You are on page 1of 9

ASET LANCAR

DEFINISI ASET LANCAR Aset merupakan salah satu elemen dalam neraca yang menunjukkan jumlah harta yang dimiliki oleh perusahaan atau dalam kata lain aset juga merupakan investasi di dalam perusahaan. Definisi aset adalah: Manfaat ekonomis di masa yang akan datang yang diharapkan dapat diterima atau dikontrol oleh suatu badan usaha sebagai hasil dari transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian dimasa lalu [FASB 6th Concept dalam White et. al(2003 :14)]. Menurut Keiso dan Weygandt (2008:11-12), aset sebagai berikut: Aset adalah sumber penghasilan atas usahanya sendiri, dimana karakteristik umum yang dimilikinya yaitu memberikan jasa atau manfaat dimasa yang akan datang Terdapat berbagai jenis pengelompokan aset yang ada dalam perusahaan, salah satunya adalah aset lancar. Aset lancar merupakan bagian dari keseluruhan aset yang ada dalam perusahaan. Aset lancar adalah uang kas dan aset-aset lain atau sumber-sumber yang diharapkan dapat direalisasikan menjadi uang kas atau dijual atau dikonsumsi selama siklus perusahaan yang normal atau dalam waktu satu tahun. Aset lancar dalam akuntansi adalah jenis aset yang dapat digunakan dalam jangka waktu dekat, biasanya satu tahun. Menurut Bambang Riyanto (2001), aset lancar adalah sebagai berikut: Aset lancar adalah aset yang habis dalam satu kali perputaran dalam proses produksi dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu yang pendek (umumnya kurang dari satua tahun) Menurut Alimsyah dan Padji (2006) mendefinisikan aset lancar sebagai berikut: Aset lancar adalah harta perusahaan yang dapat ditukar dengan uang tunai dalam waktu relatif singkat. Biasanya ukuran waktunya yang dipakai ialah siklus usaha atau tahun buku yang termasuk aset lancar adalah uang kas, rekening giro bank, investasi jangka pendek, piutang usaha, perseediaan barang dagang, biaya dibayar dimuka, wesel, dll. Menurut S Munawir (2004) mendefinisikan aset lancar sebagai berikut: Aset lancar adalah uang kas atau aset lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal). Dari berbagai pengertian aset lancar diatas, maka dapat disimpulan bahwa aset lancar adalah aset yang merupakan kas dan aset lain yang diharapkan dapat diubah menjadi kas, dijual atau

dikonsumsi dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi, mana yang lebih lama. Siklus operasi adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan mulai dari pengeluaran kas untuk membeli saham, memproduksinya, menjual barang jadi sampai penjualan tersebut menjadi kas lagi. Berdasarkan PSAK 1 (revisi 2009), Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar jika 1. Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal, 2. Entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan, 3. Entitas mengharapkan akan merealisasi aset dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode pelaporan, atau 4. Kas atau setara kas (seperti yang dinyatakan dalam PSAK 2: Laporan Arus Kas) kecuali aset tersebut dibatasi pertukarannya atau penggunaannya untuk menyelesaikan laibilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.

KLASIFIKASI ASET LANCAR Aset lancar disajikan dalam neraca berdasarkan urutan likuiditas, aset lancar yang paling likuid disajikan paling atas. Yang dapat diklasifikasikan sebagai Aset lancar adalah : 1. Kas

Yang dimaksud dengan kas ialah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan.Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002 : 85), kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Menurut Zaki Baridwan (2003 :85), kas merupakan suatu alat pertukaran dan digunakan sebagai suatu ukuran dalam akuntansi. Kas merupakan aset yang paling likuid karena merupakan alat pertukaran dan dasar pengukuran serta pertanggungjawaban pos-pos keuangan lain. Kas yang tersedia sekarang dalam elemen-elemen lain yang dapat disamakan dengan kas (setara kas). Misalnya seperti cek, money order, pos wesel dll. Kas disajikan sebesar nilai nominal. 2. Surat-surat berharga

Surat-surat berharga yang dimaksud adalah surat berharga yang mudah dijual dan tidak untuk ditahan. Surat berharga yang mudah dijual merupakan bentuk penyertaan sementara dalam rangka pemanfaatan dana yang tidak digunakan. Bentuk penyertaan sementara ini harus bersifat sebagai berikut: Mempunyai pasaran dan dapat diperjualbelikan dengan segera

Dimaksudkan untuk dijual dalam jangka waktu dekat bila terdapat kebutuhan dana untuk kegiatan umum perusahaan. Tidak dimaksudkan untuk menguasai perusahaan lain. Oleh karena sifat likuidnya di bawah kas maka surat-surat berharga disajikan di neraca tepat di bawah kas dalam kelompok Aset lancar. Pencatatan sebagai surat berharga dinilai berdasarkan harga perolehan pada saat transaksi. Dan pada saat pelepasan (penjualan) dinilai dari selisih kos perolehan dengan harga jual merupakan keutungan atau kerugian yang diperoleh perusahaan. Sementara pada saat tanggal neraca, surat berharga yang masih ada dinilai berdasarkan kurs tanggal neraca yaitu selisih antara kurs tanggal neraca dengan kos perolehan merupakan laba atau rugi perusahaan.

