You are on page 1of 37

. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. Padi merupakan bahan makanan pokok bagi rakyat Indonesia.

sebagian masyarakat kita sumber makanannya dapat berasal dari jagung, sorghum dan sagu. Namun padi lebih popular, waluapun harga beras mencapai harga yang sangat tinggi (Rp 6000- sampai Rp 7000- perkilogram). Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Hama menimbulkan gangguan tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, tungau, vertebrata, moluska. Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman, disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan tingkat tinggi. Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim. Sehingga tidak heran kalau pada musim hujan dunia pertanian banyak disibukkan oleh masalah penyakit tanaman seperti penyakit kresek dan blas pada padi, antraknosa cabai dan sebagainya. Sementara pada musim kemarau banyak masalah hama penggerek batang padi, hama belalang kembara, serta thrips pada cabai. Pada dasarnya penyakit hanya dapat terjadi jika ketiga faktor yaitu patogen, inang dan lingkungan mendukung. Inang dalam keadaan rentan, pathogen bersifat virulen (daya infeksi tinggi) dan jumlah yang cukup, serta lingkungan yang mendukung. Lingkungan berupa komponen lingkungan fisik (suhu, kelembaban, cahaya) maupun biotik (musuh alami, organisme kompetitor). Dari konsep tersebut jelas sekali bahwa perubahan salah satu komponen akan berpengaruh terhadap intensitas penyakit yang muncul.

Siapa dan petani mana yang tak khawatir jika tanamannya diserang hama? Apalagi jika menjelang panen? Hampir semua petani di belahan dunia merasakan kekhawatiran dan menggunakan banyak cara untuk membunuh hama. Di Indonesia sendiri, penanganan hama tak luput dari perhatian pemerintah. Ini demi menyelamatkan sumber pangan yang sangat berpengaruh bagi kestabilan pangan rakyat.

Dalam sudut pandang konvensial, hama bisa diartikan organisme yang dapat mengakibatkan penurunan hasil produksi pertanian. Jadi, secara umum jika ada organisme apapun itu, yang mengakibatkan penurunan hasil produksi bisa disebut sebagai hama. Namun pada dasarnya, Hama adalah binatang yang bersifat pengganggu terhadap petumbuhan dan perkembangan tanaman. Contoh-contoh hama misalnya: tikus, wereng, burung pemakan biji-bijian, penggerek batang, tungro, blas, lembing batu dan keong mas. Selain hama, yang menjadi perhatian serius adalah gulma. Tanaman yang tumbuh di sekitar areal tanam/persawahan mengganggu karena menjadi pesaing tanaman padi dalam memanfaatkan unsur hara, air, dan ruang. Selain berebut tiga hal tersebut, gulma sendiri menjadi tempat hidup dan bernaung hama dan penyakit tanaman, serta menyumbat saluran air. Pada lahan yang terus menerus tergenang, gulma yang paling banyak dijumpai adalah gulma air (eceng, semanggi, jajagoan, jujuluk), sedangkan pada lahan yang tidak tergenang, sebagian besar adalah gulma darat (alang-alang, gerintingan, babadotan, dll.). B. Identifikasi dan Batasan Masalah. Ada beberapa masalah yang menjadi pengganggu dalam pembudidaan tanaman, terutama pada tanaman padi yang dapat membuat setiap petani didunia cemas akan tanaman yang ditanamnya, masalah yang sering dihadapi para petani antara lain adalah: 1. Hama pada padi 2. Penyakit pada padi 3. Gulma pada Padi

MACAM-MACAM ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN PADI A. Hama Pada Padi.

Beberapa golongan hama yang termaksud pengganggu tanaman padi, antara lain: 1. Penggerek Batang (stem borer). - Pengerek Batang Padi Putih(Tryporyza innotata) - Pengerek Batang Padi Kuning (Scirpopaga incertulas) - Pengerek Batang Padi Merah Jambu (Sesamia inferen) - Pengerek Batang Padi Bergaris ( Chilo supressalis) - Pengerek Batang Padi Berkepala Hitam (Chilo polychrysus) - Pengerek Batang Padi Mata Bertungkai (Diopsis macropthalma). 2. Hama Wereng padi (rice planthopper) - Wereng coklat (Nilaparvata lugens) - Wereng hijau (Nephotettix sp) - Wereng punggung putih (Sogatella furcifera) - Wereng loreng (Ricilia dorsalis). 3. Hama Kepinding tanah (black bug). 4. Hama Walang sangit (rice bug). 5. Hama Ganjur (gall midge). 6. Hama putih (caseworm). 7. Hama putih palsu (leaffolder). 8. Ulat padi (rice caterpillar) Ulat tanduk hijau (green horned caterpillar) Ulat jengkal-palsu hijau (green semilooper) Ulat tanah (Agrotis ipsilon)

Ulat grayak (Spodopera mauritia)

9. Orong-orong (mole cricket)/Anjing tanah (Gryllotalpa hirsute). 10. Lalat bibit (rice whorl maggot). 11. Kepik hijau (Nezara viridula) 12. Beberapa Serangga Hama Lainnya Yang Sering Dijumpai. - Tikus Sawah - Burung - Babi B. Penyakit pada padi. Beberapa golongan penyakit yang menjadi pengganggu tanaman padi, antara lain: 1. Penyakit Bakteri - Pseudomonas Oryzae atau Kresek (Xanthomonas Oryzae) 2. Penyakit Cendawan - Hangus palsu (ustilaginoidea virens) - Bercak pelepah daun (Rhizoctonia solain) - Bercak garis (Xanthomonas oryzicola) - Bercak coklat sempit (Cercospora oryzae) - Bercak coklat (Helminthosporium oryzae) - Bercak belah ketupat (Pyricularia oryzae) 3. Penyakit Virus yang Menyerang Tanaman Padi

- Virus kerdil rumput - Virus kerdil hampa - Penyakit Goresan - Hoja Blanca - Virus Tungro Padi 4. Penyakit Nematoda - mentek 5. Penyakit Sebagai Akibat Kekurangan Zat Mineral - Kekurangan Zat N - Kekurangan Zat Pospat - Kekurangan Zat Kalium C. Gulma padi Beberapa golongan Gulma yang menjadi pengganggu tanaman padi, antara lain: 1. Golongan rumput-rumputan : - Echinochloa crusgalle (L) Beaur. - Echinochloa colorium (L) Link. - Dactiloctenium aegyptum - Digitaria ciliaris RETZ. - Echinochloa colona L.

- Eleusine indica (L) Gaertn. - Paspolom distichum L. 2. Golongan teki : - Fimbristylis litolaris Gand. - Cyperus iria L. - Cyperus diformis L. - Cyperus rotundus L. - Fimbristylis miliaciae (littoralis) (L) Vahl. - Scirpus maritimus L. 3. Golongan gulma berdaun lebar : - Monochoria vaginalis (Burm. F.) Presl. - Marcilea crenata. - Commelina benghalensis L - Portulaca orelacea L. - Sphenolea zeylanica Gaertn.

PENGENDALIAN ORGANISMES PENGGANGGU TANAMAN PADI

A.

Hama Padi Ada beberapa jenis hama yang menyerang dan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi. Selain itu, ada juga hama yang menjadikan padi sebagai tanaman inangnya.Berikut beberapa contoh hama yang menyerang tanaman padi: 1. Penggerek batang padi Penggerek batang padi merupakan hama penting karena secara nyata merusak malai sehingga mengurangi jumlah malai yang dapat dipanen atau dalam fase vegetatif mereka mematikan titik tumbuh sehingga mengurangi jumlah anakan. Populasi penggerek batang padi biasanya meningkat menjelang berakhirnya musim hujan. Terdapat kempat spesies penggerek batang padi,yaitu Pengerek Batang Padi Putih(Tryporyza innotata), Pengerek Batang Padi Kuning (Scirpopaga incertulas), Pengerek Batang Padi Merah Jambu (Sesamia inferen), tiga dari jenis penggerek batang ini tergolong kedalam famili Pyralidae dan Pengerek Batang Padi Bergaris ( Chilo supressalis) tergolong famili Noctuidae. Keempat jenis penggerek batang padi ini mempunyai cara hidup yang hampir sama dan gejala kerusakan yang ditimbulkan juga persis sama. Gejala yang ditimbulkan : Kerusakan yang timbul tergantung pada fase pertumbuhan tanaman. Kalau serangan terjadi pada fase vegetatif maka daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuhnya dimakan. Pucuk yang mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut. Gejala ini disebut sebagai sundep. Kalau serangan terjadi pada fase generatif, maka malai akan mati karena pangkalnya dikerat oleh larva. Malai yang mati akan tetap tegak, berwarna abu-abu putih dan bulirnya hampa. Malai ini mudah dicabut dan pada pangkalnya terdapat bekas gigitan larva. Gejala pada tahap ini disebut beluk.

