You are on page 1of 22

2-2 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (3)

Analisis Analisis Analisis Analisis


Rangkaian Listrik Rangkaian Listrik Rangkaian Listrik Rangkaian Listrik
Di Kawasan s
Sudaryatno Sudirham
2-1
BAB 2
Analisis Rangkaian Menggunakan
Transformasi Laplace

Setelah mempelajari bab ini kita akan
memahami konsep impedansi di kawasan s.
mampu melakukan transformasi rangkaian ke kawasan s.
mampu melakukan analisis rangkaian di kawasan s.
Di bab sebelumnya kita menggunakan transformasi Laplace untuk
memecahkan persamaan rangkaian. Kita harus mencari terlebih dahulu
persamaan rangkaian di kawasan t sebelum perhitungan-perhitungan di
kawasan s kita lakukan. Berikut ini kita akan mempelajari konsep
impedansi dan dengan konsep ini kita akan dapat melakukan
transformasi rangkaian ke kawasan s. Dengan transformasi rangkaian ini,
kita langsung bekerja di kawasan s, artinya persamaan rangkaian
langsung dicari di kawasan s tanpa mencari persamaan rangkaian di
kawasan t lebih dulu.
Sebagaimana kita ketahui, elemen dalam analisis rangkaian listrik adalah
model dari piranti yang dinyatakan dengan karakteristik i-v-nya. Jika
analisis dilakukan di kawasan s dimana v(t) dan i(t) ditransformasikan
menjadi V(s) dan I(s), maka pernyataan elemenpun harus dinyatakan di
kawasan s.
2.1. Hubungan Tegangan-Arus Elemen di Kawasan s
2.1.1. Resistor
Hubungan arus dan tegangan resistor di kawasan t adalah
(t) Ri t v
R R
= ) (
Transformasi Laplace dari v
R
adalah
(s) R dt e t Ri dt e t v s
R
st
R
st
R R
I V



= = =
0 0
) ( ) ( ) (
Jadi hubungan arus-tegangan resistor di kawasan s adalah
) ( ) ( s R s
R R
I V = (2.1)

2-2 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (3)
2.1.2. Induktor
Hubungan antara arus dan tegangan induktor di kawasan t adalah
dt
(t) di
L t v
L
L
= ) (
Transformasi Laplace dari v
L
adalah (ingat sifat diferensiasi dari
transformasi Laplace) :
) 0 ( ) (
) (
) ( ) (
0 0
L L
st L st
L L
Li s sL dt e
dt
t di
L dt e t v s =
(

= =


I V
Jadi hubungan tegangan-arus induktor adalah
) 0 ( ) ( ) (
L L L
Li s sL s = I V (2.2)
dengan i
L
(0) adalah arus induktor pada saat awal integrasi dilakukan atau
dengan kata lain adalah arus pada t = 0. Kita ingat pada analisis transien
di kawasan waktu, arus ini adalah kondisi awal dari induktor, yaitu i(0
+
)
= i(0

).
2.1.3. Kapasitor
Hubungan antara tegangan dan arus kapasitor di kawasan t adalah

