Professional Documents
Culture Documents
A. LATAR BELAKANG
Hadits merupakan sumber hukum kedua dalam islam setelah al-Quran. Karena itu, hadits memiliki posisi yang sangat strategis bagi kaum muslimin dalam memahami, meyakini dan melaksanakan ajaran-ajaran agama. Namun, tidak seperti al-Quran yang periwayatannya bersifat qothI (absolut), sebagian hadits diriwayatkan dengan redaksional yang berbeda. Sejak jaman rasulullah saw pun tidak semua hadits terdokumentasikan. Dan, hadits pun sempat menjadi alat propaganda dalam perselisihan politik ummat islam. Karenanya, ummat islam pun diingatkan untuk bersikap kritis dalam menerima suatu hadits. Ulama-ulama islam telah mengembangkan metodologi untuk menguji dan mengkritisi hadits-hadits yang berkembang di masyarakat. Di antaranya adalah dengan metodologi kritik sanad dan matan. Dengan kedua metodologi ini, kita dapat menilai standar akseptabilitas dimana suatu hadits bias dikatakan shahih, hasan, dhoif, mutawatir, ahad, maqbul, mardud, dan sebagainya. Di dalam forum ini, kami akan sebisa mungkin menjelaskan pemahaman kami mengenai sanad dan matan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian sanad dan matan hadis ? 2. Apa saja kaidah sanad dan matan hadis ? 3. Siapa tokoh perumus sanad dan matan hadis ?
C. TUJUAN PENULIS
1. Agar kita dapat mengetahui pengertian dari sanad dan matan hadis. 2. Untuk mengetahui kaidah sanad dan matan hadis. 3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh perumus sanad dan matan hadis.
Silsilah orang-orang (yang meriwayatkan hadis), yang menyampaikannya kepada matan hadis.3 Ada juga yang menyebutkan :
Silsilah para perawi yang menukilkan hadis dari sumbernya yang pertama.4
1 2
Mahmud Al-Thahhan, op.cit., hlm. 15. Al-Suyuthi, Jilid. I, op.cit., hlm. 41. 3 Mahmud Al-Thahhan, loc.cit. 4 Ajjaj Al-Khatib, op.cit., hlm. 32.
Artinya : Dikhabarkan kepada kami oleh Malik yang menerimanya dari Nafi, yang menerimanya dari Abdullah Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW. bersabda. Janganlah sebagian dari antara kamu membeli barang yang sedang dibeli oleh sebagian yang lainnya.6 Dalam hadis tersebut dinamakan sanad adalah :
Artinya : (Dikhabarkan kepada kami oleh Malik yang menerimanya dari Nafi, yang menerimanya dari Abdullah Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW. bersabda......)7
5 6
Muhammad Ahmad, Ulumul Hadis, Hal 51 Muhammad Ahmad, Ulumul Hadis, Hal 51 7 Muhammad Ahmad, Ulumul Hadis, Hal 52
Yang berkaitan dengan istilah sanad, terdapat kata-kata seperti, al-isnad, almusnid dan al-musnad. Kata-kata ini secara terminologis mempunyai arti yang cukup luas, sebagaimana yang dikembangkan oleh para ulama. Kata isnad berarti menyandarkan, mengasalkan (mengembalikan ke asal), dan mengangkat. Yang dimaksudkan di sini, ialah menyandarkan hadis kepada orang yang mengatakannya (rafu hadits ila qa ilih atau azwu hadits ila qailih). Menurut AlThiby, sebenarnya kata al-isnad al-sanad digunakan oleh para ahli hadis dengan pengertian yang sama. Kata al-musnad mempunyai beberapa arti. Bias berarti hadis yang disandarkan atau diisnadkan oleh seseorang; bisa berarti nama suatu kitab yang menghimpun hadis-hadis dengan sistem penyusunan berdasarkan nama-nama para sahabat para perawi hadis, seperti kitab Musnad Ahmad; bisa juga berarti nama bagi hadis yang marfu dan muttashil.8
Suatu kalimat tempat berakhirnya sanad Atau dengan redaksi lain; ialah :
Munzier Suparta, Ilmu Hadis, Hal 46. Hadis Marfu dan hadis muttshil adalah dua istilah untuk hadis yang disandarkan kepada Nabi SAW. Dan sanadnya bersambung.
Perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda Nabi SAW. yang disebut sesudah habis disebutkan sanadnya).9
Artinya: Dari Muhammad yang diterima dari Abu Salamah yang diterimanya dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW. bersabda, Seandainya tidak memberatkan terhadap umatku, niscaya aku suruh mereka bersiwak (menggosok gigi) setiap akan melakukan shalat.10 Adapun yang disebut matan dalam hadis tersebut yaitu :
Ada juga redaksi yang lebih simpel lagi, yang menyebutkan bahwa matan adalah ujung sanad (gayah as-sanad). Dari semua pengertian di atas, menunjukkan, bahwa yang dimaksud dengan matan, ialah materi atau lafaz hadis itu sendiri.11
Muhammad Ahmad, Ulumul Hadis, Hal 52 Muhammad Ahmad, Ulumul Hadis, Hal 52 11 Munzier Suparta, Ilmu Hadis, Hal 47
10
12 13
Muhammad Ahmad, Ulumul Hadis, Hal 53 Muhammad Ahmad, Ulumul Hadis, Hal 54
Artinya: "Ilmu ini (hadis ini), idlah agama, karena itu telitilah orang-orang yang kamu mengambil agamamu dari mereka," Abdullah lbnu Mubarak berkata:
Artinya: "Menerangkan sanad hadis, termasuk tugas agama Andaikata tidak diperlukan sanad, tentu siapa saja dapat mengatakan apa yang dikehendakinya. Antara kami dengan mereka, ialah sanad. Perumpamaan orang yang mencari hukum-hukum agamanya, tanpa memerlukan sanad, adalah seperti orang yang menaiki loteng tanpa tangga." Asy-Syafii berkata.
Artinya: "Perumpamaan orang yang mencari (menerima) hadis tanpa sanad, sama dengan orang yang mengumpulkan kayu api di malam hari. " Perhatian terhadap sanad di masa sahabat yaitu dengan menghapal sanad-sanad itu dan mereka mempuyai daya ingat yang luar biasa. Dengan adanya perhatian mereka maka terpelihara sunnah Rasul dari tangan-tangan ahli bid'ah dan para pendusta. Karenanya
pula imam- imam hadis berusaha pergi dan melawat ke berbagai kota untuk memperoleh sanad yang terdekat dengan Rasul yang dilakukan sanad 'aali.14 Ibn Hazm mengatakan bahwa nukilan orang kepercayaan dari Orang yang dipercaya hingga sampai kepada Nabi SAW. dengan bersambung-sambung perawi-perawinya adalah suatu keistimewaan dari Allah khususnya kepada orang-orang Islam. Memperhatikan sanad riwayat adalah suatu keistimewaan dari ketentuan-ketentuan umat Islam.
14
M.Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahehan Sanad Hadis M.Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahehan Sanad Hadis
4) Bukan muallal (cacat).18 b. Unsur kaidah mayor kedua mengandung unsur kaidah minor: 1) Beragama Islam. 2) Mukallaf (baligh dan berakalsehat). 3) Melaksanakan ketentuan agama Islam. 4) Memelihara muruah.19 c. Unsur kaidah mayor ketiga mengandung unsur kaidah minor: 1) Halal dengan baik hadits yang diriwayatkannya. 2) Mampu dengan baik menyampaikan riwayat hadits yang
Dengan acuan kaidah mayor dan kaidahminor bagi sanad hadits tersebut, maka penelitian sanad hadits dilaksanakansepanjang semua unsur diterapkan secara benar dan cermat, maka penelitian akanmenghasilkan kualitas sanad dengan tingkatan akurasi yang tinggi.
