You are on page 1of 14

NI KT. AYU INTAN PUTRI MENTARI I NIM: 0904305006 . UTS DESAIN PERKOTAAN. KELOMPOK 6.

( KELAS B)

SOAL A. PENGERTIAN KOTA 1. Aspek sosial Di dalam kota, terdapat berbagai suku bangsa, keahlian, jenis pekerjaan, dan tingkatan pendapatan. Sifat-sifat dan karateristik sosial memberi pengaruh pandangan mereka terhadap lingkungan hidupnya. Kota merupakan suatu mimbar pertemuan bagi interaksi yang kompleks antar perorangan dan antar masyarakat untuk berbagai tujuan yang berbeda, termasuk tempat tinggal, pekerjaan, dan tujuan. Status sosial ekonomi seperti kesukuan, umur, tingkat pendapatan menentukan dimana kelompok masyarakat bertempat tinggal dan bekerja, juga jenis kebudayaan dan kegiatan hiburan dimana mereka terlibat. Dijelaskan oleh Henri Lefebure bahwa setiap masyarakat membentuk suatu ruang yang jelas mempertemukan persyaratan yang berkaitan bagi produksi ekonomi dan produksi sosial dari suatu kota. Adapun Dolores Hayden (1995) mengatakan bahwa produksi ekonomi dan produksi sosial keduanya membentuk ruang kota secara bersamaan. Keduanya saling berkaitan secara serentak melalui kegiatan manusia didalam menyediakan kebutuhannya. Kehidupan masyarakat yang beragam yang diwujudkan dalam kegiatan politik, ekonomi, khususnya hubungan sosial dan budaya diantara anggota kelompok serta antara suatu kelompok dengan kelompok masyarakat lainnya. Hubungan kedua aspek kehidupantersebut membutuhkan ruang pergerakan yang senantiasa berkembang dari waktu kewaktu sehingga mempengaruhi kondisi kota yang dihuninya. Persamaan dan perbedaan daripada ruang-ruang sosial yang diciptakan berdasarkan aspek kehidupan masyarakat membentuk suatu kota yang beraneka ragam. Dengan demikian, kota merupakan hasil dari kumpulan ruang-ruang sosial yang dibentuk oleh pola kehidupan masyarakat yang beraneka ragam yang senantiasa berkembang dan dicirikan oleh suatu karateristik sumber alam yang tersedia. Keadaan sosial dan budaya yang melekat pada kehidupan masyarakat akan membentuk struktur suatu kota. Sejalan dengan perkembangan waktu, suatu kota akan merubah akibat pergerakan masyarakat yang hadir pada kota tersebut dan membawa kebudayaan sosial dimana massyarakat itu berasal. Berawal dari produksi dan reproduksi ruang ekonomi dan sosial dalam suatu desa kemudian berkembang menjadi kota kecil. Kota melalui perjalanan waktu pada akhirnya menjadi suatu kota besar. Dan kota besar

NI KT. AYU INTAN PUTRI MENTARI I NIM: 0904305006 . UTS DESAIN PERKOTAAN. KELOMPOK 6. ( KELAS B)

berkembang mengikuti peradabanyang dianut oleh masyarakatnya menjadi kota kotemporer yang dipenuhi dengan pemukiman penduduk, jalan raya, pertokoan, kawasan industri, taman dan ruang-ruang publik lainnya. Kota dilihat berdasarkan hubungan sosial antara warga kota. Hubungan sosial dikota, didasarkan pada adanya kepentingan individual. Selain dari hubungan sosial, aspek sosial dikota dapat dilihat dari tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan di kota lebih tinggi dari pada tingakat pendidikan di desa. Hal ini yang kemudian mendorong adanya sepesialisasi pekerjaan di kota. Spesialisasi ini, membuat masyarakat kota semakin terkotak-kotak, dan inilah yang menjadi pendorong hubungan social di kota di dasarkan atas kepentingan semata. Pada intinya pengertian kota dari aspek sosial, pengertian kota dapat dilihat dari gejala kota dan hubunganhubungan sosial (social interrelation dan social interaction) di antara penduduk warga kota, yakni yang bersifat kosmopolitan. Hubungan sosial yang bersifat impersonal, sepintas lalu (super-ficial), berkotakkotak, bersifat sering terjadi hubungan karena kepentingan dan lain-lain, orang ini bebas untuk memilih hubungan sendiri dengan siapa yang diinginkannya. Selain pengertian diatas, pengertian kota dapat dilihat dari dua aspek ilmu