+ =
t
c C C
v dt t i
C
t v
0
) 0 ( ) (
1
) (
Transformasi Laplace dari tegangan kapasitor adalah
s
v
sC
s
s
C C
C
) 0 ( ) (
) ( + =
I
V (2.3)
dengan v
C
(0) adalah tegangan kapasitor pada t =0. Inilah hubungan
tegangan dan arus kapasitor di kawasan s.
2.2. Konsep Impedansi di Kawasan s
Impedansi merupakan suatu konsep di kawasan s yang didefinisikan
sebagai berikut.
Impedansi di kawasan s adalah rasio tegangan terhadap arus di
kawasan s dengan kondisi awal nol.
2-3
Sesuai dengan definisi ini, maka impedansi elemen dapat kita peroleh
dari (2.1), (2.2), dan (2.3) dengan i
L
(0) = 0 maupun v
C
(0) = 0,
sC s C
s
Z sL
s L
s
Z R
s
s
Z
C
C
L
L
R
R
R
1
) (
) (
;
) (
) (
;
) (
) (
= = = = = =
I
V
I
V
I
V
(2.4)
Dengan konsep impedansi ini maka hubungan tegangan-arus untuk
resistor, induktor, dan kapasitor menjadi sederhana, mirip dengan relasi
hukum Ohm.
) (
1
; (s) ) ( ; (s) ) ( s
sC
sL s R s
C C L L R R
I V I V I V = = = (2.5)
Sejalan dengan pengertian impedansi, dikembangkan pengertian
admitansi, yaitu Y = 1/Z sehingga untuk resistor, induktor, dan kapasitor
kita mempunyai
sC Y
sL
Y
R
Y
C L R
= = = ;
1
;
1
(2.6)
2.3. Representasi Elemen di Kawasan s
Dengan pengertian impedansi seperti dikemukakan di atas, dan hubungan
tegangan-arus elemen di kawasan s, maka elemen-elemen dapat
direpresentasikan di kawasan s dengan impedansinya, sedangkan kondisi
awal (untuk induktor dan kapasitor) dinyatakan dengan sumber tegangan
yang terhubung seri dengan impedansi tersebut, seperti terlihat pada Gb.
2.1.

Resistor Induktor Kapasitor
Gb.2.1. Representasi elemen di kawasan s.
) ( ) ( s R s
R R
I V = ; ) 0 ( ) ( ) (
L L L
Li s sL s = I V ;
s
v
sC
s
s
C C
C
) 0 ( ) (
) ( + =
I
V
R

I
R
(s)
+

V
R
(s)


+
sL

Li
L
(0)
+

V
L
(s)

I
L
(s)
+

s
v
C
) 0 (
+

V
C
(s)

I
C
(s)
sC
1

2-4 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (3)
Representasi elemen di kawasan s dapat pula dilakukan dengan
menggunakan sumber arus untuk menyatakan kondisi awal induktor dan
kapasitor seperti terlihat pada Gb.2.2.

Gb.2.2. Representasi elemen di kawasan s.
) ( ) ( s R s
R R
I V = ; |

\
|
=
s
i
s sL s
L
L L
) 0 (
) ( ) ( I V ;
( ) ) 0 ( ) (
1
) (
C C C
Cv s
sC
s + = I V
2.4. Transformasi Rangkaian
Representasi elemen ini dapat kita gunakan untuk mentransformasi
rangkaian ke kawasan s. Dalam melakukan transformasi rangkaian perlu
kita perhatikan juga apakah rangkaian yang kita transformasikan
mengandung simpanan energi awal atau tidak. Jika tidak ada, maka
sumber tegangan ataupun sumber arus pada representasi elemen tidak
perlu kita gambarkan.
COTOH 2.1: Saklar S pada rangkaian berikut telah lama ada di posisi
1. Pada t = 0 saklar
dipindahkan ke
posisi 2 sehingga
rangkaian RLC
seri terhubung ke
sumber tegangan
2e
3t
V.
Transformasikan rangkaian ke kawasan s untuk t > 0.
Penyelesaian :
Pada t < 0, keadaan telah mantap. Arus induktor nol dan tegangan
kapasitor sama dengan tegangan sumber 8 V.
R

I
R
(s)
+

V
R
(s)

sC
1
Cv
C
(0)
I
C
(s)
+
V
C
(s)

I
L
(s)
+
V
L
(s)

sL


s
i
L
) 0 (

1/2 F

1 H

3

2e
3t
V

+
v
C


S

1

2

+

+

8 V

2-5
Untuk t > 0, sumber tegangan adalah v
s
= 2e
3t
yang transformasinya
ke kawasan s adalah
3
2
) (
+
=
s
s
s
V
Representasi kapasitor adalah impedansinya 1/sC = 2/s seri dengan
sumber tegangan 8/s karena tegangan kapasitor pada t = 0 adalah 8
V. Representasi induktor impedansinya sL = s tanpa diserikan
dengan sumber tegangan karena arus induktor pada t = 0 adalah nol.
Transformasi rangkaian ke kawasan s untuk t > 0 adalah

