You are on page 1of 20

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Abnormalitas dilihat dari sudut pandang biologis berawal dari pendapat bahwa patologi otak merupakan faktor penyebab tingkah laku abnormal. Pandangan ini ditunjang lebih kuat dengan perkembangan di abad ke-19 khususnya pada bidang anatomi faal, neurologi, kimia dan kedokteran umum. Berbagai penyakit neurologis saat ini telah dipahami sebagai terganggunya fungsi otak akibat pengaruh fisik atau kimiawi dan seringkali melibatkan segi psikologis atau tingkah laku.Akan tetapi kita harus perhatikan bahwa kerusakan neurologis tidak selalu memunculkan tingkah laku abnormal, dengan kata lain tidak selalu jelas bagaimana kerusakan ini dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang. Fungsi otak yang kuat bergantung pada efisiensi sel saraf atau neuron untuk mentransmisikan suatu pesan melalui synaps ke neuron berikutnya dengan menggunakan zat kimia yang disebut neurotransmiter. Dengan ketidakseimbangan bio kimia otak inilah yang mendasari perspektif biologis munculnya tingkah laku abnormal. Akan tetapi selain dari patologi otak sudut pandang biologis juga memandang bahwa beberapa tingkah laku abnormal ditentukan oleh gen yang diturunkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berpijak dari latar belakang di atas maka perumusan permasalahan yang akan penulis uraikan di dalam penulisan makalah ini yaitu : 1. Pengertian Perilaku Abnormal 2. Jenis-Jenis Perilaku Abnormal

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu: 1. Untuk mengetahui lebih luas tentang perilaku abnormal 2. Untuk memperoleh informasi tentang perilaku Abnormal 3. Untuk mengetahui ciri-ciri tanda dan gejala Abnormal

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perilaku Abnormal
Perilaku abnormal adalah kekalutan mental & melampaui titik kepatahan mental = dikenal sebagai nervous breakdown. (get mental breakdown). Sepanjang sejarah budaya barat, konsep perilaku abnormal telah dibentuk, dalam beberapa hal, oleh pandangan dunia waktu itu. Contohnya, masyarakat purba menghubungkan perilaku abnormal dengan kekuatan supranatural atau yang bersifat ketuhanan. Para arkeolog telah menemukan kerangka manusia dari Zaman Batu dengan lubang sebesar telur pada tengkoraknya. Satu interpretasi yang muncul adalah bahwa nenek moyang kita percaya bahwa perilaku abnormal merefleksikan serbuan/invasi dari roh-roh jahat. Mungkin mereka menggunakan cara kasar yang disebut trephination--menciptakan sebuah jalur bagi jalan keluarnya roh tertentu. Pada abad pertengahan kepercayaan tersebut makin meningkat pengaruhnya dan pada akhirnya mendominasi pemikiran di zaman pertengahan. Doktrin tentang penguasaan oleh roh jahat meyakini bahwa perilaku abnormal merupakan suatu tanda kerasukan oleh roh jahat atau iblis. Rupanya, hal seperti ini masih dapat dijumpai di negara kita, khususnya di daerah pedalaman. Pernah saya melihat di tayangan televisi yang mengisahkan tentang seorang ibu dirantai kakinya karena dianggap gila. Oleh karena keluarga meyakini bahwa sang ibu didiami oleh roh jahat, maka mereka membawa ibu ini pada seorang tokoh agama di desanya. Dia diberi minum air putih yang sudah didoakan. Mungkin inilah gambaran situasi pada abad pertengahan berkaitan dengan penyebab perilaku abnormal. Lalu apa yang dilakukan waktu itu? Pada abad pertengahan, para pengusir roh jahat dipekerjakan untuk meyakinkan roh jahat bahwa tubuh korban yang mereka tuju pada dasarnya tidak dapat dihuni. Mereka melakukan pengusiran roh jahat (exorcism) dengan cara, misalnya: berdoa, mengayun-ayunkan tanda salib, memukul, mencambuk, dan bahkan membuat korban menjadi kelaparan. Apabila korban masih menunjukkan perilaku abnormal, maka ada pengobatan yang lebih kuat, seperti penyiksaan dengan peralatan tertentu. Keyakinan-keyakinan dalam hal kerasukan roh jahat tetap bertahan hingga bangkitnya
7