Sosiologi mendivinisikan secara kependudukan, claster, organisasi-organisasi kemasyarakatan. Geografi hubungan timbal balik fisik kota dengan kehidupan masyarakat kota

Pengertian kota secara sosiologi


Mumford kota sebagai tempat pertemuan yang berorientasi keluar Max weber penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonomi dan pasar local Wirth Kota sebagai pemukiman yang relative besar, padat dan permanen dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya Sjoberg adanya pembagian kerja di kota Walter Christaller kota berfungsi sebagai jasa pelayanan dan pemenuhan kebutuhan bagi daerah lingkungannya

Pengertian kota secara geografi


Haris dan ulman : kota merupakan pusat pemukiman dan pemanfaatan bumi oleh manusia Binarto : kota sebagai bentangan budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan unsur-unsur non alami

NI KT. AYU INTAN PUTRI MENTARI I NIM: 0904305006 . UTS DESAIN PERKOTAAN. KELOMPOK 6. ( KELAS B)

2. Aspek ekonomi Kota dari segi ekonomi dicirikan dengan hidup yang non agraris, kota fungsi khasnya lebih kultural, industri, perdagangan. Dari itu semua yang nyatanya menonjol adalah yang ekonomi perniagaan. Adanya pasar dengan keramaian perniagaan mencirikan kota. Kota berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi, perdagangan industri, dan kegiatan pemerintahan serta jasa-jasa pelayanan lain. Ciri yang khas suatu kota ialah adanya pasar, pedagang dan pusat perdagangan. Fungsi utama kota adalah untuk memperlancar produksi dan pertukaran dengan dekatnya lokasi berbagai kegiatan ekonomi. Perhatian keberadaan kota adalah dengan melihat faktor kedekatan yang secara ekonomi merupakan salah satu penyebab terciptanya kota. Dengan adanya kebutuhan lahan dalam proses produksi akan mempercepat perkembangan kota, serta pemenuhan tuntunan biaya transportasi yang lebih rendah. Pemusatan kegiatan atau aglomerasi dan pertukaran barang dan jasa di suatu wilayah akan menentukan besarnya kota. Pengukuran aglomerasi menggunakan formula J.V. Handerson (1986), merupakan funsi dari sarana modal setiap tenaga kerja , hasil industri,penduduk daerah metrapoliatan. Selain faktor suplai sebagai faktor pendorong perkembangan kota yang terdiri dari skala ekonomi dan keunggulan komparatif aglomersi, terdapat juga faktor permintaan atau faktor tarikan yaitu amentiles atau fasilitas kenyamanan. Fasilitas kenyamanan dapat berupa pemerintah kota yang baik, fasilitas publik yang baik, rekreasi.,lingkungan kota yang bersih, dll. Keberdaan suatu kota dapat diterangkan dari ketiga unsur yaitu scale of economies,comparative advantagedan amenities. Kota dari segi ekonomi dicirikan dengan hidup yang nonagrasis yaitu kota yang lebih kultural, industri dan perdagangan. Dari semua itu yang paling menonjol adalah yang ekonomi perniagaan. Adanya pasar dengan keramaian perniagaan mencirikan kota. Kota ditinjau dari segi ekonomi memiliki funsi untuk menghasilkan penghasilan yang cukup melalui produksi barang dan jasa, untuk mendukung penghidupan penduduknya dan untuk keberlangsunagn kota itu sendiri. Ekonomi perkotaan dapat ditinjau dari tiga bagian, yaitu : Ekonomi Pemerintahan, meliputi pelaksanaan pemerintah kota sebagaimana terlihat pada anggaran pendapatan dan belanja departemen-departemen yang melaksanakannya secara regular, distrik sekolah dan distrik-distrik khusus yang ditetapkan untuk tujuan-tujuan tertentu. Ekonomi Swasta yang terdiri atas berbagai macam kegiatan yang diselenggarakan oleh perusahaan swasta, mulai dari perusahaan industri dan