Perhatikan bahwa tegangan kapasitor V
C
(s) mencakup sumber
tegangan (8/s) dan bukan hanya tegangan pada impedansi (2/s) saja.
Setelah rangkaian ditransformasikan, kita mengharapkan dapat langsung
mencari persamaan rangkaian di kawasan s. Apakah hukum-hukum,
kaidah, teorema rangkaian serta metoda analisis yang telah kita pelajari
di kawasan t dapat kita terapkan? Hal tersebut kita bahas berikut ini.
2.5. Hukum Kirchhoff
Hukum arus Kirchhoff menyatakan bahwa untuk suatu simpul berlaku

=
=
n
k
k
t i
1
0 ) (
Jika kita lakukan transformasi, akan kita peroleh
0 ) ( ) ( ) (
1 1
0 0
1
= =
(

=
(
(




= =


=
n
k
k
n
k
st
k
st
n
k
k
s dt e t i dt e t i I (2.7)
Jadi hukum arus Kirchhoff (HAK) berlaku di kawasan s. Hal yang sama
terjadi juga pada hukum tegangan Kirchhoff. Untuk suatu loop
s
2
s

3

3
2
+ s
+

+

s
8
+
V
C
(s)


2-6 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (3)
0 ) ( ) ( ) (
0 ) (
1 1
0 0
1
1
= =
(

=
(
(

= =


=
=
n
k
k
n
k
st
k
st
n
k
k
n
k
k
s dt e t v dt e t v
t v
V
(2.8)
2.6. Kaidah-Kaidah Rangkaian
Kaidah-kaidah rangkaian, seperti rangkaian ekivalen seri dan paralel,
pembagi arus, pembagi tegangan, sesungguhnya merupakan konsekuensi
hukum Kirchhoff. Karena hukum ini berlaku di kawasan s maka kaidah-
kaidah rangkaian juga harus berlaku di kawasan s. Dengan mudah kita
akan mendapatkan impedansi ekivalen maupun admitansi ekivalen

= =
k paralel ekiv k seri ekiv
Y Y Z Z

; (2.9)
Demikian pula dengan pembagi arus dan pembagi tegangan.
) ( ) ( ; ) ( ) (

s
Z
Z
s s
Y
Y
s
total
seri ekiv
k
k total
paralel ekiv
k
k
V V I I = = (2.10)
COTOH-2.2: Carilah V
C
(s) pada rangkaian impedansi seri RLC
berikut ini.

Penyelesaian :
Kaidah pembagi tegangan pada rangkaian ini memberikan
) (
) 2 )( 1 (
2
) (
2 3
2
) (
2
3
/ 2
) (
2
s
s s
s
s s
s
s
s
s
s
in in in R
V V V V
+ +
=
+ +
=
+ +
=
Pemahaman :
Jika V
in
(s) = 10/s maka
s
2
s
3

+

+
V
C
(s)


V
in
(s)

2-7
t t
C
C
s
s s
C
e e t v
s s s
s
s s
k
s s
k
s s
k
s
k
s
k
s
k
s s s
s
2
2
3
1
2
0
1
3 2 1
10 20 10 ) (