3.

Piutang

Piutang adalah klaim atas uang, barang-barang atau jasa-jasa terhadap pihak-pihak lainnya. Piutang bisa timbul dari penjualan barang dan jasa secara kredit atau kegiatan lain seperti memberi pinjaman kepada karyawan, memberi uang muka pada anak perusahaan, penjualan aset tetap atau pengakuan akuntansi karena dasar akrual. Piutang merupakan Aset lancar yang diharap[kan dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu satu tahun atau dalam satu periode akuntansi. Menurut Rusdi Akbar (2004:199) menyatakan bahwa pengertian piutang meliputi Semua hak atau klaim perusahaan pada organisasi lain untuk menerima sejumlah kas, barang, atau jasa di masa yang akan datang sebagai akibat kejadian pada masa yang lalu. Menurut Warren Reeve dan Fess (2005:404) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut : Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya. Menurut Mohammad Muslich (2003:109) mengemukakan yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut : Piutang terjadi karena penjualan barang dan jasa tersebut dilakukan secara kredit yang umumnya dilakukan untuk memperbesar penjualan. Menurut M.Munandar (2006:77) yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut : Piutang adalah tagihan perusahaan kepada pihak ain yang nantinya akan dimintakan pembayarannya bilamana telah sampai jatuh tempo. Dari beberapa definisi yang telah diungkapkan diatas,dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah semua tuntutan atau tagihan kepada pihak lain dalam bentuk uang atau barang yang timbul dari adanya penjualan secara kredit.

Piutang termasuk didalamnya piutang dagang, piutang wesel, piutang pegawai, piutang anak perusahaan, jika akan diterima dalam waktu satu tahun. Warren Reeve dan Fess mengklasifikasikan piutang kedalam tiga kategori yaitu piutang usaha, wesel, tagih, dan piutang lainlain sebagai berikut : 1. Piutang Usaha

Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa kepada pelanggan. Transaksi paling umum yang menciptakan piutang usaha adalah penjualan barang dan jasa secara kredit. Piutang tersebut dicatat dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang usaha semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relative pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan di neraca sebagai Aset lancar. 2. Wesel Tagih

Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam setahun. Maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai Aset lancar. Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu kadangkadang disebut piutang dagang (trade receivable) 3. Piutang lain-lain Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika p[iutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai Aset lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai Aset tidak lancar dan dilaporkan dibawah judul investasi. Piutang lain-lain (other receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Piutang Piutang merupakan Aset yang penting dalam perusahaan dan dapat menjadi bagian yang besar dari likuiditas perusahaan. Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah seperti yang dikemukakan oleh Bambang Riyanto (2001:85-87) sebagai berikut : a. Volume Penjualan Kredit

Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang berarti makin besarnya resiko, tetapi bersamaan dengan iu juga memperbesar profitability.

b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada pertimbangan profitabilitas. Syarat yang ketat misalnmya dalam bentuk batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan bunga yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat. c. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit

Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafond bagi kredit yang diberikan kepada para langganannya. Makin tinggi plafond yang ditetapkan bagi masingmasing langganan berarti makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. Sebaliknya, jika batas maksimal plafond lebih rendah, maka jumlah piutang pun akan lebih kecil. d. Kebijaksanaan Dalam Mengumpulkan Piutang Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang secara aktif atau pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif, maka perusahaan harus mengeluarkan uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang, tetapi dengan menggunakan cara ini, maka piutang yang ada akan lebih cepat tertagih, sehingga akan lebih memperkecil jumlah piutang perusahaan. Sebaliknya, jika perusahaan menggunakan kebijaksanaan secara pasif, maka pengumpulan piutang akan lebih lama, sehingga jumlah piutang perusahaan akan lebih besar. e. Kebiasaan Membayar Dari Para Langganan

Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam periode cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil, sedangkan langganan membayar periode setelah cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih besar karena jumlah dana yang tertanam dalam piutang lebih lama untuk menjadi kas. Piutang disajikan dineraca dalam kelompok Aset lancar dengan jumlah nilai realisasi bersih (NRV-Net Realiazed Value), yaitu jumlah piutang setelah dikurangi cadangan kerugian piutang (CKP). CKP merupakan akun kontra dari piutang dagang yang akan secara langsung mengurangi nilai dari piutang dagang. Dasar pencatatan yang digunakan untuk mencatat CKP: 1. Prosentase dari penjualanmenentukan suatu prosentase dari penjualan kredit yang diperkirakan tidak dapat ditagih. 2. Prosentase dari Piutang dagangmenentukan suatu prosentase dari piutang dagang karena tidak tertagihnya piutang.

