You are on page 1of 5

2.

Pengertian Qadariyah Dan Sejarah Kelahirannya Secara etimologi kata qadariyah berasal dari bahasa arab yaitu qadara yang dalam bahasa arabnya berarti berkuasa [3] atau dapat juga diartikan dengan dapat dan mampu Sedangkan menurut terminologi dalam teologi Islam, maka qadariyah adalah nama yang dipakai untuk satu aliran yang memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam paham qadariyah, manusia dipandang mempunyai qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepada qadar atau qada tuhan.[4] Para ahli berbeda pendapat mengenai kapan munculnya aliran qadariyah dan tentang kapan munculnya aliran ini tidak dapat di ketahui secara pasti, namun ada beberapa ahli yang menghubungkan paham qadariyah ini dengan paham khawarij. Pemahaman mereka tentang konsep iman, pengakuan hati dan amal dapat menimbulkan kesadaran bahwa manusia mampu sepenuhnya memilih dan menentukan tindakannya sendiri, baik atau buruk.[5] Kebanyakan ahli mengatakan bahwa aliran qadariyah muncul pada akhir abad pertama Hijrah. Tokoh yang mempelopori aliran ini bernama Mabad al-Juhani alBishri, di tanah Iraq.[6] yang kemudian di ikuti oleh Ghailan al-Dimasyqi. Sementara itu Ibnu Nabatah sebagaimana yang dikutip Ahmad Amin bahwa paham qadariyah itu pertama kali muncul dari seseorang asal Iraq yang bernama Abu Yunus Sansawaih seorang penganut agama kristen dan masuk Islam, tetapi kemudian masuk Kristen lagi. Dari Tokoh inilah Mabad al-Juhani dan Ghailan al-Dimasyqi menerima paham qadariyah ini. Setelah munculnya aliran ini dan berkembang dengan bertambahnya jumlah pengikutnya maka pemerintahan banu Umayyah khawatir akan timbulnya pemberontakan, Keberadaan qadariyah merupakan tantangan bagi bagi dinasti Umayyah sebab dengan paham yang di sebarluaskannya dapat menunjukkan bahwa manusia mewujudkan perbuatannya dan dan bertanggung jawab atas perbuatan itu, maka setiap tindakan dinasti banu Umayyah yang negatip akan mendapat reaksi yang keras dari masyarakat, berbeda dengan paham murjiah yang menguntungkan pemerintah.[7] Aliran qadariyah selanjutnya menempatkan diri sebagai oposisi pemerintahan umayyah, karena aliran ini banyak menentang kebijakan-kebijakan khalifah yang dianggap semena-mena dan merugikan rakyatnya . Apabila firqah jabariyah berpendapat bahwa khalifah banu umayyah membunuh orang, hal itu karena sudah ditakdirkan oleh Allah dan hal ini berarti merupakan topeng kekejaman banu umayyah, maka firqah jabariyah mau membatasi qadar tersebut.[8] Menurut al-Zahabi, Mabad adalah seorang tabii yang baik, tetapi ia memasuki lapangan politik dan memihak Abd al-Rahman Ibn al-Asyas, gubernur Sajistan,

dalam menentang kekuasaan bani Umayah. Dalam pertempuran dengan al-Hajjaj, Mabad mati terbunuh pada tahun 80. Hijriah.[9] Dalam pada itu Ghailan sendiri terus menyiarkan faham qadariyah-nya di Damaskus, tetapi mendapat tantangan dari khalifah Umar Ibn Abd al-Azis. Setelah khalifah Umar wafat ia meneruskan kegiatannya yang lama sehingga ia mati dihukum bunuh oleh Hisyam Ibn Abd alMalik pada tahun 105 Hijriah.

[1] Jalaluddin rahman, Konsep Perbuatan Manusia Menurut Quran, Bulan Bintang, Jakarta, 1988, h. 8 [2] Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta, UI-Press, 1986, h. 26 [3] Ahmad Warson, Al-Munawwir, Cet II, Pustaka Progresif, Ygyakarta, 1984, h. 1177 [4] Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta, UI-Press, 1986, h. 26 [5] Ibid., h. 31 [6] Thaib Thahir Abd Muin, Ilmu Kalam, Cet VIII, Wijaya, Jakarta, 1986, h. 238 [7] Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, h. 110 [8] Sakihun A. Nasir, Pengantar Ilmu Kalam, Cet III, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, h. 129
. PENDAHULUAN Sebagai salah satu ilmu keIslaman, Ilmu kalam sangat lah penting untuk di ketahui oleh seorang muslim yang mana pembahasan dalam ilmu kalam ini adalah pembahasan tentang aqidah dalam Islam yang merupakan inti dasar agama, karena persolaan aqidah Islam ini memiliki konsekwensi yang berpengarah pada keyakinan yang berkaitan dengan bagaimana seseorang harus meng interpretasikan tuhan itu sebagai sembahannya hingga terhindar dari jurang kesesatan dan dosa yang tak terampunkan (syirik).

