You are on page 1of 9

Mentari Chairunisa 210110110359 Kelas I SISTEM KOMUNIKASI INTRAPERSONAL Komunikasi intrapersonal atau komunikasi dengan diri sendiri meliputi

empat cakupan, yakni sensasi, persepsi, memori, dan berpikir.

Sensasi Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Dalam hal ini, fungsi alat indera sangat berperan penting dalam menerima informasi dari lingkungan sekitar. Segala sesuatu yang menyentuh alat indera disebut stimulus, baik stimulus eksternal maupun internal.

Persepsi Persepsi adalah proses pemberian makna pada sensasi atau stimulus inderawi. Persepsi dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni faktor perhatian, faktor fungsional dan juga faktor struktural. 1. Perhatian (Attention) Perhatian adalah proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus lainnya melemah. Kenneth E. Andersen (1972: 46) Faktor-faktor eksternal yang menarik perhatian, yaitu: Gerakan Objek bergerak cenderung mendapat perhatian lebih dari manusia dibandingkan dengan objek yang diam.

Kebaruan (novelty) Hal-hal yang baru, yang berbeda, dan yang luar biasa pasti akan mencuri perhatian setiap orang.

Perulangan Hal-hal yang diperlihatkan berulang-ulang kali cenderung lebih mudah diingat dan menarik perhatian dibandingkan dengan hal yang diperlihatkan hanya satu kali saja.

Intensitas Stimuli Manusia cenderung memerhatikan stimulus yang lebih menonjol dari stimulus yang lain.

Selain faktor eksternal, ada juga faktor-faktor internal yang memengaruhi perhatian kita: Faktor biologis Faktor sosiopsikologis Motif sosiogenesis, kebiasaan, dan kemauan, memengaruhi apa yang kita perhatikan.

2. Faktor Fungsional Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor personal. Yang menetukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus, tapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimulus itu. Hal tersebut juga ditunjang oleh faktor biologis, sosial, emosional, kebudayaan, dan lainnya. Kerangka Rujukan (Frame of Reference) Faktor-faktor fungsional yang memengaruhi persepsi lazim disebut kerangka rujukan. Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan memengaruhi bagaimana orang memberi makna pada pesan yang diterimanya. Menurut McDavid dan Harari (1968: 140), para psikolog menganggap konsep kerangka rujukan ini amat berguna untuk menganalisis interpretasi perseptual dari peristiwa yang dialami.

3. Faktor Struktural Faktor-faktor struktural semata-mata berasal dari sifat stimulus fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Menurut teori Gestalt, bila kita memersepsi sesuatu, kita memersepsinya sebagai keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya dan kemudian mengumpulkannya. Intinya, menurut Kohler, jika kita ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah; kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan stimulus ditangapi sebagai bagian dari strukturyang sama. Sering erjadi hal-hal yang berdekatan juga dianggap berkaitan atau mempunyai hubungan sebab dan akibat. Dalil-Dalil Persepsi Menurut Krech dan Crutchfield: Pertama, persepsi bersifat selektif secara fungsional. Objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Kedua, medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Ketiga, sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan umumnya oleh sifatsifat struktur secara keseluruhan. Keempat, objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian struktur yang sama.

Memori Memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk

membimbing perilakunya. Schlessinger dan Groves (1976: 352). Setiap saat stimulus mengenai indera kita, setiap saat pula stimulus itu direkam secara sadar atau tidak sadar. Memori melewati tiga tahapan dalam otak, yakni

perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan. (Mussen dan Rosenzweig, 1973: 499)

1. Perekaman (encoding): pencarian informasi melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal 2. Penyimpanan (storage): adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana. 3. Pemanggilan (retrieval): mengingat kembali, meggunakan informasi yang disimpan

Jenis-Jenis Memori Pengingatan (recall) Peringatan adalah proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara verbatim (kata demi kata), tanpa petunjuk yang jelas Pengenalan (recognition) Pengenalan atas sebuah objek akan jauh lebih mudah dibandingkan dengan pengingatan Belajar lagi (relearning) Menguasai kembali pelajaran yang sudah pernah kita peroleh termasuk pekerjaan memori Redintegrasi (redintegration) Redintegrasi adalah merekonstruksi seluruh masa lalu dari satu petunjuk memori kecil Mekanisme Memori Teori Aus (Disuse Theory) Menurut teori ini, memori hilang atau memudar karena waktu. Memori kita baru kuat bila dilatih terus-menerus. Makin sering mengingat, makin jelek kemampuan mengingat (Hunt, 1982:94) Teori Interferensi (Interference Theory) Teori ini mengatakan bahwa jika otak kita sudah pernah terisi oleh sesuatu dan kemudian diisi oleh ingatan yang lain, maka ingatan sebelumnya secara otomatis akan

berkurang dengan sendirinya, tidak 100% lagi. Hal itu terjadi bukan karena manusia kehilangan memori tetapi karena informasi lainnya menghalangi hal yang ingin diingati. Teori Pengolahan Informasi (Information Theory) Informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang inderawi), kemudian memory pendek); dikoding masuk (STM, lalu untuk short-term jangka atau ke

memori dilupakan

dimasukkan

dalam long-term memory (LTM, memori jangka panjang). Sensory storage lebih merupakan proses perseptual daripada memori. Ada dua macam memori: memori ikonis untuk materi yang kita peroleh secara visual, dan memori ekosis untuk materi yang masuk secara auditif.