ilmu pengetahuan alam pada akhir abad ke 17 dan 18. Masyarakat secara luas mulai berpaling pada nalar dan ilmu pengetahuan sebagai cara untuk menjelaskan fenomena alam dan perilaku manusia. Akhirnya, model-model perilaku abnormal juga mulai bermunculan, meliputi model-model yang mewakili perspektif biologis, psikologis, sosiokultural, dan biopsikososial. Di bawah ini adalah penjelasan-penjelasan singkatnya : Perspektif biologis: Seorang dokter Jerman, Wilhelm Griesinger (1817-1868) menyatakan bahwa perilaku abnormal berakar pada penyakit di otak. Pandangan ini cukup memengaruhi dokter Jerman lainnya, seperti Emil Kraepelin (1856-1926) yang menulis buku teks penting dalam bidang psikiatri pada tahun 1883. Ia meyakini bahwa gangguan mental berhubungan dengan penyakit fisik. Memang tidak semua orang yang mengadopsi model medis ini meyakini bahwa setiap pola perilaku abnormal merupakan hasil dari kerusakan biologis, namun mereka mempertahankan keyakinan bahwa pola perilaku abnormal tersebut dapat dihubungkan dengan penyakit fisik karena ciri-cirinya dapat dikonseptualisasikan sebagai simtom-simtom dari gangguan yang mendasarinya. Perspektif psikologis: Sigmund Freud, seorang dokter muda Austria (1856-1939) berpikir bahwa penyebab perilaku abnormal terletak pada interaksi antara kekuatan-kekuatan di dalam pikiran bawah sadar. Model yang dikenal sebagai model psikodinamika ini merupakan model psikologis utama yang pertama membahas mengenai perilaku abnormal. Perspektif sosiokultural: Pandangan ini meyakini bahwa kita harus mempertimbangkan konteks-konteks sosial yang lebih luas di mana suatu perilaku muncul untuk memahami akar dari perilaku abnormal. Penyebab perilaku abnormal dapat ditemukan pada kegagalan masyarakat dan bukan pada kegagalan orangnya. Masalah-masalah psikologis bisa jadi berakar pada penyakit sosial masyarakat, seperti kemiskinan, perpecahan sosial, diskriminasi ras, gender,gayahidup,dansebagainya. Perspektif biopsikososial: Pandangan ini meyakini bahwa perilaku abnormal terlalu kompleks untuk dapat dipahami hanya dari salah satu model atau perspektif. Mereka mendukung pandangan bahwa perilaku abnormal dapat dipahami dengan paling baik bila memperhitungkan interaksi antara berbagai macam penyebab yang mewakili bidang biologis, psikologis, dan sosiokultural.

2.2 Jenis-Jenis Perilaku Abnormal


A.Gangguan Pola Makan Gangguan pola makan adalah suatu obsesi seseorang dengan makanan & berat badan yang merugikan kesehatan. Meskipun setiap orang terkadang pernah merisaukan mengenai berat badannya, tetapi pada penderita gangguan pola makan, mereka melakukan segala cara (bahkan yang ekstrem sekalipun) untuk menghindari terjadinya kenaikan berat badan. Di Amerika sendiri menurut sumber dari National Association of Anorexia Nervosa and Associated Disorders, terdapat 8.000.000 penderita gangguan pola makan, dimana 90 % diantaranya adalah wanita. Gangguan pola makan dapat dialami oleh siapa saja tua-muda, kaya-miskin & biasanya mulai berawal dari masa remaja, tetapi dapat juga dimulai dari usia dini seperti umur 8 tahun. Gangguan pola makan adalah gangguan pada emosional & fisik penderita yang dapat membahayakan jiwa penderitanya. Gangguan tersebut meliputi emosi yang ekstrim & gangguan tingkah laku serta kebiasaan yang mengelilingi masalah mengenai berat badan & makanan. Berikut jenis gangguan serta tanda gejala pola makan : 1. Anorexia Nervosa Adalah gangguan pola makan dimana penderitanya sengaja untuk menahan lapar supaya dapat mengurangi berat badan secara berlebihan. Biasanya penderita anorexia nervosa selalu merasa gemuk meskipun tubuhnya terlihat sangat kurus sekali. Anorexia nervosa telah banyak memakan banyak korban di dunia mode internasional seperti kematian model asal Brasil, Ana Carolina Reston & model asal Perancis, Isabelle Caro. Tanda & gejala anorexia nervosa,yaitu:

