tiang pancang beton ini panjang dari tiang harus dihitung secara teliti, sebab kalau ternyata panjang dari pada tiang ini kurang terpaksa harus diadakan penyambungan, hal ini adalah sulit dan memakan banyak waktu.

a) Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap pengaruh air maupun bahan-bahan yang corrosive asal beton deckingnya cukup tebal untuk melindungi tulangannya. b) Karena tiang pancang beton ini tidak berpegaruh oleh tinggi muka air tanah seperti pada tiang pancang kayu, maka disini tidak memerlukan galian tanah yang banyak untuk poernya. c) Tiang pancang beton ini dapat mempunyai teganggan tekan yang besar, ini tergantung mutu beton yang digunakan.

a) Karena berat sendirinya besar maka tranportnya akan mahal, oleh karena itu tiang pancang beton dibuat di tempat pekerjaan.b) Tiang pancang beton ini baru dipancang setelah cukup keras (kuat), hal ini berarti memerlukan waktu yang lama untuk menunggu sampai tiang beton ini dapat dipergunakan. 2.1.4. Tiang Pancang Baja Kebanyakan penampang tiang pancang baja ini berbentuk propil H, karena

terbuat dari baja maka kekuatan dari tiang ini sendiri adalah sangat besar sehingga dalam transport dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah seperti halnya pada tiang pancang beton. Jadi pemakaian tiang pancang baja ini akan sangat bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang yang panjang dengan tahanan ujung yang besar. ang baja a) Adalah Tiang pancang baja sangat kuat dan dapat tahan lama sekali.

a) Adalah Kelemahan tiang pancang baja ini terhadap karat (korosi). Pada umumnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas yang dekat dengan permukaan tanah, disebabkan oleh keadaan udara pada pori-pori tanah pada lapisan tanah tersebut dan adanya bahan-bahan organis dari tanah. 2.1.5. Tiang Pancang Komposite Tiang pancang komposite ialah tiang pancang yang terdiri dari dua bahan yang berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan satu tiang. Tiang pancang komposite ini dapat berupa atau terdiri dari :

2.2. PERSYARATAN TEKNIS MATERIAL Material Material yang dipakai Semua bahan-bahan yang dipakai dalam pelaksanaan pembangunan konstruksi harus memenuhi syarat syarat yang ditentukan. Adapun bahan bahan yang dipakai dalam bangunan ini dan penyimpanannya sebgai berikut : 1. Semen. 2. Pasir. 3. Kerikil.

4. Air. 5. Besi beton dan bahan pengikatnya. 6. Batu bata. 7. Penyimpanan bahan 2.2.1. Semen Untuk melaksanakan suatu konstruksi beton maka salah satu bahan adukan beton adalah semen. Semen ini harus mempunyai kualitas yang baik, sebab semen merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas beton tersebut. Oleh karena itu sebelum suatu jenis semen dipakai dalam suatu proyek, maka terlebih dahulu harus diketahui sifat semen dan porsi campuran beton tersebut. Pemilihan dan pemakaian semen haruslah mendapat perhatian karena banyaknya hasil produksi dalam negeri berbagai merek dan dengan kualitas yang berbeda. Sesuai klasifikasi dan tujuan pemakaianya, semen portland dibagi dalam 5 (lima) jenis sebagai berikut : 1. Type I :Untuk kontruksi pada umumnya, dimana tidak diminta Persyaratan khusus seperti yang diisyaratkan pada jenis-jenis lainnya. 2. Type II :Untuk konstruksi umumnya terutama sekali bila diisyaratkan agak tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi yang sedang. 3. Type III :Untuk konstruksi-konstruksi yang menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi. 4. Type IV :Untuk konstruksi-konstruksi yang menuntut persyaratan panas hidrasi yang rendah. 5. Type V :Untuk konstruksi-konstruksi yang menuntut persyaratan sangat tahan terhadap sulfat.Dan tipe semen tersebut harus memenuhi persyaratan SII (Standart Industri Indonesia) terlihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel. 2.1 Syarat semen portland standart. Jenis Semen Portland I II III IV V Uraian -Kehalusan Sisa di atas ayakan 0,09 mm maks. % berat. 10 10 10 10 10 Dengan alat Blaine, luas permukaan tiap satuan berat semen, minimum m 2 /kg. 280 280 280 280 280 -Waktu pengikatan dengan alat vicat awal, minimum menit 60 60 60 60 60 akhir, maksimum jam 8 8 8 8 8 -Waktu pengikatan dengan alat Gilmore awal, minimum menit akhir, maksimum jam 10 10 10 10 10 -Kekekalan pemuaian dalam Otoklaf % maksimum 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 -Kekuatan tekan, minimum Kg/cm 2 untuk umur uji :

1 hari 125 1 + 2 hari 125 100 250 85 1 + 6 hari 200 175 70 150 1 + 27 hari 175 210 -Pengikatan semen (false set) penetrasi akhir,% Minimum 50 50 50 50 50 -Panas Hidrasi,maksimum kal/g 7 hari 70 60 28 hari 80 70 -Pemuaian karena sulfat 14 hari, % maksimum 0,045 Sumber : Spesifikasi PU 2005Untuk konstruksi beton bertulang pada umumnya dapat dipakai jenisjenis semen yang memenuhi ketentuan dalam PBI NI 2 tahun 1971 khususnya mengenai sifat beton, maka dapat dipakai jenis-jenis semen lain seperti : semen portland tras, semen alumina, semen tahan sulfat. Dalam hal ini pelaksanaan diharuskan untuk meminta pertimbangan dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui. Pemakian jumlah semen dalam adukan yang benar-benar diawasi agar jangan sampai terjadi mortar yang lemah. Maka digunakan semen padang yang memenuhi syarat untuk mutu beton K-225, K-500, sesuai dengan rencana mutu beton. 2.2.2. Pasir at halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir agregat halus harus selalu bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.

adalah 0.14 mm - 5.00 mm.

sehingga dapat merusak kualitas beton.

- Workability (kemudahan pekerjaan) - Sterngth (kekuatan beton) - Durability (keawetan / umur beton) 2.2.3. Kerikil Kerikil adalah bagian pengisi yang tidak bekerja aktif dalam pengerasan beton. Kerikil dikategorikan sebagai agregat kasar tetapi kwalitas kerikil ini harus diperhatikan sehingga kekuatan beton dapat dipertahankan.Kerikil dan batu pecah harus terdiri dari butir-butir yang tidak berpori dan bersifat kekal, artinya tidak pecah atau mudah hancur oleh pengaruh cuaca seperti terik matahari. Persyaratan persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan agregat kasar dalam campuran dapat kita lihat pada PBI 1971 (Peraturan Beton Indonesia 1971) yang menyatakan sebagai berikut : a) Agregat kasar adalah agregat dengan butir butir lebih besar dari 5 mm, yang harus memenuhi beberapa syarat di bawah ini sesuai dengan mutu beton yang direncanakan. b) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih tidak melampaui 20 % dari besar agregat seluruhnya. c) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (ditentukan terhadap berat kering). d) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton. 2.2.4. Air Pada pekerjaan konstruksi beton air adalah merupakan bahan pencampur

yang turut menentukan mutu dari beton tersebut. Oleh karena itu pemakaian air dalam pencampuran beton harus teliti terlebih dahulu agar jangan mengurangi mutu beton yang dihasilkan. Persyaratan air untuk konstruksi beton ini dapat kita lihat pada Peraturan Beton 1971 yang isinya sebagai berikut : a) Air untuk pembuatan dan perawatan beton ini tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam-garam, bahan-bahan organik atau bahan-bahan lainnya yang dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini dipakai air yang dapat di minum. b) Apabila terdapat keraguan-keraguan mengenai air, dianjurkan untuk mengirim contoh air itu kelembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui untuk diselidiki sampai seberapa jauh air tersbut mengandung zat-zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan. c) Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton dapat ditentukan dengan ukuran isi atau berat dan harus dilakukan secermatnya. 2.2.5. Besi Beton dan Kawat Pengikat Besi berfungsi sebagai penahan gaya tarik dan lentur akibat momen yang bekerja pada konstruksi beton bertulang. Agar dapat menjadi baja tulangan pada konstruksi maka besi tersebut tidak boleh menunjukkan retak-retak, bergelombang, baik dalam waktu mengerjakan maupun dalam waktu pengangkutan, pembengkokan dan pemotongan. Ada beberapa persyaratan untuk menggunakan baja tulangan PBI 1971 antara lain : a) Baja tulangan dengan mutu yang meragukan harus diperiksa di lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui. b) Batang tulangan menurut bentuknya dibagi dalam batang polos dan batang yang profilkan. Untuk mengikat tulangan baja di lapangan, dipakai kawat baja yang elastis