Pengendalian :

1. Secara kultur teknis. a. menanam varietas yang cepat dewasa. b. Menanam serempak,selisis waktu tanam jangan melewati 3-4 minggu,yaitu waktu tersingkat dalam satu generasi penggerek batang. c. Membuang bibit padi yang mengandung telur penggerek sebelum penanaman. 2. Penggunaan varietas tahan. Terdapat varietas tahan yang menunjukkan ketahanan sedang terhadap serangan penggerek batang. Varietas yang beranak banyak dapat mengkompensasi terjadinya sundep kalau serangan terjadi pada masa pembentukan anakan dibandingkan dengan varietas yang beranakan sedikit. 3. Secara hayati. Dengan menggunakan musuh-musuh alami yang dapat menekan pertumbuhan gulma. Tabuhan-tabuhan famili Trichogrammatidae, Scelionidae, dan Eulophidae dapat bertindak sebagai parasitoid. 4. Secara kimia. Dengan menggukan insektisida, namun penggerek batang padi juga sulit dikendalikan dengan menggunakan ini. 2. Hama wereng. Pada tanaman padi terdapat empat jenis wereng yaitu Wereng coklat (Nilaparvata lugens), Wereng hijau (Nephotettix sp), Wereng punggung putih (Sogatella furcifera), Wereng loreng (Ricilia dorsalis). Wereng coklat dan wereng punggung putih dikenal sebagai wereng batang (plant hopper) yang tergolong famili Delphacidea, sedangkan wereng hijau dan wereng loreng dikenal sebagai wereng daun (leaf hopper) yang tergolong famili Jassidae atau Cicadellidae. Di antara keempat jenis wereng tersebut yang sering menimbulkan masalpada tanaman padi adalah wereng coklat dan wereng hijau. Wereng

coklat dapat menyebabkan tanaman padi mati kekeringan dan tampak seperti terbakar atau puso serta dapat menularkan beberapa jenis penyakit Virus. Sedangkan wereng hijau walaupun kerusakan langgung yang disebabkannya tidak begitu nyata, tetapi dapat menularkan penyakit Virus tungro. Status hama dan penyebarannya : Wereng coklat menjadi hama penting sejak diintroduksikannya varietas unggul baru sekitar tahun 1970-an. Wereng coklat dilaporkan menimbulkan kerusakan berat diberbagai propinsi di Indonesia. Selain di Indonesia, wereng coklat juga ditemukan di Negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Asia Timur, Asia selatan, dan Kepulauan Pasifik. Sedangkan pada wereng hijau kerusakan yang ditimbulkan tidak begitunya. Wereng hijau tersebar luas di Negara-negara India seperti Pakistan, Birma, Asia Tenggara, dan Papua New Guinea. Gejala yang ditimbulkan : Wereng coklat dapat menyerang tanaman padi mulai dari persemaian sampai waktu panen. Nimfa dan imago menghisap cairan tanaman pada bagian pangkalbatang padi. Gejala kerusakan yang terlihat pada tanaman berupa kelayuan dan mengeringnya daun, mulai dari daun tua kemudian meluas dengan cepat keseluruh bagian tanaman,sehingga akhirnya tanaman mati. Selain kerusakan langsung, wereng coklat juga dapat menyebabkan kerusakan tidak langsung yaitu dengan menularkannya penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa. Sedangkan kerusakan yang ditimbulkan wereng hijau yaitu matinya bagian tanaman yang diserang, atau kalau serangan berat dapat juga menyebabkan puso.

Pengendalian : 1. Pengaturan pola tanam.

a. Penanaman serempak Yaitu untuk mencegah terjadinya tumpang tindih populasi antar generasi kerena siklus hidup wereng coklat dapat terputus pada saat pengolahan tanah dan juga dapat memudahkan pengamatan populasi sehingga dapat ditentukan waktu yang tepat untuk aplikasi insektisida. b. Pergiliran tanaman yaitu untuk memutuskan siklus hidup wereng coklat yang dapat dilakukan dengan menanam satu kali tanaman non-padi,atau sawah dibiarkan bera satu sampai dua bulan setiap tahun. c. Menanam varietas tahan secara bergiliran Dengan terjadinya pematahan sifat ketahanan suatu varietas tahan oleh wereng coklat, maka dalam pemakain varietas tahan perlu dilakukan pergiliran penanaman varietas-varietas tahan tersebut. 2. Eradikasi tanaman terserang. Apabila serangan wereng sudah cukup berat sehingga tidak mungkin dapat dipanen, maka perlu dilakukan eradikasi tanaman terserang agar tidak menjadi sumber serangan bagi tanaman lain. 3. Pengendalian hayati. Pengendalian secara hayati yang dilakukan oleh musuh-musuh alami wereng coklat. Di antara musuh alami yang paling efektif mengendalikan populasi wereng coklat adalah laba-laba predator Lycosa pseudoannulata. Predator lain yang juga dianggap sebagai musuh alami wereng coklat adalah kepik Microvelia Douglasi dan Cyrtorhinus lividipennis, kumbang Paederus fuscipes,Ophionea nigrofasciata, dan Synarmonia octomaculata, dan juga terdapat parasit telur dan juga jamur.

4. Pengendalian Kimia. Pengendalian kimia dilakukan apabila cara-cara lain tidak mungkin lagi dan populasi wereng sudah berada di atas ambang ekonomi. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikian rupa sehingga efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan. Insektisida yang sering digunakan adalah Aplaud 10 WP, 400 FW, Bassa 50 EC, Baycarb 500 EC, 500 ULV, Dharmabas 500 EC,50 WP, Furadan 3G. 3. Kepinding Tanah Kepinding tanah tergolong dalam famili Pertatomidae, ordo Hemiptera. Tiga jenis kepinding tanah yang penting di Asia adalah scotinophara vermiculata, scotinophara coarctata, dan scotinophara lurida. Imago berwarna coklat gelap dengan pajang tubuh 710mm, imago betina mampu meletakkan telur sebanyak 200 butir, lama hidup imago dapat mencapai 7 bulan. Telur berwarna merah jambu kehijuan dan diletakkan dalam barisanbarisan paralel, bentuk telur seperti tong kecil. Nimfa berwarna coklat kuning dengan bintik-bintik hitam. Status Hama dan Penyebarannya : Hama ini dapat menyebabkan kehilangan hasil yang cukup tinggi. Bila populasi tinggi, maka dapat menyebabkan tanaman menjadi puso. Serangan yang di timbulkan pada tanaman tua tidak seberat dengan serangan yang ditimbulkan pada tanaman muda atau persemaian. Daerah penyebaran ketiga jenis kepiding tanah yaitu terdapat pada Sri Langka, Pakistan, Asia Tenggara, Jepang, dan cina, jenis kepinding tanahnya adalah S. lurida, daerah India, Pakistan dan Asia Tenggara jenis kepinding tanahnya adalah S. coarctata, dan pada daerah Indonesia jenis kepinding tanahnya adalah S. vermiculata.

