You are on page 1of 29

PRAKTEK AKUNTANSI MANAJEMEN PADA PERUSAHAN-PERUSAHAAN DI KAWASAN INDUSTRI BATAMINDO - BATAM

ARTIKEL

Disusun Oleh:
RIANI SUKMA WIJAYA 0921221022

PROGRAM STUDI AKUNTANSI PASCA SARJANA UNVERSITAS ANDALAS 2012

PRAKTEK AKUNTANSI MANAJEMEN PADA PERUSAHAN-PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI KAWASAN INDUSTRI BATAMINDO BATAM Oleh: Riani Sukma Wijaya Dibawah Bimbingan Dr. Yurniwati SE.M.Si Ak. Dan Drs. A. Rizal Putra, Msi, Ak

This research is empiricall to evaluate Perceived Environment Uncertainty, and Management Accounting Practise on Management Performance. The aim of this research are to see the descriptive management accounting practise in benefit particular of management accounting practise. To analisys Perceived Environment Uncertainty, Management Accounting Practise on Management Performance and also test interaction between Perceived Environment Uncertainty and Management Accounting Practise on Management Performance. The respondent are accounting managers of manufacturing comapan in Batamindo Industrial Park-Batam. 33 respondens using mail survey. Statistical methode that use is Multiple Linear Regression. The result of Perceived Environment Uncertainty and Management Accounting Practise are significan. Management Accounting Practise on company performance are significan influence and also interaction between Environment Uncertainty and Management Accounting on company performance are significan influence Key words: Perceived Environment Uncertainty, Management Accounting Practise and Company Performance

1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Di dalam paradigma manajemen lama, manajemen memfokuskan pada produksi. Dalam aktifitas pemasaran, konsep produksi digunakan sebagai konsep untuk bersaing. Manajer perusahaan yang berorientasi pada produksi hanya berorientasi pada pencapaian efesiensi produk tinggi (hight production effeciency) dan distribusi secara luas (Philip Kotler, 1997). Dengan tajamnya persaingan global, mau tidak mau perusahaan harus mengubah pradigma manajemennya untuk bisa bersaing karena pradigma lama sudah tidak lagi memadai untuk

dijadikan sebagai senjata untuk bersing. Dengan banyaknya persaingan diera globalisasi dimana banyak berbagai produk dari berbagai negara yang masuk kedalam suatu negara maka perusahaan harus merubah dari fokus produksi ke fokus pelanggan. Konsep pemasaran menetapkan bahwa kunci utama utnuk mencpai tujuan perusahaan adalah harus lebih unggul dari pesaing (Philip Kotler, 1997). Dapat diasumsikan bahwa persaingan sangat tajam karena penawaran produk (supply) lebih besar dari permintaan (demand). Beberapa teknik akuntansi manajemen tradisional yang dipraktekkan antara lain absorption/full costing, standard costing, traditional budget, cvp analysis dan profit-based performance measures, dan focus terhadap internal organisasi. Untuk sukses dalam lingkungan bisnis yang dinamis saat ini perusahaan harus mencocokkan strategi dengan peningkatan kualitas, peningkatan fleksibilitas dalam mencapai permintaan pelanggan, mengurangi waktu tunggu persediaan, dan biaya produksi (Lucas, 1997; dalam Sulaiman et al; 2004). Alat akuntansi manajemen terbaru antara lain activity based costing, balanced scorecard, target costing, value chain analysis dan benchmarking telah memberikan pengaruh terhadap keseluruhan proses akuntansi manajemen (planning, controlling, decision making, dan penilaian kinerja (Kaplan dan Atkinson, 1998; Otley, 1995; Haldma dan Laats, 2002; dalam Pavlatos dan Paggios, 2009). Teknik-teknik akuntansi manajemen tersebut telah didesain untuk mendukung teknologi modern dan proses manajemen, seperti total quality management dan sistem produksi just in time dan penelitian bagi keunggulan kompetitif dan memenuhi tantangan persaingan global (Abdel-Kader and Luther, 2006). Perkembangan dan penggunaan teknik akuntansi manajemen dihubungkan dengan persoalan kebutuhan akan informasi eksternal untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan dan mendukung keputusan strategis. Perkembangan penelitian dalam akuntansi manajemen berakar pada pertimbangan dasar akan peningkatan relevansi informasi dari luar perusahaan (Simmonds, 1981; Bromwich,1990).

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka permasalahan yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kemanfaatan teknik-teknik akuntansi manajemen di perusahaan-perusahaan

industri kawasan Batamindo-Batam 2. Bagaimana pengaruh faktor ketidakpastian lingkungan terhadap penerapan teknik-teknik akuntansi manajemen 3. 4. Bagaimana pengaruh teknik akuntansi manajemen terhadap kinerja perusahaan Bagaimana pengaruh interaksi antara ketidakpastian lingkungan dan teknik-teknik akuntansi manajemen terhadap kinerja perusahaan. II. LANDASAN TEORITIS 2.1. Pengertian Akuntansi Manajemen Pengertian akuntansi manajemen menurut Robert N. Anthony dan Horngren dan Sundem. Pengertian akuntansi manajemen menurut Robert N. Anthony ( 1987) akuntansi manajemen adalah : Management accounting is the process within organizational that provided informations used by organizations manager in planning, implementing and the controliing organizations activities.