NI KT. AYU INTAN PUTRI MENTARI I NIM: 0904305006 . UTS DESAIN PERKOTAAN. KELOMPOK 6. ( KELAS B)

komersial yang besar hingga kegiatan usaha yang independen atau seorang profesional yang menyediakan bergagai bentuk jasa. Ekonomi Khusus yang terdiri atas bermacam-macam organisasi nirlaba, organisasi yang bekerja secara sukarela, organisasi yang dibebaskan dari pajak, yang kesemuanya bukan diselenggarakan oleh badan-badan pemerintahan, maupun perusahaan-perusahaan yang tujuan utamanya mencari keuntungan.

3. Aspek fisik morfologis Dari segi morfologis, kota adalah suatu daerah tertentu dengan karakteristik pemanfaatan lahan non pertanian, pemanfaatan lahan dimana sebagian besar tertutup oleh bangunan baik yang bersifat residensial (secara umum tutupan bangunan/building coverage, lebih besar dari tutupan vegetasi/vegetation coverage), kepadatan bangunan khususnya perumahan yang tinggi, pola jaringan jalan yang kompleks, dalam satuan pemukiman yang kompak (contigous) dan relatif lebih besar dari satuan pemukiman kedesaan di sekitarnya. Sementara itu daerah yang bersangkutan sudah atau mulai terjamah fasilitas kota. Kota secara fisik adalah area-area terbangun di perkotaan yang terletak saling berdekatan, yang meluas dari pusatnya hingga keluar daerah pinggiran kota. Pada kota-kota kecil radius perkembangannya mungkin mencapai setengah mil atau kurang, sedangkan pada kota-kota metropolitan yang luas, perkembangannya bisa mencapai bermil-mil, yang umumnya terdiri dari 30 kota-kota kecil atau lebih. Dalam pandangan kota secara keseluruhan, batas antara kota-kota kecil ini secara yuridis tidak dapat dikenali. Masalah pokok dalam istilah kota adalah perbandingan bentuk fisik kota dengan fisik pedesaan. Di kota terdapat gedung-gedung besar dan tinggi serta lokasinya berdekatan. Sedangkan di desa terdapat rumah-rumah yang tersebar dalam lingkungan alam. Pengertian atas dasar morfologi ini, dalam perkembangannya, menyulitkan . karena ternyata seiring dengan perkembangan zaman, adanya perbedaan bentuk fisik kota bagian pinggiran sudah mirip dengan fisik di desa. Sedangkan keberadaan rumah-rumah dan bangunandi desa, dalam perkembangannya meniru gaya di kota.

NI KT. AYU INTAN PUTRI MENTARI I NIM: 0904305006 . UTS DESAIN PERKOTAAN. KELOMPOK 6. ( KELAS B)