Gejala yang ditimbulkan :

Nimfa dan imago menghisap cairan tanaman pada pelepah daun. Hal ini menyebabkan daun berubah warna menjadi coklat kemerahan atau kuning. Bila serangan terjadi pada fase pembentukan anakan maka tanaman padi menjadi kerdil dan anakannya sedikit. Serangan pada fase generatif menyebabkan malai kerdil, malai tidak lengkap, atau bulir hampa. Kalau populasi sangat tinggi maka serangan kepinding tanah dapat mematikan seluruh tanaman pada suatu areal sehingga tampak seperti puso. Pengendalian : 1. Secara kultur teknis. Dapat dilakukan dengan membersihkan gulma-gulma di sawah sehingga sinar matahari dapat masuk kepangkal batang. Dapat juga dengan menanam varietas yang berumur singkat untuk mencegah meningkatnya populasi kepinding tanah didaerah tersebut. Selain itu pengendalian dapat juga dilakukan dengan meninggikan permukaan air sawah, yang kemudian ditaburi campuran serbuk gegaji, dan minyak tanah (seperempat liter minyak tanah untuk 100 meter persegi). 2. Secara hayati. Yaitu dengan menggunakan musuh-musuh alami seperti Tabuhan Telenomus triptus, dan Microphanurus artabazus, ini dapat memarasit 40-70% telur. Selain itu kumbang predator Pterostichus microcephalus, Anchomenus dainio, Chlaenius pallipes, dapat memangsa nimfa. Kata dan itik juga sering memakan kepinding tanah. Jamur patogen seperti Metarrhizium anisopliae dan Oospora destructor dapat juga menginfeksi serangga ini bila kelembapan lingkungan sesuai dengan perkembangannya. 3. Secara kimia. Sampai saat ini secara kimia belum ditemukan.

4. Walang sangit.

Walang sangit, leptocorisa acuta tergolong famili Alydidae, ordo Hemiptera. Bila diganggu walang sangit akan meloncat dan terbang sambil mengeluarkan bau. Tubuh imago ramping dengan antenna dan tungkang yang relative panjang. Warna tubuh kuning kecoklatan dan panjangnya berkisar 15-30. setiap imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 200-300 butir selama hidupnya 2-3 bulan. Telur berbentuk seperti cakram, berwarna merah coklat gelap, dan diletakkan secara berkelompok. Nimfa berwarna hijau kekuningan dan hidup bergerombol. Stadium nimfa 17-27 hari dan terdiri dari 5 instar. Status Hama dan Penyebarannya : Kehilang hasil akibat walang sangit biasanya tidak begitu besar karena mereka hanya menyerang selama fase masak susu. Walang sangit dapat merusak padi sawah dan padi gogo. Factor-faktor yang mendukung peningkatan populasi walang sangit adalah terdapatnya hutan didekat partanaman padi, populasi gulma disekitar sawah cukup tinggi, dan penanam yang tidak serempak di suatu hamparan sawah. Daerah penyebaran walang sangit adalah Asia Tenggara, kepulauan Fiji, Australian, Sri Langka, India, Jepang, Cina, dan Pakistan. Gejala Serangan : Nimfa dan imago menghisap bulir padi pada fase masak susu, dan juga dapat mengisap cairan batang padi. Walang sangit tidak melubangi bulir padi pada waktu menghisap, tetapi menusuk melalui rongga diantara lemma dan palae. Hilangnya cairan biji menyebabkan biji padi menjadi mengecil tetapi jarang menjadi hampa karena mereka tidak dapat mengosongkan seluruh isi biji yang sedang tumbuh. Pengendalian : 1. Kultur tehnis. Melakukan penanaman serempak pada suatu daerah yang luas sehingga koloni walang sangit tidak terkonsentrasi di suatu tempat. Dengan demikian kerusakan yang berat

dapat dihindarkan. Selain itu tersedianya makanan yang cocok untuk walang sangit akan berlalu dengan cepat, sehingga walang sangit tidak sempat berkembang. 2. Secar hayati. Yaitu dengan menggunakan musuh-musuh alami yang ada disekitar persawahan. Tabuhan parasit seperti Hadronotus leptocorisae dan Doencyrtus malayensis dapat memarasit telur walang sangit. Belalang predatordan laba-laba dapat memangsa imago, sedangkan jamur dapat menginfeksi nimfa dan imago. 3. Secara kimia. Pengendalian kimia dilakukan dengan menggunakan insektisida yang dianjurkan dan diaplikasikan berdasarkan pada hasil pengamatan. Adapun bahan kimia yang di gunakan adalah Bassa 50EG, Dharmabas 500EC, Dharmacin 50WP, Dharmafur 3G, Marshal 200EC, Mipcin 50WP, Unden 50WP, Kilto 50EC. 5. Hama Putih. Hama putih, Nymphula depunctalis, tergolong dalam famili pyralidae, ordo Lepidoptera. Larva serangga ini bersifat akuatik dan hidup didalam tabung berisi air yang terbuat dari potongan daun. Imago berbentuk ngegat yang berwarna putih terang dengan dua buah titik hitam dan bercak-bercak kecoklatan pada sayap depannya. Telur berbentuk cakram. Telur diletakkan dalam barisan-barisan dipermukaan bawah daun yang mengambang di air. Telur akan merubah warna menjadi kuning gelap kalau akan menetas. Larva yang baru menetas berukuran panjang 1,2 mm dan memakan permukaan bawah daun. Pupa terbentuk didalam tabung larva. Pupa berwarna kuning muda dengan panjang 5-7 mm. Lama stadium pupa 4-7 hari. Status Hama dan Penyebarannya : Hama putih hanya penting pada awal fase vegetatif sejak dipersemaian sampai tanaman padi berumur kira-kira satu bulan. Hama ini hanya terdapat pada sawah-sawah yang selalu tergenang dan populasi meningkat cepat pada musim hujan. Serangan hama

putih bersifat setempat-setempat dan larva yang terdapat didalam tabung mudah dipindahkan oleh air irigasi yang mengalir. Daerah penyebaran hama putih adalah Asia Tenggara, India, Cina, Jepang, Afrika, Amerika Selatan dan Australia bagian utara. Gejala serangan : Larva hama putih menyerang padi sejak dipersemaian (kalau persemaian digenangi) sampai terbentuknya anakan maksimum. Larva memakan jaringan mesofil daun dari permukaan bawah daun dan meninggalkan epidermis permukaan atas sehingga tampak garis-garis memenjang yang berwarna keputih-putihan pada daun. Selain gejala tersebut, akan terlihat banyak daun-daun yang tidak berujung. Hal ini disebabkan karena ujung daun dipotong oleh larva untuk dijadikan tabung tempat mereka hidup. Pengendalian : 1. Secara kultur teknis. Membuat bedengan persemaian yang tidak digenangi air dapat mencagah infestasi awal oleh hama putih, sedang mengeringkan sawah selama beberapa hari dapat membunuh larva. Selain itu dengan menanam bibit yang lebih tua maka akan mempersingkat periode tanaman yang rentan terhadap hama putih. 2. Secara hayati. Yaitu dengan menggunakan musuh-musuh alami yang ada disekitar persawahan, seperti tabuhan parasit dari famili braconidaeyang dapat memarasit larva. Kumbang Hydrophilidae dan Dytiscidae dapat memangsa larva, serta laba-laba dapat memangsa imago. Selain itu juga terdapat lalat predator Tabanus sp, dan semut Solenopsis geminata yang dapat memangsa larva dan pupa. bagian