Sedangkan akuntansi manajemen menurut Horngren dan Sundem (1980) yaitu: The process of identifying, measuring, accumulating, analysing, preparing, interpreting, and communicating financial and non-financial environmental information that helps managers fulfil corporate environmental objectives

2.2. Manfaat Akuntansi Manajemen Sedangkan manfaat akuntansi manajemen menurut Leanardo Blair (1997) antara lain: 2.2.1. Akuntansi manajemen membantu memelihara dan mengendalikan sumberdaya perusahaan. Akuntansi manajemen juga disebut dengan akuntansi manajerial adalah seperangkat praktek dan tekhnik yang ditujukan untuk memberikan informasi keuangan kepada manajer untuk membantu mereka membuat keputusan dan memlihara efektifitas pengendalian atas sumber daya perusahaan. Akuntansi manajemen utamanya mengurangi risiko dalam pengambilan keputusan karena praktek akuntansi manajemen memberikan manajer jejak kinerja, mengelola biaya dan harga, produk atau jasa dan membuat perencanaan strategik untuk kepentingan perusahaan

2.1.2. Tracking performance Melalui akuntnsi manajemen, manajer dapat melihat siapa-siapa yang kinerjanya naik dan siapa yang tidak. Melalui akuntansi manajemen seorang manajer dapat membandingkan produktivitasnya dengan manajer lain melalui laporan akuntansi yang memberikan informasi seperti rata-rata tenaga kerja per jam dan sisa persediaan. 2.1.3. Planning Akuntansi manajemen membantu perencanaan bisnis ke depan. Informasi yang dihasilkan oleh akuntansi manajemen juga membantu dalam memonitor dan mengendalikan anggaran untuk periode tertentu. Laporan akuntansi manajemen dapat digunakan untuk menjawab apakah perusahaan mencapai tujuannya atau tidak dan membantu untuk mengidentifikasi dan memperbaiki area permasalahan. Manager dapat menggunakan data atau item tertentu seperti jumlah persediaan dan volume penjualan untuk menentukan besaran iklan dan promosi berdasrkan refensi bisnisnya.

2.1.4. Managing costs and price Perusahaan dapat mengelola harga melalui akuntansi manajemen. Praktek akuntansi manajemen sering digunakan untuk membuat laporan khusus yang menguji antara biaya dan laba karena berhubungan dengan berbagai macam pilihan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan akuntasi manajemen dapat dihasilkan untuk membandingkan respon pesaing terhadap pemotongan harga atau bahkan perubahan produk. 2.3. Teknik Akuntansi Manajemen 2.3.1. Anggaran Atkinson, et.al (2001, hal;439) menyatakan anggaran adalah sebuah ekpresi kuantitatif yang dinyatakan dalam bentuk aliran masuk dan keluar uang yang memprediksi konsekuensi dari keputusan operasi saat ini dan menyatakan apakah rencana keuangan sesuai dengan tujuan organisasi. 2.3.2. Teknik untuk pengambilan keputusan taktis Tujuan pengambilan keputusan taktis untuk menekankan biaya pembuatan produk utama dengan segera. Dilihat dari segi kemanfaatan memberikan informasi biaya relevan juga digunakan untuk pengambilan keputusan taktis atau jangka pendek (Hansen dan Mowen; 2005, hal; 339).

2.3.3. NPV dan IRR untuk pengambilan keputusan berinvestasi Net Present Value merupakan selisih antara nilai sekarang dari arus kas masuk dan arus kas keluar yang berhubungan dengan suatu proyek (Hansen dan Mowen; 2005, hal;406) sementara IRR merupakan suku bunga yang mengatur nilai sekarang dari arus kas masuk proyek sama dengan nilai sekarang dari biaya proyek tersebut. Dengan kata

lain, IRR adalah suku bunga yang mengatur NPV proyek sama dengan nol (Hansen dan Mowen; 2005, hal;408)

2.3.4. Analisis varian Sebagai akibat dari perubahan lingkungan manufaktur, kegunaan standar costing dan analisis varians menjadi berkurang (Durry et al., 1993; Lucas, 1997; dalam Sulaiman, 2004). Pada masa lalu, standar costing dimanfaatkan sebagai alat yang meningkatkan planning dan control dan juga meningkatkan penilaian kinerja. Lebih jauh, standard costing juga membantu dalam menghitung harga pokok produk. 2.3.5. Kinerja kualitas dan produktifitas Kaitannya dengan pengukuran dan produktivitas, Pemberdayaan pegawai (

Employee empowerment), sangat diperlukan karena, manjemen memberikan kedekatan antara pegawai dengan proses operasi, langganan dan supplier untuk membuat keputusan . 2.3.6. Penilain kinerja berdasarkan kepusan pelanggan Menurut Philip Kotler (2000) dalam Principle of Marketing 7e bahwa Kepuasan Konsumen adalah hasil yang dirasakan oleh pembeli yang mengalami kinerja sebuah perusahaan yang sesuai dengan harapannya.

