You are on page 1of 11

KATA PENGANTAR

Atas berkat rahmat Allah SWT, penulis telah menyelesaikan makalah ini. Makalah yang penulis susun berjudul Perlakuan Akuntansi terhadap Transaksi dengan Akad Mudharabah, makalah ini berisi pemaparan teori dan contoh aplikasi obligasi mudharabah dalam transaksi syariah. Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini secara langsung maupun tidak langsung, mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penulis makalah ini, masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun akan sangat berguna bagi penulisan makalah selanjutnya, semoga makalah ini dapat berguna, khusunya bagi penulis dan umumnya dapat memperluas pengetahuan bagi pembaca.

Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat,

Jakarta, 04 April 2011 Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR1

DAFTAR ISI..2 BAB I PENDAHULUAN. 3 1.1 Latar Belakang Masalah...........................3 1.2 Maksud dan Tujuan...3

BAB II PEMBAHASAN.. 4 2.1 Pengertian Akad Mudharabah......4 2.2 Jenis-jenis Akad Mudharabah 2.3 Dasar Hukum Akad Mudharabah 2.4 Standar Akuntansi Transaksi Mudharabah 2.5 Pedoman Pencatatan dan Pelaporan Transaksi Mudharabah 2.6 Aplikasi Akuntansi Transaksi Mudharabah

BAB III PENUTUP.9 3.1 Kesimpulan.9 3.2 Saran.......9

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Obligasi syariah adalah salah satu instrumen investasi syariah yang mampu mengembangkan pasar modal syariah.. Perkembangan obligasi mudharabah di Indonesia masih terhambat dalam masalah teknis dan pemahaman masyarakat tentang obligasi mudharabah. Selama masyarakat masih berpandangan bahwa obligasi sariah dan konvensional adalah sama, pola pikir seperti itulah yang menghambat perkembangan obligasi syariah. Maka, diperlukan pemahaman yang benar tentang obligasi syariah. Obligasi syariah terdiri dari beberapa jenis, tergantung akad yang digunakan. Akad-akad yang biasa digunakan dalam obligasi adalah mudharabah, ijarah, musyarakah, dan istishna. Dalam kesempatan ini, penulis akan membahas tentang obligasi syariah mudharabah, dasar hukum, mekanisme, hingga perkembangan obligasi syariah mudharabah di tingkat nasional dan internasional. 1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1. Mengetahui secara teori tentang obligasi syariah mudharabah. 2. Memperluas pemahaman tentang obligasi syariah secara umum dan obligasi mudharabah secara khusus. 3. Mengetahui mekanisme yang sah dan halal menurut perspektif fiqh. 4. Mengetahui praktek riil obligasi syariah mudharabah dari contoh yang dipaparkan. 5. Memperluas pemahaman fiqh muamalah dalam bidang investasi.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN MUDHARABAH

Menurut bahasa, kata mudharabah berasal dari adh-dharbu fil ardhi, yaitu melakukan perjalanan untuk berniaga. Allah swt berfirman: Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah. (QS A-Muzzammil : 20). Mudharabah disebut juga qiradh, berasal dari kata qardh yang berarti qath (sepotong), karena pemilik modal mengambil sebagian dari hartanya untuk diperdagangkan dan ia berhak mendapatkan sebagian dari keuntungannya. Menurut istilah fiqh, kata mudharabah adalah akad perjanjian antara kedua belah pihak, yang salah satu dari keduanya memberi modal kepada yang lain supaya dikembangkan, sedangkan keuntungannya dibagi antara keduanya sesuai dengan ketentuan yang disepakati (Fiqhus Sunnah III: 212). ORANG YANG MENGEMBANGKAN MODAL HARUS AMANAH Mudharabah hukumnya jaiz, boleh baik secara mutlak maupun muqayyad (terikat/bersyarat), dan pihak pengembang modal tidak mesti menanggung kerugian kecuali karena sikapnya yang melampaui batas dan menyimpang. Ibnul Mundzir menegaskan, Para ulama sepakat bahwa jika pemilik modal melarang pengembang modal melakukan jual beli secara kredit, lalu ia melakukan jual beli secara kredit, maka ia harus menanggung resikonya. (al-Ijma hal. 125). Dari Hakim bin Hizam, sahabat Rasulullah saw, bahwa Beliau pernah mempersyaratkan atas orang yang Beliau beri modal untuk dikembangkan dengan bagi hasil (dengan berkata), Janganlah engkau menempatkan hartaku ini pada binatang yang bernyawa, jangan engkau bawa ia ke tengah lautan, dan jangan (pula) engkau letakkan ia di lembah yang rawan banjir; jika engkau melanggar salah satu dari larangan tersebut, maka engkau harus mengganti hartaku. (Shahih Isnad: Irwa-ul Ghalil V: 293, Daruquthni II: 63 no: 242, Baihaqi VI: 111). 4

2.2 JENIS AKAD MUDHARABAH

Mudharabah Muthlaqah

Pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya (investasi tidak terikat) Mudharabah Muqayyadah

Pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana mengenai lokasi, cara dan atau objek investasi (investasi terikat) Mudharabah Musytarakah

Pengelola dana turut menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi

2.3 DASAR HUKUM AKAD MUDHARABAH Jumhur ulama sepakat bahwa penanaman modal (mudharabah) ini diperbolehkan. Dasar hukumnya adalah: 1) Al-quran Artinya: .dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT. 2) Al-hadits Dari shalih bin shuhaib r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, tiga hal di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual. 3) Ijma Imam Zailai telah nmenyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi pengolahan harta yatim secara mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan sepirit hadits yang dikutip Abu Ubaid. 5

Kontrak mudharabah telah dipraktekkan secara luas oleh orang-orang sebelum masa Islam, dan para Sahabat Nabi SAW. Menemukan jenis ini yang ternyata sangat bemanfaat dan sangat selaras dengan prinsip dasar syariah. Inilah salah satu bentuk bisnis bangsa Arab Jahiliyah yang ternyata terbebas dari kejahatan pada zaman Jahiliyah, oleh karena itu sampai sekarang masih tetap digunakan dan ada di dalam system Islam sekarang. Ketika Nabi Muhammad SAW berprofesi sebagai pedagang ia, melakukan akad mudharabah dengan Khadijah. Dengan demikian ditinjau darin segi hukum Islam, maka praktik mudharabah ini dibolehkan, baik menurut al-Quran, Sunnah, dan Ijma. Di antara hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang dapat menjadi dasar akad mudharabah ialah hadits Abdullah bin Umar berikut,

).

"Bahwasannya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyerahkan kepada bangsa Yahudi Khaibar kebun kurma dan ladang daerah Khaibar, agar mereka yang menggarapnya dengan biaya dari mereka sendiri, dengan perjanjian, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendapatkan separuh dari hasil panennya." (HR. Muttafaqun 'alaih).

2.4 STANDAR AKUNTANSI TRANSAKSI MUDHARABAH Ketentuan Akuntansi mengenai transaksi mudharabah diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan nomor 105 tentang Akuntansi Mudharabah (selanjutnya disebut PSAK 105). PSAK 105 mengatur mengenai pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi mudharabah oleh entitas yang melakukan transaksi mudharabah, baik yang bertindak sebagai pemilik dana maupun pengelola dana. 6

Namun demikian, PSAK tersebut tidak memberikan ketentuan mengenai perlakuan akuntansi atas sukuk yang diterbitkan dengan menggunakan akan mudharabah. Berdasarkan ruang lingkup pengaturan akuntansi mudharabah pada PSAK 105 tersebut, uraian mengenai perlakukan akuntansi untuk transaksi mudharabah akan dibagi menjadi perlakuan akuntansi yang diterapkan oleh entitas sebagai pemilik dana dan entitas sebagai pengelola dana. 2.5 PEDOMAN PENCATATAN DAN PELAPORAN TRANSAKSI MUDHARABAH

7 2.6 APLIKASI AKUNTANSI TRANSAKSI MUDHARABAH

8 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Obligasi syariah mudharabah adalah obligasi syariah yang dilakukan berdasarkan akad mudharabah. Obligasi ini merupakan instrument investasi syariah berupa surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh perusahaan (sebagai mudharib) kepada investor (sebagai shahib al maal) dengan tujuan pendanaan proyek perusahaan, kemudian keuntungannya didistribusikan secara periodik kepada investor menurut prosentase yang telah disepakati saat akad (basis profit-loss sharing). Dalam hal ini, investor mendapatkan bagi hasil yang sesuai besarnya dengan prosentase yang disepakati, dan jika mendapatkan kerugian maka akan menanggung kerugian itu bersama, tidak membebankan salah satu pihak. Bahkan pilihan obligasi syariah sebagai investasi yang halal memberikan peranan, dari sisi pasar modal dan dari sisi perusahaan. Obligasi syariah telah cukup berkembang di dalam negeri berdasarkan hasil penelitian dalam beberapa aplikasinya. Namun permasalahan yang masih berkembang di masyarakat seperti kurangnya sosialisasi dan pemahaman yang lebih jauh mengenai obligasi syariah ini masih menjadi hambatan bagi perkembangannya. Sedangkan perkembangan di luar negeri telah lebih baik di banding dalam negeri, karena pemahaman masyarakat yang cukup tinggi tentang obligasi syariah mudharabah. Selain itu aset luar negeri mempunyai daya tarik bagi investasi syariah. 3.2 Saran

Berdasarkan paparan dan kesimpulan, masyarakat di Indonesia khususnya perlu memahami lebih jauh tentang keberadaan obligasi syariah mudharabah. Perkembangannya dapat lebih baik jika proyek-proyek infrastruktur di Indonesia di jadikan asset untuk mengembangkan obligasi syariah mudharabah. Sehingga perkembangannya akan terus meningkat di tahun-tahun yang akan datang. 9 DAFTAR PUSTAKA

10

You might also like