You are on page 1of 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sejarah mula-mula ditafsirkan sebagai suatu lingkungan yang setiap kali kembali menurut siklus. Dan peranan nasib sangatlah besar di bukan suatu

dalamnya. Sejarah bukan merupakan cakra mangilingan

lingkaran siklus. Sejarah bergerak menurut garis lurus dan dalam perjalanan sejarah itu, manusia bahkan membuat sejarahnya sendiri. Dikenal sebagai aliran historis dalam masyarakat yang hidup dalam suatu zaman. akumulasi dari riwayat-riwayat itu disebut sejarah. Dalam hubungan dengan itu, maka kedatangan para Misionaris Serikat Sabda Allah, pada awal abad ke-19 telah turut membawa dampak yang positif bagi masyarakat suku-suku asli di Flores dan pelestarian warisan budaya leluhurnya. Para Imam SVD yang ternyata ahli dibidang bahasa dan sejarah serta kebudayaan ini mulai mengambil inisiatif untuk menemukan dan mengumpulkan kekayaan budaya Flores yang tersembunyi agar dapat dilestarikan sehingga mereka meyimpan hasil kekayaan tersebut pada tempat sebuah gudang kecil dibagian dari Seminari Tinggi Ledalero sehingga pantas disebut Museum. Masyarakat pada umumnya telah lama mengenal kata museum tetapi belum mengerti apa arti sesungguhnya dari museum itu. Ada orang beranggapan bahwa museum itu adalah tempat penyimpanan benda-benda kuno, benda-benda ajaib, tempat angker, karena di dalamnya tersimpan benda-benda bertuah. Pendapat atau pandangan yang demikian haruslah kita lenyapkan, sebab pengertian tersebut amat bertentangan dengan maksud pengertian museum itu sendiri. Definisi yang dianggap paling aktual ialah definisi yang dipergunakan oleh International Council Of Museum

(ICOM) yaitu museum adalah setiap badan tetap yang diusahakan untuk kepentingan masyarakat dengan tujuan untuk memelihara, menyelidiki dan memperbanyak pada umumnya, khususnya memamerkan kepada khalayak

ramai, guna penikmatan dan pendidikan akan bukti-bukti nyata berupa bendabenda dari manusia dan lingkungan. Walaupun segi keanekaragaman isi koleksi-koleksi ini, para imam SVD, menyebut museum ini sebagai Museum Misi dan Budaya namun Piet Petu SVD mencetuskan nama Bikon Blewut, untuk museum ini diatas dasar penafsiran terhadap syair budaya Sikka krowe yang berbunyi sebagai berikut saing gun saing nulun, saing blikon saing blewut, saing watu wuan nurak, saing tana puhun kleruk, deot retan wulan wutu, kelang bekon nian tana yang artinya sedari awal Tuhan menciptakan dunia dan segala isinya dan demikianlah adanya.

1.2 Masalah Dari uraian latar belakang diatas maka rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini adalah:

1.3 Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah; Agar mahasiswa yang adalah generasi muda memahami dan mengenal bagaimana sejarah sejarah berdirinya Museum Blikon Blewut. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan nilai tugas Kelompok, mata kuliah Sejarah Sastra.

1.4 Metode Penulisan Metode penulisan makalah ini adalah metode kepustakaan. Penulis menggunakan buku-buku yang mempunyai relevansinya dengan judul dan mencari berbagai artikel di internet untuk menambah wawasan penulisan karya makalah ini.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Gambar/Foto Museum Blikon Blewut A. Museum Blikon Blewut

Museum Blikon Blewut merupakan museum terbesar dan terlengkap di Propinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) yang menghimpun berbagai fosil dan artefak dari zaman batu, megalitikum, dan artefak kesenian lainnya dari berbagai kultur. Museum ini terletak 4 Km dari Kota Maumere, Kabupaten Sikka. Terletak dalam kawasan STFK (Sekolah Tinggi Filsafat Katolik) Ledalero, 6 km ke arah selatan Kab. Sikka, tepatnya kecamatan Nita. Dari kota dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi baik sepeda motor maupun mobil. Alternatif lain yaitu dengan menggunakan kendaraan umum (alias angkot, yang di sana disebut dengan bemo), sekitar 20-30 menit perjalanan. Penataan dan pengelolaan museum ini dari hari ke hari semakin memenuhi tuntutan dan bobot ilmiah, kadar kultural dan nilai estetika. Inventarisasi kategoris koleksi museum ini memiliki macam-macam benda, alat, photo dokumentasi, patung, kain tenun, parang, emas,

perunggu, batu mulia, batu-batuan lain, berbagai jenis mata uang logam dan kertas dari mancanegara dan lain sebagainya. Inilah peninggalan budaya di Flores dan berbagai daerah lain di Nusantara dan dunia yang memiliki nilai yang sangat tinggi sehingga perlu di amankan dan terus di gali nilai tersebut.