2
10
1
20 10
) (
10
) 1 (
20

; 20
) 2 (
20
; 10
) 2 )( 1 (
20
2 1 ) 2 )( 1 (
20
) (

=
= =
+ =
+
+
+

+ =
=
+
=
=
+
= =
+ +
=
+
+
+
+ =
+ +
=
V
V

Inilah tanggapan rangkaian rangkaian RLC seri (dengan R = 3 , L =
1H, C = 0,5 F) dengan masukan sinyal anak tangga yang
amplitudonya 10 V.
2.7. Teorema Rangkaian
2.7.1. Prinsip Proporsionalitas
Prinsip proporsionalitas merupakan pernyataan langsung dari sifat
rangkaian linier. Di kawasan t, pada rangkaian dengan elemen-elemen
resistor, sifat ini dinyatakan oleh hubungan
) ( ) ( t Kx t y =
dengan y(t) dan x(t) adalah keluaran dan masukan dan K adalah suatu
konstanta yang ditentukan oleh nilai-nilai resistor yang terlibat.
Transformasi Laplace dari kedua ruas hubungan diatas akan memberikan
) ( ) ( s K s X Y =
dengan Y(s) dan X(s) adalah sinyal keluaran dan masukan di kawasan s.
Untuk rangkaian impedansi,
) ( ) ( s K s
s
X Y = (2.11)
Perbedaan antara prinsip proporsionalitas pada rangkaian-rangkaian
resistor dengan rangkaian impedansi terletak pada faktor K
s
. Dalam
rangkaian impedansi nilai K
s
, merupakan fungsi rasional dalam s.
Sebagai contoh kita lihat rangkaian seri RLC dengan masukan V
in
(s). Jika
tegangan keluaran adalah tegangan pada resistor V
R
(s), maka

2-8 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (3)
) (
1
) (
) / 1 (
) (
2
s
RCs LCs
RCs
s
sC sL R
R
s
in in R
V V V
(

+ +
=
+ +
=
Besaran yang berada dalam tanda kurung adalah faktor proporsionalitas.
Faktor ini, yang merupakan fungsi rasional dalam s, memberikan
hubungan antara masukan dan keluaran dan disebut fungsi jaringan.
2.7.2. Prinsip Superposisi
Prinsip superposisi menyatakan bahwa untuk rangkaian linier besar
sinyal keluaran dapat dituliskan sebagai
+ + + = ) ( ) ( ) ( ) (
3 3 2 2 1 1 o
t x K t x K t x K t y
dengan x
1
, x
2
, x
3
adalah sinyal masukan dan K
1
, K
2
, K
3
adalah
konstanta proporsionalitas yang besarnya tergantung dari nilai-nilai
elemen dalam rangkaian. Sifat linier dari transformasi Laplace menjamin
bahwa prinsip superposisi berlaku pula untuk rangkaian linier di kawasan
s dengan perbedaan bahwa konstanta proporsionalitas berubah menjadi
fungsi rasional dalam s dan sinyal-sinyal dinyatakan dalam kawasan s.
+ + + = ) ( ) ( ) ( ) (
3 3 2 2 1
1
o
s K s K s K s
s s s
X X X Y (2.12)
2.7.3. Teorema Thvenin dan orton
Konsep mengenai teorema Thvenin dan Norton pada rangkaian-
rangkaian impedansi, sama dengan apa yang kita pelajari untuk
rangkaian dengan elemen-elemen resistor. Cara mencari rangkaian
ekivalen Thvenin dan Norton sama seperti dalam rangkaian resistor,
hanya di sini kita mempunyai impedansi ekivalen Thvenin, Z
T
, dan
admitansi ekivalen Norton, Y

, dengan hubungan sbb:
) (
) ( 1

) (
) ( ) ( ; ) ( ) ( ) (
s
s
Y
Z
Z
s
s s Z s s s

T
T
T
hs T ht T
I
V
V
I I I V V
= =
= = = =
(2.13)
2-9
COTOH-2.3: Carilah rangkaian ekivalen Thevenin dari rangkaian
impedansi berikut ini.

Penyelesaian :

) )( / 1 (
/
) / 1 (
/ 1
) ( ) (
2 2 2 2
+ +
=
+
+
= =
s RC s
RC s
s
s
sC R
sC
s s
ht T
V V
2 2
1
) ( ) (
+
= =
s
s
R
s s
hs
I I
) / 1 (
1
/ 1
/
) / 1 ( ||
RC s C sC R
sC R
RC R Z
T
+
=
+
= =

