You are on page 1of 5

MUSIM HUJAN DATANG.

WASPADAI PENYAKIT PADA TEMBAKAU

Tembakau merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi karena peranan pentingnya dalam penyerapan tenaga kerja. Tidak kurang dari 16 juta jiwa menggantungkan hidupnya dari pendapatan tanaman tembakau atau industri rokok, mulai dari kegiatan produksi, pasca panen, angkutan sampai kegiatan pada industri hilir (Supriyanto et al., 2003). Dengan peran penting tersebut, para petani tembakau dituntut untuk meningkatkan produksi serta menjaga kualitasnya sehingga memenuhi permintaan pasar. Bercocok tanam di musim penghujan memang selalu membawa permasalahan tersendiri bagi petani, dan hal ini sudah biasa terjadi setiap musim hujan tiba. Pasalnya, petani yang mengusahakan tanam di musim hujan selalu dihadapkan pada kondisi kelembapan yang tingi dan air yang berlebih. Kondisi iklim tersebut memberikan ruang hidup yang disukai oleh hama dan penyakit sehingga tidak mengherankan apabila intensitas serangan Organisme Pengganggu Tanaman terutama penyakit di musim penghujan cenderug meningkat, akibatnya petani harus mengeluarkan biaya dan tenga ekstra untuk mengatasi permasalahan tersebut. Beberapa penyakit penting yang disebabkan oleh cendawan pada Tembakau di antaranya seperti Layu Ralstonia solanacearum, Lanas, Rebah Semai dan Rhizoctonia. Gejala serangan, siklus penyakit dan upaya pengendaliannya diuaraikan sebagai berikut:

!. Penyakit Layu Ralstonia solanacearum.

Penyakit layu disebabkan oleh Ralstonia solanacearum. Bakteri berbentuk batang, 1,5x 0,5 m, tidak berspora, tidak berkapsula, bergerak dengan satu bulu cambuk (flagel) yang terdapat diujung, aerob, gram negatif. Diatas medium agar bakteri membentuk koloni yang keruh, berwarna kecoklatan, kecil, tidak teratur, halus, kebasah-basahan, dan bercahaya. Bakteri

berkembang dengan baik pada suhu 30-35 0C dan pH 6,7. Di dalam biakan murni bakteri menghasilkan enzim pektinmetilesterase (PME), poligalakturonase (PG), dan selulase (Cx). Di dalam biakan murni bakteri cepat Gambaran Umum Jamur Matarhizium anisopliae kehilangan virulensinya. Tetapi dengan menutup biakan murni bakteri dengan minyak mineral steril virulensi bakteri dapat dipertahankan selama 16 tahun. Dengan memasukkannya dalam air steril dengan suhu 21 C dikatakan bahwa virulensi dapat dipertahankan selama 9 tahun Gejala kelayuan tidak terjadi dengan tiba-tiba. Pada tingkat permulaan sering terjadi kelayuan sepihak. Bahkan sering pada satu daun separonya layu, sedang belahan lainnya belum. Bagian yang tidak layu dapat berkembang terus sehingga daun menjadi tidak setangkup (simetris). Sering pada tingkat permulaan tanaman tampak layu pada siang hari yang panas, dan tampak segar kembali sore harinya. Pada bagian yang layu daging daun di antara tulang-tulang daun atau di tepi daun menguning, kemudian mengering dan menjadi seperti selaput. Akhirnya seluruh daun layu dan tanaman mati. Kalau tanaman yang sakit layu dicabut, tampak bahwa sebagian atau seluruh akarnya berwarna cokelat dan busuk. Pada serangan yang lanjut, bila pangkal batang dipotong dan agak ditekan akan keluar lendir (nenes) berwarna putih kotor dari bidang potongan. Lendir ini mengandung berjuta-juta bakteri. Empulur batang membusuk, sehingga pada tingkat yang lanjut pangkal batang menjadi berongga. Pengendalain penyakit ini dengan cara menanam varietas yang tahan, pergiliran tanaman serta pengendalian hayati diantaranya dengan memanfaatkan bakteri pengkoloni akar salah satunya yaitu Pseudomonas fluoresen. 2. Penyakit Lanas