B. Benda-benda bersejarah koleksi museum

2.2 Asal Mula Museum Blikon Blewut A. Konsep Museum Museum merupakan tempat peyimpanan benda-benda kuno dan bersejarah sekaligus badan tetap yang diusahakan untuk kepentingan masyarakat dengan tujuan untuk memelihara dan melestarikan kekayaan-kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia khususnya bagi masyarakat Flores. B. Latar Belakang Berdirinya Museum Blikon Blewut. Langkah awal yang spektakuler bagi masyarakat Flores dan dunia ilmu pengetahuan telah dimulai oleh Dr. Theodor Verhoeven SVD, seorang ahli Etnolinguistik tamatan Universitas Utrecht-Nederland. Setelah tiba di Flores pada tahun 1949, Verhoeven mulai melakukan penelitian-penelitian di seluruh wilayah Flores dengan berkonsentrasi pada benda-benda budaya prasejarah, paleontology dan geologi. Oleh karena itu, ia menggalang usaha-usaha penggalian dimana-mana untuk menemukan fosil-fosil manusia purba dan fosil-fosil fauna dan flora di seantero pulau Flores. Bersamaan dengan penelitian dan observasi dan lapangan oleh rekanrekannya tentang sejarah budaya-budaya dan agama-agama non Kristen di Oceania dan Asia Tenggara, Verhoevenpun mengumpulkan hasil-hasil penggalian dan penemuannya yang kini menjadi koleksi-koleksi utama museum Blikon Blewut Ledalero.

Hasil-hasil penggalian dan penemuannya sejak tahun 1950 hingga tahun 1965 itu mula-mula disimpan saja di seminari Todabelu, kabupaten Ngada, Flores yang dikelolah oleh imam-imam SVD. Apalagi anggota tim ekspedisinya terdiri dari siswa-siswa seminari (Piet Petu, Darius Nggawa, Frans Nurak, Rokus Due Awe) saat itu. Namun setelah verhoeven kembali ke Nederland pada tahun 1967, hasil-hasil temuan dan penggaliannya itu Cuma dikenal lewat tulisan-tulisannya di jurnal Anthropos dalam bahasa Jerman. Pada tahun 1975 datanglah seorang misionaris asal Nederland yang energetic, DRS. Guus Cremers SVD, yang mendapat tugas sebagai dosen di STFK Ledalero. Atas inisiatifnya dan dengan persetujuan regional SVD Ende, hasil-hasil penemuan Verhoeven itu dipindahkan ke Seminari Tinggi Ledalero, kabupaten Sikka, Flores. Guus Cremers SVD merawat hasil-hasil penemuan dan penggalian itu sampai dengan kedatangan Pater Piet Petu SVD pada tahun 1982, yang dipindahkan dari Ende untuk menjadi Dosen Sejarah Kebudayaan di STFK Ledalero. Di tangan Piet Petu SVD, yang lebih dikenal dengan nama Sareng Orinbao dan adalah mantan anggota tim ekspedisi verhoeven, inilah hasil seluruh penemuan dan penggalian VERHOEVEN tersebut lalu ditata dan dikelolah secara sistematis, pada tahun 1983 di dalam sebuah gedung kecil bagian dari Seminari Tinggi Ledalero, sehingga pantas disebut sebagai museum. C. Isi dari Museum Blikon Blewut Adapun isi Museum Blikon Blewut secara garis besar dapat dipaparkan: I. Alat-alat Kebudayaan Pra-Sejarah a) Zaman Batu Flores: Zaman Paleoliticum atas; ZamanPakoliticum tengah; Zaman Paleoliticum bawah. Barang-barang berupa chopper, chopper tool, hand adze.Semuanya berjumlah 70 buah; Zaman Mesoliticum, berupa ujung panah berkait, kapak, ujung tombak boor besar, yang semuanya berumlah 15 buah. Berikut alat-alat dan kulit siput berupa pijpunten, blades, dan perhiasan yang berjumlah 20 buah, Selajn itu juga tembikar dari Liang Toge.