2.3.7. ROA atau ROI Penialaian kinerja diidentifikasikan sebagai fungsi yang penting dari akuntansi manajemen (Emmanuel et.,al 1990) dalam R. H. Chenhall (2000). Pemilihan alat ukur kinerja yang membantu mengevaluasi kinerja unit bisnis merupakan tantangan yang

harus dihadapi oleh organsiasi (Itter dan Larcker, 1998; dalam Abdel-Kader dan Luther; 2006). 2.3.8. Penilaian kinerja divisi atau unit-unit produksi Penilaian kinerja divisi sangat diperlukan untuk tujuan memaksimumkan profit. Hal ini akan tercapai apabila terdapat kesamaan tujuan atau yang lazim disebut goal congruence, diantara seluruh segmen yang terlibat dalam aktivitas perusahaan, sehingga masingmasing segmen akan berupaya untuk mencapai tujuan dengan langkah yang seirama dan bertinadak selalu atas kepentingan perusahaan. 2.3. 9. Analisa profitability Analisis Profitabilitas adalah evaluasi atas tingkat pengembalian investasi perusahaan, berfokus pada sumber daya perusahaan dan tingkat profitabilitasnya. 2.3.10. Benchmarking Benchmarking merupakan suatu cara yang penting dalam standar penilain kinerja yang bisa digunakan dalam manajemen atau umumnya manajemen strategik. 2,3.11. Balanced Scorecard Menurut Kaplan dan Norton (1996), Balanced Scorecard merupakan: ...a set of measures that gives top managers a fast but comprehensive view of the business..includes financial measures that tell the result of actions already taken...complements the financial measures with operational measures on costumer satisfaction, intenal processes, and the organizations innovatiion and improvement activities-operational measures that are drivers of future financial performance 2.3.12. Analisi Cost Volume Profit (CVP) CVP diklaim sebagai salah satu alat yang paling kuat membantu manajer dalam perencanaan dan pengambilan keputusan (Garrison and Noreen, 2003; Hansen dan

Mowen, 2002; dalam Sulaiman, 2004). CVP membantu manager untuk memahami hubungan timbal balik antara kuantitas penjualan, biaya, harga jual dan laba. 2.3.13. Full costing Merupakan metode harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik, baik yang berprilaku variable maupun tetap (Mulyadi, 2000: hal. 18).

2.3.14. Variabel costing Variabel costing merupakan biaya yang totalnya berubah secara proposional dengan perubahan output aktivitas, sedangakan biaya per unitnya adalah tetap dalam batas relevan tertentu (Riwayadi, 2006 hal; 30). 2.3.15. Target costing Target costing dapat dikatakan memberikan persaingan perusahaan sebagai pendukung peningkatan berkelanjutan pada langkah desain dan produksi (Sakurai, 1989: dalam Sulaiman, 2004). Menurut Atkinson dan Kaplan (1998: hal..222) target costing digunakan selama siklus perencanaan dan dijalankan selama proses pemilihan produk dan proses desain yang akan menghasilkan sebuah produk yang dapat diproduksi pada tingkat biaya yang diizinkan dan diterima pada tingkat laba tertentu, memberikan perkiraan harga pasar, jumlah penjualan, dan target functionality. 2.3.16. Activity Based Costing ABC telah memperoleh perhatian yang tinggi diantara pelaksananya sebagai alat untuk membantu mengalokasikan overheads dengan tingkat ketelitian yang tinggi Sulaiman

et,.al (2004). Untuk menghasikan suatu produk diperlukan aktivitas, untuk melaksankan aktifitas diperlukan sumber daya dan setiap sumber daya memiliki biaya (Riwayadi, 2006 hal; 53). 2.3.17. Cost plus pricing Adalah penentuan harga jual dengan cara menambahkan laba yang diharapkan diatas biaya penuh masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk (Mulyadi, 1993; hal 351). 2.3.18. Target Pricing Merupaka suatu metode harga jual suatu produk produksi sebagian tingkat pengembalian investasi untuk jumlah produksi tertentu (Hansen dan Mowen; 2005). Menurut Garrison (2003), Target costing (penentuan harga biaya plus) suatu metode penentuan harga dimana mark-up yang sudah ditentukan sebelumnya diterapkan untuk suatu dasar harga untuk menentukan harga jual target. 1.5. Hubungan faktor ketidakpastian lingkungan dengan teknik-teknik akuntansi manajemen Penelitian yang telah dilakuakan oleh Burns dan Staker, yang mempelajari 20 perusahaan industri inggris dan Scotlandia untuk menentukan bagaimana struktur organsisasi dan praktek manajemen mereka dapat berbeda atas dasar kondisi lingkungan yang saling berbeda dengan mewawancarai dan mangamati para menejer, mereka mengevaluasi kondisi lingkungan perusahaan atas dasar tingkat perubahan dalam teknologi ilmiah dan pasar yang relevan dari produk mereka. Begitu juga dengan penelitian Maliah et al., (2004) didalam penelitiannya ditemukan bahwa ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap teknikteknik akuntansi manajemen. 1.6. Hubungan teknik-teknik akuntansi manajemen dan kinerja perusahaan