3. Secara kimia. Larva sangat rentan terhadap insektisida sehingga relative mudah dikendalikan dengan insektisida, baik dalam formulasi semprot maupun butiran. Adapu bahan kimia yang digunakan adalah Kilto 50EC, Marshal 200EC, Tomafur 3G. 6. Ulat Grayak. Sebelum disebut ulat grayak, hama ini disebut ulat tentara, karena kalau akan menyerang tanaman mereka datang secara bergerombol. Ulat grayak menyerang tanaman pada malam hari. Banya ulat grayak yang menyerang padi, tetapi yang paling umum terdapat tiga jenis yaitu: Mythimma separa, Spodoptera mauritia, Spodoptera litura. Ketiga jenis serangga ini tergolong dalam famili Noctuidae, ordom Lepidoptera. Imago M. separata berwarna merah coklat pucat. Imago S. mauritia berwarna coklat gelap. Imago S. litura berwarna coklat lembayung gelap. Imago betina mampu meletakkan telur sampai sekitar 800-1000 butir. Lama hidup imago kurang lebih 7 hari.telur ulat grayak berbentuk bulat dan diletakkan dalam kelompok-kelompok. Telur-telur M. separata diletakkan di antara pangkal seludang daun dan batang serta tidak ditutupi oleh rambut-rambut. Telur S. mauritia dan S. litura diletakkan pada helaian daun dan ditutupi oleh rambut-rambut. Larva M. separate mempunyai warna yang bervariasi dari hijau sampai merah jambu. Larva S. maurita bewarna hijau gelap dengan kepala yang berwarna coklat terang berbelang-belang. Tubuh larva S. litura berwarna abu-abu sampai hijau kehitaman. Pupa terdapat di pangkal batang (untuk padi gogo) atau pada batang-batang padi (untuk padi sawah) atau didaerah rumput-rumputan sepanjang tepi sawah. Status Hama dan Penyebarannya : Populasi ulat grayak biasanya bersifat local dan peranan musuh alami cukup berarti dalam menekan populasi dibawah ambang ekonomi, walaupun kadang-kadang mengalami eksplosi. Ulat grayak dapat dijumpai diseluruh lingkungan pertanaman padi, tetapi pada sawah-sawah beririgasi biasanya mereka tidak begitu menimbulkan permasalah yang berarti. Populasi biasanya meningkat pada musim hujan kerena mereka mudah mencari inang arternatif yaitu gulma rumput-rumputan. Daerah penyebaran ulat grayak adalah

Australia, India, Indonesia, Malaysia, Pakistan, Filipina, Sri Langka, Thailand, New Zealand, dan Kepulauan Pasifik. Gejala Serangan : Larva-larva muda ulat grayak hanya memakan daun, mulai dari ujung sampai sepanjang tepi daun. Larva yang lebih tua dapat memakan tulang-tulang daundan mengkonsumsi lebih banyak dibandingkan dengan larva yang lebih muda. Akan tetapi larva juga kadang-kadang memotong pangkal batang semaian padi dan malai. Larva menjadi lebih aktif pada musim hujan dari pada musim kemarua. Pengendalian : 1. Secara kultur teknis. Pembuatan bedengan persemaian agak jauh dari gulma-gulma, sehingga dapat mencegah ulat grayak pindah dari gulma-gulma tersebut. Cara lain adalah memberantas semua gulma di sawah dan membajak seluruh daerah yang akan di tanami. 2. Secara pengendalian hayati. Yaitu dengan menggunakan musuh-musuh alami yang mempunyai peranan penting dalam menekan populasi ulat grayak sehingga tetap dibawah ambang ekonami. Ada beberapa jenis tabuhan parasit diketahui dapat mengendalikan populasi ulat grayak yaitu Telenomus sp, dan Trichomma sp, yang merupakan perasit telur. Sedangkan Cotesia sp, Brachymeria sp, dan Palexorista lucagus merupakan perasit larva. Musuh alami lain adalah semut yang mengsa larva serta laba-lab yang memangsa imago. Sedangkan pathogen yang dapat menyerang ulat grayak adalah Polyhedrosis virus.

7. Tikus sawah. Tikus sawah, Rattus argentiventer, tergolong famili Muridae, ordo Rodentia, Klas mamalia. Tikus sawh dapat menyerang berbagai jenis tanaman pada berbagai fase pertumbuhan. Tikus sawah dapat disebabkan dari spesies tikus lainnya karena ekornya yang relative pendek, hanya kira-kira sepanjang tubuhnya. Tikus ini lebih menyukai hidup di sawah-sawah yang berpengairan dan bersarang dengan membuat lubang di dalam tanah. Mereka mulai bermigrasi ke sawah-sawah pada saat tanaman padio membentuk malai. Kemudian mereka membuat terowongan-terowongan di pematangan sawah dan mulai berkembang biak. Potensi perkembang biak sangat tergantung pada makanan yang tersedia. Tikus aktif menyerang tanaman padi pada waktu malam, sedangkan pada siang hari mereka bersembunyi di dalam lubang-lubang atau di semak-semak. Status Hama dan Penyebarannya : Tikus merupakan hama padi yang cukup penting. Kehilangan hasil akibat serangan tikus di Asia Tenggara diperkirakan antara berkisar antara 5-60%. Populasi tikus cepat meningkat kalau masa penen mengalami perpanjangan karena tidak serentaknya waktu tanam, atau umur varietas yang ditanam tidak sama. Selain itu banyaknya gulmadi pematangan-pematangan sawah dapat menjadi pelindung tikus untuk bersembunyi. Tikus merupakan salah satu hama yang sulit dikendalikan karena mempunyai daya adaptasi, mobilitas, dan kemampuan berkembang biak yang tinggi. Tikus sawah tersebar luas di Negara-negara di Asia Tenggra. Gejala Serangan : Tikus dapat menyerang tanaman padi pada berbagai fase pertanaman padi. Pada fase vegetatif mereka akan memutuskan batang-batang padi sehingga tampak berserakan. Kerusakan akibat serangan tikus bersifat khas, yaitu di tengah-tengah petakan sawah tampak gundul, sedangkan bagian tepi biasanya tidak diserang. Pada fase generatif tikus -tikus akan memakan malai yang terbentukdan bulir-bulir padi yang mulai menguning, sehingga dapat menyebabkan kehilangan hasil secara langsung. Serangan tikus lebih berat pada musim hujan dari pada musim kemarau.

Pengendalian : 1. Secara kultur teknis a. Membersihkan gulma-gulma dari pematang sawah dan disekitar sawah. Sawah yang bersih dari gulma tidak dijadikan tempat berlindung tikus. b. Membuang gundukan jerami setelah panen, kerena gundukan ini dapat dimamfaatkan tikus untuk membuat lubang yang tersembunyi sehingga mereka dapat berkembang biak. c. Menanam serempak, sehingga pada saat-saat tertentu tidak ada tanaman padi disawah. Hal ini dapat memutuskan siklus hidup tikus. d. Mengecilkan ukuran pematangan sawah, sehingga tikus tidak dapat membuat sarang. 2. Secara mekanik dan hayati. Pengendalian ini dilakukan dengan pembongkaran sarang-sarang tikus, cara ini disebut juga dengan gropyokan. Bisanya gropyokan dikombinasikan dengan pengendalian hayati. Pada saat dilakukan gropyokan dibawa juga hewan-hewan predator seperti anjing dan kucing, sehingga tikus yang lari kerena sarangnya dirusak dapat dikejar oleh hewan tersebut atau dipukul. 3. Secara kimia. Yaitu dilakukan dengan pengemposan dan pengumpanan. Pengemposan dilakukan dengan memasukan gas-gas beracun kedalam liang tikus. Biasanya digunakan belerang yang dibakar diatas sabut kelapa, kemudian dihembuskan kedalam lubang oleh alat emposan, Sedangkan pengumpanan dilakukan dengan memberikan racun pada bahan makanan yang digunakan sebagai umpan baik itu beras ataupun umbi-umbian. Racun terbagi dua racun akut (membunuh dengan segera) dan racun khonis (tidak membunuh dengan segera). Racun yang sering digunakan adalah khronis yaitu Klerat RMB. 8. Hama Burung.