yang terbuat dari baja lunak seperti yang terdapat dalam PBI 1971 yaitu : a) Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng. b) Batang tulangan didalam berkas tidak boleh mempunyai diameter minimum selisihnya satu sama lain 3 mm pada setiap penampang dan harus diikat erat dengan kawat pengikat dengan diameter minimum 2.5 mm dan dengan jarak pengikat tidak lebih dari 24 kali diameter pengenal batang kecil. 2.2.6. Penyimpanan Bahan Dalam hal ini penyimpanan bahan maka sangat perlu diperhatiakan pelaksanaan adalah penyimpanan semen agregat (pasir dan kerikil). Penyimpanan semen hendaknya dilakukan di gudang dan dijaga agar semen tidak menjadi lembab atau tercampur dengan bahan bahan lainnya. Semen dari berbagai jenis disimpan sedemikian rupa sehingga tidak tertukar satu dengan lainnya. Pada pemakaiannya harus dilakukan menurut peraturan urutan pengirimannya. Apabila semen telah disimpan atau mutunya diragukan maka sebelum dipakai semen tersebut harus memenuhi syarat.2.3. Formulasi Tiang Pancang Kapaisitas daya dukung tiang yang bersifat End Bearing Dan Friction Pile dihitung dengan rumus sebagai berikut : Q tiang = Q tiang =

Dimana : Q tiang = Daya dukung keseimbangan tiang (kg) P = Nilai konus dari hasil sondir (kg/cm 2 ) O = Keliling tiang pancang (cm)

L = Panjang tiang yang berada dalam tanah (cm) C = Harga Cleef (cohesi tanah) rata-rata (kg/cm 2 )BAB III SPESIFIKASI PU 2005 3.1. UMUM 3.1.1. Uraian Pekerjaan yang diuraikan dalam seksi ini akan mencakup tiang yang disediakan dan dipancang atau ditempatkan sesuai dengan spesifikasi ini, dan sedapat mungkin mendekati gambar menurut penetrasi atau kedalamnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pekerjaan ini mencakup jenis-jenis tiang pancang berikut ini : 1. Tiang Kayu, termasuk Cerucuk. 2. Tiang Baja Struktur 3. Tiang Pipa Baja 4. Tiang Beton Bertulang Pracetak 5. Tiang Beton Pratekan, Pracetak 6. Tiang Bor Beton Cor langsung Di Tempat 7. Tiang Turap 3.2. PERSYARATAN 3.2.1. Standar Rujukan Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 03-3448-1994 : Tata cara penyambungan tiang pancang beton pracetak penampang persegi dengan system monopolist bahan epoxy. SNI 03-4434-1997 : Spesifikasi tiang pancang beton prategang untuk

pondasi jembatan ukuran (30)

AASHTO M133 86 : Preservatives and Pressure Treatment Process for timber AASHTO M168 84 : Wood Products AASHTO M183 90 : Structural Steel AASHTO M202 90 : Steel Sheet Piling ASTM A252 a) Galian Persyaratan bahan Retribusi untuk Bahan Galian Bilamana bahan timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat, agregat untuk campuran aspal atau bahan lainnya diperoleh dari galian sumber bahan diluar daerah milik jalan, Penyedia jasa harus melakukan pengaturan yang diperlukan dan membayar konsensi dan retribusi kepada pemilik tanah maupun pihak yang berwenang untuk ijin menggali dan mengangkut bahan-bahan tersebut Penggunaan dan Pembuangan bahan Galian 1) Semua bahan galian tanah dan galian batu yang dapat dipakai dalam batas-batas dan lingkup proyek bilamana memungkinkan digunakan secara efektif untuk pekerjaan timbunan atau penimbunan kembali. 2) Bahan dan galian yang mengandung bahan organik, tanah gambut, tanah expansif dengan aktivitas > 1,25 pada batasan tinggi dan sangat tinggi Van Der Merwe, tanah sensitifitas > 4, tanah jenuh air, serta sejumlah besar akar atau bahan tumbuhan lainnya dan tanah kompresif yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan akan menyulitkan pemadatan bahan diatasnya atau yang akan mengakibatkan kegagalan atau penurunan yang tidak dikehendaki, harus diklasifikasikan sebagai bahan yang tidak memenuhi syarat : Steel Pipe3.2.2. Pekerjaan Seksi lain yang Berkaitan dengan Seksi ini

untuk digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan permanen. 3) Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan yang tidak disetujui oleh Direksi Pekerjaan untuk digunakan sebagai bahan timbunan, harus dibuang dan diratakan oleh penyedia jasa di luar daerah milik jalan (DMJ) atau lahan yang disediakan oleh penyedia jasa seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan. 4) Penyedia jasa harus bertanggung jawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak terpakai atau yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan, termasuk pembuangan bahan galian. Yang diuraikan dalam (pasal 3.1.2.5), juga termasuk pengangkutan hasil galian ke tempat pembuangan akhir dengan jarak tidak melebihi yang disyaratkan dalam (pasal 3.1.5.1) dan perolehan ijin dari pemilik atau penyewa tanah di mana pembuangan akhir tersebut akan dilakukan. Pengembalian Bentuk dan Pembuangan Pekerjaan Sementara 1) Kecuali diperintahkan lain oleh direksi pekerjaan, semua struktur sementara seperti penyokong (shoring) dan pengaku (dracing) harus dibongkar oleh penyedia jasa setelah struktur permanen atau pekerjaan lainnya selesai. Pembongkaran harus dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu atau merusak struktur atau formasi yang telah selesai. 2) Bahan bekas pekerjaan sementara menjadi milik penyedia jasa atau bila memenuhi syarat dan disetujui direksi Pekerjaan, dapat dipergunakan untuk pekerjaan permanen dan dibayar menurut mata pembayaran yang relevan sesuai dengan yang terdapat dalam daftar penawaran. 3) Setiap bahan galian dan bahan lainnya yang sementara waktu diizinkan untuk ditempatkan dalam saluran air harus dibuang

seluruhnya setelah pekerjaan berakhir sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu saluran air. 4) Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh penyedia jasa harus ditinggalkan dalam suatu kondisi yang rata dan rapi dengan tepi dan lereng yang stabil dan saluran drainase yang memadai. b) Timbunan Persyaratan bahan a) Sumber bahan bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai dengan Bahan dari spesifikasi inib) Timbunan biasa 1. Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan permanen. 2. Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut Pd. T-03-1998-03 (AASHTO M145). Bila penggunaan yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau dari pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Sebagai tambahan, timbunan untuk lapisan ini bila diuji dengan SNI 03-1744-1989, harus memiliki CBR tidak kurang dari 6% setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan 100% kepadatan kering maksimum (MMD) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1742-1989 3. Tanah ekspansif yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25

yang terletak pada garis batas derajat pengembangan manurut batasan Van De Merwe sebagai high atau very high tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. c) Timbunan pilihan 1. Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai Timbunan Pilihan bila digunakan pada lokasi atau untuk maksud dimana timbunan pilihan telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan. 2. Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan tanah atau tanah berbatu yang memenuhi semua ketentuan di atas untuk timbunan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat yang tergantung dari maksud penggunaannya, seperti yang diperintahkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.3. Bahan timbunan pilihan yang akan digunakan bilamana pemadatan dalam keadaan jenuh atau banjir yang tidak dapat dihindari, haruslah pasir dan kerikil atau bahan yang berbutir bersih lainnya dengan Indeks Plastisitas Maksimum 6%. 4. Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser yang cukup, bilamana dilaksanakan pada pemadatan kering normal, maka timbunan; pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan bergradasi baik atau lempung pasiran atau lempung berplastisitas rendah. d) Timbunan Pilihan diatas Tanah Rawa Biasa 1) Timbunan pasir dan kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Indeks Plastisitas Maksimum 5%. 2) Timbunan Batu Pilihan Jika tidak disebutkan lain dalam gambar