Beberapa penelitian yang melihat pengaruh sistem akuntasi manajemen terhadap kinerja masih belum terlalu banyak yang telah dipublikasikan. Hasil penelitian tersebut masih menunjukkan adanya perbedaaan manfaat tekhnik akutnansi manajemen terhadap kinerja. Klammer (1973) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan konsisten yang signifikan antara kinerja dengan penggunaan teknik penganggaran modal, hal serupa juga ditemukan oleh Sim dan Killough (1998) dimana tidak ditemukan bukti bahwa peningkatan kinerja dapat diperoleh melalui penggabungan antara JIT dan TQM. Gordon dan Silvester (1999) menemukan tidak ada hubungan antara pengadopsian ABC dengan harga pasar saham yang signifikan, Adler et al (2000) juga menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara penjualan dengan teknik akuntansi lanjutan. 1.7. Interaksi antara faktor ketidakpastian lingkungan dan teknik akuntansi manajemen dengan kinerja perusahaan Gul & Chia (1994) yang telah menguji interaksi tiga arah dalam hubungan antara sistem akuntansi manajemen dan kinerja dengan mempertimbangkan variabel kontekstual seperti ketidakpastian lingkungan (PEU) dan sub pengendalian lainnya. Hasil penelitiannya adalah bahwa ketidakpastian lingkungan dan variabel lainnya berintersksi secara positif untuk mempengaruhi kinerja perusahaan. Begitu juga dalam penelitian Toomas Haldma dan Kertu Laats (2002) dalam penelitianya ditemukan interaksi yang terjadi bersamaan antara ketidakpastian lingkungan dengan praktek teknik-teknik akuntansi manajemen mendorong meningkatkan kinerja didalam organisasi.

III.METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini disusun untuk menguji hipotesis yang menggambarkan pola hubungan antara kinerja perusahaan, teknik akuntansi manajemen, dan ketidakpastian lingkungan. Penelitian ini membatasi ruang lingkup objek penelitian kepada perusahaan manufaktur yang berada dikawasan industri Batamindo-Batam. Pada penelitian ini dilakukan dalam kondisi normal tanpa adanya modifikasi dan pengkondisian khusus terhadap objek yang diteliti.

3.2

Populasi dan Sampel Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen sejenis tetapi dapat dibedakan satu sama

lain. Perbedaan-perbedaan itu disebabkan karena adanya nilai karakterisktik yang berlainan (Supranto, 2000). Populasi dalam penelitian ini menejer menengah atau direktur keuangan. Populasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang berada dikawasan industri Batamindo-Batam. Sampel merupakan bagian dari populasi yang dapat mewakili karakteristik populasi (Sekaran, 2003). Oleh karena itu, sampel harus memiliki syarat yang representatif dari populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang beroperasi di Batam Industrial Park. Metode pengambilan sampel (sampling) dilakukan dengan cara purposive sampling method. Adapun sample yang akan diambil yaitu seluruh perusahaan manufaktur di Batamindo Industrial Park. Batamindo industrial park merupakan salah satu kawasan industri terbesar yang berada di pulau Batam, dengan jumlah tenants 33

3.3

Jenis dan Sumber Data

Jenis sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer (primary data) adalah data yang diperoleh langsung atau dikumpulkan langsung dari sumber penelitian. Data yang dikumpulkan terdiri dari: Kemanfaataan teknik-teknik akuntansi manajemen Ketidakpastian lingkungan Kinerja prusahaan

Data ini akan ditabulasi dan diolah dengan program SPSS.

3.4.

Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini dengan

menggunakan mail survey dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner melalui mail survey ini disusun dalam daftar pertanyaan tertutup dan Kuesioner yang akan digunakan berupa pertanyaan kualitatif yang disajikan dengan skala likert atau skala interval dengan 5 batasan range jawaban. Metode Analisis 3.6.1 Analisis Deskriptif

Merupakan analisis data dasar yang membentuk dasar bagi dilaksanakannya analisis yang lebih mendalam. Analisis ini bertujuan untuk memberikan arah dan gambaran data atas seberapa spesifik variabel-variabel harus diperlakukan dalam analisis berikutnya. 3.6.2. Analisa Uji Hipotesis 3.6.2.1. Uji kualitas data dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen penelitian. Pengujian terhadap kualitas data penelitian ini dapat dilakukan dengan uji validitas dan uji reabilitas. a. Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Validitas item-item pertanyaan kuesioner dapat diukur dengan melakukan korelasi antara skor item pertanyaan dengan total skor variabel atau konstruk. Apabila korelasi antara masing-masing item atau indikator terhadap total skor variabel menunjukkan hasil probabilitas <0,01 atau <0,05 berarti angka probabilitas tersebut signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing item pertanyaan adalah valid (Ghozali, 2006). b. Uji Reabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Tingkat reliabel suatu variabel atau konstruk penelitian dapat dilihat dari hasil uji statistik Crobach Alpha (a). Menurut kriteria Nunnally (1960) yang dinyatakan dalam Ghozali (2006), variabel atau konstruk dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha > 0,60. Semakin nilai alphanya mendekati satu maka nilai reliabilitas datanya semakin terpercaya. untuk masing-masing variabel.