Terdapat beberapa jenis burung yang dapat menjadi hama padi tahap pematangan bulir. Burung-burung tersebut adalah: 1. Pipit, Lonchura leucogastroides. 2. Bondol uban, Lonchura ferruginosa. 3. Bondol hitam, Lonchura maja leucocephala. 4. Peking, Lonchura punctata punctata. 5. Manyar padi, Ploceus manyar manyar. 6. Gelatik, Padda oryzivora oryzivora. 7. Betet, Psittacula alexandri alexandri. Di antara jenis-jenis burung tersebut, yang paling umum terdapat disawah adalah pipit, peking, dan bondol. Mereka akan berpindah-pindah dari satu sawah ke sawa lainnya mencari bulir padi yang masak. Kalau waktu panen lebih lama karena adanya perbedaan waktu tanam, maka populasi burung-burung ini akan meningkat dengan cepat. Gejala serangan : Burung-burung hama padi memakan langsung bulir padi yang sedang menguning sehingga menyebabkan terjadinya kehilangan hasil secara langsung. Di antara burungburung ini, bondol hitam dan bondol uban memegang peranan yang lebih penting. Kedua burung ibi dapat menyebabkan patahnya malai karena sering hinggap secara bersama-sama pada malai tersebut. Pengendalian : Pengendalian burung-burung hama padi ini dapat dilakukan dengan penanaman serempak menggunakan varietas yang berumur relative sama, sehingga periode tersebut dapat dipersingkat dan populasi burung dapat ditekan. Cara lain yang dapat dilakukan adalah menjaring kawanan burung atau merusak sarangnya setiap kali ditemukan. Membuat orang-orangan sawah atau menggoyang-goyang kaleng kosong hanya mengusir untuk sementara waktu, dan dapat juga dilakukan dengan menggantungkan caset-caset bekas untuk menghalau burung memakan padi sehingga dapat membuat keadaan disekitar

persawahan seolah ada orang yang dapat memberikan pantulan sinar matahari mengenai kaset yang menyilaukan, tetapi tidak menurunkan populasi burung tersebut sehingga tidak efektif. B. Penyakit Padi. Penyakit-penyakit yang umum pada tanaman padi dapat dikelompokkan menurut organisme penyebabnya yaitu, cendawan, bakteri, virus, nematode atau cacing, dan ada juga satu kelompok yang disebut penyakit fisiologis yang disebabkan oleh kekurangan unsure hara seperti kekurangan N, P dan K. 1. Penyakit Bakteri Kresek (Xanthomonas campestri pv. Oryzae (X. oryzae). Hingga saat ini di Indonesia penyakit kresek tidak banyak merisaukan petani. Penyerangannya masih sangat terbatas. Cuaca yang sangat basah (lembap) merupakan pendorong bagi keganasan bakteri ini. Di luar negeri penyakit ini disebut Bakterial leaf blight. Penyebab : Bakteri Xanthomonas campestri pv. Oryzae (X. oryzae). Bakteri ini dapat masuk kejaringan tanaman melalui hidatoda pada tepi daun, luka pada daun, atau akar yang putus. Sumber penularan bakteri ini adalah benih, jerami, tunggul, atau anakan yang terinfeksi, dan gulma yang menjadi inang. Penyebarannya dilakukan oleh angina yang kencang, embun air hujan,dan air irigasi. Pada awal pagi hari terdapat lendir yang kemudian mengeras menjadi butiran kecil pada permukaan daun yang terimfeksi. Permukaan daun yang lembab melarutkan butiran-butiran tersebut sehingga sel-sel bakteri dapat menyebar dengan bebas. Gejalanya : Infeksi pertama tampak sebagai garis-garis antartulang daun berwarna hijau tua, mengandung air, dan tembus cahaya. Garis-garisnya dapat membesar dan membentuk lepuh yang panjang. Tetasan berwarna kehitam-hitaman (warna amber) keluar dari lepuh-

lepuh tersebut. Tetesan ini penuh dengan bakteri dan dapat mengering. Seluruh daun dapat dihinggapinya, warnanya berubah menjadi hijau pucat bercampur kelabu. Infeksi dapat menjalar terus kearah titik tumbuh. Bilamana titik tumbuh sudah dirusak, maka seluruh rumpun padi dapat mengering. Tunas yang sakit menguning atau hijau kekuning-kuningan dan akhirnya mongering. Pengendalian : Menanam varietas yang tahan seperti IR 38, Dewi Ratih, dan lain-lain. Gunakan benih dari tanaman yang sehat. Hindari penggunaan pupuk N secara berlebihan. Cegah kerusakan pada bibit waktu pemindahan. Bersihkan singgang dan gulma yang mungkin menjadi inang alternatif di antara musim tanam. 2. Bercak Belah Ketupat (Pyricularia oryzae). Pyricularia di jepang merupakan penyakit yang sangat ditakuti. Setiap stadium pertanaman padi dapat diserang. Cuaca yang lembab, bahkan yang sangat kering dapat merangsang infeksi. Sebaliknya tanah yang cukup lembab, akibat adanya irigasi dapat menahan penularan. Padi huma mudah diserang bila cuaca cukup kering. Penyebabnya : Cendawan Pyricularia oryzae, konidianya berbentuk seperti buahalpokat dan bersel tiga, konidia ini dibentuk pada ujun suatu tangkai dan umumnya dilepaskan pada malam hari sata ada embun atau angin. Cendawan ini berkembang biak bila jarak tanam rapat sehingga kelembaban tinggi dan tanaman dipupuk nitrogen secara berlebihan. Penyebaran konidia cendawan ini dapat terjadi melalui benih dan angina. Sisa tanaman di lapang dan inang lain terutama jenis padi-padian (famili graminae) yang terimfeksi dapat menjadi sumber penularan bagi pertanman padi berikutnya. Gejala : Pada daun dan pelepah daun terdapat bercak-bercak belah ketupat. Pusat bercak terdapat bercak-barcak belah ketupat. Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan

dengan pinggiran berwarna coklat. Ukuran dan warna bercak ini dapat bervariasi tergantung pada kondisi linglungan, umur bercak, dan kerentanan tanaman. Bila penyakit terjadi pada tanman yang rentan dan kondisi lingkungannya lembap, maka bercak dapat meluas dan bersatu sehingga dapat mengakibatkan rusaknya sebagian besar daun. Tangkai malai dapat membusuk dan patah, sehingga penyakit ini disebut pula busuk leher. Bila infeksi ini terjadi kehampaan pada bulir. Batangpun dapat terimfeksi akibat penularran dari pelepah daun, sehingga batang membusuk dan mudah rebah. Pengendalian : Dengan menanam varietas yang tahan seperti Sentani, Tondano, Singkarak, Kelara, IR 48. Pupuk yang seimbang, dan menghidari pemupukan Nitrogen yang berlebihan. Jarak tanam jangan terlalu rapat sehingga kelembapan dalam pertunaman tidak terlalu tinggi. Sanitasi lapangan, dengan cara memusnahkan sisa tanaman dan inang lain yang berpenyakit. Gunakan benih yang bebas penyakit. Jika perlu semprot dengan fungisida seperti Benlate T20/20 WP, Delsene MX 200, Fongorene 50 WP, Kasumiron 25/1 WP, Kasumin 20 AS. 3. Bercak coklat (Helminthosporium oryzae). Penyakit Bercak coklat Helminthosporium telah lama dikenal petani Indonesia. Padi cere (tidak berbulu) banyak yang peka terhadap penyakit ini. Pada tahun 1938 pernah dianjurkan untuk menanam padi yang berasal dari India. Namanya Telakacheri. Oleh kerena hasilnya pada waktu itu istimewa tingginya, oleh rakyat daerah cirebon diberi nama si Untung. Namun si Untung tidak beruntung untuk menghadapi penyakit si Totol. Daundan gabahnya diserang. Tampak adanya bercak-bercak sawo matang kehitamhitamandan tampak mengerikan. Untunglah berasnya tidak mengalami perubahan kualitas. Oleh karena gejala totol tersebut, maka penyakit yang namanya Bercak coklat Helminthosporium oryzae itu oleh rakyat dengan spontan diganti dengan nama daerah si Totol. Penyebabnya :