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Phytophthora nicotiana. Penyakit ini banyak ditemukan di pertanaman tembakau di Klaten, Besuki, Bojonegoro dan Lumajang., bahkan di Bojonegoro kerugian akibat penyakit ini mencapai 50%. Gejala penyakit lanas dapat timbul pada tanaman tembakau dengan bermacam-macam umur, baik di pembibitan maupun di lapangan (pertanaman). Pada bibit yang daunnya bergaris tengah 2-3 cm, penyakit mula-mula diketahui dari warna daun yang hijau kelabu kotor, jika

kelembapan udara sangat tinggi penyakit akan berkembang dengan cepat dan tumbuhan segera menjadi busuk, di pembibitan penyakit ini dapat meluas dengan cepat sehingga pembibitan tampak seperti disiram air panas. Pada tanaman yang lebih tua biasanya gejala pembusukan hanya terbatas pada leher akar. Disini bagian yang busuk berwarna cokelat kehitaman dan agak berlekuk. Semua daun dari tanaman yang bersangkutan layu dengan mendadak, kalu pangkal batang dibelah empulur tampak mengering. Tanaman dewasa di lapangan sering mendapat infeksi pada daunnya dan terjadilah lanas bercak. Bercak berwarna cokelat kehitaman dan agak kebasahbasahan. Bercak ini besar, garis tengahnya sapat samapi 8 c, dengan batas yang kurang jelas dan mempunyai cincin-cincin yang berwarna gelap dan terang. Bagian yang berwarna gelap dibentuk di waktu malam, sedangkan yang terang di waktu siang, Dengan memperhatikan banyaknya cincin kita dapat menaksir umur bercak itu. Pengendalain penyakit ini dengan cara penanaman varietas yang tahan, Pergiliran tanaman (rotasi), mengurangi kelembapan dan jika diperlukan pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida berbahan aktif Benomil atau Mankozeb masing-masing dengan dosis 1 gram dalam 1 liter air. 3. Rebah Semai

Penyakit ini disebabkan oleh cendwan Pytium spp, penyakit ini hanya menyerang pembibitan yang terlalu lembab dan menyebabkan penyakit rebai semai (damping off). Gejala terjadi pada pembibitan yang berumur beberapa minggu, bibit layu dan menjadi kering dengan agak mendadak. Infeksi terjadi pada akar atau pangkal batang. Daun-daun biasanya tidak terserang. Suatu hal yang sangt khas pada tingkatan ini adalah penyebaran penyakit yang sangat tidak teratur di bedengan. Pada bibit yang berumur 4-5 minggu, infeksi yang dimulai dari pangkal batang dan akar-akar itu meluas juga ke daun-daun. Daun membusuk, pada waktu udara lembap tampak seperti berbulu. Tanaman tetap basah dan berubah menjadi massa seperti lendir. Pengendalain penyakit ini dengan cara sanitasi yang ketat, bibit yang sakit harus

dibuang untuk menghindari penularan lebih lanjut, juga disarankan membuang bibit di sekitar bibit yang sakit dengan radius 1 meter atau lebih. Jarak tanam bibit agar

diupayakan tidak terlalu rapat untuk mengurangi kelembaban di pembibitan. Penyemprotan dengan fungisida terutama yang mengandung bahan aktif metalaxyl misalnya Saromyl 35SD, atau fungisida yang disarankan pemakainanya oleh Balai Penelitian Tembakau Deli. Rekomendasi penggunaan fungisida harus diikuti dengan benar.

4. Penyakit Rhizoctonia

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani Kuhn, penyakit ini timbul terutama di persemaian. Gejala penyakit di persemaian mirip dengan gejala lanas. Tanaman atau daun yang sakit berwarna hijau kelabu. Batang atau tangkai yang mengalami infeksi berlekuk. Akhirnya tanaman sakit rebah, terletak diatas tanah dan mengering. Tanaman yang sakit terikat dengan tanah oleh benang-benag yang berwarna putih kecoklatan. Jamur sering membentuk jala benang-benang di permukaan tanah. Di waktu pagi pada jala-jala tadi terdapat embun yang bergantungan. Meskipun jarang, jamur dapat menyerang tanaman di lapangan. Tanaman yang sakit pangkal batangnya busuk, berlekuk dan rebah. Tetapi karena pembuluh kayu batang tidak rusak, pengangkutan air berlangsung terus dan daun-daun tidak layu. Tanaman yang rebah tadi sering hidup tersu dengan ujung yang membelok ke atas. Pengendalian penyakit ini dianjurkan agar tidak menyebar bibit terlalu rapat dan bibit dibiarkan mendapat sinar matahari, jika perlu dilakukan penyemprotan fungisida terutama yang

mengandung bahan aktif metalaxyl misalnya Saromyl 35SD. Prinsip Pengendalian penyakit adalah dengan Pengelolaan ekosistem melalui usaha bercocok tanam, yang bertujuan untuk membuat lingkungan tanaman menjadi

kurang sesuai bagi kehidupan dan pembiakan atau pertumbuhan OTP serta mendorong fungsinya agensia pengendali hayati
DAFTAR PUSTAKA Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogjakarta. Supriyanto, S. Larsito dan H. Basuki. 2003. Permasalahan Pengembangan Tembakau di Jawa Tengah. Prosiding Lokakarya Agribisnis Tembaku. Malang, 6 November 2001, p: 21-28.

Penulis,

Bayu Aji Nugoho, SP POPT Pertama

You might also like