atau dalam spesifikasi khusus, maka semua batu harus mempunyai volume 120 cm 3 dengan berat minimal 40 kg dan mempunyai dimensi tidak kurang dari 300 mm. e) Timbunan Pilihan diatas Tanah Rawa Gambut 1). Pada kasus gambut dangkal (ketebalan 2m)Bahan timbunan pilihan dari timbunan batu diperlakukan sama dengan ketentuan Timbuna Pilihan diatas Rawa Biasa, dengan terlebih dahulu dipasang bahan yang berfungsi sebagai separator atau bahan sejenis. 2). Pada kasus gambut kedalam sedang (ketebalan 2 sanpai 4 meter) Jika tidak disebutkan lain dalam gambar atau dalam spesifikasi khusus, maka terlebih dahulu dapat dilakukan penimbunan dengan bahan granular. Selanjutnya dapat dilaksanakan seperti pada ketentuan kasus gambut dangkal.f) Ketentuan Kepadatan Untuk Timbunan Tanah 1) Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm dibawah elevasi dasar perkerasan dan tanah dasar timbunan sedalam 20 cm harus dipadatkan sampai 95% dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989 2) Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi dasar perkerasan harus dipadatkan sampai dengan 100% dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742 1989. 3) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang

disyaratkan maka penyedia jasa harus memperbaiki pekerjaan. Untuk timbunan satu rangkaian penguji bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1000 m 3 bahan timbunan yang dihampar. g) Kriteria Pemadatan untuk Timbunan Batu Penghamparan dan pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan menggunakan pemadat bervibrasi atau peralatan berat lainnya yang serupa. Batu tidak boleh digunakan pada lapisan 15 cm teratas timbun dan batu berdimensi lebih besar dari 7,5 cm tidak diperkenankan untuk disertakan dalam lapisan teratas ini. c) Beton Persyaratan Bahan a) Semen 1. Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen Portland yang memenuhi SNI 15-2049-1994 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Apabila menggunakan bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5% , dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.2. Dalam satu campuran, hanya satu merk semen Portland yang boleh digunakan, kecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana dalam satu proyek digunakan lebih dari satu merk semen, maka penyedia jasa harus mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merk semen yang digunakan. b) Air Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian

lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam ,asam, basa, gula atau organis. Air harus diuji sesuai dengan ketentuan dalam SNI 03- 6817-2002 air yang diketahui dapat diminum dan dipergunakan. c) Agregat 1. ketentuan gradasi agregat: Adapun ketentuan gradasi agregat menurut spesifikasi PU adalah sebagai berikut: Table 3.1 ketentuan gradasi agregat. Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat Inch (in) Standart (mm) Halus Kasar #467 #57 #67 #7 2 50,8 - 100 - - 1 1/2 38,1 - 95-100 100 - 1 25,4 - - 95-100 100 19 - 35-70 - 90-100 100 12,7 - - 25-60 - 90-100 3/8 9,5 100 10-30 - 20-55 40-70 #4 4,75 95-100 0-5 0-10 0-10 0-15 #8 2,36 80-100 - 0-5 0-5 0-5

#16 1,18 50-85 - - - #50 0,300 10-30 - - - #100 0,150 2-10 - - - Sumber : Spesifikasi PU 2005.2. Sifat-Sifat Agregat a. Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari pemecahan batu atau koral, atau dari pengayakan dan pencucian kerikil dan pasir sungai. b. Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang diberikan dalam tabel di bawah dan diuji sesuai dengan prosedur yang berhubungan. Table 3.2 Ketentuan kadar agregat. Sifat-sifat Metode Pengujian Batas maksimum yang izinkan untuk agregat halus Batas maksimum yang izinkan untuk agregat kasar Keausan agregat dengan Mesin Los Angeles pada 500 putaran SNI 03-2417-

1991 20% untuk beton mutu sedang dan tinggi 40% untuk beton mutu rendah Kekekalan bentuk batu terhadap larutan NaSO 4 dan MgSO 4 setelah 5 siklus SNI 03-34071994 10% - natriun 15% magnesium 12% - natrium 18% - magnesium Gumpalan lempung dan partikel dan mudah pecah SNI 03-41411996 3% - magnesium 2% Bahan yang lolos ayakan No.200 SNI 03-4142-

1996 3% 1% Sumber : Spesifikasi PU 2005.d) Batu untuk Beton Siklop Batu untuk beton siklop harus keras, awet, bebas dari retak, rongga dan tidak rusak oleh pengaruh cuaca. Batu harus bersudut runcing, bebas dari kotoran, minyak bahan-bahan lain yang mempengaruhi ikatan dengan beton. Ukuran batu yang digunakan untuk beton siklop tidak boleh lebih besar dari 25 cm. e) Bahan Tambahan Bahan tambahan yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja beton dapat berupa bahan kimia atau bahan limbah yang berupa serbuk halus sebagai bahan pengisi pori dalam campuran beton. d) Beton Prategang a) Beton Beton harus memenuhi ketentuan dalam ketentuan beton di atas sesuai dengan mutu dan cara yang digunakan. b) Acuan Acuan harus terbuat dari logam atau kayu yang dilapisi logam atau kayu lapis yang kedap air dan harus cukup kuat sehingga tidak akan melendut melebihi batas-batas toleransi yang disyaratkan selama pengecoran. c) Grouting Pada tahap pelaksanaan grouting, harus disiapkan bahan grouting yang terdiri dari campuran semen dan air dengan perbandingan tidak lebih dari 0,45, semen, air dan adiptif diaduk dengan menggunakan mixer, sebelum dipompa ke dalam selongsong dengan menggunakan

pompa groutin. Campuran grouting harus dipompa ke dalam lubang injeksi secara menerus dan apabila dari lubang pentilasi telah keluar campuran grout dengan konsistensi yang sama, maka lubang pentilasi ditutup dan tekanan dipertahankan sebesar 0,5 MPa sebelum lubang injeksi ditutup.d) Baja Tulangan Batang baja dan tulangan anyaman harus sesuai dengan persyaratan baja tulangan dari spesifikasi ini. e) BajaTulangan 1. Untaian kawat (strand) prategang harus terdiri dari 7 kawat (wire) dengan kuat tarik ini, bebas tegangan, relaksasi rendah dengan panjang menerus dengan sambungan atau kopel sesuai dengan SNI 07-1154-1989. 2. kawat (wire) prategang harus terdiri dari kawat dengan kuat tarik tinggi dengan panjang menerus tanpa sambungan dan kopel dan harus sesuai dengan SNI 07-1155-1989. 3. Batang logam campuran dengan kuat tarik tinggi harus bebas tegangan kemudian diregangkan secara dingin minimum sebesar 91 Kg/mm 2 . 4. Pemasokan Kawat baja kuat tarik tinggi atau batang baja kuat tarik tinggi yang akan digunakan pada pekerja prategang harus dipasok dalam gulungan berdiameter cukup besar agar dapat mempertahankan sifat-sifat yang disyaratkan dan akan tetap lurus bila dibuka dari gulungan tersebut. Untuk gulungan wire disyratkan mempunyai diameter minimum 1,5 m dan untuk strand 0,75 m.

5. Pemberian Tanda Setiap gulungan atau ikatan kabel harus disimpan dalam kelompok-kelompok menurut ukuran dan panjangnya, diikat dan beri lebel yang menunjukan ukuran kabel dalam gulungan. 6. Penyimpanan Bahan wire, strand, stresbar, angkur, selongsong harus disimpan di bawah atap yang kedap air, diletakkan terpisah dari permukaan tanah dan harus dilindungi dari setiap kemungkinan kerusakan.f) Pengankuran Angkur harus mampu menahan paling sedikit 95% kuat tarik minimum baja prategang, dan harus memberikan penyebaran tegangan yang merata dalam beton pada ujung kabel beton prategang. Perlengkapan harus disediakan untuk perlindungan angkur dan korosi. g) Selongsong Selongsong yang disediakan untuk kabel pasca tarik harus dibentuk dengan bantuan selongsong berusuk yang lentur atau selongsong logam bergelombang yang diglafanisasi, dan harus cukup kaku untuk mempertahankan profil yang diinginkan antara titik penunjang selama pekerjaan penegangan. Sambungan selongsong menggunakan diameter yang lebih besar yang sesuai dan mampu menahan tekanan pada saat grouting sebesar 4 Bar. h) Pekerjaan lain-lain Air yang digunakan untuk pembilasan selongsong harus mengandung baik kapur sirih atau kalsium oksida maupun kapur tohor atau kalsium hydro oksida dengan takaran 12 gram/liter. Udara bertekanan, yang digunakan untuk meniup selongsong, harus bebas dari minyak.