Cendawan Helminthosporium oryzae atau Drechslera oryzae (Cochliobolus miyabeanus). Konidia H. oryzae berwarna coklat, berbentuk silindris, agak melengkung,dan bagian tengahnya agak melebar. Konidia ini dibentuk pada tangkai sederhana yang tumbuh pada bercak. Konidia ini dapat disebarkan oleh angina dan dapat terbawa benih. Sisa tanaman di lapang dan beberapa jenis gulma seperti Leersia sp, Cynodon sp, dan Digitaria sp, yang terrinfeksi dapat menjadi sumber penularan. Gejalanya: Bercak terutama pada daun, tetapi dapat pula terjadi pada tangkai malai, bulir, dan batang. Bercak muda bebentuk bulat kecil, berwarna coklat gelap. Bercak yang sudah tua berukuran lebih besar, bewarna coklat dengan pusat kelabu. Kebanyakan bercak mempunyai warna kuning disekililingnya. Pengendalian : Dengan menanam varietas yang tahan seperti Asahan, Citarun, Serayu, dan lainlainnya. Menggunakan benih yang sehat atau memberi perlakuan fungisida atau air panas pada benih. Memberikan pupu yang seimbang terutama pupuk K yang cukup. Sanitasi lapangan. Pengolahan tanah yang cukup, pengairan dan drainase yang baik sehingga akar tumbuh dengan baik. Dapat jagu dilakukan dengan menggunakan penyemprotan fungisida yang diberikan pada masa anakan maksimum. 4. Hangus palsu (ustilaginoidea virens). Penyebabnya : Sebagai penyebab penyakit ini adalah cendawa ustilaginoidea virens. Cendawan ini terutama merusak pada kondisi yang lembap, banyak hujan, mendung pada masa pembungaan, dan tanaman yang dipupuk N dengan dosis tinggi. Infeksi terjadi persis sebelum pengisian bulir. Penularan terjadi lewat udara.

Gejala : Bulir-bulir padi berubah menjadi gumpalan spora yang berukuran sampai 1cm. gumpalan spora tersebut mula-mula berwarna kuning sampai oranye, kemudian menjadi hijau gelap. Pengendalian : Pengendalian penyakit ini biasanya tidak diperlukan kerena luas dan intensitas serangannya umumnya rendah. Cara yang masih bisa dilakukan adalah penggunaan varietas yang tahan. 5. Kerdil hampa. Ada dua jenis penyakit kerdil yang mempunyai cirri-ciri khas yaitu buku-buku batang padi sangat pendek pertumbuhannya. Akibatnya rupun padi tampak kerdil, dibawah ukuran normal. Giri khas lainnya ialah, rumpun yang dihinggapi virus tadi membentul banyak anak, namun kecil-kecil, sehingga tampak sebagai kelebihan bibit yang ditanam dipertakan sawah. Gejala-gejala penyakit virus tersebut yang sudah lama dikenal dijepang, pada mulanya diduga sebagai akibat serangan hama wereng. Tetapi wereng hanya merupakan alat angkutan dari penyakit virus kerdil. Selain dinegara-negara tersebut juga sudah dikenal di pilifina dan kemudian menyebar ke Indonesia. Penyebabnya : Virus kerdil hampa adalah penyebab penyakit ini. Virus ini dapat di tularkan oleh wereng coklat (Nilaparvata lugens). Gejala Penyakit tanaman kerdil yang pertama ialah penyakit ruput kerdil, mengakibatkan daun padi tetap pendek-pendek, berdiri tegak, warna hijau kekuning-kuningan hingga kuning, dan bernoda hita. Bila sampai dapat membentuk mayang dan berbunga, buahnya

pun akan hampa dan warnanya coklat tua. Yang kedua ialah penyakit rumput kerdil mengakibatkan daunnya menggulai dan warnanya putih kekuning-kuninggan. Pengendalian : Dianjurkan untuk menanam varietas yang tahan seperti Berantas, Asahan, Citarum, Cisadane. Berantas serangan penularannya dengan menggunakan insektisida. Cabut dan musnahkan tanaman yang terinfeksi. 6. Tungro. Penyakit ini hingga sekarang penularangnya masih terbatas di jepang. Namun, tidak ada salahnya bila kita mengetahui penyakit virus ini. Kemungkinan penyakit ini menjadi tantangan baru bagi petani Indonesia. Penyebabnya : Virus tungro padi. Virus ini ditularkan oleh wereng daun, terutama Nephotettix virescens. Gejalanya : Tanaman yang terinfeksi menjadi kerdil, jumlah anakan tidak atau sedikit berkurang. Warna daun biasanya berubah menjadi kuning kemerah-merahan atau oranye mulai dari ujung daun. Daun muda mungkin menjadi belang atau bergari-garis hijau pucat. Malai tanaman yang terindeksi biasanya kecil dan keluar tidak sempurna. Bulir-bulirnya tertutup bercak coklat dan beratnya kurang disbanding bilir normal. Pengendalian : menanam varietas yang tahan terdapat virus tungro atau penularnya. Cabut dan musnahkan tanaman yang terrinfeksi agar tidak menular ketanaman sehat. Masa berat atau rotasi dengan tanaman palawija di antara musim tanam padi dapat mengurangi terjadinya penyakit ini.

7. Penyakit Nematoda Penyakit yang telah lama dikenal petani Indonesia adalah penyakit mentek, yang diakibatkan oleh jenis Tylenchus. Kebanyakan jenis padi yang mendapat serangan nematode adalah jenis yang bentuk akarnya kasar. Jenis padi yang akarnya halus praktis tidak diganggu oleh nematoda. Di daerah Malaysia dan Birma dinyatakan bahwa nematode banyak menyerang padi rawa. Jenis padi ini tumbuhnya memanjang mengikuti ketinggian air, dengan kata lain sebagian besar dari batangnya terendam air. Selain menyerang tanaman padi yang sudah berumur, persemaian pun mudah menjadi sasarannya, walaupunmasih berumur 1 minggu. Penyebabnya : Jenis nematoda yang banyak menyerang tanaman padi adalah Tylenchus oryzae. Jenis ini tidak cukup merusak akar saja, namun dapat menyusup kedalam jaringan-jaringan batang, daun hingga bunga padi. Gejalanya : Nematode ini menyerang akar tanaman padi. Bila akar tanaman padi rusak maka daya regenerasi padi yang bersangkutan tidak cukup kuat untuk tumbuh, maka dapat dipastikan pertumbuhan keseluruhannya akan terhalang. Salah satu akibat yang jelas merugikan adalah pertumbuhan mayangnya, yang agak terhalang hingga terhenti, sehingga mengakibatkan mayang padi menjadi mengkerut. Pengendalian : Dapat dilakukan dengan mengatur jumlah air yang ada didalam petakan sawah, sehingga nematode yang menyerang tidak dapat memanjang. 8. Penyakit Sebagai Akibat Kekurangan Zat Mineral. Kekurangan zat mineral dapat dismakan dengan penyakit HO (hongeroedeem = malnutrition = kekurangan gizi) pada manusia. Gejala-gejala penyakit malnutrition sering

bercampur baur dengan penyakit lain. Gejala yang khas dari kekurangan zat N, P, dan K adalah sebagai berikut : 1. Kekurangan zat N. Daun tanaman seluruhnya menguning. Daun yang tua berwarna jingga muda atau kuning. Akarnya berwarna sawo matang. Tunasnya sangat berkurang, demikian pula tinggi batangnya. Pembentukan gabah tiap-tiap malainya sangat berkurang. Kebanyakan zat N akan mengakibatkan tanaman tumbuhnya terlalu subur, batangnya lemas sehingga tiap-tiap rumpun meduh rebah. Untuk menghindarkan kekurangan zat N perabukan dengan Urea dan ZA sangat dianjurkan. Di luar negri dinyatakan bahwa kebanyakan zat stikstof memudahkan serangan cendawan Piricularia oryzae. 2. Kekurangan zat P (Pospat). Pada umumnya tanaman padi yang kekurangan zat pospat tampak terhambat pertumbuhannya, anaknya kurang, daunnya berdiri tegak lurus dan berwarna kebiru-biruan. Tanaman keseluruhan tampak tetap hijau, walaupun sudah mendekati pemungutan hasilnya. Pembentukan gabah tiap-tiap malai sangat berkurang. 3. Kekurangan zat k (Kalium) Kekurangan zat kalium banyak terjadi ditanah yang banyak mengandung pasir. Tanah yang banyak mengandung kapur juga banyak kekurangan zat ini. Gejala-gejala kekurangan zat ini adalah : Anaknya kurang, sedangkan daunnya terkulai. Daun yang sudah agak tua pucuknya menguning, demikian pula pinggiran daunnya. Warna kuning jingga seluruh daun lambat laun berubah menjadi sawo matang kemerah-merahan, kemudian mongering. Hasilnya sangat menurun.

