You are on page 1of 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil penelitian terdahulu

2.2 Landasan Teori


2.1.1 Kualitas Kerja

A. Pengertian Kualitas Kerja Sumber daya manusia perlu dikembangkan secara terus menerus agar diperoleh kerja sumber daya manusia yang berkualitas dalam arti yang sebenarnya, yaitu pekerjaan yang dilaksanakan akan menghasilkan sesuatu yang memang dikehendaki. Berkualitas bukan hanya pandai saja, memenuhi semua syarat kualitatif yang dituntut pekerjaan itu, sehingga pekerjaan itu benar-benar dapat diselesaikan sesuai rencan. Konsep kualitas atau mutu dipandang sesuatu yang relatif, yang tidak selalu mengandung arti yang bagus, baik, dan sebagainya. Kualitas atau mutu dapat mengartikan sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu produk barang ataupun jasa yang menunjukkan kepada konsumen kelebihan kelebihan yang dimiliki oleh barang atau jasa tersebut. Hal tersebut senada dengan pendapat Yoyon B. Irianto dalam Casmita (2003:28) yang menyebutkan bahwa kualitas adalah paduan sifat-sifat barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi pelanggan. Sementara Soewarno Hardjosoedarmo (1996 :7) mengemukakan bahwa ... secara umum dapat dikatakan bahwa mutu sebagai karateristik produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau konsumen dan diperoleh melalui proses serta melalui perbaikan yang berkelanjutan. Maka dapat disimpulkan dengan kualitas atau mutu adalah
Sumber : repository.upi.edu/operator/upload/s_a0151_0605727_chapter2.pdf

sifat- sifat yang dimiliki oleh setiap produk barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang memiliki kelebihan-kelebihan yang diperoleh melalui proses dan perbaikan yang berkelanjutan. Kualitas kerja merupakan wujud perilaku dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan dan sesuai dengan harapan yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Marcana (200:21) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kualitas kerja yaitu : Kualitas kerja adalah wujud perilaku atau kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan harapan dan kebutuhan atau tujuan yang hendak dicapai secara efektif dan efisien Heidjrachman dan Suad Husanan, (1993 ; 23) Kualitas kerja pegawai adalah seorang pegawai yang memenuhi syarat kualitatif yang dituntut oleh pekerjaannya, sehingga pekerjaan itu benar-benar dapat diselesaikan. Sedar Mayanti, (1993 ; 18). Kualitas kerja atau disebut kualitas kehidupan kerja adalah keadaan dimana para pegawai dapat memenuhi kebutuhan mereka yang penting dengan bekerja dalam organisasi. Gary Dessler, (1992 ; 476). Tujuan utama penerapan beberapa program kualitas kerja pegawai pada suatu perusahaan yaitu program-program yang bertujuan

memotivasikan pegawai melalui upaya pemenuhaan kebutuhan tingkat tinggi mereka untuk berprestasi, harga diri, dan perwujudan diri. Programprogram ini termasuk manajemen berdasarkan sasaran, gugus kualitas, waktu lentur, dan pemerkayaan pekerjaan yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada pegawai untuk memenuhi tingkat mereka ditempat kerja, melalui pencapaian unsur-unsur yang lebih menantang dan luwes pekerjaan mereka. Menurut Gray Dessler (1992 ; 476), kualitas kerja yang disebutkan dengan kualitas kehidupan kerja mengandung pengertian yang tidak sama bagi orang yang berbeda. Bagi seorang pegawai pada lini perakitan hal itu hanya dapat berarti adanya tingkat upah yang wajar, kondisi kerja yang nyaman, dan seorang supervisor yang memperlukannya sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Sumber : repository.upi.edu/operator/upload/s_a0151_0605727_chapter2.pdf