4. Persediaan

Persediaan merupakan salah satu aset yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaan dagang. Persediaan juga merupakan aset lancar terbesar dari perusahaan manufaktur maupun dagang. Pengaruh persediaan terhadap laba lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis sedang berfluktuasi. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai persediaan adalah seperti kutipan berikut. Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:14.3) mengemukakan bahwa: Persediaan adalah aset: a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau, c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Menurut Skousen, Stice, Stice (2004:653), persedian ditujukan untuk barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk proses produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan produksi. Kieso, Weygandt, Warfield (2002:443) mengatakan bahwa persediaan (inventory) adalah pos-pos Aset yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual. Pendapat Warren, reeve, Fess (2005:440) mengatakan persediaan adalah barang dagang yang disimpan untuk dijual dalam operasi bisnis perusahan, dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau disimpan untuk tujuan itu. Persediaan yang diperoleh perusahaan langsung dijual kembali tanpa mengalami proses produksi selanjutnya disebut persediaan barang dagang. Dengan demikian intinya persediaan barang dagang adalah untuk dujual dalam operasi bisnis perusahaan, dan sesuai dengan pendapat warren, reeve dan Fess maka perusahaan bisa saja menyimpan persediaan sebelum dijual didalam sebuah gudang yang sering berlaku untuk pedaganpedagang besar seperti retail yang perputaran persediaannya cukup tinggi dan beragam untuk mengantisipasi penjualan supaya tidak terjadi kekurangan persediaan Jenis-Jenis Persediaan Persediaan pada setiap perusahaan berbeda dengan kegiatan bisnisnya. Persediaan diklasifikasikan sebagai berikut: a. Persediaan barang dagang Barang yang ada digudang dibeli oleh pengecer atau perusahaan dagang untuk dijual kembali. Barang yang diperoleh untuk dijual kembali diperoleh secara fisik tidak diubah kembali, barang tersebut tetap dalam bentuk yang yang telah jadi ketika meninggalkan pabrik pembuatnya.

Dalam bebrapa hal dapat terjadi beberapa komponen yang dibeli untuk kemudian dirakit menjadi barang jadi. Misalnya, sepeda yang dirakit dari kerangka, roda gir dan sebagainya serta dijual oleh pengecer sepeda adalah salah satu contohnya.

b. Persediaan manufaktur 1) Persediaan bahan baku Barang berwujud yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain (misalnya dengan menambang) dan disimpan untuk penggunaan langsung dalam membuat barang untuk dijual kembali. Bagian dari suku cadang yang diproduksi sebelum digunakan kadang-kadang diklasifikasikan sebagai persediaan komponen suku cadang. 2) Persediaan barang dalam proses Barang yang membutuhkan proses lebih lanjut sebelum penyelesaian . 3) Barang jadi Barang yang sudah selesai diproses dan siap untuk dijual.

Biaya-Biaya Persediaan Masalah persediaan mempunyai pengaruh besar pada penentuan jumlah Aset lancar dan total Aset, harga pokok penjualan, laba kotor, laba bersih dan taksiran pajak. Penilaian persediaan membutuhkan penilaian yang cermat dan sewajarnya untuk dimasukkan sebagai harga pokok dan mana saja yang dibebankan pada tahun berjalan. Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14.2) mengatkan bahwa biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya produksi dan biaya lain-lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi siap untuk dijual/dipakai. Biaya persediaan yang sering dikaitkan atau di artikan sebagai harga pokok penjualan dalam perusahaan dagang yaitu biaya pembelian yang meliputi harga pembelian, bea masuk/ pajak lainnya. Biaya pengangkutan dan lain-lain. Adapun yang mempengaruhi biaya pembelian tersebut. 1. Barang dalam Perjalanan Penjualan dilakukan dengan dua cara: a. Syarat penjualan prangko gudang FOB (free on board) shipping point, hak atas barang dipindahkan kepada pembeli ketika barang dimuat ke alat angkut ketika akan diangkut. Dengan persyaratan ini maka penerapan atas pengiriman pada akhir tahun akan memerlukan pencatatan penjualan dan penurunan persediaan dalam penjual. Dimana hak itu berpindah pada saat pengangkutan, barang-barang dalam perjalanan akhir tahun harus dimasukkan dalam persediaan pembeli,meskipun barangnya belum tiba. Penetapan jumlah barangdalam perjalanan pada akhir

tahun dilakukan dengan mengkaji pesanan-pesanan yang datang pada awal periode baru. Catatan pembelian dibiarkan terbuka melampaui periode fiskal agar pencatatan barang dalam perjalanan pada akhir periode dapat dilaksanakan, atau barang dalam perjalanan dapat dicatat dengan menggunakan ayat penyesuaian. b. Jika syarat penjualan pranko gudang pembeli (FOB) destination, maka penerapan aturan hukum tidak memerlukan pengakuan transaksi sebelum barang diterima pembeli. Dalam hal ini, karena sulit menetukan apakh barang-barang telah mencapai tujuannya pada akhir tahun atau belum, penjual akan lebih suka mengabaikan aturan hukum dan menggunakan saat pengangkutan sebagai dasar pengakuan penjualan dan penurunan persediaan.