e) Baja Tulangan a. Baja Tulangan 1. Baja tulangan harus baja polos atau berulir yang digunakan dengan mutu yang disesuaikan seperti pada tabel di bawah ini. Table 3.3 Ketentuan penggunaan baja tulangan. Mutu Sebutan Tegangan leleh karakteristik atau tegangan karakteristik yang memberikan regangan tetap 0,2 (kg/cm 2 ) Bj 24 Bj 32 Bj 39 Bj 48 Baja lunak Baja sedang Baja keras Baja keras 2400 3200 3900 4800 Sumber : Spesifikasi PU 2005.2. Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman tulangan yang dilas memenuhi SNI 07-06631995 dapat digunakan.

b) Tumpuan untuk Tulangan Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan beton pracetak dengan mutu K-500 seperti yang disyratkan pada persyratan beton di atas.Spesifikasi ini, terkecuali disetujui lain oleh Direksi pekerjaan kayu, bata, batu atau bahan lain tidak boleh diizinkan sebagai tumpuan. c) Pengikat untuk Tulangan Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja untuk memenuhi Pd S-06-2000-02 f. Baja Struktur a. Penyimpanan Bahan Pekerjaan baja, baik fabrikasi di bengkel dan lapangan, harus ditumpuk di atas balok pengganjal atau landasan sedemikian sehingga tidak bersentuhan dengan tanah dan dengan suatu cara yang disetujui oleh direksi pekerjaan. b. Perlindungan Bahan 1. Galvanisasi Suatu komponen struktur baja termasuk komponen gelegar baja komposit termasuk balok, pelat, baut, ring, diafragma dan sejenisnya harus di galvanisasi dengan system pencelupan panas sesuai dengan AASHTO M 111M-04 atau ASTM A 123M-02 2. Pengecatan a. Permukaan yang akan dicat harus bersih dan harus bebas dari lemak debu, produksi korosi, residu garam, dan sebagainya. b. Jenis, komposisi, dan tebal cat harus sesuai dengan pedoman teknik No. 028/T/BM/1999c. Baja Struktur Baja yang digunakan sebagai bagian struktur baja harus mempunyai

sifat mekanis baja struktural seperti dalam table berikut: Table 3.4 persyaratan penggunaan baja. Jenis Baja Tegangan putus minimum,fu (MPa) Tegangan leleh minimum,fy (MPa) Peregangan minimum (%) Bj 34 340 210 22 Bj 37 370 240 20 Bj 41 410 250 18 Bj 50 500 290 16 Bj 55 550 410 13 Sumber : Spesifikasi PU 2005. d. Baut, mur, dan ring 1. Baut dan mur harus memenuhi ketentuan dari ASTM A307 Grade A, dan mempunyai kepala baut dan mur berbentuk segi 6. 2. Baut mur dan ring dari baja geser tegangan tinggi.Baut,mur, dan ring dari baja geser tegangan tinggi harus difabrikasi dari baja karbon yang dikerjakan secara panas memenuhi ketentuan dari AASHTO M164 M-90 dengan tegangan leleh minimum 5700 kg/cm 2 dan pemuluran minimum 12 %.

e. Paku penghubung Geser yang diLas Paku penghubung geser harus memenuhi ketentuan dari AASHTO M169-02. f. Bahan untuk Keperluan Pengelasan Bahan untuk keperluan pengelasan yang digunakan dalam pengelasan logam dari kelas baja yang memenuhi ketentuan dari AASHTO M-138-90, harus memenuhi ketentuan dari ASTM A233.g. Sertifikasi Ketentuan ini harus digunakan, tetapi tidak terbatas pada produkproduk atau bagian-bagian yang dirol, baut, bahan dalam pembuatan jembatan dan galvanisasi. g. Pembongkaran Struktur Persyaratan Kerja 1. Pengajuan Kesiapan Kerja Seluruh bahan bongkaran yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan untuk diamankan harus segera diukur segera setelah pekerjaan pembongkaran dan dalam catatan tertulis yang memberikan data lokasi semula, sifat, kondisi dan kuantitas bahan harus dilaporkan kepada Direksi Pekerjaan. 2.Kewajiban Penyedia Jasa untuk Mengamankan Bahan dan Struktur lama Bilamana pelebaran, perpanjangan atau peningkatan lain terhadap jembatan atau gorong-gorong memerlukan pembongkaran lantai, gelegar, tembok kepala atau bagian struktur lainnya, pembongkaran semacam ini harus dilaksanakan tanpa menimbulkan kerusakan pada bagian struktur yang akan dipertahankan. 3. Pengaturan Pembuangan Sisa Bahan Bangunan Penyedia jasa harus melakukan seluruh pengaturan yang diperlukan dengan pemilik tanah dan menanggung semua biaya, untuk

memperoleh lokasi yang sesuai untuk pembuangan akhir sisa bahan bangunan dan penyimpanan sementara untuk bahan yang diamankan. 4. Pengatur Lalu Lintas Jembatan, gorong-gorong dan struktur lain yang digunakan oleh lalulintas tidak boleh dibongkar sampai pengaturan untuk memperlancar arus lalu-lintas dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan.3.2.3. Tiang Uji (Test Pile) Setelah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan, pemancangan tiang uji harus dilanjutkan sampai diperintahkan untuk dihentikan. Pemancangan tiang uji melampaui kedalaman telah ditentukan diperlukan untuk menunjukkan bahwa daya dukung tiang pancang masih terus meningkat. Kontraktor selanjutnya harus melengkapi sisa tiang pancang dalam struktur yang belum diselesaikan. Dalam menentukan panjang tiang pancang, kontraktor harus mengikuti daftar panjang tiang pancang yang diperkirakan untuk sisa panjang harus diselesaikan dalam struktur. Jumlah tiang uji yang diuji akan ditentukan oleh direksi pekerjaan, tetapi jumlah ini tidak kurang dari satu dan tidak lebih dari empat. 3.2.4. Pengujian Pembebanan (Loading Test) Percobaan pembebanan harus dilakukan dengan cara yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Kontraktor harus menyelesaikan detail gambar peralatan yang akan digunakannya kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuan. Peralatan tersebut harus dibuat sedemikian hingga memungkinkan penambahan beban tanpa menyebabkan getaran terhadap tiang uji. Peralatan yang disetujui dan cocok untuk mengukur beban tiang dan penurunan tiang pancang dengan akurat dalam setiap peningkatan beban harus disediakan oleh Kontraktor. Peralatan tersebut harus mempunyai kapasitas kerja tiga kali beban rancangan untuk tiang yang akan di uji yang ditujukan dalam gambar. Titik referensi untuk mengukur penurunan tiang pancang harus dipindahkan dari tiang uji untuk

menghindari semua kemungkinan gangguan yang akan terjadi. Semua penurunan tiang pancang yang dibebani harus diukur dengan peralatan yang memadai, seperti alat pengukur tekanan, dan harus diperiksa dengan alat pengukur elevasi. Peningkatan lendutan akan dibaca segera setelah setiap penambahan beban yang diberikan dan setiap interval 15 menit setelah penambahan beban tersebut. Beban yang aman dan diijinkan adalah 50% beban yang telah diberikan selama 48 jam secara terus menerus menyebabkan penurunan tetap tidak lebih dari 6.5 mm yang diukur pada puncak tiang. Beban pengujian harus dua kali beban rancangan.Setelah pengujian pembebanan selesai dilaksanakan, beban-beban yang digunakan harus disingkirkan, dan tiang pancang termasuk tiang tarik dapat digunakan untuk struktur bila oleh Direksi Pekerjaan dianggap masih memenuhi ketentuan untuk digunakan. Tiang uji yang tidak dibebani harus digunakan seperti di atas. Jika setiap tiang pancang setelah digunakan sebagai tiang uji dianggap tidak memenuhi ketentuan untuk digunakan dalam struktur, harus segera disingkirkan bila diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, atau harus dipotong sampai di bawah permukaan tanah atau dasar pondasi telapak, mana yang dapat dilaksanakan. Kontraktor harus membuat laporan untuk setiap pengujian pembebanan. Laporan harus meliputi dokumen-dokumen berikut ini :

penurunan dalam desimal mm

atmosfir, beban dalam ton, penurunan rata-rata di mana semua itu merupakan fungsi dari waktu.