Kekurangan zat kalium sering terjadi, bilamana iklim mendadak menjadi kering atau pengairan mendadak terlambat, sehingga mengakibatkan kekeringan. Kekurangan kalium dapat diatasi dengan perabukan Zwavelzure Kali atau Patent Kali. C. Tumbuhan Pengganggu dan Cara Pengendaliannya (Gulma Padi). Tumbuhan pengganggu atau gulma adalah salah satu penyebab utama rendahnya produksi padi di Indonesia. Gulma-gulma ini secara langsung mengurangi produksi padi yang disebabkan oleh : Kompetisi (persaingan) pengambilan unsur hara dengan tanaman padi. Kompetisi mendapatkan cahaya matahari dengan tanaman padi. Kompetisi ruangan tempat tumbuh dengan tanaman padi.

Jenis-jenis tumbuhan pengganggu atau gulma yang menurunkan hasil tanaman padi adalah sebagai berikut : 1. Commelina Benghalensis. Commelina Benghalensis, disebut juga dalam bahasa sunda Tali Said, Kali Kangdang, Gewor, dan dalam bahasa jawa Branbangan, jeboran, Gragos. Gulma ini banyak terdapat di Negara-negara Nepal, India, Filipina dan Indonesia khusnya didaerah Kalimantan. Commelina Benghalensis akan tumbuh paling baik, jika tanah lembab dan subur, namun dapat bertahan dalam tanah yang mengandung pasir atau yang berbatu, misalkan didaerah persawahan rawa. Jenis gulma ini adalah gulma berdaun lebar, gulma ini dianggap semusim pada daerah beriklim sedang dan dianggap tahunan pada daerah beriklim tropis. Cirri-ciri khas dari gulma ini adalah daun yang lebar dan panjang daun 6-10 cm, bunga berwarna biru, pelepah daun berambut coklat kemerah-merahan. Habitat hidup gulma ini banyak ditemukan di ladang pada padi gogo, sepanjang tanggul, pematang pinggir jalan, tebingtebing saluran irigasi. Gulma ini akan berakar dalam tanah yang jenuh air tetapi dapat bertahan hidup setalah tanah menjadi kering, C. Benghalensis mungkin terluka pada waktu

pengolahan tanah, namun batang-batang yang terpotong dapat bertahan hidup di permukaan tanah dan berakar lagi, C. Benghalensis menjadi rimbun dan akan menutupi tanaman yang rendah. 2. Monochoria Vaginalis. Monochoria Vaginalis disebut juga dalam bahasa sunda sebagai Eceng lembut, dan dalam bahasa jawa disebut Wewehan dan Bengok. Negara-negara yang paling gawat dilanda gulma ini adalah Nepal, India, Muang Thai, Malaysia, Korea, Jepang, Filipina, dan Indonesia. Monochoria Vaginalis tergolong kedalam gulma berdaun lebar, ciri dari gulmi ini adalah daun berbentuk jantung yang mengkilat, bunga berwarna biru dengan kedudukan yang berlawanan dengan kedudukan daun, kepala putik yang melengkung. Monochoria Vaginalis dianggap gulma semusim, disebabakan habitat hidupnya terdapat pada genangan air bersih, dataran Lumpur di sungai, sawah yang tergenang, sepanjang saluran, got dan juga banyak terdapat disawah. Gulma ini berakar dalam Lumpur dan bagian atas tumbuh diatas air, Monochoria Vaginalis sering menghasilkan bobot basah yang lebih tinggi di sawah dari pada spesies gulma lain, namun tumbuhan ini pendek, dan akarnya hanya dekat permukaan tanah dan tidak dapat bersaing dengan gulma lain untuk mendapatkan sinar matahari dan hara tanah. 3. Eleusine indica. Eleusine indica disebut juga dalam bahasa sunda sebagai Lelulangan, dan dalam bahasa jawa disebut Lulangan. Negara-negara yang paling gawat dilanda E. indica adalah Nepal, India, Malaysia, Jepang, Filipina, dan Indonesia. E. indica digolongkan kedalam gulma rumput-rumputan. Gulma ini banyak dijumpai dilahan persawahan yang kering, pada sepanjang tanggul, pematang pinggir jalan, tebing-tebing saluran irigasi. Cirri khas dari gulma ini adalah karangan bunga berbentuk kicir air. Di daerah tropis pada musim kemarau atau bila tanah tidak lembab E. indica tumbuhnya kurang baik, gulma ini berbunga pada panjang

hari dari 6 sampai 16 jam, E. indica didaerah tropis memerlukan waktu 5 minggu untuk menjalani daur reproduksi yang sempurna. 4. Echinochloa colona. Echinochloa colona disebut juga dalam bahasa sunda sebagai Jajagoan leutik, dan dalam bahasa jawa disebut Tuton. Gulma ini banyak terdapat di asia yaitu pada Negaranegara yang paling gawat dilanda Echinochloa colona adalah Pacistan, Nepal, India, Muang thai, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Gulma ini bejenis rumpur-rumputtan dan digolongkan kedalam gulma tahunan. Cirri khas dari gulma ini adalah pertumbuhan sedikit menyebar, tinggikurang dari 1m. helayan daun relative sempit, panjang anak bulir 2-3 mm, relative lebar, selalu tanpa bulu, karangan bunga pajang 6-12 cm. gulma ini banyak ditemukan di lahan kering dan sawah. Gulma ini mempunyai bibit yang muda mirip tanaman padi. Pada saat gulma ini dapat dikenal dan dicabut, tanaman padi sudah rusak. Echinochloa colona dapat tumbuh cepat di waktu musim hujan atau ketika air irigasi berlimpah. Gulma ini merupakan pesain yang tangguh dan mampu mengungguli tanaman padi secara sempurna jika pengolaan bawah jelek. 5 Digitaria ciliaris. Digitaria ciliaris banyak terdapat pada Negara-negara seperti rumput-rumputan dan tergolong kedalam gulma semusim. Digitaria ciliaris banyak ditemukan dilahan kering dan persawahan, Digitaria ciliaris toleransi terhadap suhu tinggi da dapat menunjukkan pertumbuhan maksimum di kala tanaman lain mengalami tekanan akibat cuaca panas dan kering. Gulma ini sangat kuat bersaing karena akarnya sangat cepat menyebar di atas permukaan tanah. Nepal, Bhutan,

Bangladesh, India, Muang thai, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Gulma ini berjenis