b) Zaman Perunggu, berupa dolok perunggu (satu-satunya yang terdapat di Indonesia), gong, moko, gelang, pattung anjing, tempat sirih, dan manik-manik berjumlah 10 buah. c) Fosil-fosil atau alat-alat dari Kebudayaan Sangiran dan Pacitan berjumlah 128 buah. d) Zaman Batu Eropa berjumlah 80 buah (Abbevillen-Auriguneian Clactonien-SoIutrean-AehenIeen-Magdalenien-Monsterien-Mi,crolith). Jugs alat-alat Neolithis dan perhiasan dari Afrika berjumlah 24 buah. e) Batu-batu mulia, yang besar berjumlah 71 buah dengan perincian bahwa ada beberapa berasal dari batang kayu yang membatu. Permata berjumlah 45 buah yang diambil dari Lehrmittel-Anstalt Janger Eisenblute-Erzberg; Erzbergit-Erzberg; Edelopal-Mexico; Turmalin dan Achat Gefarbt (Brasilien) f) Manik-manik. Ada yang berbentuk bulat dan ada yang bulat panjang. Diperkirakan berasal dari Roma, Mesir, dan India. II. Benda-benda Porselen. Benda-benda porselen berupa piring-piring, patung ayam dan sebagainya berjumlah 80 buah. Dikirakan berasal dari Zaman Ming dan Zaman Jung (dari kubur Berloka-Werloka). III. Alat-alat Musik. Alat-alat musik dari Flores dan Timor berupa macam-macam staling, robo, bo gena, for dogo, hake, hoi, woi mere (semacam gitar dari Timor), fekodan sebagainya berjumlah 90 buah. IV. Tenunan, anyaman, dan ukiran. Tenurian berupa sarung-sarung dari Flores dan Timor. Anyaman berupa tempat sirih, tempat tembakau, keranjang dan tempat kapur sirih. Ukiran berupa empat papan berukir dari Ngada, ukiran patung dari Irian Barat. Semuanya 90 buah.

V.

Fauna Fauna praehistoris berupa Stegedon florensis dengan banyak geligi dan tulang-belulangnya. Spelaemys floorensis Hooijer, Papagomys

arrnanvillei, geligi hayfish, geligi ikan yu (hiu), geligi Boa lezafarit, Papagomys verhoevani Hooijer. Sedangkan fauna belakangan adalah kura-kura, macam-macam siput, dan kupu-kupu. Selain itu terdapat juga dua buah kumbang dari Sikka, dua kumbang sedang, 2 kumbang kecil, pakaian dan gendang Irian Barat.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Museum Blikon Blewut adalah museum terbesar dan terlengkap di Propinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) yang menghimpun berbagai fosil dan artefak dari zaman batu,megalitikum, dan artefak kesenian lainnya dari berbagai kultur. Kata Blikon Blewut sendiri mempunyai arti sisa-sisa dari yang punah.

3.2 Saran Sebagai generasi muda Indonesia, kita seharusnya menjadi pewaris budaya bangsa. Banyak cara mencintai Indonesia, selain terus melestarikan budaya secara turun-temurun, cara lainnya adalah dengan rajin mengunjungi museum. Oleh karenanya penulis menyarankan kepada teman-teman agar rajin mengunjungi museum terdekat, yakni museum Blikon Blewut sebagai langkah awal melestarikan budaya bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Boestami. 1981. Petunjuk Museum Negeri Adityawarman Padang. Sumatera Barat: Proyek Pengembangan Permuseuman. Soedyawati, E. 1986. Budaya Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i KATA PENGANTAR ...................................................................................................ii DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Masalah .......................................................................................................... 2 1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................... 2 1.4 Metode Penulisan.......................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3 2.1 Gambar/Foto Museum Blikon Blewut ...................................................... 3 2.2 Asal Mula Museum Blikon Blewut ............................................................ 5 BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 9 3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 9 3.2 Saran ............................................................................................................... 9 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 10

iii11

You might also like