3.6.2.2. Uji Asumsi Klasik Pengujan asumsi klasik dimaksudkan untuk mengetahui bahwa setiap variabel penelitian telah memiliki keakuratan atau kehandalan. Secara umum asumsi pengujian regresi harus terbebas dari gejala multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Secara umum tahapan pegujian multikolinearitas yang digunakan meliputi:

a. Pengujian Multikolinearitas Menurut Nachrowi (2007:121) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah ada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen, jika terjadi korelasi maka terdapat problem multikolinearitas. Pada model regresi yang baik tidak terjadi korelasi diantara variabel independen, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi gejala multikolinearitas yaitu dengan mencari nilai Variance Influence Factor (VIF) dan tolerance. Jika didalam tahapan pengujian nilai Variance Influence Factor (VIF) sama atau dibawah 5 dan diperkuat dengan nilai tolerance diatas 0,10 maka gejala multikolinearitas tidak terdeteksi. Tahapan pengolahan data dapat segera dilanjutkan.

b. Pengujian Autokorelasi Menurut Gujarati (2001:99) autokorelasi merupakan korelasi yang terjadi antara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu, bila terjadi autokorelasi dalam suatu model maka variance sampel, tidak akan menggambarkan variance populasinya dan model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan, untuk menaksir nilai variabel dependen. Pengujian autokorelasi dapat menggunakan Durbin Watson test. Suatu data dapat dikatakan bebas autokorelasi apabila nilai Durbin Watson testnya antara -2 sampai + 2. Secara umum nilai DW dapat dicari dengan menggunakan rumus:
n

et 2 (et et 1) 2

D=

2 n

et 2
t 2

Dimana : D : et : et-1 : Nilai D-Wtest Nilai residu dari persamaan regresi pada periode t-1 Nilai residu dari persamaan regresi pada periode t-1

Kriteria Pengujian a. b. dw>dU ini berarti ada autokorelasi positif. d<dw<dU ini berarti uji autokorelasi tidak dapat disimpulkan (inconclusif). c. d. e. d>4-du ini berarti ada autokorelasi negatif. du<d<4-du ini berarti tidak ada autokorelasi positif ataupun negatif. 4-du<4-dw ini berarti pengujian autokorelasi tidak dapat

disimpulkan (inclonclusif).

c. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu observasi ke observasi yang lain. Jika varian dari residual suatu observasi ke observasi lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Ghozali (2005) mengungkapkan bahwa salah satu alat untuk menilai terjadinya gejala heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan skala grafik untuk mengamati pola sebaran variance. Jika titik variance menyebar secara tidak merata diatas maupun dibawah titik 0 dengan tidak membentuk sebuah

pola yang jelas maka gejala heteroskedastisitas tidak terdeteksi sehingga tahapan pengolahan data dapat segera dilakukan.

3.6.3. Model Regresi Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data kuesioner diolah dengan bantuan analisis parametrik dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences). Teknik analisis data untuk pengujian hipotesis menggunakan regresi berganda/multiple regression. Model persamaan sebagai berikut: TAM = a + bPEU +e .. Y= a + b1X1 + b2X2 + b1X1X2 + e .........1 Y X1 X2 X1X2 i1 = Kinerja perusahaan = PEU = Teknik akuntansi majemen = Interaksi X dan X2 = Intersep

a1,a2,b1,b2 = koefisien regresi 3.6.3.1.Pengujian Hipotesis Secara umum tahapan pengujian hipotesis yang dilakukan didalam penelitian ini meliputi langkah sebagai berikut: a. Uji Koefisien Determinasi (R2) Uji koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk melihat seberapa besar proporsi variasi dari variabel indepeden secara bersama-bersama mempengaruhi variabel depeden, dengan rumus (Gujarati, 1997): R2 =

ESS TSS

Dimana : ESS = Explanet Sum Square (Jumlah kuadrat yang dijelaskan) TSS = Total Sum Square (Jumlah total Kuadrat)

b. Uji F-Statistik Uji F adalah bagian uji statistik yang digunakan untuk membuktikan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara serentak. Secara umum Gujarati

(2005:58) merumuskan uji F-statistik sebagai berikut: F= Keterangan R 2 = Koefisien determinan n K = Jumlah sampel = Jumlah variabel bebas R2 / K 1 1 R2 / n K

Kriteria Keputusan 1. Jika Sig < alpha maka keputusannya Ho ditolak dan Ha diterima, maka dapat disimpulkan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara bersama sama. 2. Jika Sig > alpha maka keputusannya Ho dierima dan Ha ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara bersama sama. c. Uji t-Statistik

Untuk membuktikan pengaruh variabel independen terhadap variabel depenen secara individual. Maka penulis melakukan uji statistik yaitu menggunakan uji t-test, Supranto (1997:97) menyatakan uji t-test merupakan suatu uji statistik yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

b Sb

Keterangan t Sb b = Mengikuti fungsi dengan derajat kebebasan ; (df) = n- 2 = Standar Baku = Koefisien Regresi

Karakteristik Pengujian: 1. Jika Signifikansi dibawah alpha maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima berarti dapat disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen secara parsial. 2. Jika signifikansi diatas alpha maka keputusannya adalah Ho diterima dan Ha ditolak berarti dapat disimpulkan bahwa variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara parsial.

