You are on page 1of 21

Kritik ini berawal dari hasrat para feminis untuk mengkaji karya penulis-penulis wanita di masa silam dan

untuk menunjukkan citra wanita dalam karya penulis-penulis pria yang menampilkan wanita sebagai makhluk yang ditekan, disalahtafsirkan, serta disepelekan oleh tradisi patriarkal yang dominan. Hasrat pertama didasari oleh perasaan cinta dan setia kawan terhadap penulis-penulis wanita Hasrat kedua didasari oleh perasaan prihatin dan amarah

Konvensi Seneca Falls Tahun 1848 yang dipelopori oleh Elizabeth Cady Stanton, Lucretia Mott, dan Susan B. Anthony, berhasil menggalang dukungan bagi tuntutan mereka agar wanita diberi hak yang sama (dalam bidang hukum, ekonomi, dan sosial). Usaha mereka ini banyak mendapat tantangan dari nilai-nilai Victoria yaitu wanita harus menjaga kesalehan dan kemurnian mereka, bersikap pasif dan menyerah, rajin mengurus keluarga dan rumah tangga. Tahun 1860-an melakukan upaya untuk memperoleh hak politik dan pendidikan yang memunculkan perguruan tinggi khusus untuk perempuan seperti Vassar College, Smith College, Wellesley College, dan Bryn Mawr College. Tahun 1870 sebanyak 11.000 wanita muda terdaftar di 582 PT dan pada tahun 1900 tercatat 40% lulusan PT adalah wanita.

SEJARAH GERAKAN FEMINISME

lanjutan
Tahun 1920 memperoleh hak memilih dan dipilih, setelah memperoleh pendidikan yang baik, dan mengambil alih berbagai pekerjaan yang ditinggalkan laki-laki yang pergi berperang pada PD I. Tahun 1920-1930 Wanita Amerika cenderung kembali ke lingkungan domestik, tidak ikut bersaing dengan kaum pria dalam bidang politik maupun bisnis, dan mengalihkan perhatian ke bidang kesejahteraan wanita dan anak yang meliputi bidang pendidikan dan kesehatan. Tahun 1963 terbit buku The Feminine Mystique, karya Betty Friedan (Ahli sosiologi dan aktivis Feminisme) yang menandai munculnya gerakan feminisme gelombng kedua di Amerika.

GERAKAN FEMINISME DI INDONESIA


R. A. Kartini (Ibu Emansipasi) Habis gelap terbitlah terang Dewi Sartika Tahun 1904 mendirikan Sekolah Isteri kemudian namanya diganti dengan Sekolah Keutamaan Isteri. Hingga tahun 1912, ia telah mendirikan 9 sekolah Tahun 1912 lahirnya sebuah organisasi Perempuan bernama Poetri Mardika kemudian mengajukan mosi kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tahun 1915 agar perempuan dan laki-laki diperlakukan sama di muka hukum.

Lanjutan

Berbagai organisasi Perempuan muncul pada kurun waktu 1915-1925. Diantaranya adalah: Pawiyatan Wanito (Magelang, 1915), Percintaan Ibu Kepada Anak TemurunPIKAT (Manado, 1917), Purborini (Tegal, 1917), Aisyiyah atas bantuan Muhammadiyah (Yogyakarta, 1917), Wanito Soesilo (Pemalang, 1918), Wanito Hadi (Jepara, 1919), Poteri Boedi Sedjati (Surabaya, 1919), Wanito Oetomo dan Wanito Moeljo (Yogyakarta, 1920), Serikat Kaoem Iboe Soematra (Bukit Tinggi, 1920), Wanito Katolik (Yogyakarta, 1924). Dalam catatan sejarah, hampir setiap organisasi perempuan ini, menerbitkan majalah mereka sendiri sebagai media untuk membentuk opini publik sehingga gagasan-gagasan mereka terkomunikasikan ke dalam masyarakat luas.