Menolak untuk makan & menyangkal rasa lapar. Ketakutan yang sangat terhadap kenaikan berat badan. Mempunyai gambaran terhadap diri sendiri yang negatif. Melakukan olahraga secara berlebihan. Mempunyai perasaan & mood yang datar. Sibuk dengan makanan. Menarik diri dari lingkungan sosial. Penampakan yang kurus. Pusing atau pingsan.
9

Adanya bulu halus di seluruh tubuh (lanugo). Mengalami haid yang tidak teratur/tidak sama sekali haid (amenorrhea). Konstipasi/sembelit. Nyeri pada perut. Kulit kering. Sering merasa kedinginan. Detak jantung yang tidak teratur. Tekanan darah yang rendah. Dehidrasi.

2. Bulimia Nervosa Penderita bulimia nervosa ditandai dengan fase makan secara berlebihan (lebih dari yang biasa dimakan seseorang) kemudian diikuti dengan fase pembersihan atau pengeluaran melalui cara memuntahkan makanan, penyalah gunaan obat pencahar ataupun olahraga secara berlebihan. Mendiang putri Diana pernah mengakui bahwa dirinya juga pernah mengalami bulimia nervosa.

Tanda & gejala bulimia nervosa,yaitu:

Makan hingga merasa sakit, biasanya dengan makanan yang tinggi lemak atau manis.

Menginduksi diri sendiri untuk muntah. Penggunaan laksatif/pencahar. Olahraga secara berlebihan. Fokus terhadap berat badan & bentuk tubuh yang tidak menyehatkan. Mempunyai gambaran diri sendiri yang negatif. Pergi ke toilet setiap habis makan atau diantara waktu makan. Merasa tidak bisa untuk mengendalikan kebiasaan makan. BAB yang tidak normal. Memiliki kerusakan gigi & gusi (akibat terkena asam lambung saat memuntahkan makanan).
10

Pembengkakan pada kelenjar air liur di daerah pipi. Sakit di mulut & tenggorokan. Dehidrasi. Detak jantung yang tidak teratur. Adanya lecet, luka atau terlihat tulang di buku jari/tangan. Mengalami haid yang tidak teratur/tidak sama sekali haid (amenorrhea). Melakukan diet atau puasa secara terus menerus. Kemungkinan juga mengalami penyalahgunaan obat terlarang ataupun minuman beralkohol.

3. Makan tanpa kontrol (binge eating/compulsive overeating) Penderita binge eating biasanya ditandai dengan periode makan secara tak terkontrol, kompulsif & terus menerus melebihi batasan perasaan kenyang. Meskipun tidak ada fase pembersihan/pengeluaran, penderitanya dapat melakukan berhenti makan secara tiba-tiba atau melakukan diet ketat. Penderita binge eating juga seringkali merasa malu atau tersiksa setiap kali habis makan. Mereka juga biasanya juga menghadapi masalah emosional seperti kecemasan, depresi & kesepian, yang dapat memberikan kontribusi terhadap terhadap terjadinya gangguan pola makan. Berat badan penderita binge eating dapat bervariasi antara normal, sedang hingga yang menderita obesitas berat.

Tanda & gejala makan tak terkontrol (binge eating),yaitu:


Makan hingga merasa sakit. Makan dalam jumlah yang banyak di waktu-waktu tertentu (saat mengalami episode binge) dibandingkan waktu biasanya.

Makan lebih cepat (saat mengalami episode binge). Merasa tidak bisa untuk mengendalikan kebiasaan makan. Seing makan sendirian. Merasa risau & kesal dengan banyaknya makanan yang dimakan.

