You are on page 1of 5

nopril

nama dagang - Linoxal - Noperten - Nopril - Odace - Zestril - Interpril

dosis Hipertensi: Dosis Dewasa: 10-40 mg/ hari. Pasien yang tidak menggunakan diuretik; gunakan dosis awal: 10 mg/hari,yang tetap menggunakan diuretik; dosis awal 5 mg/hari. Catatan : efek antihipertensi mungkin menghilang saat penggunaan obat pada interval terakhir, khususnya pada penggunaan dosis 10 mg/hari. Peningkatan dosis diperlukan dapat dilakukan pada perpanjangan durasi efek antihipertensi ini. Dosis sampai 80 mg dapat digunakan tapi tidak memberikan efek yang lebih kuat. Lanjut Usia : dosis awal : 2,5-5 mg per hari, dosis dapat dinaikkan menjadi 2.5- 5 mg per hari selama interval 1-2 minggu, dosis maksimum per hari 40 mg. Pasien yang menggunakan diuretik, sebelum menggunakan lisinopril harus menghentikan penggunaan diuretik dulu selama 2-3 hari, setelah itu baru digunakan lisinopril. Jika diperlukan, penggunaan diuretik dapat dimulai lagi setelah tekanan darah stabil. Jika penggunaan diuretic tidak dapat dihentikan maka penggunaan lisinopril dimulai pada dosis 5 mg dan harus dimonitoring secara ketat sampai diperoleh tekanan darah yang stabil. Dosis awal pada pasien hiponatremia (kadar Na : <130 mEq/L) dosis dimulai dari 2,5 mg/ hari.

Gagal Jantung Kongestif: Dosis Dewasa: Dosis awal 2.5 -5 mg kemudian ditingkatkan dimana peningkatannya tidak lebih dari 10 mg selama interval waktu tidak kurang dari 2 minggu hingga dicapai 40 mg. Dosis pemeliharaan 5-40 mg per hari sebagai dosis tunggal. Infark Miokardiak Akut (dalam waktu 24 jam, pada pasien dengan hemodinamik stabil) : Pada saat serangan diberikan dosis 5 mg kemudian diberikan 5 mg lagi selama 24 jam , setelah 48 jam diberikan 10 mg. Setelah 6 minggu, pasien tiap hari diberikan dosis 10 mg per hari. Selajutnya pasien sebaiknya mendapatkan terapi seperti aspirin, trombolitik dan beta bloker. Pada gangguan fungsi ginjal :hipertensi :dosis awal harus dimodifikasi dan titrasi tambahan harus disertai perhatian berdasarkan respon (maksimum 40 mg/hari). ClCr >30 mL/menit : dosis awal 10 mg/hari. Clcr 10-30 mL/menit : dosis awal : 5 mg/hari. Hemodialisis : dosisi awal 2,5 mg/hari (terdialisis 50%). Penggunaan pada anak dengan kecepatan filtrasi < 30mL/menit /1.73m tidak direkomendasikan. Gagal jantung kongestif: dewasa : Clcr <30 mL/menit atau kreatinin >3mg/dL : dosis awal 2.5 mg/hari.

indikasi Digunakan pada pengobatan hipertensi, baik digunakan sendiri maupun dikombinasikan dengan antihipertensi lain, terapi tambahan pada gagal jantung kongestif (penurunan volume afterload), pengobatan pada pasien infark miokardiak akut dengan kondisi hemodinamik stabil selama 24 jam, pengobatan pada disfungsi ventrikuler kiri setelah serangan infark miokardiak.

kontraindikasi Hipersensitifitas terhadap lisinopril atau komponen dalam sediaan, angiodema yang terkait dengan terapi sebelumnya yang menggunakan inhibitor ACE, stenosis arteri ginjal bilateral, hiperaldosteron, kehamilan trimester 2 dan 3.

efek samping 1% sampai 10%

Kardivaskular: efek ortostatik (1%), hipotensi (1-4%). SSP: sakit kepala (4-6%), pusing (5-12%), kelelahan (3%), lemah (1%). Dermatologi : rash (1-2%). Endokrin dan metabolism : hiperkalemia (2-5%). Gastrointestinal : diare (3-4%), mual (2%), muntah (1%), nyeri abdomen (2%). Genitourinaria : impotensi (1%). Hematologi : penurunan hemoglobin ( 9%). Neuromuskular dan skeletal : nyeri dada (3%). Ginjal : peningkatan serum kreatinin, peningkatan BUN (2%), pada pasien dengan bilateral renal arteri stenosis atau hipovolemia maka akan memperburuk fungsi ginjal. Pernapasan : batuk (4-9%), infeksi saluran pernapasan atas (2%).