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.Pengujian Asumsi Klasik Salah syarat yang harus terpenuhi ketika melakukan pengolahan data melalui model regresi berganda adalah terbebasnya masing masing variabel penelitian terhadap gejala asumsi klasik. Secara umum tahapan pengolahan data yang dilakukan didalam penelitian ini terlihat pada sub bab dibawah ini: 4.1.1 Pengujian Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2005) pengujian multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui korelasi atau hubungan yang terjadi antar satu variabel independen dengan variabel independen lainnya. Dalam melakukan pengujian multkolinearitas digunakan pengujian Variance Influence Factor (VIF) dan nilai Tolerance. Didalam tahapan pengujian gejala multikolinearitas tidak akan terjadi bila masing masing variabel independen memiliki nilai Variance Influence Factor (VIF) dibawah 5 sedangkan nilai tolerance yang dihasilkan harus berada diatas 0,10. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil pengujian terlihat pada tabel 4.13 dibawah ini:

Tabel 4.13 Pengujian Multikolinearitas Variance Variabel Penelitian Influence Tolerance Factors Ketidakpastian Lingkungan 0,992 1,008 Teknik-teknik akuntansi manajemen 0,992 1,008

Kesimpulan Tidak Terjadi Tidak Terjadi

Berdasarkan Tabel 4.15 terlihat masing masing variabel independen memiliki nilai Variance Influence Factor (VIF) dibawah 5 dan tolerance diatas 0,10 sehingga dapat disimpulkan bahwa masing masing variabel penelitian yang di ikut sertakan didalam tahapan pengujian hipotesis nantinya telah terbebas dari gejala multikolinearitas. Oleh sebab itu tahapan pengolahan data lebih lanjut dapat segera dilakukan. 4.1.2 Pengujian Autokorelasi Tahapan kedua didalam pengujian asumsi klasik adalah menilai gejala autokorelasi. Menurut Ghozali (2005) pengujian autokorelasi dimaksudkan untuk menilai serial korelasi antar masing masing tingkat kesalahan penganggu pada masing masing periode observasi. Kriteria pengujian autokorelasi yang digunakan didalam model penelitian ini adalah -2 < dw < 2. Berdasarkan hasil pengujian data yang telah dilakukan

diperoleh ringkasan hasil pengujian autokorelasi seperti terlihat pada tabel 4.14 dibawah ini:

Tabel 4.14 Pengujian Autokorelasi


b

Berdasarkan tabel terlihat didalam pengujian nilai Durbin Wadson (DW) sebesar 1,507 hasil yang diperoleh berada didalam dua kuadran yaitu -2 < 1,507 < 2 oleh sebab itu dapat disimpulkan didalam data penelitian ini tidak ditemukan gejala autokorelasi yang serius baik yang bernilai positif maupun negatif. Oleh sebab itu tahapan pengolahan data dapat segera dilanjutkan. 4.1.3 Pengujian Heteroskedastistas Menurut Ghozali (2005) pengujian heteroskedastisitas dimaksudkan untuk menilai keragaman variance yang dimiliki masing masing variabel penelitian, jika terjadi interkorelasi antar variance yang mendukung masing masing variabel penelitian tentu akan mengakibatkan terjadinya term error yang tinggi. Untuk melakukan pengujian heteroskedastistas dilakukan dengan menggunakan skala grafik. Didalam model grafik. Gejala heteroskedastistas tidak akan terjadi bila titik variance menyebar secara tidak merata dan tidak membentuk sebuah pola yang jelas. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil pengujian terlihat pada grafik I dibawah ini: Grafik I Pengujian Heteroskedastisitas

1.507 Watson Durbin-

Dependent Variable: Kinerja Perusahaan b. Akuntansi Manajemen, Ketidakpastian Lingkungan Predictors: (Constant), Interaksi x1.x2, Teknik Teknik a.

Model Summary 1 Model

Scatterplot
Regression Standardized Predicted Value

Dependent Variable: Kinerja Perusahaan


2

-1

-2

-3 -3 -2 -1 0 1 2

Regression Studentized Residual

Berdasarkan tabel terlihat pola sebaran variance dari seluruh variabel penelitian yang telah menyebar bauj diatas maupun dibawah titik 0. Pola sebaran yang terbentuk tidak membentuk sebuah pola yang jelas dan menyebar secara tidak merata. Jadi dapat disimpulkan bahwa gejala heteroskedastisitas tidak terjadi didalam model pengujian yang digunakan didalam penelitian ini. Oleh sebab itu tahapan pengujian data lebih lanjut dapat segera dilakukan. 4.2 Pengujian Hipotesis Secara umum tahapan pengujian hipotesis yang akan dilakukan didalam penelitian akan dibagi kepada dua tahapan, pembagian pengujian perlu dilakukan karena didalam model regresi yang akan diuji memiliki variabel dependen yang berbeda. Secara tahapan pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 4.2.1 Pengaujian Hipotesis I Berdasarkan tahapan pengujian hipotesis pertama yang telah dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS diperoleh ringkasan hasil pengujian terlihat pada tabel 4.15 dibawah ini yaitu:

Keterangan Konstanta Ketidakpastian Lingkungan R2 0,513

Tabel 4.15 Pengujian Hipotesis I Koefisien sig Alpha Regresi 2,245 0,086 0,000 0,05

Kesimpulan Signifikan

Berdasarkan Tabel 4.15 terlihat masing masing variabel penelitian yang diuji memiliki koefisien regresi yang dapat dibuat kedalam sebuah model regresi berganda yaitu sebagai berikut: Y = 2,245 + 0,086x + e Berdasarkan model pengujian yang telah dihasilkan diperoleh nilai R2 sebesar 0,513 temuan ini mempertegas bahwa ketidakpastian lingkungan memberikan kontribusi dalam mempengaruhi teknik teknik akuntansi manajemen sebesar 51,30% sedangkan sisanya 48,70% lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan didalam penelitian ini, seperti perubahan variabel makro ekonomi seperti kurs inflasi dan sebagainya. Pada tahapan pengujian hipotesis pertama terlihat bahwa ketidakpastian lingkungan memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,086 kondisi ini memperlihatkan bahwa semakin tinggi ketidakpastian lingkungan akan meningkatkan praktek teknik teknik akuntansi manajemen, temuan tersebut diperkuat dengan nilai sig sebesar 0,000 didalam tahapan pengujian digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Dari proses pengujian terlihat bahwa nilai sig 0,000 < alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ketidakpastian lingkungan berpengaruh signifikan terhadap teknik teknik akuntansi manajemen didalam kegiatan operasional perusahaan.