SOAL C MERANCANG JALUR PEDESTRIAN Sebelum merancang pedestrian haruslah mempelajari dan mengetahui terlebih dahulu, apa pengertian dan prinsip-prinsip perancangannya, berikut adalah penjabarannya: Pengertian a. Istilah pedestrian berasal dari sekolah filsafat yang didirikan oleh aristoteles yang bernama Paripatetik yang berarti berjalan kaki. Murid-muridnya disebut peripatetics. Pengejaran ini bermakna untuk menghargai kegiatan berjalan kaki. b. Pedestrian berasal dari kata pedos yang berarti kaki. Pejalan kaki sebagai istilah aktif adalah orang/ manusia yang bergerak atau berpindah dari suatu tempat ke tempat lain tanpa menggunakan alat lain kecuali penutup alas kaki atau tongkat yang tidak bersifat mekanis. Perencanaan pedestrian pada lokasi-lokasi tertentu berhubungan langsung dengan sirkulasi kendaraan bermotor, maka dari itu harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan kedua aspek tersebut. Maka diperlukan pengaturan yang baik untuk menghasilkan sirkulasi yang baik pula utuk ke duanya demi keamanan dan kenyamanan keduanya, tanpa terjadi gangguan satu sama lain.untuk itu Streetscape merupakan pendekatan yang baik digunakan dalam jenis perencanaan ini. Kebutuhan fasilitas pejalan kaki biasanya terkosentrasi didaerah perkotaan, mengingat dinamika dan populasi masyarakatnya yang cukup tinggi terutama dipusat-pusat keramaian seperti pusat perdagangan, stasiun, terminal, sekolahan, dan lain sebagainya. Hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan fasilitas pejalan kaki adalah : 1. Mudah dan jelas, fasilitas yang dibuat harus mudah diakses dan cepat dikenali 2. Nyaman dan aman,harus dirancang sedemikian rupa sehingga menciptakan kenyamanan dan aman dari sisi konstruksi serta lingkungan. 3. Sebaiknya bersifat menerus, langsung dan lurus ke tempat tujuan.

NI KT. AYU INTAN PUTRI MENTARI I NIM: 0904305006 . UTS DESAIN PERKOTAAN. KELOMPOK 6. ( KELAS B)

Persyaratan Teknis Sebagai Persyaratan Yang diberikan Berdasarkan Keselamatan Dan Kenyamanan Bagi Pejalan Kaki Dengan Ketentuan Sebagai Berikut : a. Kondisi permukaan bidang: Permukaan bidang jalur pedestrian harus stabil dan kuat, berstektur datar dan tidak licin. Material yang biasa digunakan untuk ini adalah batu bata, beton, paving blok, ubin wafel, batako, ubin batu atau kombinasi dari bahan-bahan tersebut. b. Tempat beristirahat: Sebaiknya tempat beristirahat diletakkan secara periodik pada jarak sekitar 180 meter (Christoper Alexaner, 1977). c. Ukuran Tanjakan (Gradients): o Ukuran jalur pedestrian umum digunakan kelandaian dibawah 5%. o Untuk disain khusus digunakan diatas 5%. o Untuk ramp denan kelandaian antara 4 - 5% jaraknya kurang lebih 165 m. o Kelandaian ideal adalah 3%. d. Dimensi : o Untuk jalur satu arah dimensi minimal adalah 122 cm sedangkan untuk dua arah minimal 165 cm. o Untuk jalan kelas satu dengan lebar jalan 20 m, minimal lebar jalur pejalan kaki adalah 7 cm. o Untuk jalan kalas dua dengan lebar jalan 15 meter, harus memiliki jalur pejalan kaki selebar 3,5 m. o Untuk jalan kelas tiga dengan lebar jalan 10 m, harus memiliki jalur pejalan kaki minimal 2 m. o Untuk pertokoan lebar jalur pedestrian adalah 5 m. o Untuk lingkungan perkantoran, lebar jalur pedestrian adalah 3,5 m. o Untuk lingkungan perumahan lebar jalur pedestrian adalah 3 m. e. Sistem penerangan dan perlindungan terhadap sinar matahari: Penerangan minimal jalur pedestrian adalah 75 watt. Sedangkan peteguhan dapat dipenuhi dengan penanaman pohon-pohon peneduh sepanjang jalan. f. Sistem pemeliharaan. g. Kondisi struktur drainase: Perletakan dan sistem pengamanan harus menjamin keamanan dan keselamatan pejalan kaki. h. Kondisi tepi jalan: tepi jalan seharusnya tidak melebihi ukuran tinggi maksimal satu langkah yaitu 18,5 cm. i. Daerah perempatan jalan: hal-hal yang perlu diperhatikan pada perempatan jalan adalah:

NI KT. AYU INTAN PUTRI MENTARI I NIM: 0904305006 . UTS DESAIN PERKOTAAN. KELOMPOK 6. ( KELAS B)