4. Syarat-syarat untuk menerima baik hadits-haidts Nabi yang berhubungan dengan matan:
a. Mengenai matan hadits itu sendiri, ia harus tidak bersifat syadz, yaitu salah seorang perawinya bertentangan dalam periwayatannya dengan perowi lain yang dianggap lebih akurat dan lebih dapat dipercaya. b. Hadits tersebut tidaklah berilah qadinah, yaitu cacat yang diketahui oleh para ahli hadits sehingga mereka menolaknya.21
17 18
M.Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahehan Sanad Hadis M.Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahehan Sanad Hadis 19 M.Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahehan Sanad Hadis 20 M.Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahehan Sanad Hadis 21 M.Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahehan Sanad Hadis
10
Ulama hadits tampaknya mengalami kesulitan untuk mengemukakan klasifikasi unsur-unsur kaidah minornya secara terperinci dan sistematik karena dalam kitab-kitab yang membahas penelitian hadits sepanjang yang telah penulis kaji tidak terdapat penjelasan klasifikasi unsur-unsur kaidah minor berdasarkan unsur-unsur kaidah minor berdasarkan unsur-unsur kaidah mayornya, padahal untuk klasifikasi itu dijelaskan. Pernyataan tersebut tidak dimaksudkan bahwa ulama hadits tidak
menggunakan tolak ukur dalam meneliti matan. Tolak ukur itu telah ada, hanya saja dalam penggunaannya ulama hadits menempuh jalan secara langsung tanpa bertahap menurut unsur tanpa tahapan kaidah mayor. Misalnya dengan memperbandingkan matan hadits yang sedang diteliti dengan dalil naqli tertentu dengan yang lebih kuat dan relevan, jadi kegiatan penelitian tidak diklasifikasi, misalnya langkah pertama meneliti kemungkinan adanya syudzudz dengan unsur-unsur kaidah minornya, lalu diikuti dengan langkah-langkah berikutnya meneliti kemungkinan adanya illat dengan unsur-unsur kaidah minornya juga. Menurut Shalah al Din al Adlabi ada 4 tolak ukur penelitian keshohihan matan hadits: a. Tidak bertentangan dengan petunjuk Al Quran. b. Tidak bertentangan dengan hadits yang kualitasnya lebih baik. c. Tidak bertentangan dengan akal sehat. d. Susunan pernyataanmya menunjukkan ciri-ciri sabda kenabian. Menurut ulama jumhur 4 unsur tolak ukurdi atas adalah tolak ukur unsur untuk meneliti kepalsuan suatu hadits, tanda-tanda matan hadits yang palsu adalah: a. Susunannya bahasa rancu. b. Isinya bertentangan dengan akal sehat saat di interpretasikan secara rasional. c. Isinya bertentangan dengan tujuan pokok ajaran islam. d. Isinya bertentangan dengan hukum dan sunnatullah. e. Isinya bertentangan dengan sejarah pasti. f. Isinya bertentangan dengan petunjuk Al Quran ataupun hadits mutawatir yang telah menjadi suatu petunjuk secara pasti.
11
g. Isinya barada diluar kewajaran diukur dari petunjuk umum ajaran islam.22
Meskipun tolak ukur tersebut tampak menyeluruh tetapi tingkat ukurannya ditentukan oleh ketetapan metodologis dalam penerapannya, oleh karena itu kecerdasan perluan pengetahuan dan kecermatan penelitian. Al Khatibal Baghdadi menjelaskan bahwa hadits yang yang maqbul haruslah: a. Tidak bertentangan dengan akal sehat. b. Tidak bertentangan dengan hukum al quran yang telah muhkam. c. Tidak bertentangan dengan hadits mutawatir. d. Tidak bertentangan dengan amalan yang telah menjadi kesepakatan ulama masa lalu(ulama salaf). e. Tidak bertentangan dengan dalil yang sudah pasti. f. Tidak bertentangan dengan hadits ahad yang kualitas keshohihan lebih kuat.23
22 23
M.Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahehan Sanad Hadis M.Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahehan Sanad Hadis
12
24
http://m.Abatasa.com
13
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Muhammad, 2004. Ulumul Hadis, Bandung: Pustaka Setia Suparta, Munzier. 2010. Ilmu Hadis, Jakarta: Raja Grafindo Persada Ismail, M.Syuhudi. 1995. Kaedah Kesahehan Sanad Hadits, Jakarta: Bulan Bintang http://m.Abatasa.com
14