2.8. Metoda-Metoda Analisis
Metoda-metoda analisi, baik metoda dasar (metoda reduksi rangkaian,
unit output, superposisi, rangkaian ekivalen Thevenin dan Norton)
maupun metoda umum (metoda tegangan simpul, arus mesh) dapat kita
gunakan untuk analisis di kawasan s. Hal ini mudah dipahami mengingat
hukum-hukum, kaidah-kaidah maupun teorema rangkaian yang berlaku
di kawasan t berlaku pula di kawasan s. Berikut ini kita akan melihat
contoh-contoh penggunaan metoda analisis tersebut di kawasan s.
2.8.1. Metoda Unit Output
COTOH-2.4: Dengan menggunakan metoda unit output, carilah
V
2
(s) pada rangkaian impedansi di bawah ini.
+

B
E
B
A
N
2 2
+ s
s
sC
1
R

+

B
E
B
A
N
T
V
Z
T

2-10 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (3)

Penyelesaian :
2
2
2
) ( ) ( ) (
/ 1
1
) ( 1 ) ( ) (
1 ) ( : Misalkan
LCs sC sL s sC s s
sC
sC
s s s
s
L C L
C C
= = = =
= = = =
=
V I I
I V V
V

) (
1
) ( ) (

1 ) (
1
1 1
) ( ) ( ) (
1
) ( 1 ) ( ) ( ) (
1
2
1 2
2 *
1
2 2
*
1
2
2
s
RCs LCs
R
s K s
RCs LCs
R
s I
K
R
RCs LCs
sC
R
LCs
s s s
R
LCs
s LCs s s s
s
s
L R
R C L R
I I V
I I I
I V V V
+ +
= =
+ +
= =
+ +
= +
+
= + =
+
= + = + =

2.8.2. Metoda Superposisi
COTOH-2.5: Dengan menggunakan metoda superposisi, carilah
tegangan
induktor v
o
(t)
pada rangkaian
berikut ini.
Penyelesaian :
Rangkaian kita transformasikan ke kawasan s menjadi

Jika sumber arus dimatikan, maka rangkaian menjadi :
+

2 2
+

s
B
s
A
R
sL
+
V
o


R
R

1/sC

sL

I
1
(s)
+
V
2
(s)

I
C
(s)
I
R
(s)
I
L
(s)
+

Bsint
Au(t)
R
L
+
v
o


R
2-11


L R s
A
A
sL R
L
s
A
sL R
RLs
R
sL R
RLs
s
sL R
RLs
Z
R L
2 /
2 /
2
) (

o1
//
+
=
+
=
+
+
+
=
+
=
V

Jika sumber tegangan dimatikan, rangkaian menjadi :

) )( 2 / (
2 2

1 1 1
/ 1
) ( ) (
2 2 2 2
2 2
o2
+ +

=
+

+
=
+

+ +
= =
s L R s
s RB
s
B
R sL
sRL
s
B
sL R R
sL
sL s I sL s
L
V


=
=
+
=
|

\
| +
=
+
=

=
+
=
+
=
+
=
(


+
+
+
+

+
+
=
+ =
j
j
j s
L R s
e
L R
k
L R
e
L R
j L R j s L R s
s
k
L R
L R
s
s
k
j s
k
j s
k
L R s
k RB
L R s
A
s s s
2 2
3
1
2 2
2
2 2
2 /
2 2
1
3 2 1
o2 o1 o
4 ) / (
1
/
2
tan
,
4 ) / (
1

2 /
1
) )( 2 / (

) 2 / (
) 2 / (
) (
2 / 2 2 /
2 /

) ( ) ( ) ( V V V

+

s
A
R
sL
+
V
o1


R
2 2
+

s
B
R
sL
+
V
o2


R

2-12 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (3)
( )
(
(
(
(
(
(

+
+
+
+

+ =

) ( ) (
2 2
2
2 2
2
o
4 ) / (
1
) 2 / (
) 2 / (
2 2
) (
t j t j
t
L
R
t
L
R
e e
L R
e
L R
L R
RB
e
A
t v