Penyebab Gangguan Pola Makan. Penyebab gangguan pola makan diatas terdiri dari beberapa faktor, seperti berikut ini :
11

Faktor Biologi Ada gen yang dapat membuat orang tertentu lebih mudah untuk mengalami gangguan pola makan. Orang dengan anggota keluarga terdekat yang mengalami gangguan pola makan (seperti saudara kandung atau orang tua) juga lebih mudah untuk mengalami gangguan pola makan, sehingga dikaitkan dengan adanya hubungan genetik. Sebagai tambahan terdapat bukti yang menunjukkan bahwa serotonin (senyawa kimia yang terdapat di otak) dapat mempengaruhi kebiasaan makan seseorang.

Faktor Kesehatan Psikologi & Emosional Orang yang menderita gangguan pola makan seringkali juga mempunyai masalah psikologi & emosional yang berkontribusi terhadap gangguan tersebut. Mereka bisa jadi mempunyai kepercayaan diri yang rendah, perfeksionisme, prilaku impulsif, kesulitan untuk mengontrol kemarahan, konflik keluarga & kesulitan untuk membina hubungan.

Faktor Lingkungan Budaya pada masyarakat barat modern seringkali juga menimbulkan & memperkuat keinginan untuk menjadi kurus. Kesuksesan & penghargaan seringkali dikaitkan dengan menjadi kurus pada kebudayaan pop saat ini. Tekanan dari teman sebaya & yang dilihat orang di berbagai media dapat meningkatkan keinginan seseorang untuk menjadi kurus, terutama pada gadis remaja.

Masalah Kesehatan Akibat Gangguan Pola Makan. Membatasi apa yang kita makan & berolahraga memang menyehatkan. Tetapi yang tidak sehat adalah apabila selalu khawatir mengenai berat badan & apa yang kita makan. Orang yang menderita gangguan pola makan akan melakukan apapun, bahkan yang membahayakan tubuh karena obsesi mereka mengenai berat badan. Jika tidak ditangani, anorexia nervosa & bulimia nervosa dapat menyebabkan masalah kesehatan berikut ini :

masalah pada pencernaan. masalah pada jantung. masalah pada siklus mentruasi. dehidrasi.
12

kulit kering & bersisik. masalah pada gigi (pada bulimia nervosa). timbul rambut halus di seluruh tubuh, termasuk wajah (pada anorexia nervosa). Sedangkan pada gangguan pola makan binge eating, dapat menyebabkan masalah

pada sistem pencernaan, diabetes, kolesterol & jantung akibat sering mengkonsumsi makanan yang berlemak & manis dalam jumlah banyak. B. Gangguan Disosiatif Istilah gangguan disosiatif merujuk pada mekanisme, dissosiasi, yang diduga menjadi penyebabnya. Pemikiran dasarnya adalah kesadaran biasanya merupakan kesatuan pengalaman, termasuk kognisi, emosi dan motivasi. Namun dalam kondisi stres, memori trauma dapat disimpan dengan suatu cara sehingga di kemudian hari tidak dapat diakses oleh kesadaran seiring dengan kembali normalnya kondisi orang yang bersangkutan, sehingga kemungkinan akibatnya adalah amnesia atau fugue. Disosiasi psikologis adalah perubahan kesadaran mendadak yang mempengaruhi memori dan identitas. Para individu yang menderita gangguan disosiatif tidak mampu mengingat berbagai peristiwa pribadi penting atau selama beberapa saat lupa akan identitasnya atau bahkan membentuk identitas baru. Secara umum gangguan disosiatif (dissociative disorders) bisa didefinisikan sebagai adanya kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrasi normal (di bawah kendali sadar) yang meliputi ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan peng-nderaanan segera (awareness of identity and immediate sensations), serta control terhadap gerak tubuh. Gejala utama gangguan ini adalah adanya kehilangan (sebagian atau seluruh dari integrasi normal (dibawah kendali kesadaran) antara lain: ingatan masa lalu kesadaran identitas dan penginderaan (awareness of identity and immediate sensations) kontrol terhadap gerakan tubuh Gangguan somatoform dan disosiatif, berkaitan dengan gangguan kecemasan. Pada gangguan somatoform, individu mengeluhkan gejala-gejala gangguan fisik, yang terkadang
13