Memang, Pembahasan pokok dalam Agama Islam adalah aqidah, namun dalam kenyataanya masalah pertama yang muncul di kalangan umat Islam bukanlah masalah teologi, melainkan persolaan di bidang politik, hal ini di dasari dengan fakta sejarah yang menunjukkan bahwa, titik awal munculnya persolan pertama ini di tandai dengan lahirnya kelompok-kelompok dari kaum muslimin yang telah terpecah yang kesemuanya itu di awAli dengan persoalan politik yang kemudian memunculkan kelompok-kelompok dengan berbagai Aliran teologi dan berbagai pendapat-pendapat yang berbeda-beda.

Dalam pembahasan Ilmu Kalam, kita dihadapkan pada barbagai macam gerakan pemikiran-pemikiran besar yang kesemuanya itu dapat dijadikan sebagai gambaran bahwa agama Islam telah hadir sebagai pelopor munculnya pemikiran-pemikiran yang hingga sekarang semuanya itu dapat kita jumpai hampir di seluruh dunia. Hal ini juga dapat dijadikan alasan bahwa Islam sebagi mana di jumpai dalam sejarah, bukanlah sesempit yang dipahami pada umumnya, karena Islam dengan bersumber pada alQuran dan As-Sunnah dapat berhubungan dengan pertumbuhan masyarakat luas.

1. 1.

3. Aliran Qadariyah Pengertian dan latar belakang timbulnya aliran Qadariyah

Qadariyah berakar pada qadara yang dapat berarti memutuskan dan memiliki kekuatan atau kemampuan.Sedangkan sebagai suatu aliran dalam ilmu kalam, qadariyah adalah nama yang dipakai untuk suatu aliran yang memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam paham qadariyah manusia di pandang mempunyai qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepada qadar dan qada Tuhan[14] Mazhab qadariyah muncul sekitar tahun 70 H(689 M). Ajaran-ajaran tentang Mazhab ini banyak memiliki persamaan dengan ajaran Mutazilah sehingga Aliran Qadariyah ini sering juga disebut dengan aliran Mutazilah, kesamaan keduanya terletak pada kepercayaan kedunya yang menyatakan bahwa manusia mampu mewujudkan tindakan dan perbuatannya, dan tuhan tidak campur tangan dalam perbuatan manusia ini, dan mereka menolak segala sesuatu terjadi karena qada dan qadar Allah SWT.[15] Aliran ini merupakan aliran yang suka mendahulukan akal dan pikiran dari pada prinsip ajaran Al-Quran dan hadits sendiri. Al-Quran dan Hadits mereka tafsirkan berdasarkan logika semata-mata. Padahal kita tahu bahwa logika itu tidak bisa menjamin seluruh kebenaran, sebab logika itu hanya jalan pikiran yang menyerap hasil tangkapan panca indera yang serba terbatas kemampuannya. Jadi seharusnya logika dan akal pikiranlah yang harus tunduk kepada Al-Quran dan Hadits, bukan sebaliknya.[16] Tokoh utama Qadariyah ialah Mabad Al-Juhani dan Ghailan al Dimasyqi. Kedua tokoh ini yang mempersoalkan tentang Qadar. 1. Pokok-pokok ajaran Qadariyah

Menurut Dr. Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul Islam halaman 297/298, pokok-pokok ajaran qadariyah adalah : 1. 2. Orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir, dan bukanlahmukmin, tapi fasik dan orang fasikk itu masuk neraka secara kekal. Allah SWT. Tidak menciptakan amal perbuatan manusia, melainkan manusia lah yang menciptakannyadan karena itulah maka manusia akan menerima pembalasan baik (surga) atas segala amal baiknya, dan menerima balasan buruk (siksa Neraka) atas segala amal perbuatannya yang salah dan dosakarena itu pula, maka Allah berhak disebut adil. Kaum Qadariyah mengatakan bahwa Allah itu maha esa atau satu dalam ati bahwa Allah tidak memiliki sifat-sifat azali, seprti ilmu, Kudrat, hayat, mendengar dan melihat yang bukan dengan zat nya sendiri. Menurut mereka Allah SWT, itu mengetahui, berkuasa, hidup, mendengar, dan meilahat dengan zatnya sendiri. Kaum Qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan agama. Sebab, katanya segala sesuatu ada yang memiliki sifat yang menyebabkan baik atau buruk. [17]

3.