Lanjutan

Tanggal 22 Desember 1928, diadakan Kongres Perempuan Indonesia I di Yogyakarta. Kongres ini melahirkan semacam federasi organisasi perempuan dengan nama Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI) dan pada tahun 1929, setahun setelah terbentuknya, diganti menjadi Perikatan Perkumpulan Istri Indonesia (PPII). Pada awal berdirinya, upaya-upaya yang dilakukan adalah perhatian pada lingkungan keluarga dan masyarakat, kedudukan perempuan dalam hukum perkawinan (Islam), pendidikan dan perlindungan anak-anak, pendidikan kaum perempuan, perempuan dalam perkawinan, mencegah perkawinan anak-anak, nasib yatim piatu dan janda, pentingnya peningkatan harga diri perempuan, dan kejahatan kawin paksa.

lanjutan

pada tahun 1935 dibentuk Badan Penyelidikan Perburuhan Kaum Perempuansalah satunya rapat umum untuk perempuan buruh batik di Lasem Jawa Tengah, membentuk Badan Pemberantasan Buta Huruf, Badan Pemberantasan Perdagangan Perempuan dan Anak-anak pada tahun 1930, Suwarni Pringgodigdo, mendirikan organisasi perempuan yang aktif dalam perjuangan politik, yaitu Istri Sedar di Bandung dan menerbitkan jurnal Sedar. Perjuangan lain, adalah upaya gerakan perempuan untuk menentang poligami yang dipandang merugikan perempuan. Kongres Perempuan II, Maret 1932, isu nasionalisme dan politik muncul, selain soal perdagangan peremuan, hak perempuan dan penelitian keadaan sanitasi di kampung serta tingginya angka kematian bayi.

lanjutan

Pada Kongres Perempuan III, setelah melakukan pembubaran PPII, mulai dimunculkan isu tentang hak suara perempuan. Perempuan terus memperjuangkan hak politik atau keterwakilan perempuan, dengan memperjuangkan Maria Ulfa menjadi anggota Volksraad, meskipun gagal. Maria Ulfa kemudian terpilih menjadi menteri Sosial pada Kabinet Syahrir II (1946) dan S.K. Trimurti menjadi menteri Perburuhan pada Kabinet Amir Sjarifuddin (1947-1948). Pada pemilu 1955, gerakan perempuan Indonesia berhasil menempatkan perempuan sebagai anggota parlemen

LANDASAN GERAKAN FEMINISME


Aspek Politis. Konferensi di Seneca Falls (USA) Tahun 1848, sebagai awal timbulnya gerakan perempuan secara terorganisasi dan dianggap pula sebagai Womens Great Rebellion. Para tokoh feminis memproklamasikan versi lain dari Deklarasi kemerdekaan USA, yang awalnya berbunyi all men are created equal(1776) menjadi all men and women are created equal Aspek Evangelis. Sudut pandang agama (Katholik & Protestan) menempatkan wanita pada posisi yang lebih rendah daripada laki-laki. (I Korintus 11:3; 14:34; I Petrus 3:1) Aspek Sosialisme. Ideologi feminisme dipengaruhi oleh konsep Sosialisme dan Marxis. Wanita Amerika sebagai kelas tertindas (proletar) dalam masyarakat kapitalis tidak memiliki nilai ekonomis karena hanya mengurus rumah tangga, berbeda dengan pekerjaan laki-laki yang menghasilkan uang (borjuis).

Tujuan Gerakan feminisme

Perjuangan para feminis Amerika bukan bertujuan untuk mengungguli atau mendominasi kaum laki-laki, tetapi untuk meningkatkan kedudukan dan derajat kaum perempuan agar sama atau sejajar dengan kedudukan serta derajat laki-laki. Perjuangan untuk mencapai tujuan ini meliputi berbagai cara, diantaranya: Menuntut pemerolehan hak dan peluang yang sama dengan laki-laki, yang memunculkan istilah equal rights movement atau gerakan persamaan hak. Membebaskan perempuan dari ikatan lingkungan domestik atau lingkungan keluarga dan rumah tangga, yang dikenal dengan beberapa nama yaitu womens liberation movement disingkat womens lib atau womens emancipation movement, yaitu gerakan pembebasan wanita

Kritik sastra feminis


LATAR BELAKANG

Di Amerika, sejarah tidak pernah menulis tentang perempuan, karena penulisan sejarah biasanya hanya menyebutkan keberhasilan orang-orang yang memiliki kekuasaan, yang pada saat itu didominasi oleh laki-laki kulit putih. Kaum feminis terpelajar berusaha membebaskan wanita dari penindasan dan pembatasan di dunia ilmu, dan upaya ini berhasil menjadikan wanita sebagai bahan studi (gender studies, women studies atau kajian wanita) yang bertujuan untuk menambah pengetahuan kita tentang pengalaman, kepentingan, dan kehidupan wanita. Tahun 1972, kajian wanita di USA sudah menawarkan sekitar 800 mata kuliah, dan lebih dari setengahnya adalah mengenai wanita dalam kaitannya dengan kesusastraan.