Bagi orang yang baru lulus dari perguruan tinggi hal itu dapat berarti kesempatan untuk maju, tugas-tugas yang kreatif, dan keberhasilan karrir. Hal itu berarti keadaan dimana anggota dari suatu organisasi kerja mampu memenuhi kebutuhan pribadi yang penting melalui pengalaman kerja mereka dalam organisasi.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Kerja Pegawai Organisasi kerja yang terbaik cenderung dicirikan adanya organisasi terbuka, kerja sama kelompok, pekerjaan-pekerjaan yang menantang, serta perlakuan yang fair dan adil dengan kata lain dicirikan dengan adanya suatu kehidupan kerja yang berkualitas tinggi. Menurut Gray Dessler (1992 ;476) kualitas kerja pegawai dapat tercapai apabila para pegawai dapat memenuhi kebutuhan mereka yang penting dapat bekerja dalam organisasi., dan kemampuan untuk melakukan hal itu dipengaruhi atau bergantung pada apakah terdapat adanya : a. Perlakuan yang fair, adil, dan sportif terhadap para pegawai. b. Kesempatan bagi tiap pegawai untuk menggunakan kemampuan secara penuh dan kesempatan untuk mewujudkan diri, yaitu untuk menjadi orang yang mereka rasa mampu mewujudkannya. c. Komunikasi terbuka dan saling mempercayai diantara semua pegawai. d. Kesempatan bagi semua pegawai untuk berperan secara aktif dalam pengambilan keputusan-keputusan penting yang melibatkan pekerjaanpekerjaan mereka. e. Kompensasi yang cukup dan fair. f. Lingkungan yang aman dan sehat Dengan keadaan suasana yang demikian, maka kualitas kerja dapat terwujud sehingga dapat menentukan tujuan pekerjaan-pekerjaan dalam mencapai target atau tidak. Pengukuran kualitas kerja yang dapat mempengaruhi tujuan pekerjaan-pekerjaan adalah sebagai berikut.

Sumber : repository.upi.edu/operator/upload/s_a0151_0605727_chapter2.pdf

a. Kuantitas kerja, dapat terlihat dari besarnya jumlah pekerjaan yang dihasilkan. b. Kualitas, kerja dapat terlihat dari hasil yang diperoleh dari suatu pekerjaan yang dipergunakan untuk meningkatkan mutu dari suatu perusahaan. c. Ketepatan waktu, dapat terlihat dari persentase laporan pegawai yang tepat pada waktunya. d. Disiplin kerja, kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para pegawai untuk mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Dibutuhkan pula unsur-unsur yang mendukung terciptanya peningkatan Kualitas kerja pegawai, antara lain : a. Kompensasi b. Kesejahteraan c. Hubungan kerja d. Training bagi para manajer e. Survey opini f. Penilaian prestasi g. Jam kerja yang luwes h. Gugus kendali i. Dana pengeluaran Berdasrakan unsur-unsur diatas kita dapat memperhatikan bahwa program-program kualitas kerja untuk sebagian didasarkan atas tekniktekni., seperti jam kerja level organisasi. Teknik-tekni termasuk manajemen berdasarkan sasaran, program gugus kualitas, dan pengaturan kerja baru dan juga pemerkayaan pekerjaan memang memainkan peran besar dalam kualitas kerja, teknik-teknik itu merupakan unsur-unsur yang secara bersama-sama mempengaruhi kualitas kerja ditempat kerja.

Sumber : repository.upi.edu/operator/upload/s_a0151_0605727_chapter2.pdf

C. Indikator dari Kualitas Kerja Pegawai Menurut Mayalu Hasibuan, indicator dari kualitas kerja pegawai yaitu : 1. Potensi Diri Potensi diri merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang belum terwujud maupun yang telah terwujud, yang dimiliki seseorang, tetapi belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal. (id.wikipedia.org/wiki/Potensi_diri) Menurut Siahaan, Parlindungan (2005:4) Potensi diri adalah kemampuan yang terpendam pada diri setiap orang, setiap orang memilikinya. Memahami diskripsi pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan bidang kerja serta memilki berinisiatif merupakan beberapa potensi diri yang harus dimiliki pegawai.

2. Hasil Kerja Optimal


Hasil kerja yang optimal harus dimiliki oleh seorang pegawai, pegawai harus bisa memberikan hasil kerjanya yang terbaik, salah satunya dapat dilihat dari produktivitas organisasi, kualitas kerja kuantitas kerja. Produktivitas organisasi adalah sebagai suatu ukuran

penggunaan sumber saya dalam suatu organisasi biasanya dinyatakan sebagai rasio dari keluaran yang dicapai dengan sumber daya yang diberikan.

Kualitas

kerja

adalah

kegiatan

yang

dilakukan

oleh

pegawai telah memenuhi berbagai persyaratan, spesifikasi dan harapan yang telah ditetapkan. Kualitas kerja merupakan mutu hasil pekerjaan atau sebaik apa harus diselesaikan. Kualitas kerja pegawai dapat dilihat dari adanya kemampuan menghasilkan pekerjaan yang memuaskan, tercapainya tujuan secara efektif dan efisien serta kecakapan yang ditunjukkan dalam menjalankan pekerjaanya.
Sumber : repository.upi.edu/operator/upload/s_a0151_0605727_chapter2.pdf