) cos(
4 ) / (
4
2
) (
2 2
2
2 2
2
o

+

+
(
(

+

=

t
L R
RB
e
L R
B R A
t v
t
L
R

2.8.3. Metoda Reduksi Rangkaian
COTOH-2.6: Dengan menggunakan metoda reduksi rangkaian
selesaikanlah persoalan pada contoh 2.5.
Penyelesaian :
Rangkaian yang
ditransformasikan ke
kawasan s kita gambar
lagi seperti di samping
ini.
Jika sumber
tegangan
ditransformasikan
menjadi sumber
arus, kita
mendapatkan
rangkaian dengan dua sumber arus dan dua resistor diparalel.
Rangkaian tersebut dapat
disederhanakan menjadi
rangkaian dengan satu
sumber arus, dan kemudian
menjadi rangkaian dengan
sumber tegangan.

|
|

\
|
+
+

sR
A
s
B R
2 2
2
R/2
sL
+
V
o


+

+
2 2
+

s
B
s
A
R
sL
+
V
o


R
2 2
+

s
B
sR
A
R
sL
+
V
o


R
sR
A
s
B
+
+

2 2
R/2
sL
+
V
o


2-13
Dari rangkaian terakhir ini kita diperoleh :

|
|

\
|
+
+

+
=
sR
A
s
B R
R sL
sL
s
2 2
o
2 2 /
) ( V
) )( 2 / (
) 2 / (
2 /
2 /
) (
2 2
o
+ +

+
+
=
s L R s
s RB
L R s
A
s V
Hasil ini sama dengan apa yang telah kita peroleh dengan metoda
superposisi pada contoh 2.5. Selanjutnya transformasi balik ke kawasan t
dilakukan sebagaimana telah dilakukan pada contoh 2.5.
2.8.4. Metoda Rangkaian Ekivalen Thvenin
COTOH-2.7: Dengan menggunakan rangkaian ekivalen Thvenin
selesaikanlah persoalan
pada contoh 2.5.
Penyelesaian :
Kita akan menggunakan
gabungan metoda
superposisi dengan
rangkaian ekivalen
Thvenin.
Tegangan hubungan
terbuka pada waktu
induktor dilepas, adalah jumlah tegangan yang diberikan oleh
sumber tegangan dan sumber arus secara terpisah, yaitu
2 2
2 2
2 / 2 /


2
1
) ( ) (
+

+ =
+

+
+
= =
s
RB
s
A
s
B
R
s
A
R R
R
s s
ht T
V V

Dilihat dari terminal induktor,
impedansi Z
T
hanyalah berupa dua
resistor paralel, yaitu
2
R
Z
T
=
+

Z
T
sL
+
V
o


V
T
+
2 2
+

s
B
s
A
R
sL
+
V
o


R
+
2 2
+

s
B
s
A
R
+
V
ht


R

2-14 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (3)
Dengan demikian maka tegangan induktor menjadi
) )( 2 / (
) 2 / (
2 /
2 /

2 / 2 /
2 /
) ( ) (
2 2
2 2
o
+ +

+
+
=
|
|

\
|
+

+
+
=
+
=
s L R s
s RB
L R s
A
s
RB
s
A
R sL
sL
s
Z sL
sL
s
T
T
V V

Persamaan ini telah kita peroleh sebelumnya, baik dengan metoda
superposisi maupun metoda reduksi rangkaian.
2.8.5. Metoda Tegangan Simpul
COTOH 2.8: Selesaikan persoalan pada contoh 2.5. dengan
menggunakan metoda
tegangan simpul.
Penyelesaian :
Dengan referensi
tegangan seperti terlihat
pada gambar di atas,
persamaan tegangan simpul untuk simpul A adalah:
0
1 1 1 1
) (
2 2
o
=
+

\
|
+ +
s
B
s
A
R sL R R
s V
Dari persamaan tersebut di atas kita peroleh
) )( 2 / (
) 2 / (
2 /
2 /