3.2.5. Toleransi a) Lokasi Kepala Tiang Pancang Penggeseran lateral kepala tiang pancang dari posisi yang ditentukan tidak boleh melampaui 75 dari spesifikasi ini. b) Kemiringan Tiang Pancang Penyimpangan arah vertical atau kemiringan yang disyaratkan tidak boleh lebih melampaui 20 mm permeter (yaitu 1 dalam 50). c) Kelengkungan (Bow) i) Kelengkungan tiang pancang beton cor langsung di tempat harus tidak boleh melampaui 0.01 dari panjang satu tiang pancang dalam segala arah. ii) Kelengkungan leteral tiang pancang baja tidak boleh melampaui 0.0007 dari panjang total tiang pancang.d) Tiang Bor Beton Cor Langsung di Tempat Garis tengah lubang bor tanpa selubung (casing) harus 0 sampai + 5% dari diameter nominal pada setiap posisi. e) Tiang Pancang Beton Pracetak. 3.2.6. Pengajuan Kesiapan Kerja Sebelum memulai suatu pekerjaan pemancangan, kontraktor harus mengajukan kepada Direksi Pekerjaan hal-hal sebagai berikut : a) Program terperinci untuk pekerjaan pemancangan. b) Rincian metode yang diusulkan untuk pemancangan atau penurunan tiang bersama dengan peralatan yang akan digunakan. c) Perhitungan rancangan, termasuk rumus penumbukan, yang menunjukan kapasitas tiang pancang bila penumbukan menggunakan peralatan yang diusulkan oleh Kontraktor. d) Usulan untuk pengujian pembebanan tiang pancang. Usulan ini mencakup metode pemberian beban, pengukuran beban dan penurunan serta penyajian data yang diusulkan.

3.2.7. Penyimpanan dan Perlindungan Bahan Unit-unit beton bertulang atau pratekan dan unit-unit baja harus ditempatkan bebas dari kontak langsung dengan permukaan tanah dan ditempatkan pada penyangga kayu di atas tanah keras yang tidak akan turun baik musim hujan maupun musim kemarau, akibat beban dari unit-unit tersebut. Bila unit-unit tersebut disusun dalam lapisan-lapisan, maka tidak melebihi dari 3 lapisan dengan penyangga kayu dipasang diantara lapisan. Penyangga untuk setiap lapisan harus dipasang di atas lapisan yang terdahulu. Untuk gelagar dan tiang pancang, penyangga harus dipasang pada jarak tidak melebihi dari 20% dari ukuran panjang unit, yang diukur dari setiap ujung.3.2.8. Mutu Pekerjaan dan Perbaikan atas Pekerjaan yang tidak Memenuhi Ketentuan 1. Bila toleransi yang diberikan dalam pasal 7.6.1.(6) telah dilampaui, maka kontraktor harus menyelesaikan setiap langkah perbaikan yang dianggap perlu oleh Direksi Pekerjaan dengan biaya sendiri. 2. Setiap tiang pancang yang rusak akibat cacat dalam (internal) atau pemancangan tidak sebagaimana mestinya, dipancang keluar dari lokasi yang semestinya atau dipancang dibawah elevasi atau ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki atas biaya kontraktor. 3. Pekerjaan perbaikan, seperti yang telah ditentukan oleh Direksi Pekerjaan dan dikerjakan atas biaya kontraktor. 3.3. BAHAN 3.3.1. Kayu Kayu untuk tiang pancang panahan beban (bukan cerucuk) dapat diawetkan atau tidak diawetkan, dan dapat dipangkas sampai membentuk penampang yang tegak lurus terhadap panjangnya atau berupa batang pohon lurus sesuai bentuk aslinya. Tiang pancang kayu harus seluruhnya keras dan bebas dari kerusakan, mata kayu, bagian yang tidak keras atau akibat serangan serangga. Pengawetan

harus sesuai dengan AASHTO M133 86. 3.3.2. Beton Bilamana beton akan dicor didalam air, seperti halnya dengan tiang beton cor langsung di tempat, maka beton harus dicor dengan cara termie dan harus mempunyai slump yang tidak kurang dari 15 cm serta kadar semen minimum 400 kg m 3 beton.Beton harus memenuhi ketentuan berikut: Persyaratan bahan a) Semen 1. Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen Portland yang memenuhi SNI 15-2049-1994 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Apabila menggunakan bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5% , dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.2.Dalam satu campuran, hanya satu merk semen Portland yang boleh digunakan, kecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana dalam satu proyek digunakan lebih dari satu merk semen, maka penyedia jasa harus mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merk semen yang digunakan. b) Air Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam ,asam, basa, gula atau organis. Air harus diuji sesuai dengan ketentuan dalam SNI 036817-2002 air yang diketahui dapat diminum dan dipergunakan. c) Agregat 1. ketentuan gradasi agregat Table 3.5 ketentuan gradasi agregat.

Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat Inch (in) Standart (mm) Halus Kasar #467 #57 #67 #7 2 50,8 - 100 - - 1 1/2 38,1 - 95-100 100 - 1 25,4 - - 95-100 100 19 - 35-70 - 90-100 100 12,7 - - 25-60 - 90-100 3/8 9,5 100 10-30 - 20-55 40-70 #4 4,75 95-100 0-5 0-10 0-10 0-15 #8 2,36 80-100 - 0-5 0-5 0-5 #16 1,18 50-85 - - - #50 0,300 10-30 - - - #100 0,150 2-10 - - - Sumber : Spesifikasi PU 2005.2. Sifat-Sifat Agregat a) Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari pemecahan batu atau koral, atau dari pengayakan dan pencucian kerikil dan pasir sungai. b) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI 03-816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang

diberikan dalam tabel di bawah dan diuji sesuai dengan prosedur yang berhubungan. Table 3.6. Ketentuan kadar agregat. Sifat-Sifat Metode Pengujian Batas maksimum yang iizinkan untuk agregat halus Batas maksimum yang iizinkan untuk agregat kasar Keausan agregat dengan Mesi Los Angeles pada 500 putaran SNI 03-24171991 20% untuk beton mutu sedang dan tinggi 40% untuk beton mutu rendah Kekekalan bentuk batu terhadap larutan NaSO 4 dan

MgSO 4 setelah 5 siklus SNI 03-34071994 10% - natriun 15% magnesium 12% - natrium 18% - magnesium Gumpalan lempung dan partikel dan mudah pecah SNI 03-41411996 3% - magnesium 2% Bahan yang lolos ayakan No.200 SNI 03-41421996 3% 1% Sumber : Spesifikasi PU 2005.d) Batu untuk Beton Siklop Batu untuk beton siklop harus keras, awet, bebas dari retak, rongga dan tidak rusak oleh pengaruh cuaca. Batu harus bersudut runcing, bebas dari kotoran, minyak bahan-bahan lain yang mempengaruhi ikatan dengan beton. Ukuran batu yang digunakan untuk beton siklop tidak boleh lebih besar dari 25 cm.

e) Bahan Tambahan Bahan tambahan yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja beton dapat berupa bahan kimia atau bahan limbah yang berupa serbuk halus sebagai bahan pengisi pori dalam campuran beton. 3.2.3. Baja Tulangan Persyaratan Bahan a) Baja tulangan b) Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang disesuaikan yang memenuhi tabel di bawah ini. Table 3.7. Ketentuan penggunaan baja tulangan. Mutu Sebutan Tegangan leleh karakteristik atau tegangan karakteristik yang memberikan regangan tetap 0,2 (kg/cm 2 ) Bj 24 Bj 32 Bj 39 Bj 48 Baja lunak Baja sedang Baja keras Baja keras

2400 3200 3900 4800 Sumber : Spesifikasi PU 2005. c) Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti unutk tulangan pelat, anyaman tulangan yang dilas memenuhi SNI 07-0663-1995 dapat digunakan. d) Tumpuan untuk tulangan e) Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan beton pracetak dengan mutu K-500 seperti yang disyaratkan pada persyaratan beton di atas. f) Spesifikasi ini, terkecuali disetujui lain oleh Direksi pekerjaan kayu, bata, batu atau bahan lain tidak boleh diizinkan sebagai tumpuan. g) Pengikat untuk tulangan h) Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja untuk memenuhi Pd S-06-2000-02. 3.3.4. Tiang Pancang Beton Pratekan Pracetak Persyaratan tiang pancang beton pratekan pracetak terdapat dalam persyaratan baja tulangan di atas. 3.3.5. Tiang Pancang Baja Struktur Persyaratan Bahan a. Penyimpanan Bahan Pekerjaan baja, baik fabrikasi di bengkel dan lapangan, harus ditumpuk di atas balok pengganjal atau landasan sedemikian sehingga tidak bersentuhan dengan tanah dan dengan suatu cara yang disetujui oleh direksi pekerjaan. b. Perlindungan Bahan 1. Galvanisasi