Lanjutan
Di Indonesia Penelitian Kajian Wanita adalah salah satu jenis penelitian yang dibiayai oleh DIKTI (10 juta/proposal) sejak awal 1980-an Tahun 1990 UGM membuka program studi Kajian Wanita dan 1991 UI juga membuka program yang sama.

Hasrat Kritik Sastra Feminis


Hasrat para feminis untuk mengkaji karya penulispenulis wanita di masa silam (misalnya dalam penelitian, perhatian bisa dipusatkan pada caracara yang mengungkapkan tekanan yang diderita tokoh wanita) Hasrat untuk menunjukkan citra wanita dalam karya penulis-penulis pria yang menampilkan wanita sebagai makhluk yang ditekan, disalahtafsirkan, serta disepelekan oleh tradisi patriarkal yang dominan (misalnya dengan menyelidiki tokoh-tokoh wanita yang kuat dan mungkin sekali mendukung nilai-nilai feminis) Kedua hasrat ini sama-sama menyangsikan keabsahan kanon sastra lama yang menunjukkan rasa benci dan curiga terhadap wanita, serta diabaikannya tulisan-tulisan mereka.

Ragam Kritik Sastra Feminis


Kritik ideologis Gynocritics atau Ginokritik Kritik sastra feminis-sosialis (feminis-marxis) Kritik sastra feminis-psikoanalitik/kritik sastra feminis-lesbianisme Kritik sastra feminis-ras

Penerapan Kritik Sastra Feminisme


Mengkaji aspek penokohan tokoh wanita dalam karya sastra, baik berupa tokoh protagonis maupun antagonis. Mengkaji tokoh lain terutama tokoh lakilaki yang mempunyai keterkaitan dengan tokoh perempuan yang sedang diamati Mengamati sikap penulis karya sastra yang kita kaji

Kritik Ideologis

Kritik sastra yang melibatkan wanita sebagai pembaca. Pusat perhatiannya pada citra serta stereotipe wanita dalam karya sastra, selain itu juga dimungkinkan untuk meneliti kesalahpahaman tentang wanita dan sebab-sebab mengapa wanita sering tidak diperhitungkan, bahkan nyaris diabaikan sama sekali dalam kritik sastra

Gynocritic

Mencari jawaban atas pertanyaanpertanyaan mendasar, seperti apakah penulis wanita merupakan kelompok khusus, dan apa perbedaan antara tulisan wanita dan tulisan laki-laki. Dalam ragam ini termasuk penelitian tentang sejarah karya sastra wanita, gaya penulisan, tema, genre, dan struktur tulisan wanita.

Kritik sastra feminis-sosialis (feminis-marxis)

Meneliti tokoh-tokoh wanita dari sudut pandang sosialis, yaitu kelas-kelas masyarakat. Dalam masyarakat patriarkal wanita dimasukkan ke dalam lingkungan yang terbatas (mengurus rumah tangga) sedangkan laki-laki menguasai lingkungan dan kehidupan di luar rumah.

Kritik sastra feminis-psikoanalitik/ kritik sastra feminis-lesbianisme

Kritik ini diterapkan pada tulisan-tulisan wanita, karena para feminis percaya bahwa pembaca wanita biasanya mengidentifikasikan dirinya dengan atau menempatkan dirinya pada si tokoh wanita, sedangkan tokoh wanita itu pada umumnya merupakan cermin penciptanya

Kritik sastra feminisras/etnik

Etnisitas atau kesukuan mengacu kepada orientasi kebudayaan seseorang yang dibentuk oleh tradisi dan pengalaman yang berkaitan dengn suku tersebut

You might also like