Sistem peringatan kepada pengendara dan pejalan kaki seperti lampu lalu lintas. Perletakannya tidak boleh menimbulkan silau karena sinar matahari dan harus mudah dilihat dengan ketinggian tidak lebih dari 2 m. Jalur penyeberangan harus mudah terlihat oleh pengendara dan pejalan kaki, menggunakan material yang berstektur yang melukiskan bentuk dan batas jalur penyeberangan, latar belakang tanda-tanda yang gelap dengan huruf berwarna terang, ukuran lebar bagian dalam sama dengan ukuran lebar jalan didekatnya. Dinding-dinding pembatas sebaiknya dapat digunakan untuk tempat duduk. Ukuran lebar minimalnya sebaiknya adalah 20 cm dengan tinggi sekitar 45-55 cm. Untuk dinding yang dapat digunakan sandaran tingginya sekitar 66-99 cm. j. Daerah tempat naik-turun kendaraan: perlu diperhitungkan civitas yang membawa paket atau anak dalam kereta dorong atau yang cacat tubuh. Ukuran minimal sesuai dengan lebar pintu bus yang terbuka maksimal yaitu 396 cm. Panjang area minimal untuk dua buah mobil masing-masing 825 cm dan mempunyai jangkauan bertahap ke jalan utama. k. Daerah parkir: parkir sebaiknya diatur berada di samping sistem jalur pedestrian agar jangkauan dari kendaraan menuju tempat tujuan berada di atas perkerasan. Luas area minimal lebar 396 cm dan panjang 792 cm dan didekatkan gedung atau tempat kegiatan lain yang cukup penerangannya. Maka dari persyaratan teknis tersebut dapat ditarik kesimpulan, perancangan jalur khusus untuk pejalan kaki harus memperhatikan : a. Menghindari kemungkinan pejalan kaki berbenturan fisik dengan kendaraan bermotor sehingga diperlukan jalur tersendiri. b. Ppedestrian harus didukung oleh tempat orientasi (point of interest) c. Kapasitas dan dimensi ruang mencukupi sehingga tidak terjadi kontak fisik dengan pejalan kaki lain d. Peniadaan dan menghindari detail bangunan yang berbahaya, seperti lubang sanitasi, besi penanda, polisi tidur dsb e. Mempunyai lintasi langsung dengan jarak tempuh terpendek f. Didukung dengan pepohonan yang rindang dan tempat peristirahatan bagi pengguna pedestrian.

NI KT. AYU INTAN PUTRI MENTARI I NIM: 0904305006 . UTS DESAIN PERKOTAAN. KELOMPOK 6. ( KELAS B)

Rancangan-rancangan pedestrian dapat dikembangkan lebih lanjut dengan : a. Penanganan secara arsitektural melalui pengolahan bentuk, warna, dan tekstur bangunan, tempat duduk, penanda, pagar taman/pot, lampu taman dan sebagainya demi kenyamanan pengguna pedestrian yang berdampak pada psikologisnya. b. Penggunaan material yang sesuai kebutuhan (memenuhi kriteria ketahanan/kekuatan, kesesuaian dan keindahan) c. Keserasian serta keselarasan dengan kawasan, desain dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki kesinambungan dengan lokasi atau kawasan tempatnya berada. d. Nyaman dan aman (dalam konteks fisiologis, fisik maupun psikologis) e. Memperhatikan fungsi sosial ekonomi (mudah perawatan, muah, tidak cenderung di salah gunakan dan sebagainya)

NI KT. AYU INTAN PUTRI MENTARI I NIM: 0904305006 . UTS DESAIN PERKOTAAN. KELOMPOK 6. ( KELAS B)