Berpikir Berpikir merupakan manipulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak. Flyod L. Ruch (1967). Berpikir kita lakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (decision making), memecahkan persoalan (problem solving), dan menghasilkan yang baru (creativity). Bagaimana cara orang berpikir? Menurut Flyod L. Ruch, berpikir realistic ada tiga, yaitu: Berpikir deduktif: Mengambil kesimpulan dari dua pernyataan Berpikir induktif: Kebalikan dari berpikir deduktif, mulanya dari hal-hal yang khusus kemudian mengambil kesimpulan umum Berpikir evaluatif: Berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Kita menilainya menurut kriteria tertentu. Manusia cenderung berpikir tidak logis dibandingkan dengan berpikir logis seperti berpikir deduktif. Tetapi, berpikri tidak logis ternyata lebih praktis, efisien, dan bermanfaat.

Menetapkan Keputusan (Decision Making) Salah satu fungsi berpikir adalah menetapkan pilihan. Tanda-tanda umum pengambilan keputusan: 1. Keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual. 2. Keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif. 3. Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanannya boleh ditangguhkan atau dilupakan. Faktor-faktor personal amat sangat menentukan apa yang diputuskan itu, antara lain kognisi, motif dan sikap. Kognisi adalah kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki. Pada kenyataannya, ketiga hal itu dapat berlangsung sekaligus.

Memecahkan Persoalan (Problem Solving) Proses memecahkan persoalan biasanya melalui lima tahap: 1. Terjadi peristiwa yang menghambat perilaku karena sebab-sebab tertentu 2. Menggali memori untuk mengetahui cara apa saja yang efektif dari masa lalu 3. Mencoba seluruh kemungkinan

pemecahan yang pernah diingat 4. Penggunaan lambang-lambang verbal atau grafis untuk mengatasi masalah 5. Terlintas suatu pemecahan masalah

Faktor-faktor yang memengaruhi proses pemecahan masalah: a. Motivasi. Motivasi yang rendah mengalahkan perhatian. Motivasi yang tinggi membatasi fleksibilitas. b. Kepercayaan dan sikap yang salah. Asumsi yang salah dapat menesatkan kita.

c. Kebiasaan. Kecenderungan untuk mempertahankan pola pikir tertentu atau melihat masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat yang otoritas, menghambat pemecahan masalah yang efisien d. Emosi. Dalam menghadapi berbagai situasi, kita tanpa sadar sering terlibat secara emosional. Kita tidak pernah berpikir betul-betul objektif bila pikiran kita masih dikuasai oleh emosi.

Berpikir Kreatif (Creativity Thinking)

Menurutt James C. Coleman dan Coustance L. Hammen (1974: 452), berpikir kreatif adalah thinking which produces new methods, new concepts, new understandings, new inventions, new work of art. Berpikir kreatif harus memiliki tiga syarat. Pertama, kerativitas melibatkan respons atau gagasan yang baru atau yang secara statistik sangat jarang terjadi. Kedua, dapat memecahkan persoalan secara realistis. Dan yang ketiga, usaha untuk memertahankan insight yang orisinal, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin (MacKinnon, 1962: 485) Guilford membedakan cara berpikir kreatif dan tidak kreatif dalam konsep berpikir konvergen dan divergen. Berpikir konvergen ialah kemampuan untuk memberikan suatu jawaban yang tepat pada pertanyaan yang diajukan. Sebaliknya, berpikir divergen adalah mencoba menghasilkan sejumlah kemungkinan jawaban. Berpikir divergen dapat diukur dengan fluency, flexibility,dan originality. Proses berpikir kreatif: 1. Orientasi: masalah dirumuskan, dan aspek-aspek masalah diidentifikasikan

2. Preparasi: Pikiran berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin relevan dengan masalah. 3. Inkubasi: pikiran beristirahat sebentar, ketika berbagai macam pemecahan berhadapan dengan jalan buntu. 4. Iluminasi: Masa inkubasi berakhir, ketika pemikir memeroleh semacam ilham, serangkaian insight yang memcahkan masalah 5. Verifikasi: Tahap terakhir untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan masalah yang diajukan pada tahap keempat.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Berpikir Kreatif Berpikir kreatif tumbuh subur bila ditunjang dengan faktor personal dan situasional. Menurut Coleman dan Hammen (1974: 455), ada faktor umum yang menandakan orangorang kreatif 1. Kemampuan Kognitif: Kecerdasan di atas rata-rata, kemampuan melahirkan gagasangagasan baru, gagasan-gagasan yang berlainan dan fleksibilitas kognitif. 2. Sikap yang terbuka: Orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimulasi internal dan eksternal; ia memiliki minat beragam dan luas 3. Sikap yang bebas, otonom dan percaya pada diri sendiri.

You might also like