4.2.2 Pengaujian Hipotesis II & III Sesuai dengan perumusan masalah dan hipotesis tujuan penelitian yang kedua adalah mengetahui pengaruh pengunaan teknik-teknik akuntansi manajemen berpengaruh terhadap

kinerja perusahaan, sedangkan pengujian hipotesis ketiga bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi antara ketidakpastian lingkungan dan teknik akuntansi manajemen bepengaruh terhadap kinerja perusahaa. Untuk melakukan tahapan pengujian tersebut maka digunakan model regresi berganda. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil terlihat pada tabel 4.18 dibawah ini:

Tabel 4.16 Pengujian Hipotesis II dan III Koefisien Keterangan sig Regresi Konstanta 1,069 Ketidakpastian Lingkungan 0,004 0,004 Teknik Akuntansi Manajemen 0,123 0,000 Interaksi X1.X2 0,030 0,000 2 R = 0,754 F-stat 0,000

Alpha 0,05 0,05 0,05

Kesimpulan Signifikan Signifikan Signifikan

Berdasarkan tabel terlihat masing masing variabel penelitian yang digunakan didalam model penelitian ini memiliki koefisien regresi yang dapat diuat kedalam sebuah persamaan regresi berganda yaitu: Y = 1,069 + 0,004x1 + 0,123x2 + 0,030x1.x2 + e Berdasarkan hasil pengujian terlihat bahwa koefisien determinasi yang dihasil setelah pengujian dengan melibatkan variabel interaksi mengalami peningkatan yaitu R2 0,754 temuan ini memperlihatkan bahwa ketidakpastian lingkungan, teknik akuntansi manajemen, interaksi moderating variabel dengan teknik-teknik akuntansi manajemen dan interaksi moderating variabel dengan ketidakpastian lingkungan mampu memberikan kontribusi terhadap kinerja perusahaan sebesar 75,40% sedangkan sisanya sebesar 24,60% lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan didalam model penelitian ini. Didalam tahapan pengujian data diperoleh nilai F-signifikan sebesar 0,000 didalam tahapan pengujian digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh didalam tahapan pengujian memperlihatkan bahwa nilai signifikan sebesar 0,000 < alpha 0,05 maka

keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa model pengujian yang dilakukan diterima atau dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen yang terdiri dari ketidakpastian lingkungan, teknik akuntansi manajemen hingga interaksi variabel secara bersama sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan model regresi terlihat bahwa ketidakpastian lingkungan memiliki koefisien regresi bertanda negatif sebesar 0,004 temuan ini menjelaskan bahwa ketidakpastian lingkungan dapat menurunkan kinerja perusahaan, temuan tersebut diperkuat dengan nilai signifikan sebesar 0,004 didalam tahapan pengujian digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa nilai signifikan sebesar 0,004 < alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ketidakpastian lingkungan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Pada variabel independen kedua yaitu menggunakan teknik teknik akuntansi manajemen diperoleh nilai koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,123, Temuan ini mengisyaratkan bahwa teknik-teknik akuntansi manajemen akan mendorong meningkatnya kinerja, temuan tersebut diperkuat dengan nilai signifikan sebesar 0,000 didalam tahapan pengujian data digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disipulkan bahwa teknik akuntansi manajemen berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Pada variabel ketiga yaitu interaksi ketidak pastiaan lingkungan dengan praktek akuntansi manajemen menghasilkan koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,030 temuan ini mempertegas pernyataan yang menyatakan ketidakpastian lingkungan akan menjadi peluang ketika perusahaan menerapkan prinsip akuntansi manajemen untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan manajemen yang tentunya akan mendorong meningkatnya kinerja perusahaan, temuan tersebut diperkuat dengan nilai signifikan sebesar 0,000 pada tahapan pengolahan data

digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Dari temuan tersebut terlihat nilai signifikan sebesar 0,000 < alpha 0,05 keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan interaksi ketidakpastian lingkungan dan teknik-tenik akuntansi manajemen berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.