Kuantitas

pekerjaan

adalah

banyaknya

jumlah

yang

harus diselesaikan atau dikerjakan pegawai sesuai target waktu yang telah ditetapkan dan dapat menyelesaikan lebih dari satu pekerjaan dalam satu waktu dengan baik. 3. Proses Kerja Proses kerja merupakan suatu tahapan terpenting

dimana pegawai menjalankan tugas dan perannya dalam suatu organisasi, melalui proses kerja ini kinerja pegawai dapat dilihat dari kemampuan membuat perencanana kerja, kreatif dalam melaksanakan pekerjaan, perbaikan. Kinerja yang baik dan berkualitas dapat terlihat dari bagaimana seorang pegawai dapat melakukan sebuah pekerjaan mula dari proses perencanaan sampai dengan perbaikan. Pegawai yan memiliki perencanaan kerja yang matang, kreativitas yang tinggi, mampu mengevaluasi tindakan, serta dapat, memperbaiki tindakan tanpa menunggu perintah dari atasan merupakan seorang pegawai yang memiliki pemikiran yang rasional dan memiliki inisiatif sendiri untuk melakukan pekerjaan itu. Seperti yang diungkapkan oleh mengevaluasi tindakan kerja, melakukan tindakan

Malayu S.P Hasibuan dalam Nurdiana (2006:126) mengemukakan bahwa : Dengan adanya inisiatif pegawai dalam pelaksanaan proses kerja dalam merancang program kerja, serta mampu memecahka permasalahan yang dihadapi, maka organsiasi tersebut akan

berhasil dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Dengan demikian untuk dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam organisasi, maka para pegawai harus memiliki kemampuan dalam pelaksanaan proses kerja

4. Antusiasme Antusiasme merupakan suatu sikap dimana seorang

pegawai melakukan kepedulian terhadap pekerjaanya hal ini bisa


Sumber : repository.upi.edu/operator/upload/s_a0151_0605727_chapter2.pdf

dilihat dari kehadiran, pelaksanaan tugas, motivasi kerja, komitmen kerja. Pegawai yang memiliki asntusiasme akan senantiasa

meningkatkan kinerjanya dalam menjalankan segala tugs dan tanggu jawabnya hal ini harus selalu ditumbuhkan dalam jiwa pegawai sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kinerjanya D.A Soetisna (2000:67) mengemukakan bahwa : Semangat atau antusiasme merupakan suatu sikap yang dimiliki pegawai dalam melaksanakan pekerjaanya, yang memiliki kapasitas untuk bekerja secara aktif tanpa mengenal lelah. Hal ini merupakan kecenderungan untuk menggunakan perilaku positif, emosi, dan semangat. Dari pendapat di atas, hendaknya para pegawai dapat memiliki sikap yang positif dan juga memiliki semangat yang besar dalam melakukan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Sedangkan menurut pendapat Tiffin dan Cormcick (1998:211) yangdikutip oleh Dewi Futriana (2006:18) menyebutkan bahwa kinerja dapat diukur dengan melihat faktor-faktor sebagai berikut : a. Hasil Kerja, menunjukan hasil kerja yang dicapai baik dari segi kualitas, kuantitas dan tingkat kemauan dalam melaksanakan tugas. b.Kemandirian, menunjkan hal-hal yang dapat diandalkan dari seorang pegawai c. Tingkat penyesuaian, menunjkan tingkat penyesuaiam seseorang tehadap organisasi.

Menurut Bernadin dan Russell (1993:383) mengemukakan bahwa terdapat enam indikator kinerja yang dapat diukur antara lain sebagai berikut : a) Kualitas kerja, yaitu tingkat yang dicapai dari proses atau hasil yang diperoleh pada suatu kegiatan mendekati kesempurnaan,

Sumber : repository.upi.edu/operator/upload/s_a0151_0605727_chapter2.pdf

dalam bentuk yang dapat menyesuaikan dengan suatu cara yang ideal dalam melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan. b) Kuantitas kerja, yaitu jumlah yang dihasilkan atau ditunjukkan dalamsetiap ukurahn dengan jumlah dalam unit, jumlah putaran atau sikluskegiatan yang lengkap. c) Efisiensi kerja, yaitu pelaksanaan cara tertentu dengan

mengurang tujuannya. d) Efektifitas kerja, yaitu tingkat atau sejumlah penggunaan sumber daya organisasi (seperti manusia, anggaran, teknologi, material) secaramaksimal untuk memperoleh keuntungan paling

tinggi atau mengurangi kerugian setiap unit atau hal-hal yang merugikan dalam penggunaan suatu sumber daya. e) Human relation, yaitu tingkat kenaikan kebutuhan pegawai mengenai perasaan, harga diri, nama baik, dan kerjasama antar teman kerja dan bawahan (hubungan, staf, konsultatif, koordinatif).

Sumber : repository.upi.edu/operator/upload/s_a0151_0605727_chapter2.pdf

You might also like