SOAL B Sebelum merevitalisasi suatu kawasan diperlukan dasar teori yang melandasinya, berikut beberapa teori yang dapat dijadikan acuan dalam perancangan: TATA GUNA LAHAN Tata Guna Lahan merupakan rancangan dua dimensi berupa denah peruntukan lahan sebuah kota. Ruang-ruang tiga dimensi (bangunan) akan dibangun di tempattempat sesuai dengan fungsi bangunan tersebut. Sebagai contoh, di dalam sebuah kawasan industri akan terdapat berbagai macam bangunan industri atau di dalam kawasan perekonomian akan terdapat berbagai macam pertokoan atau pula di dalam kawasan pemerintahan akan memiliki bangunan perkantoran pemerintah. Kebijaksanaan tata guna lahan juga membentuk hubungan antara sirkulasi/parkir dan kepadatan aktivitas/penggunaan individual. Terdapat perbedaan kapasitas (besaran) dan pengaturan dalam penataan ruang kota, termasuk di dalamnya adalah aspek pencapaian, parkir, sistem transportasi yang ada, dan kebutuhan untuk penggunaan lahan secara individual. Pada prinsipnya, pengertian land use(tata guna lahan) adalah pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana daerah-daerah pada suatu kawasan tersebut seharusnya berfungsi. Pembagian Tata Guna Lahan (Land Use) Tata guna lahan (land use) terbagi menjadi dua bagian, yaitu : Kawasan terbangun, meliputi fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas perumahan fasilitas perkantoran, fasilitas rekreasi dan olah raga, fasilitas perdagangan dan jasa serta fasilitas umum. Kawasan terbuka/tak terbangun RTH (Ruang Terbuka Hijau) adalah ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk areal memanjang/ jalur maupun dalam bentuk lain, dimana dalam penggunaanya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan dan pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuhan.

NI KT. AYU INTAN PUTRI MENTARI I NIM: 0904305006 . UTS DESAIN PERKOTAAN. KELOMPOK 6. ( KELAS B)

SISTEM SIRKULASI DAN PARKIR PRINSIP PERANCANGAN Menurut Buchanan (1963) beberapa hal yang biasanya menjadi pokok permasalahan yaitu: Warisan Sistem Jalan : warisan sistem jaringan jalan dari jaman kendaraan tak bermotor terbukti tidak mampu menampung kebutuhan kendaraan bermotor terutama jalan di kawasana perkotaan. Hal ini karena tata jaringan jalan tidak lagi tuntutan persyaratan perkembangan kendaraan bermotor. Daya hubung (akses) yaitu tingkat kemudahan berhubungan dari satu tempat ke tempat lain. Akses juga dapat menjadi pertanda atau ukuran keadaan sistem sirkulasi dan parkir kota Lingkungan : masuknya kendaraan bermotor telah menimbulkan berbagai akibat yang tidak diinginkan seperti kecelakaan lalu lintas, kekawatiran dan kecemasan oleh besar dan cepatnya kendaraan yang tidak seimbang dengan lingkungan, ganggguan suara motor, asap kendaraan, getaran dan debu yang melampaui batas. Lalu lintas pejalan: dalam perencanaan sistem sirkulasi dan parkir kota, pejalan merupakan bagian yang penting. Untuk itu sarana trotoar mutlak perlu ada. Namun kepentingan pejalan ini sering bantrok dengan kepentingan sektor informal yang juga turut memanfaatkan trotoar. Menghapus sektor ini adalah tidak mungkin maka perlu dilakukan pengaturan agar pejalan dapat melakukan akitfitasnya dangan nyaman dan aman. Benturan kepentingan. Dalam perencanaan sistem sirkulasi dan parkir akan selalu terjadi benturan kepentingan yaitu tuntutan akses yang baik dan lingkungan yang nyaman. Untuk itu perlu dirumuskan lebih jelas masalah perancangan yaitu: 1. Mencari cara agar terjadi penyaluran lalu lintas yang efisien 2. Meningkatkan akses ke sejumlah bangunan tanpa merusak lingkungan.