2. Diskon Diskon (potongan harga) yang diperlakukan sebagai pengurang biaya dalam pencatatan pembelian barang juga harus dipelakukan sebagai pengurang biaya persediaan. Diskon dagang merupakan potongan dari daftar harga yang berlaku menjadi harga yang benar-benar dibebankan kepada pelanggan. Besarnya diskon yang diberikan dapat bervariasi menurut faktorfaktor tertentu seperti kuantitas barang yang dibeli. Jadi diskon dagang sering kali ditetapkan dalam sauatu seri.

3. Retur pembelian dan pengurangan harga Penyesuaian atas faktur perlu juga jika barang ternyata rusak atau jika kualitasnya lebih rendah daripada yang dipesan. Kadangkala barang tersebut secara periodik dikembalikan kepada suplier atau pemasok mungkin pembeli juga diberikan nota kredit oleh pemasok untuk mengkompensasi kerusakan atau kualitas barang yang rendah dalam kedua hal tersebut hutang akan berkurang dan dilakukan pengkreditan secara langsung keperkiraan persediaan pada sistem perpetual, atau keperkiraan kontra pembelian, yakni retur pembelian dan pengurangan harga, pada sistem persediaan periodik.

4. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak pertambahan nilai ditujukan untuk orang pribadi maupun badan yang timbul karena digunakannya faktor-faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalm menyimpan, menghasilkan,menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada konsumen. Semua biaya untuk mendapatkan dan mempertahankan laba termasuk bunga modal, sewa, tanah dan upah dan upah kerja merupaakan unsur pertambahan nilai yang menjadi dasar PPN.

D. Metode Penilaian Persediaan

Perbandingan sntsrs metode penilaian persediaan tersebut jelas terlihat bila diperbandingkan antsrs metode FIFO, LIFO, rata-rata tertimbang, retail, LCM serta laba kotor. 1. Perbandingan pengaruh metode penilaian persediaan pada kondisi inflasi. a. FIFO Metode ini akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang paling tinggi karenametode ini mengasumsikan persedian akhir bersal dari persediaan yang paling akhir diperoleh, akan menghasilkan harga pokok penjualan yang paling rendah, dan laba kotor yang paling tinggi dibandngkan metode LIFO dan rata-rata. Metode ini kurang baik untuk mengatasi pengaruh inflasi karena peningkatan harga perolehan tidak diimbangi dengan pembebanan pada penjualan persediaan, tetapi meode ini dapat memberikan informasi persediaan yang dapat dipercaya. b. LIFO Metode ini akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang paling rendah dibandingkan metode lainnya (FIFO dan rata-rata). Nilai yang paling rendah tersebut karena pada metode LIFO, persediaan akhir adalah persediaan yang paling awal diperoleh. Dengan demikian, dengan metode LIFO akan diperoleh harga pokok penjualan yang paling tinggi dan juga laba kotor yang paling rendah. Metode ini dalm kondisi infalsi lebih cepat mengatasi pengaruh harga karena kenaikan harga perolehan langsung diimbangi dengan pembebanan nilai tersebut pada setiap penjualan persediaan. c. Rata-rata Tertimbang Metode ini merupakan metode yang netral antara etode FIFO dan LIFO karena akan diperoleh nilai persediaan akhir, harga pokok penjualan dan laba kotor diantara nilai metode FIFO dan LIFO. Apabila digunakan metode rata-rata sistem periodik (weigted average method) makametde ratarata ini akan cenderung ke FIFO karena nilai persediaan akhir cenderung lebih besar kepada persediaa yang paling akhir diperoleh. d. Retail Metode ini dianggap lebih mendekati nilai bersih yang dapat direalisasi dikurangi markup bersih. Metode ini cenderung dengan metode FIFO karena persediaan akhir dinilai terlebih dahulu dengan harga akhir metode rata-rata. e. Metode LCM dan Laba Kotor Keduanya mempunyai dasar penilaian yang berbeda dengan metode diatas. Penilian LCM sering bersifat subyektif dan hanya didasarkan pada taksiran-taksiran dan apabila taksirannya tidakmenjadi kenyataan maka akan menyebabkan kesalahan dalam laporan keuangan.

You might also like