4.

Selanjutnya terlepas apakah paham qadariyah itu di pengaruhi oleh paham luar atau tidak, yang jelas di dalam Al-Quran dapat di jumpai ayat-ayat yang dapat menimbulkan paham qadariyah . Dalam surat Al Raad Ayat 11, di jelaskan c) !$# w it $tB BQqs)/ 4Lym (#rit $tB NkRr/ 3 Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan diri mereka sendiri Dalam Surat Al-Kahfi ayat 29, allah menegaskan

@%ur ,ys9$# `B O3n/ ( `yJs u!$x `Bs=s tBur u!$x 3u=s Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir. Dengan demikian paham qadariyah memilki dasar yang kuat dalam islam, dan tidaklah beralasan jika ada sebagian orang menilai paham ini sesat atau kelaur dari islam

Firqah Qadariyah (Gen firqoh dan akar bidah) 01NOV


Firqah Qadariyah (Gen firqoh dan akar bidah) Oleh. Zaenal Abidin Syamsudin, Lc Mereka adalah firqah yang mengingkari ilmu Allah terhadap perbuatan hamba-Nya sebelum terjadi dan mereka berkeyakinan bahwa Allah belum membuat ketentuan apapun pada makhlukNya. Mereka menyatakan bahwa tidak ada taqdir, semua perkara adalah Unuf [1]. Dan sebelum perkara terjadi Allah tidak menetukan dan tidak mengetahuinya, bahkan Allah baru mengetahuinya setelah terjadi. Dan mereka menyatakan bahwa Allah bukan pencipta perbuatan hamba dan tidak membuat ketentuan dan ketentuan takdir apa pun.[2] Mereka sangat mirip dengan kaum Majusi yang meyakini dua tuhan, tuhan cahaya dan tuhan kegelapan sehingga Rasulullah menegaskan bahwa Qadariyah adalah Majusi umat ini, berdasarkan hadits dari Abdullah bin Umar , beliau bersabda : Qadariyah adalah Majusinya umat ini, jika mereka sakit janganlah kalian menjenguknya dan jika mereka mati janganlah kalian menyaksikan jenazahnya.[3] Imam Abu Tsaur ditanya tentang Qadariyah, maka beliau menjawab : Dia adalah orang yang menyatakan bahwa Allah tidak menciptakan perbuatan hamba-Nya, tidak menetukan dan tidak menciptakan perbuatan maksiat pada hamba.[4] Orang yang pertama kali menggulirkan paham Qadariyah adalah Mabad al-Juhani pada akhir masa generasi Shahabat, seperti yang dituturkan Imam Muslim dari Yahya bin Yamur, menerut satu riwayat, Ma;bad mengambil faham Q adariyah dari seorang laki-laki Nashrani bernama Susan kemudian pemikiran dan pemahaman itu disebabkan oleh Ghailan ad-Dimasqi, seperti yang dituturkan oleh al-Auzai.[5] Kesesatan Qadariyah menimbulkan dua kebiahan dalam agama yang sangat besar : Pertama : Pengingkaran mereka terhadap ilmu Allah yang telah mendahului setiap kejadian, padahal tidak ada suatu kejadian apapun di alam semesta kecuali pasti diketahui Allah. Kedua : Keyakinan mereka bahwa hamba sendiri yang mempunyai kuasa penuh untuk mewujudkan perbuatan.[6] Bersambung. Dipublikasikan oleh : ibnuramadan.wordpress.com

[1] Lihat Shahih Muslim kitab al-Iman bab Bayaan al-Iman ((93) 1/109), dan Jamiul Ulum wal Hikam (1/103) karya Ibnu Rajab, dan yang dimaksud dengan unuf adalah baru berarti perbuatan manusia baru diketahui Allah setelah terjadi. [2] Syarh Shahih Muslim vol.1, hal. 156 karya Imam an-Nawawi. [3] Shahih : Dikeluarkan oleh Imam Abu Dawud dalam Sunannya (4691), Imam Ahmad dalam Musnadnya ((5584 2/86), Imam al-Baihaqi dalam as-Sunnan al-Kubra [4] Syarh Ushul Itiqad Ahli Sunnah vol.4 hal.720. [5] Asy-Syariiah ((426 dan 452) 6/ 851 dan 872) oleh al-Ajarri, Syarh Ushul Itiqad Ahli Sunnah, ((1322), 4/787) oleh al-Lalikai dan Ibnu Baththah dalam al-Ibanad al-Kubraa ((1954) 2/81) [6] Jaami al-Ulum

wal Hikam (1/103) karya Ibnu Rajab.

You might also like