Dari uraian di atas dapat ditunjukan unsur kegiatan perencanaan sisetm sirkulasi dan parkir terdiri dari 3 unsur yaitu: penduduk (manusia), kegiatan dan teknologi yang saling mempengaruhi.
manusia kegiatan

teknologi

Perencanaan lalu lintas merupakan usaha menyatukan sejumlah tujuan yang berbeda terutama yang berkaitan dengan pergerakan. Sistem sirkulasi dan parkir dapat dilihat dari tiga sudut yaitu :

NI KT. AYU INTAN PUTRI MENTARI I NIM: 0904305006 . UTS DESAIN PERKOTAAN. KELOMPOK 6. ( KELAS B)

Sosial yaitu masyarakat yang membutuhkan, menggunakan, mengelola dan melakukan pergerakan. Ekonomi. Peningkatan sarana penghubung ini dapat dipastikan akan meningkatkan perekonomi darah yang bersangkutan.

Pada prinsipnya dalam perencanaan sistem sirkulasi dan parkir harus dikenali ciri khas pembangkit lalu lintas sehingga dapat dilakukan taksiran keadaan bangkitan lalu lintas masa datang yang diperoleh dari pola pertumbuhan wilayah kota.

TATA BANGUNAN Tata Bangunan atau dikenal dengan Building form and Massing membahas mengenai bagaimana bentuk dan massa-massa bangunan yang ada dapat membentuk suatu kota serta bagaimana hubungan antar-massa (banyak bangunan) yang ada. Pada penataan suatu kota, bentuk dan hubungan antar-massa seperti ketinggian bangunan, jarak antar-bangunan, bentuk bangunan, fasad bangunan, dan sebagainya harus diperhatikan sehingga ruang yang terbentuk menjadi teratur, mempunyai garis langit horizon (skyline) yang dinamis serta menghindari adanya lost space (ruang tidak terpakai). Tata bangunan dibentuk oleh suatu batas khayal ambang volume (building envelope) yang tercipta dan penggabungan ketinggian maksimum bangunan serta batasan luas bangunan. Dengan pendekatan ini kelenturan (fleksibilitas) yang tinggi dalam perancangan tetap terjamin dengan tetap menjaga terpenuhinya persyaratan peruntukan lahan serta intensitas pembangunan. Ada tiga aspek yang digunakan dalam mengendalikan tata bangunan dalam perancangan kota : Aspek bentuk massa bangunan : sosok bangunan, tinggi, kepadatan, jarak bebas (KDB, klb, GSB), langgam dan sebagainya yang menentukan ciri dalam perwujudan wajah kota serta mendefinisikan ruang-ruang terbuka kota. Aspek non teknis yang harus diperhatikan sebagai dampak seperti : aspek sosial, budaya, ekonomi, psikologi dan sebagainya. Aspek lingkungan seperti : orientasi, aliran udara, sinar matahari, bayangan (faktor yang berkaitan dengan iklim), warna, texture dan sebagainya. Building form and massing dapat meliputi kualitas yang berkaitan dengan penampilan bangunan, yaitu : ketinggian bangunan, kepejalan bangunan, KLB, KDB, garis sempadan bangunan, langgam, skala, material, tekstur, warna.

NI KT. AYU INTAN PUTRI MENTARI I NIM: 0904305006 . UTS DESAIN PERKOTAAN. KELOMPOK 6. ( KELAS B)

SISTEM PETANDA Papan-papan penanda digunakan untuk petunjuk jalan, arah ke suatu kawasan tertentu pada tempat atau di jalan kawasan kota. Tanda yang didesain dengan baik menyumbangkan karakter pada fasade bangunan dan menghidupkan street space dan memberikan informasi bisnis. Rambu, papan reklame, dan lain-lain (Signage), sebagai suatu elemen visual yang merupakan alat bantu untuk berorientasinyamasyarakat pemakai ruang kota, perlu diatur agar tercipta keserasian melalui keseimbangan antara kepentingan umum dan privat, dampak visual yang tidak berlebihan, sekaligus mengurangi kesemrawutan dan persaingan dengan rambu-rambu lalu lintas, yang memang sangat diperlukan.