Suatu komponen struktur baja termasuk komponen gelegar baja komposit termasuk balok, pelat, baut, ring, diafragma dan sejenisnya harus di galvanisasi dengan sistem pencelupan panas sesuai dengan AASHTO M 111M-04 atau ASTM A 123M-02. 2. Pengecatan a. Permukaan yang akan dicat harus bersih dan harus bebas dari lemak debu, produksi korosi, residu garam, dan sebagainya. b. Jenis, komposisi, dan tebal cat harus sesuai dengan pedoman teknik No. 028/T/BM/1999c. Baja Struktur Baja yang digunakan sebagai bagian struktur baja harus mempunyai sifat mekanis baja struktural seperti dalam table berikut: Tabel 3.8. persyaratan penggunaan baja. Jenis Baja Tegangan putus minimum,fu (MPa) Tegangan leleh minimum,fy (MPa) Peregangan minimum (%) Bj 34 340 210 22 Bj 37 370 240 20 Bj 41 410 250 18 Bj 50 500 290 16 Bj 55 550 410 13 Sumber : Spesifikasi PU 2005. d. Baut, Mur dan Ring 1. Baut dan mur harus memenuhi ketentuan dari ASTM A307 Grade A, dam

mempunyai kepala baut dan mur berbentuk segi 6. 2. Baut mur dan ring dari baja geser tegangan tinggi Baut,mur, dan ring dari baja geser tegangan tinggi harus difabrikasi dari baja karbon yang dikerjakan secara panas memenuhi ketentuan dari AASHTO M164 M-90 dengan tegangan leleh minimum 5700 kg/cm 2 dan pemuluran minimum 12 %. e. Paku penghubung Geser yang dilas Paku penghubung geser harus memenuhi ketentuan dari AASHTO M169-02 f. Bahan untuk keperluan pengelasan Bahan untuk keperluan pengelasan yang digunakan dalam pengelasan logam dari kelas baja yang memenuhi ketentuan dari AASHTO M-138-90, harus memenuhi ketentuan dari ASTM A233. g. Seritfikasi Ketentuan ini harus digunakan, tetapi tidak terbatas pada produk-produk atau bagian-bagian yang dirol, baut, bahan dalam pembuatan jembatan dan galvanisasi.3.3.6. Pipa Baja Pipa baja yang akan diisi dengan beton harus memenuhi ketentuan dari ASTM A252 grade 2. Pelat penutup untuk ujung tiang pancang harus memenuhi ketentuan dari AASHTO M183 90 (ASTM A36). 3.3.7. Sepatu dan Sambungan Tiang Pancang Sepatu sambungan tiang pancang harus seperti pada gambar atau sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. 3.3.8. Turap Baja Baja yang digunakan mempunyai minimal kekuatan tarik 415 Mpa dan titik lelehnya 250 Mpa. Turap baja harus memenuhi ketentuan dari persyaratan baja

struktur SNI 07-0722-1989 dan AASHTO M202-02. 3.4. TURAP 3.4.1 Umum Umumnya ketentuan yang mengatur pemancangan tiang pancang penahan beban harus berlaku juga untuk turap. Jenis tiang pancang yang akan digunakan harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. 3.4.2. Turap kayu Tiang pancang kayu sesuai dengan dimensi yang ditunjukan dalam gambar baik yang dipotong dari bahan yang utuh (solid) maupun dibuat dari tiga papan yang diikat jadi satu dengan kokoh. 3.4.3. Turap Beton Dinding turap beton harus dilaksanakan sesuai dengan gambar. 3.4.4. Turap Baja Turap Baja harus mempunyai jenis dan berat seperti ditunjukan dalam gambar. Bilamana dipasang dalam struktur yang telah selesai, turap baja harus kedap air pada sambungannya.3.5. TIANG PANCANG KAYU 3.5.1. Umum Semula tiang pancang kayu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dipancang untuk memestikan bahwa tiang pancang kayu tersebut memenuhi ketentuan dari bahan toleransi yang diizinkan. 3.5.2. Pengawetan Semua kayu lunak yang digunakan untuk tiang pancang memerlukan pengawetan, yang harus dilaksanakan sesuai dengan AASHTO M133-86 dengan menggunakan instalasi peresapan bertekanan. 3.5.3. Kepala Tiang Pancang Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada kepala tiang pancang harus diambil. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan pemangkasan

kepala tiang pancang sampai penampang melintang menjadi bulat atau tegak lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin baja atau besi yang kuat atau dengan metode lainnya yang lebih efektif. 3.5.4. Sepatu Tiang Pancang Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang cocok untuk melindungi ujung tiang selama pemancangan, kecuali bilamana seluruh pemancangan dilakukan pada tanah yang lunak. Sepatu harus benar-benar konsentris (pusat sepatu sama dengan tiang pancang) dan dipasang dengan kuat pada ujung tiang. Bidang kontak antara sepatu dan kayu harus cukup untuk menghindari tekanan yang berlebihan selama pemancangan. 3.5.5. Pemancangan Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang pancang, memecah ujung dan menyebabkan retak tiang pancang harus dihindari dengan membatasi tinggi jatuh palu dan jumlah penumbukan pada tiang pancang.3.5.6. Penyambungan Bila diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang terdiri dari dua batang atau lebih, Permukaan ujung tiang pancang harus dipotong sampai tegak lurus terhadap panjangnya untuk menjamin bidang kontak seluas seluruh penampang tiang pancang. Sambungan di dekat titik-titik yang mempunyai lendutan maksimum harus dihindarkan. 3.6. TIANG PANCANG BETON PRACETAK 3.6.1. Umum Tiang pancang harus dirancang, dicor, dan dirawat untuk memperoleh kekuatan yang diperlukan sehingga tahan terhadap pengangkutan, penanganan, dan tekanan akibat pemancangan tanpa kerusakan. Tiang pancang segi empat harus mempunyai sudut-sudut yang ditumpulkan. 3.6.2. Penyambungan Penyambungan tiang pancang harus dihindarkan bila memungkinkan. Bila

perpanjangan tiang pancang tidak dapat dihindarkan, kontraktor harus menyerahkan metode penyambungan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuan. 3.6.3. Perpanjangan Tiang Pancang Perpanjangan tiang pancang beton pracetak dilaksanakan dengan penyambungan tumpang tindih (overlap) baja tulangan. Beton pada kepala tiang pancang akan dipotong hingga baja tulangan yang tertinggal mempunyai panjang paling sedikit 40 kali diameter tulangan. Bilamana perpanjangan melebihi 1,50 m acuan harus dibuat sedemkian hingga tinggi jatuh pengecoran beton tak melebihi 1,50 m. Bilamana tidak disebutkan dalam gambar, maka panjang tumpang tindih baja tulangan harus 40 kali diameter untuk tulangan memanjang, kecuali diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.3.6.4. Sepatu Tiang Pancang Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang datar atau mempunyai sumbu yang sama (co-axial), jika tiang pancang masuk kedalam atau menembus jenis tanah seperti batu, kerikil kasar, tanah liat dengan berangkal dan jenis tanah lainnnya yang mungkin dapat merusak ujung tiang pancang beton. Sapatu terbuat dari baja atau besi tuang. Untuk tanah liat atau pasir yang seragam, sepatu tersebut dapat ditiadakan. 3.6.5. Pembuatan dan Perawatan Acuan samping dapat dibuka 24 jam setelah pengecoran beton, tetapi seluruh tiang pancang tidak boleh digeser dalam waktu 7 hari setelah pengecoran beton atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Perawatan harus dilaksanakan selama 7 hari setelah dicor dengan mempertahankan tiang pancang dalam kondisi basah selama dalam waktu tersebut. 3.6.6. Pengupasan Kepala Tiang Pancang Beton harus dikupas sampai pada elevasi yang sedemikian sehingga beton

yang tertinggal akan masuk kedalam poer (pile cap) sedalam 50 mm sampai 75 mm. Untuk tiang pancang beton bertulang, baja tulangan yang tertinggal setelah pengupasan harus cukup panjang sehingga dapat diikat kedalam poer (pile cap) dengan baik. Untuk tiang pancang beton pratekan kawat prategang kawat tertinggal setelah pengupasan harus dimasukkan kedalam poer (pile cap) paling sedikit 600 mm. 3.7. TIANG PANCANG BAJA STRUKTUR 3.7.1. Umum Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa baja gilas biasa, tetapi tiang pancang pipa dan kotak dapat digunakan. Bila tiang pancang pipa atau kotak digunakan, dan akan diisi dengan beton, mutu beton tersebut minimum harus K-250.3.7.2. Perlindungan Terhadap Korosi Bila korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat terjadi, maka panjang atau ruas-ruasnya yang mungkin terkena korosi harus dilindungi dengan pengecatan dengan menggunakan lapisan pelindung yang telah disetujui dan digunakan logam lebih tebal bila daya korosi dapat diperkirakan dengan akurat dan beralasan. 3.7.3. Kepala Tiang Pancang Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya dan topi pemancang (driving cap) harus dipasang untuk mempertahankan sumbu tiang pancang segaris dengan sumbu palu. Setelah pemancangan, pelat topi, batang baja, harus ditambahkan pada poer, atau tiang pancang yang cukup harus ditanamkan kedalam poer (pile cap). 3.7.4. Perpanjangan Tiang Pancang Perpanjangan tiang pancang harus dilakukan dengan pengelasan. Pengelasan harus dikerjakan dengan sedemikian rupa sehingga kekuatan penampang baja semula dapat ditingkatkan dan kedap air.