6. Fimbristylis miliacea.

Fimbristylis miliacea disebut juga dalam bahasa sunda sebagai Ponon munding, Babawangan, dan dalam bahasa jawa disebut Sunduk welut, Sriwit, Tumbaran. Negaranegara yang paling gawat dilanda Fimbristylis miliacea adalah Nepal, India, Bhutan, Muang thai, korea, Malaysia, Jepang, Filipina, dan Indonesia. Fimbristylis miliacea digolongkan kedalam jenis gulma teki-tekian, gulma ini dianggap gulma tahunan, cirri-ciri khas dari gulma ini adalah daun seperti benang kaku tersusun dalam 2 barisan, daun pelindung pelidung lebih pendek dari pada bunga, biji yang bersudut tiga dengan permukaan yang berbinti. Habitat hidup gulma ini banyak di temukan di sawah yang digarap selama musim kemarua, sawah yang terendam, daerah tandus yang terbuka dan lembab. Disebatkan karena tumbuhan F. miliacea tumbuh baik dalam tanah lembat, tetapi tidak akan mapan dalam daerah yang tergenang air, diseluruh asia F. miliacea semakin lama semakin gawat pada sawah, banyak benih berkecambah selama tahap pertembuhan awal tanaman padi, tetapi ada perkecambahan yang berlangsung terus selama tanaman itu berkembang. Perkembangan perkecambahan terus menerus dari benih, ini menyulitkan pengendalian gulma dengan satu kali pemberian herbisida. Sebab kecembah dari pengecambahan kemudai dapat lolos dari pengendalian itu, F. milicea sangat bersaing dalam hal hara tanah karna akarnya lebih cepat menyebar dari pada akar padi. 7. Cyperus iria. Cyperus iria disebut juga dalam bahasa sunda sebagai Jekeng, Linggih alit, dan dalam bahasa jawa disebut Jekeng. Negara-negara yang paling gawat dilanda Cyperus iria adalah Nepal, India, Muang thai, Malaysia, Jepang, dan Filipina. Cyperus iria berjenis kadalam teki-tekian dan tergolong kedalam gulma musiman. Cirri khas dari Cyperus iria adalah akar serabut berwarna merah kekuning-kuningan, bunga terbuka berwarna kuning-kuningan, daun dibawah bunga lebih panjang dari pada bunganya. Habitat hidup Cyperus iria ditemukan didaerah terbuka yang basah, ditanah basah, tanah kering dan lahan gogorancah, seperti pada sawah dan rawa-rawa dangkal. 8. Cyperus difformis.

Cyperus difformis disebut juga dalam bahasa sunda sebagai Jukut papayungan, dan dalam bahasa jawa disebut sunduk weluti. Negara-negara yang paling gawat dilanda Cyperus difformis adalah Muang thai, Korea, Laos, Vietnam, Bhatah, Malaysia, Jepang, dan Filipina. Cyperus difformis termaksud dalam jenis gulma teki-tekian dan dapat digolongkan kedalam gulma semusim. Cirri khas dari gulma ini adalah bunga berwarna kekuningkuningan, amat bayak, dan berkumpul dalam karangan bunga berbentu bulat telur. Habitat hidup gulma ini di rawa-rawa yang berumput, sawah, sepajang sungai atau saluaran, daerah terbuka yang basah. Cyperus difformis paling baik tumbuh ditanah subur yang tergenang atau yang sangat lembab, tumbuhan ini dapat menutupi tanah dengan cepat karena daur kehidupan yang pendek dan produksi biji yang sangat banyak, gulmi ini tidak menaungi tanaman padi, tetapi dapat bersaing dalam memperebutkan air dan hara, Cyperus difformis dapat menjadi gulma yang dominan di sawah bila herbisida yang digunakan itu efektif terhadap rumput, tetapi tidak membunuh teki. Cara pengendalian gulma dapat dilakukan dengan : a. Menyiang dengan tangan. Menyeang dengan tangan ialah cara yang paling tua, paling sederhana langsung dalam mengendalikan gulma di sawah. Keuntungan menyiangi dengan tangan efektif terhadap gulma muda, gulma yang tumbuh di dalam rumpun dan di antara barisan tanaman padi dapat dibuang tanpa merusak tanaman padi.kerugian menyiang dengan tangan banyak memerlukan tenaga kerja tangan dan makan waktu. Pengaturan waktu menyiang dengan tangan, menyiang dengan tangan harus dilakukan pada waktu pertumbuhan dini tanaman, tepatnya pada umur padi 30-35 hari disawah dan kedua pada 55-65 hari. b. Menggenangi sampai kedalaman tertentu. Tingkatan penggenangan sawah untuk memberantas gulma golongan rumput dan teki sebagai berikut :

genangi sawah selama 5-10cm dimulai pada hari ke 5 atau ke 7 sesudah tanam. biarkan sawah tetap tergenang selama 14 hari sampai 3 minggu setelah tanam. Pada hari ke 22 setelah tanam air dikurangi untuk menekan gulma-gulma.

c. menggunakan landak. Untuk padi yang ditanam secara tandur jajar lebih mudah dan cepat merumput dengan menggunakan alat landak, yaitu ditolak sepajang barisan tanam. Pada saatpenggunaan alat landak ini, hingga sawah berada dalam keadaan berlumpur. d. menggunakan racun gulma (herbisida). Banyak herbisida yang efektif untuk membunuh gulma, baik dari golongan rumputan, tekimaupun golongan gulma berdaun lebar. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk berhasilnya pemberantasan : semprotlah pada yang tepat. Gunakan dosis yang tepat. Penyemprotan harus merata. Semprotkanpada saat udara cerah.

Racun gulma ada 2 bentuk : a. butiran atau granula, dimana pemakaiannya adalah dengan menaburkan merata disawah. b. Cairan, dimana pemakaiannya dengan menyemprot.

Tabel : racun-racun gulma dan jumlah yang diperlukan. Nama dagang Bentuk Jumlah Banyak air Waktu

Saturn Hedonal G Agroxone GG Saturn EC Hedonal M Agroxene S Zelan D

butiran butiran butiran cairan cairan cairan tepung

digunakan/hektar 25 kg 25 kg 25 kg 4 liter 2 liter 2 liter 2 kg

campuran 375 liter 375 liter 375 liter 375 liter Campuran dari pupuk urea

pemberian 3-5 hari slt 3-5 hari slt 3-5 hari slt 3-4 hari slt 3-4 hari slt 3-4 hari slt Pada saat memupuk

Perlu diperhatikan, bahwa pada pemberian racun gulma, air disawah tidak lebih dari 3-5 cm dalamnya dan tidak kering selama 10 sampai 14 hari setelah semprot atau penaburan racun.

KESIMPULAN Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan

gulma. Hama menimbulkan gangguan tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, tungau, vertebrata, moluska. Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman, disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan tingkat tinggi. Selain hama, dan penyakit yang menjadi perhatian serius adalah gulma. Tanaman yang tumbuh di sekitar areal tanam/persawahan mengganggu karena menjadi pesaing tanaman padi dalam memanfaatkan unsur hara, air, dan ruang. Identifikasi dan Batasan Masalah yang menjadi pokok bahasan adalah Hama pada padi, Penyakit pada padi, Gulma pada Padi. Beberapa golongan hama, penyakit dan gulma yang termaksud pengganggu tanaman padi, antara lain: 1. Hama. Penggerek batang padi, Hama wereng, Kepinding Tanah, Ulat Grayak, Tikus sawah, Hama Burung, Hama Putih, Walang sangit. 2. Penyakit. Penyakit Bakteri Kresek, Bercak Belah Ketupat, Bercak coklat, Hangus palsu, Kerdil hampa, Tungro, Penyakit Nematoda, Penyakit Sebagai Akibat Kekurangan Zat Mineral. 3. Gulma Commelina Benghalensis, Monochoria Vaginalis, Eleusine indica, Echinochloa colona, Digitaria ciliaris, Cyperus iria, Cyperus difformis. Pengganggu tanaman seperti gulma, penyakit, hama banyak ditemukan di Negaranegara benua asia. Cara penanggulangi organisme pengganggu tanaman padi dapat dilakukan dengan kultur tehnik, hayati, kimia, dan mekanisasi. DAFTAR PUSTAKA Harahap, sakti idham dan Tjahjono, budi. 1989. PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADI. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

IPRI. 1985. WEED PEST OF RICE. International Rice Research institute. Tropical Asia. Semangun, haryono. 1996. PENGANTAR ILMU PENYAKIT TUMBUHAN. Gadjah Mada Universitas Press. Yogyakarta. Rismunandar. 1981. PENYAKIT TANAMAN PANGAN DAN PEMBASMIANNYA. Sinar Baru Algensindo. Bandung. Aswar. 1990. PEDOMAN BERCOCOK TANAM PADI. RDC Unsyiah. Banda Aceh.

You might also like