KRITERIA PERANCANGAN Beberapa kriteria perancangan sistem petanda: Penampilan : Petanda yang baik dapat berfungsi sebagai elemen dekoratif dan bisa menyatu dengan elemen fisik disekitarnya. Pemasangan dan Pemakaian : Perlu dipertimbangkan apakah petanda akan

dipasang secara permanent atau sementara. Apakah merupakan stuktur tersendiri atau dipasang secara elemen fisik lain. Keawetan : Menyangkut daya tahan terhadap pengaruh cuaca dan waktu.

Pertimbangan adalah tanda pemilihan material. Material yang biasa digunakan adalah besi, perunggu, aluminium, katu, batu, beton, plastic atau fiberglass. Vandalisme : Perlu ditentukan bentuk dam materi yang sulit dirusak. Perusakan yang biasanya dilakukan adalah menggunakan cat semprot, benda tajam, atau mencabut petanda. Fleksibilitas terhadap perubahan dan penambahan : Petanda harus mampu

disesuaikan terhadap perubahan kota sehingga menghemat biaya dibandingkan dengan perombakan total. Kemungkinan penyajian lebih dari satu bahasa : Biasanya diperlukan pada fasilitas seperti : bandara, stasiun kereta api, kawasan wisata dan sebagainya. Untuk mempermudah biasanya petanda ini diganti dengan simbol simbol grafis.

NI KT. AYU INTAN PUTRI MENTARI I NIM: 0904305006 . UTS DESAIN PERKOTAAN. KELOMPOK 6. ( KELAS B)

Iluminasi : Untuk menarik perhatian terutama di malam hari, perlu dipertimbangkan adanya beberapa cahaya baik internal ( dari dalam tanda ) maupun eksternal ( menggunakan bahan yang bias memantulkan cahaya dari luar ). Jumlah dan ukuran : Petanda harus dibuat sesedikit mungkin untuk menghindari lobang lobang yang berlebihan. Ketringgian, dimensi dan bentuknya harus disesuaikan untuk agar terbaca secara maksimal dan memberikan karakter yang spesifik pada kota. Kombinasi antara satu petanda dengan yang lainnya sangat diperlukan untuk mendapatkan sistem petanda yang efisien. Penempatan : Sistem petanda tidak boleh berlebih lebihan yang akan merusak kualitas visual akibat penempatannya. Faktor lingkungan hatus dipertimbangkan agar tercipta kualitas visual yang baik. Arah pergerakan pejalan kaki juga harus dipertimbangkan agar terbaca, denikian juga ketinggiannya. Untuk tidak merusak kualitas lingkungan, penempatan petanda, dapat juga digunakan dinding atau bangunan yang ada. Pesan : Petanda yang akan dirancang sangat tergantung pada pesan yang akan disampaikan. Petanda harus merupakan bagian dari arsitektur disekitarnya dan merupakan kombinasi yang baik antara estetika dan fungsi. Faktor fisik : Beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam perancangan sistem petanda adalah : Luas pandangan maksimal yaitu 60 0, kecepatan membaca khususnya dari kendaraan yang bergerak, ketinggian rata rata pandangan mata (1,7m berdiri, 1,3m saat duduk dan 1,4 dalam mobil). Fungsi : Harus disesuaikan dengan kategori berikut : arah (jalan), identifikasi (bangunan, lapangan dan taman), lalu lintas (tanda tanda lalu lintas dan parkir), informasi (sejarah, lokasi, peristiwa), lambing (spanduk, bendera, dinding, elemen, logo). Grafik : Bentuk dan ukuran huruf harus disesuaikan dengan persyaratan pengguna. Untuk pengguna dari kendaraan ketinggian minimum adalah 100m atau 25mm

NI KT. AYU INTAN PUTRI MENTARI I NIM: 0904305006 . UTS DESAIN PERKOTAAN. KELOMPOK 6. ( KELAS B)

untuk tiap 7,5m jarak dari tiap petanda dengan jumlah yang dibatasi antara lima dan sepuluh. Logo dan emblem : dapat membantu memberi identitas kota. Dapat

dikombinasikan dengan petanda arah, paving, bendera, dan papan informasi. Logo harus mudah dibaca, mudah diaplikasi dalam segala bahan.

You might also like