3.6.5. Sepatu Tiang Pancang Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan pada profil H atau propil baja gilas lainnya. Namun bila tiang pancang akan dipancang pada tanah keras, maka ujungnya dapat diperkuat dengan menggunakan pelat baja tuang atau dengan mengelaskan plat atau siku baja untuk menambah ketebalan baja. 3.8. PEMANCANGAN TIANG 3.8.1. Umum Tiang pancang dapat dipancang dengan setiap jenis palu, asalkan tiang pancang tersebut dapat menembus masuk pada kedalaman yang telah ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah ditentukan tanpa kerusakan. Tinggi jatuh palu tidak boleh melampaui 2,5 m atau sebagaimana yang diperintahkan oleh direksi pekerjaan. Alat pancang dengan gravitasi, uap atau yang disetujui, harus mampu memasukkan tiang pancang tidak kurang dari 3 mm untuk setiap pukulan pada 15 mm dari akhir pemancangan dan daya dukung yang diinginkan sebagaimana yang ditentukan dari rumus pemancangan yang disetujui, yang digunakan oleh kontraktor. Energi total alat pancang tidak boleh kurang dari 970 kg/m setiap pukulan, kecuali untuk tiang pancang beton sebagaimana disyaratkan di bawah ini. 3.8.2. Penghantar Tiang Pancang (Leads) Penghantar tiang pancang harus dibuat sedemikian hingga dapat memberikan kebebasan bergerak untuk palu dan penghantar ini harus diperkaku dengan tali atau palang yang kaku agar dapat memegang tiang pancang selama pemancangan. 3.8.3. Bantalan Topi Tiang Pancang Panjang (Followers) Pemancangan tiang pancang dengan bantalan topi tiang pancang panjang sedapat mungkin harus dihindari, dan hanya akan dilakukan dengan persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. 3.8.4. Tiang Pancang yang Naik Bila tiang pancang mungkin naik akibat naiknya dasar tanah, maka elevasi

kepala tiang pancang harus diukur dalam interval waktu di mana tiang pancang yang berdekatan sedang dipancang. Tiang pancang yang naik sebagai akibat pemancangan tiang pancang yang berdekatan, harus dipancang kembali sampai kedalamam atau ketahanan semula, kecuali jika pengujian pemancangan kembali pada tiang pancang yang berdekatan menunjukkan bahwa pemancangan ulang ini tidak diperlukan. 3.8.5. Pemancangan dengan Pancar Air (Water Jet) Pemancangan dengan pancar air dilaksanakan hanya seizin Direksi Pekerjaan dan dengan cara yang telah ditentukan hingga tidak mengurangi kapasitas daya dukung tiang pancang yang telah dikerjakan, stabilitas tanah atau keamanan setiap struktur yang berdekatan.3.8.6. Tiang Pancang yang Cacat Prosedur pemancangan tidak mengizinkan tiang pancang mengalami tegangan yang berlebihan sehingga dapat mengakibatkan pengelupasan dan pecahnya beton, pembelahan, pecahnya dan pembelahan kayu, atau deformasi baja. Memanipulasi tiang pancang dengan memaksa tiang pancang kembali ke posisi sebagaimana mestinya, menurut pendapat Direksi Pekerjan, adalah keterlaluan, dan tidak akan diizinkan. 3.8.7. Catatan Pemancangan (Calendering) Sebuah catatan yang detail dan akurat tentang pemancangan harus disimpan oleh Direksi Pekerjaan dalam menyimpan catatan ini yang meliputi berikut ini: jumlah tiang pancang, posisi. Jenis, ukuran, panjang aktual, tanggal pemancangan, panjang dalam pondasi telapak, penetrasi pada penumbukan akhir, energi pukulan palu, panjang perpanjangan, panjang pemotongan dan panjang akhir yang dapat dibayar. 3.9. TIANG BOR BETON COR LANGSUNG DI TEMPAT 3.9.1 Umum Contoh bahan yang digali harus disimpan untuk semua tiang bor. Pengujian

penetrometer untuk bahan di lapangan harus dilakukan selama penggalian dan pada dasar tiang bor sesuai dengan yang diminta oleh Direksi Pekerjaan. pengambilan contoh bahan ini harus selalu dilakukan pada tiang bor pertama dari tiap kelompok. 3.9.2. Pengeboran Tiang Bor Beton Lubang-lubang harus di bor sampai kedalaman seperti yang ditunjukkan atau ditentukan berdasarkan pengujian hasil pengeboran. Semua lubang harus diperiksa, bila diameter dasar lubang kurang dari setengah diameter yang ditentukan, pekerjaan tersebut akan ditolak.3.9.3. Pengecoran Beton Bila pengecoran di dalam air atau lumpur pengeboran, semua bahan lunak dan bahan lepas pada dasar lubang harus dihilangkan dan cara tremie yang telah disetujui harus digunakan. Cara tremie harus mencakup sebuah pipa yang diisi dari sebuah corong di atasnya. Pipa harus diperpanjang sedikit dibawah permukaan beton baru dalam tiang bor sampai diatas elevasi air/lumpur. 3.9.4. Penanganan Kepala Tiang Bor Beton Tiang bor umumnya harus dicor sampai kira-kira satu meter di atas elevasi yang akan dipotong. Semua beton yang lepas dan kelebihan harus dikupas dari bagian puncak tiang bor dan baja tulangan yang tertinggal harus mempunyai panjang yang cukup sehingga memungkinkan pengikatan yang sempurna ke dalam poer atau struktur diatasnya. 3.9.5. Tiang Bor Beton yang cacat Tiang bor harus dibentuk dengan cara dan ukuran sedemikian rupa hingga dapat dipastikan bahwa tidak terdapat kerusakan yang terjadi pada tiang bor yang dibentuk sebelumnya.BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN Pada pekerjaan Pembangunan Bengkel body and paint Auto 2000 Amplas Medan ini, bagian-bagian pekerjaan pemancangan antara lain :

4.1. Pembersihan Lahan Pembersihan lahan dilakukan dengan cara menggali tanah, agar keadaan tanah yang bergelombang disesuaikan menjadi rata, agar mudah untuk menentukan titik pondasi tiang pancang yang direncanakan. Setelah itu, dilakukan pengujian sondir agar pada kedalaman berapa didapatkan tanah keras. Pada proses penyondiran ini didapat pada kedalaman 12 m tanah keras. 4.2. Penimbunan Penimbunan dilakukan untuk menutupi daerah-daerah yang tanahnya tidak mendukung atau tanah yang terganggu, dan untuk mempermudah proses pengerjaan. Contohnya daerah rawa. 4.3. Penentuan Titik Pondasi Penentuan titik pondasi pada proyek ini dengan menggunakan Theodolit, penentuan titik ini bertujuan agar terjadi ketepatan dalam penentuan letak pondasi yang sesuai dengan gambar perencanaan. 4.4. Pemesanan Tiang Pancang Pemesanan ini dilakukan karena tiang pancang yang dipakai dalam proyek ini adalah tiang pancang yang dicetak di pabrik. Pemesanan tiang pancang ini diambil dari P.T Jaya Beton di kel. Paya pasir kec.Marelan Medan. Panjang untuk satu tiang pancang adalah 6 m. Tiang pancang yang digunakan dalam proyek ini menggunakan tiang pancang yang berbentuk segiempat.Type tiang pancang dari P.T Jaya Beton yang berbentuk segiempat.