2
) (
atau
2
) (
2 2
2 2
o
2 2
o
+ +

+
+
=
|
|

\
|
+

+
+
=
+

+ = |

\
| +
s L R s
s RB
L R s
A
s
B
Rs
A
R Ls
RLs
s
s
B
Rs
A
RLs
R Ls
s
V
V

Hasil yang kita peroleh sama seperti sebelumnya.
Pemahaman :
Dalam analisis di kawasan s, metoda tegangan simpul untuk
rangkaian dengan beberapa sumber yang mempunyai frekuensi
+
2 2
+

s
B
s
A
R
sL
+
V
o


R
A
B
2-15
berbeda, dapat langsung digunakan. Hal ini sangat berbeda dari
analisis di kawasan fasor, dimana kita tidak dapat melakukan
superposisi fasor dari sumber-sumber yang mempunyai frekuensi
berbeda, karena pengertian fasor diturunkan dengan ketentuan bah-
wa frekuensi sama untuk seluruh system.
2.8.6. Metoda Arus Mesh
COTOH-2.9: Pada rangkaian berikut ini tidak terdapat simpanan
energi awal. Gunakan metoda arus mesh untuk menghitung i(t).

Penyelesaian :
Transformasi rangkaian ke kawasan s adalah seperti gambar berikut
ini. Kita
tetapkan
referensi
arus mesh
I
A
dan I
B
.
Persamaan
arus mesh dari kedua mesh adalah
( )
0 10 ) (
10
10 10 ) (
0 10 ) ( 10 01 . 0 ) (
10
4
6
4 4
4 4
=
|
|

\
|
+ +
= + +
s
s
s
s s s
s
A B
B A
I I
I I

Dari persamaan kedua kita peroleh:
( )
) (
10 2
) (
2
s
s
s
s
B A
I I
+
=
Sehingga:
+

10k

10mH

1F
10 u(t)
i(t)
10k

s
s
10
) (
1
= V
+

10
4
10
4
0.01s
s
6
10

I(s)
I
A
I
B

2-16 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (3)
( )
( )
500000
04 , 0
10 8 10 10
; 100
04 , 0
10 8 10 10
dengan
) )( (
10
10 10 02 , 0
10

10 10 10 2 02 , 0
10
) ( ) (
0 10 ) ( ) (
10 2
10 01 . 0
10
4 8 4
4 8 4
6 4 2
4 6 4 2
4
2
4


=

+
=

=
+ +
=
+ + +
= =
=
+
+ +
s s
s s
s s s s
s s
s s
s
s
s
s
B
B B
I I
I I

| | mA 02 , 0 ) (
10 2
100
10
; 10 2
500000
10
50000 100 ) 500000 )( 100 (
10
) (
500000 100
5
500000
2
5
100
1
2 1
t t
s s
e e t i
s
k
s
k
s
k
s
k
s s
s

=
=
=
+
= =
+
=
+
+
+
=
+ +
= I

2-17
Soal-Soal
1. Sebuah resistor 2 k dihubungkan seri dengan sebuah induktor 2 H;
kemudian pada rangkaian ini diterapkan sinyal tegangan v(t)=10u(t)
V. Bagaimanakah bentuk tegangan pada induktor dan pada resistor ?
Bagaimanakah tegangannya setelah keadaan mantap tercapai?
2. Ulangi soal 1 jika tegangan yang diterapkan v(t) = [20sin300t] u(t) V.
3. Ulangi soal 1 jika tegangan yang diterapkan v(t) = [20cos300t] u(t) V.
4. Rangkaian seri resistor dan induktor soal 1 diparalelkan kapasitor 0.5
F. Jika kemudian pada rangkaian ini diterapkan tegangan
v(s)=10u(t) V bagaimanakah bentuk arus induktor ? Bagaimanakah
arus tersebut setelah keadaan mantap tercapai?
5. Ulangi soal 4 dengan tegangan masukan v(t)=[20sin300t]u(t) V.
6. Ulangi soal 4 dengan tegangan masukan v(t)=[20cos300t]u(t) V.
7. Sebuah kapasitor 2 pF diserikan dengan induktor 0,5 H dan pada
hubungan seri ini diparalelkan resistor 5 k. Jika kemudian pada
hubungan seri-paralel ini diterapkan sinyal tegangan v(t)=10u(t) V,
bagaimanakah bentuk tegangan kapasitor ?
8. Ulangi soal 7 dengan tegangan masukan v(t) = [20sin300t] u(t) V.
9. Sebuah resistor 100 diparalelkan dengan induktor 10 mH dan pada
hubungan paralel ini diserikan kapasitor 0,25 F. Jika kemudian pada
hubungan seri-paralel ini diterapkan tegangan v(t) = 10u(t) V, carilah
bentuk tegangan kapasitor.
10. Ulangi soal 9 dengan tegangan masukan v(t) = [20sin300t] u(t) V.
11. Carilah tanggapan status nol (tidak ada simpanan energi awal pada
rangkaian) dari i
L
pada rangkaian berikut jika v
s
=10u(t) V.