<1%: Gagal ginjal akut, alopecia, reaksi anafilaktik,angiodema, anuria, aritmia, arthralgia, asma, ataksia, azotemia, supresi sum-sum tulang, bronkospasme, cardiac arrest, penurunan libido, gout, hepatitis, hiperkalemia, hiponatremia, kenaikan bilirubin,kenaikan transaminase,jaundice,infark miokardiak, netropenia, oligouria, hipotensi ortostatik, pancreatitis, paresthesia, pemphigus,neuropathy peripheral, fotosensitivitas, efusi pleura, emboli pulmonary, sindrom Stevens- Johnson, stroke, lupus eritematosus sistemik, trombositopenia,TIA, tremor nekrolisis epidermal, tremor, urticaria, vasculitis, vertigo, pandangan kabur, demam, myalgia, artralgia, nefritis interstisial, vaskulitis, rash, eosinofilia dan ANA positif dan terdapat kenaikan ESR. Overdosis/toksikologi: Pada overdosis akut, terjadi penurunan tekanan darah, bradikardia. Pada dosis terapeutik dapat terjadi hiperkalemia, terutama pada pasien insufisiensi renal dan anti inflamasi non steroied. Bila terjadi overdosis, dapat diberikan terapi suportif. Efek hipotensi biasanya terjadi saat obat diberikan intravena atau posisi Trendelenburg.

interaksi Dengan Obat Lain : Peningkatan efek/ Toksisitas : suplemen kalium, kotrimoksazole (dosis tinggi), antagonis reseptor angiotensin II (kandesartan, losartan, ibesartan, dll), diuretik hemat kalium (amilorid, spironolakton, triamterene) akan menaikkan kadar kalium bila dikombinasikan dengan lisinopril, efek inhibitor ACE mungkin meningkat dengan penggunaan fenotiazin atau probenesid (peningkatan kadar kaptopril), efek inhibitor ACE mungkin meningkatkan kadar/efek litium. Diuretik mempunyai potensi aditif dengan inhibitor ACE, hipovolemia meningkatkan potensi terjadinya efek samping pada ginjal dari inhibitor ACE. Pada pasien dengan kemampuan fungsi ginjal terbatas, pemberian anti inflamasi non steroid dapat mengakibatkan penurunan fungsi

ginjal. Penggunaan bersama alopurinol dan inhibitor ACE dapat mengakibatkan risiko terjadinya reaksi hipersensitifitas. Penurunan efek : aspirin dosis tinggi dapat mengurangi efek terapi inhibitor ACE. Pada dosis rendah, hal ini tidak muncul secara signifikan. Rifampisin mungkin dapat mengurangi efek inhibitor ACE. Antasid mungkin dapat menurunkan bioavailibilitas inhibitor ACE (lebih sering terjadi dibanding kaptopril). Pemberian diberi selang waktu selama 1-2 jam. Obat inflamasi non steroid khususnya indometasin dapat mengurangi efek hipotensi dari inhibitor ACE Inhibitor, lebih sering terjadi pada pasien dengan kadar renin yang rendah atau pasien hipertensi tergantung volume . Dengan Makanan : Hindari dong quai jika menggunakan anti hipertensi (karena mempunyai efek estrogen). Hindari efedra, yohimbe, ginseng (dapat memperparah hipertensi). Hindari bawang putih (dapat meningkatkan efek antihipertensi)

mekanisme kerja Pengukuran tekanan darah ( dianjurkan dilakukan secara berkala pada pasien yang sedang dirawat karena hipertensi, pasien tertentu mungkin dapat dilatih untuk mengukur tekanan darah sendiri di rumah dan melaporkan hasilnya secara teratur pada dokter). Determinasi jumlah leukosit, total dan diferensial (terutama dianjurkan pada awal terapi inhibitor ACE dan secara berkala sesudahnya. Dianjurkan setiap bulan untuk terapi 3 sampai 6 bulan pertama dan secara berkala setelahnya untuk jangka waktu sampai diatas 1 tahun pada pasien dengan peningkatan resiko terjadinya neutropenia, (misal pada gagal fungsi ginjal atau penyakit kolagen vaskular) atau menerima dosis tinggi, juga direkomendasikan pada gejala awal infeksi. Telah direkomendasikan menghentikan terapi dengan ACE inhibitor bila terjadi neutropenia/neutropil < 1x109/L. Determinasi fungsi renal (dianjurkan secara berkala, khususnya pada pasien dengan pengurangan volume natrium, sebagai akibat dari terapi dengan diuretik atau pada pasien gagal jantung kongestif. Penentuan protein urin ( terutama pada terapi awal dan secara berkala setelah penggunaan >1 tahun pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau pada pasien yang menerima dosis kaptopril > 150mg/hari, bila timbul peningkatan proteinuria, dianjurkan untuk mengevaluasi ulang pemberian inhibitor ACE.

bentuk sediaan Tablet 2,5 mg, 5 mg, 10 mg, 20 mg, 30 mg, dan 40 mg parameter monitoring

stabilitas penyimpanan

informasi pasien

You might also like