Gambar 3.1.Kepala Tiang Pancang 4.5. Pemilihan Peralatan Alat utama yang digunakan untuk memancang tiang-tiang adalah penumbuk (hammer) dan mesin derek (tower). Untuk memancangkan tiang pada posisi yang tepat, cepat, dan dengan biaya yang rendah, penumbuk dan dereknya harus dipilih dengan teliti agar sesuai dengan keadaan disekitarnya, ukuran tiang dan tanah

pondasinya. 4.6. Pemancangan Tiang Pemancangan tiang pancang dilakukan dengan memakai alat pemukul (Hammer) yang didukung oleh crane, dengan berat piston 2,8 ton dan tinggi jatuh 1,00 m. Yang bermerek P&H Kobelco. Prinsip kerjanya, pemukul diangkat keatas dengan tenaga uap sampai mencapai tinggi tertentu, kemudian hammer tersebut jatuh bebas menimpa kepala tiang pancang. Pemancangan untuk satu titik berjumlah 5 tiang. Menurut Bowles (1993) bahwa penurunan tiang pancang ditentukan oleh pemukulan hammer terakhir, yaitu bila dalam 6 8 kali pukulan tiang pancang yang masuk kedalam tanah 2,5 cm saja, maka pemukulan hammer dihentikan atau pemancangan telah selesai. Bila tidak tercapai ketentuan diatas walaupun tiang pancang telah tertanam seluruhnya (12 meter), maka diadakan penyambungan tiang pancang, dan sebaliknya diadakan pemotongan bila telah tercapai ketentuan diatas walaupun belum tertanam 12 meter. Pada pelaksanaan tiang pancang diangkat dari tempat penumpukan dengan menggunakan kawat baja yang diikat pada tiang pancang pada titik angkatnya, kemudian diseret secara menggantung pada crane menuju titik pemancangan.Tiang pancang diletakkan secara vertikal pada titik tiang pancang yang telah ditentukan. Pengontrolan letak vertikalnya tiang pancang dilakukan oleh dua orang, memakai theodolit dan benang yang dibebani unting-unting yang diletakkan pada jarak tertentu dari tiang dan pada dua arah yang berlainan. Setiap pemancangan tiang dicatat pada lembaran data yang telah dipersiapkan yaitu jumlah penumbukan / pukulan dan kedalaman tiang yang masuk kedalam tanah, dan dibuat grafik pemukulan terakhir (kalendering). Dari pengamatan kami dilapangan terlihat bahwa hasil pemancangan yang telah dilakukan berkisar 12 meter, sedangkan data sondir adalah18 m. 4.7. Penyambungan Tiang Pancang. Penyambungan tiang pancang ini dilakukan karena kedalaman yang

direncanakan adalah 18 m, sementara panjang untuk satu tiang pancang adalah 6 m. Pada proses penyambungan ini dilakukan dengan cara las titik, karena tempat sambungan biasanya merupakan titik lemah pada tubuh tiang pancang, maka dalam perencanaan penyambungan ini harus pada posisi tegak lurus berdiri tepat diatas kepala tiang pancang yang telah dipancangkan dibawahnya. 4.8. Penghentian Pemancangan Tiang Dalamnya pemancangan tiang dapat dihentikan, karena tebal lapisan pendukung berbeda-beda setiap tempat. Maka pemancangan yang diakibatkan oleh gaya tumbuk sampai kedalaman yang disyaratkan atau direncanakan seperti di atas harus dihindari. Bila lapisan tanah pendukung tidak begitu tebal, pemancangan tiang dapat dihentikan pada kedalaman sekitar setengah dari tebal lapisan tanah pendukung tersebut., dan hampir tidak mungkin bagi kita untuk mengetahui kapan ujung tiang mencapai lapisan tanah keras,. 4.9. Hasil Pengujian Loading Test di Lapangan 4.9.1. Penjelasan Umum Pengujian dilakukan terhadap tiang pancang segiempat 200 mm dengan panjang total saat pengujian 6 m dan 12 m sebanyak dua (2) tiang. Pengujian dilakukan terhadap tiang dalam keadaan sudah terpancang Karakteristik Tiang Pancang yang diuji disampaikan dalam tabel 4.1.di bawah ini: Tabel 4.1. Karakteristik Tiang Pancang Yang di Uji No. Tiang Dimensi Tiang (*mm+;L*m+) Panjang di bawah instrument

[m] Panjang Tiang Tertanam Tanggal Pancang Tanggal di Uji A 01 200;12 11,2 11 15/02/10 17/02/10 A 14 200;09 5,2 5 15/02/10 17/02/10 Sumber: Hasil di lapangan 4.9.2. Sistem Pengujian Tiang diuji dengan menggunakan diesel hammer tipe D-08. Berdasarkan keterangan lisan yang diberikan oleh petugas lapangan dari kontraktor pancang. Karena tiang yang diuji sudah dalam keadaan terpancang, maka pengujian dilakukan dengan melakukan pemukulan ulang. 4.9.3. Penggalian Pemasangan Pile Cap Penggalian ini bertujuan untuk meletakkan Pile Cap di atas tiang pancang. Kedalaman yang digali untuk topi tiang berukuran 100 x 40 x 60 cm. Proses penggalian ini dilakukan dengan alat-alat sederhana seperti cangkul dan sekop. 4.9.4. Pemangkasan Tiang Pemangkasan ini dilakukan hingga keadaan tiang pancang tepat berada diatas tanah dasar galian Pile Cap. Lalu, sisakan besi-besi dari tiang pancang tersebut, agar mudah untuk melakukan penyambungan dengan topi tiang, hingga menjadi satu kesatuan. Proses pemangkasan ini dilakukan dengan cara manual, dengan manggunakan martil besar saja. 4.9.5. Pengecoran Pile Cap

Sebelum pengecoran dilakukan terlebih dahulu segala sesuatunya dipersiapkan seperti : alat-alat, bahan, pembagian tugas dan pembersihan jalannya pekerjaan dasar, agar tidak terganggu, karena pekerjaan pengecoran ini memerlukan kerja yang cepat. Pada proyek ini campuran beton yang dipakai adalah Ready Mix Concrete dari Asia Beton.BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Selama mengikuti kerja praktek di Proyek Pembangunan bengkel Body And Paint Auto 2000 Amplas Medan, dapat diambil suatu kesimpulan : 1. Pengaturan letak material dan peralatan konstruksi yang baik sangat menunjang kelancaran pekerjaan dilapangan, dalam hal ini mobilitas material peralatan dan pekerjaan dapat diatur dengan baik. 2. Banyak halangan dalam menyelesaikan proyek ini, seperti keadaan hujan yang sangat mempengaruhi Progress pekerjaan yang sedang dilaksanakan, Namun berkat kerjasama tim yang baik semua dapat diatasi dengan cepat dan tepat. 3. Untuk mengetahui persentase pekerjaan yang telah dicapai secara berkala hasil-hasil pekerjaan yang telah dicapai dievaluasi dan dibandingkan dengan rencana kerja keseluruhan. Dari hasil perbandingan ini dapat ditentukan langkah-langkah pekerjaan selanjutnya. 4. Hubungan kerja sama dengan unsur-unsur yang terlibat antara konsultan pengawas, kontraktor pada proyek dan juga para pekerja sangat baik. 5.2. Saran 1. Perawatan peralatan yang ada, baik itu berupa perbaikan atau maintenance agar keadaan alat tetap siap pakai dan tidak cepat rusak. 2. Mempertahankan kelengkapan laporan yang tetap continue. Hal ini sangat membantu bidang administrasi disamping merupakan persyaratan proyek,

juga sebagai alat untuk memonitor pelaksanaan pekerjaan. 3. Penggunaan alat lebih intensif untuk mengejar keterlambatan terhadap scheduling yang ada. DAFTAR PUSTAKA

1. Bowles Joseph. 1991. Analisis dan Desain Pondasi Jilid 1dan 2. Penerbit Erlangga: Yakarta. 2. Canonica Lucio MSc. CE. ETHZ. 1991. Memahami Pondasi. Penerbit Angkasa Bandung: Bandung. 3. Pintor Tua Simatupang Dr. Ir. MT. Rekayasa Pondasi 1. 4. Sarjono HS Ir. 1991. Pondasi Tiang Pancang Jilid 1 dan Jilid 2. Penerbit Sinar Wijaya: Surabaya. 5. Sosrodarsono Suyono Ir. 1981. Mekanika Tanah & Teknik Pondasi. Penerbit P.T. Pradnya Paramita: Jakarta. 6. Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, SK SNI T-199003. 7. Spesifikasi PU tahun 2005.LAMPIRANLokasi Proyek Gambar Pengerjaan Penimbunan Pada Lokasi Proyek Gambar Persiapan Tiang PancangGambar Crane Hammer P&H Kobelco Gambar proses pengerjaan pemasangan tiang pancangGambar Proses pemancangan dengan menggunakan Crane hammer P&H Kobelco Gambar pengelasan penyambungan tiang pancang

You might also like