+

v
s

1k
1k
0.1H
i
L

2-18 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (3)
12. Carilah tanggapan status nol dari v
C
dan i
L
pada rangkaian berikut
jika v
s
=100u(t) V.

13. Carilah tanggapan status nol dari v
C
dan i
L
pada rangkaian berikut
jika v
s
=[10cos20000t]u(t) V.

14. Carilah i pada rangkaian berikut, jika i
s
=100u(t) mA dan tegangan
awal kapasitor adalah v
C
(0) = 10 V.

15. Ulangi soal 14 untuk i
s
=[100cos400t] u(t) mA.
16. Carilah v
o
pada rangkaian berikut, jika i
s
=100u(t) mA dan arus awal
induktor adalah i
L
(0) = 10 mA.

17. Ulangi soal 16 untuk i
s
= [100cos400t] u(t) mA.
18. Carilah tanggapan status nol dari v
L
pada rangkaian berikut, jika v
s
=
10u(t) V , i
s
= [10sin400t]u(t) mA.

i
s

0,1H
0,5k
+
v
L


0,5k
+

v
s
i
s

+
v
o


0,1H
5k
5k
i
s

0,05F
i

5k
5k
+

v
s

500
50mH
0,05F
i
L
+
v
C


+

v
s

5k
50mH
0,05F
i
L
+
v
C


2-19
19. Carilah tanggapan status nol dari v
2
pada rangkaian berikut jika v
s
=
[10cos(900t+30
o
)] u(t) V.

20. Ulangi soal 17 jika tegangan awal kapasitor 5 V sedangkan arus awal
induktor nol.
21. Pada rangkaian berikut carilah tanggapan status nol dari tegangan
keluaran v
o
(t) jika tegangan masukan v
s
(t)=10u(t) mV.

22. Pada rangkaian berikut carilah tanggapan status nol dari tegangan
keluaran v
o
(t) jika tegangan masukan v
s
(t)=10u(t) mV.

23. Untuk rangkaian berikut, tentukanlah v
o
dinyatakan dalam v
in
.

+

10k
1k
100i

10k
100k
0,1F

+
v
o

v
s
i

+


+
v
o

+
v
in
R
2 R
1
C
1
C
2
+

10k
1k
50i

10k
20pF

+
v
o

v
s
i

2pF

+

v
1

10k
10mH
1F
+
v
2


10k

2-20 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (3)



26. Untuk rangkaian
transformator linier
berikut ini tentukanlah i
1
dan i
2
.




27. Pada hubungan beban dengan
transformator berikut ini,
nyatakanlah impedansi masukan
Z
in
sebagai fungsi dari M.



28. Berapakah M agar Z
in
pada soal 27 menjadi
( )
25000
25000 2 , 0 02 , 0
+
+
=
s
s s
Z
in

29. Jika tegangan masukan pada transformator soal 28 adalah
V 300 cos 10 t v
in
= , tentukan arus pada beban 50 .


+

+
v
o

+
v
in
R
2
R
1
C
1
C
2
R
2

+

+
v
o

+
v
in
10k

1F

10k

i
1
i
2
M
L
1
L
2
+

50

80

50u(t) V

L
1
=0,75H L
2
=1H
M = 0,5H
M
L
1
L
2
50

Z
in
L
1
=20mH L
2
=2mH
2-21

You might also like