V. KESIMPULAN Sesuai dengan tahapan pengujian hipotesis dapat diklasifikasikan hasil terlihat pada sub bab dibawah ini: 5.1.1 Pengaruh ketidakpastian manajemen lingkungan terhadap tekink-teknik akuntansi

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama ditemukan bahwa faktor ketidakpastian lingkungan berpengaruh signifikan terhadap teknik teknik akuntansi manajemen. Didalam tahapan pengujian diperoleh koefisien regresi bertanda positif yang mengidentifikasikan bahwa ketidakpastian lingkungan akan mendorong pemanfaatan teknik teknik akuntansi manajemen didalam perusahaan. Temuan tersebut sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Kondisi lingkungan bisnis yang cenderung tidak menentu pada saat ini mendorong perusahaan untuk menerapkan prinsip akuntansi manajemen didalam menyediakan berbagai informasi strategis bagi manajer, Teknik akuntansi manajemen bukan saja memberikan informasi yang bersifat kuantitatif akan tetapi juga memberikan informasi secara kualitatif, penyediaan informasi tersebut dilakukan dengan menerapkan prinsip prisip akuntansi manajemen seperti teknik anggaran, penyediaan informasi, balance scorecard maupun penilaian kinerja hingga benchmarking dan penentuan harga pokok produksi. Informasi yang didapatkan manajer dari praktek akuntansi manajemen tentu membuat risiko yang timbul akibat ketidakpastian dapat diminimalisasikan. Oleh sebab itu kembali ditegaskan bahwa praktek-praktek akuntansi manajemen semakin tinggi pemanfaataya ketika ketidakpastian lingkungan semakin kuat dirasakan perusahaan.

Hasil yang diperoleh didalam penelitian ini konsisten dengan penelitian Maliah et al., (2004) didalam penelitiannya ditemukan bahwa ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap teknik-teknik akuntansi manajemen, Temuan yang diperoleh tersebut juga sejalan dengan Alwi et al (2004) didalam penelitiannya ditemukan bahwa ketidakpastian lingkungan berpengaruh yang terhadap praktek prakek akuntansi manajemen, semakin tinggi tingkat ketidakpastian akan semakin mendorong menguatnya peran praktek praktek akuntansi di lingkungan sebuah organisasi.

5.1.2

Pengaruh teknik-teknik akuntansi manajemen terhadap kinerja perusahaan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua ditemukan bahwa teknik teknik akuntansi

manajemen berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan, didalam tahapan pengujian diperoleh koefisien regresi bertanda positif yang mengisyarakatkan bahwa implikasi teknik teknik akuntansi manajemen yang terus digunakan didalam organisasi akan mempengaruhi peningkatan kinerja perusahaan. Penggunaan teknik teknik akuntansi manajemen membuat pihak internal terutama manajer dapat memperoleh kebutuhan informasi secara tepat, akurat dan lugas, didalam teknik akuntansi manajemen informasi yang diterima manajer terlebih dahulu diolah sesuai dengan prosedur atau teknik akuntansi manajemen yang berlaku. Dengan bermanfaatnya teknik-teknik akuntansi manajemen ini akan memberikan kinerja yang baik. Melalui output informasi yang dihasilkan melalui implikasi teknik akuntansi manajemen, manajer tentu dapat menggunakan dan mengolah informasi tersebut menjadi kebijakan yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan strategis didalam organisasi. Keputusan strategis misalnya kebijakan manajer dalam penjualan, menciptakan peluang disaat kondisi lingkungan terus mengalami perubahan Terpenuhinya kebutuhan manajer terhadap informasi yang telah diolah terlebih dahulu melalui teknik-teknik akuntansi manajemen tentu menciptakan keputusan yang kreatif didalam alokasi dana dan pemanfaatan sumber daya keuangan didalam perusahaan,

dan kemampuan perusahaan dalam mencari pasar konsumen, kondisi ini tentu mendorong terjadinya peningkatan penjualan dan tentunya kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba semakin membaik. Berdasarkan uraian ringkas tersebut dapat kembali ditegaskan teknik-teknik akuntansi manajemen didalam organisasi memberikan kontribusi positif bagi kinerja perusahaan.

5.1.3 Pengaruh interaksi antara ketidakpastian lingkungan dan teknik akuntansi manajemen terhadap kinerja perusahaan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga yang bertujuan untuk menguji pengaruh interaksi antara ketidakpastian lingkungan dengan teknik akuntansi manajemen terhadap kinerja perusahaan. Setelah dilakukan pengujian hipotesis dapat dibuktikan bahwa interaksi antara ketidakpastian lingkungan dengan teknik akuntansi manajemen berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Temuan ini mempertegas bahwa ketidakpastian lingkungan bisnis yang disikapi dengan implikasi teknik teknik akuntansi manajemen akan dapat mendorong meningkatnya kinerja perusahaan. Ketidakpastian lingkungan bisnis tentu menciptakan keraguan bagi manajer didalam mengambil keputusan yang strategis. Menyadari kondisi tersebut manajer dengan didukung para staf dan seluruh anggota organisasi menyadari bahwa dibutuhkan sebuah metode pencatatan dan pengolahan informasi akuntansi yang dibutuhkan manajer yaitu dengan melakukan implikasi praktek akuntansi manajemen didalam organisasi. Penggunaan akuntansi manajemen diperlihatkan melalui implikasi teknik teknik akuntansi manajemen, seperti adanya sistem penganggaran, penyediaan informasi untuk membuat sebuah keputusan strategis, benchmarking hingga pengukuran kinerja. Melalui praktek teknik teknik akuntansi manajemen manajer dapat memperoleh informasi dengan cepat dan tepat, proses akuntansi manajemen membuat manajer jeli membaca situasi dan menjadikan ketidakpastian lingkungan menjadi sebuah peluang bisnis akibatnya kinerja perusahaan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya nilai penjualan produk dan kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitabilitas). Jadi dapat kembali disimpulkan

bahwa interaksi antara ketidakpastian lingkungan dengan teknik akuntansi manajemen berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.

You might also like