berlebihan, tetapi pada dasarnya tidak terdapat gangguan fisiologis. Pada gangguan disosiatif, individu mengalami gangguan kesadaran, ingatan, dan identitas. Munculnya kedua gangguan ini biasanya berkaitan dengan beberapa pengalaman yang tidak menyenangkan, dan terkadang gangguan ini muncul secara bersamaan. Adapun macam-macam gangguan disosiatif,yaitu: 1. Amnesia Disosiatif Amnesia disosiatif adalah hilangnya memori setelah kejadian yang penuh stres. Seseorang yang menderita gangguan ini tidak mampu mengingat informasi pribadi yang penting, biasanya setelah suatu episode yang penuh stres. Pada amnesia total, penderita tidak mengenali keluarga dan teman-temannya, tetapi tetap memiliki kemampuan bicara, membaca dan penalaran, juga tetap memiliki bakat dan pengetahuan tentang dunia yang telah diperoleh sebelumnya. 2. Fugue Disosiatif Fugue disosiatif adalah hilangnya memori yang disertai dengan meninggalkan rumah dan menciptakan identitas baru. Dalam fugue disosiatif, hilangnya memori lebih besar dibanding dalam amnesia disosiatif. Orang yang mengalami fugue disosiatif tidak hanya mengalami amnesia total, namun tiba-tiba meninggalkan rumah dan beraktivitas dengan menggunakan identitas baru. 3. Gangguan Depersonalisasi Gangguan depersonalisasi adalah suatu kondisi dimana persepsi atau pengalaman seseorang terhadap diri sendiri berubah. Dalam episode depersonalisasi, yang umumnya dipicu oleh stres, individu secara mendadak kehilangan rasa diri mereka. Para penderita gangguan ini mengalami pengalaman sensori yang tidak biasa, misalnya ukuran tangan dan kaki mereka berubah secara drastis, atau suara mereka terdengar asing bagi mereka sendiri. Penderita juga merasa berada di luar tubuh mereka, menatap diri mereka sendiri dari kejauhan, terkadang mereka merasa seperti robot, atau mereka seolah bergerak di dunia nyata. 4. Gangguan Identitas Disosiatif

14

Gangguan identitas disosiatif suatu kondisi dimana seseorang memiliki minimal dua atau lebih kondisi ego yang berganti-ganti, yang satu sama lain bertindak bebas. Menurut DSM-IV-TR, diagnosis gangguan disosiatif (GID) dapat ditegakkan bila seseorang memiliki sekurang-kurangnya dua kondisi ego yang terpisah, atau berubah-ubah, kondisi yang berbeda dalam keberadaan, perasaan dan tindakan yang satu sama lain tidak saling mempengaruhi dan yang muncul serta memegang kendali pada waktu yang berbeda. C. Gangguan Seksual dan Identitas Gender Gangguan identitas gender/gangguan identitas seksual merupakan keyakinan dalam diri individu bahwa struktur seksual anatomiknya dan rasa kedirian psikologis sebagai lakilaki atau perempuan tidak sama. Contohnya: seorang laki-laki yang mengidap GIG secara fisik laki-laki,namun ia menganggap dirinya sebagai perempuan dan ingin hidup sebagai perempuan. Karakteristik gangguan identitas gender /transeksualisme Gangguan identitas gender umumnya timbul atau dapat dilihat pada masa kanakkanak,hal itu berhubungan dengan banyaknya prilaku lintas gender,seperti berpakaian seperti lawan jenis,bermain permainan lawan jenis (anak laki-laki bermain boneka ). Gangguan identitas gender pada anak,biasanya teramati ketika anak berusia 2-4 tahun. Sebagian besar anak yang mengalami gangguan identitas gender tidak tumbuh sebagai pribadi yang terganggu.Orang yang mengalami GIG secara umum mengalami kecemasan dan depresi. Penyebab gangguan identitas gender,yaitu: 1. Faktor biologis ( gangguan fisik,bawaan (nature),lingkungan (nurture) ) 2. GIG juga dapat dipengaruhi oleh hormon, misalnya : ketidakmampuan memproduksi suatu hormon untuk membentuk penis dan skrotum pada masa pertumbuhan janin oleh ibu semasa anak dalam kandungan. ibu yang mengonsumsi hormon seks saat hamil,biasanya digunakan untuk mencegah pendarahan rahim selama hamil. 3. Faktor-faktor sosial dan psikologis
15

Peranan lingkungan juga dapat mempengaruhi terjadinya GIG. Misalnya : ibu yang suka melihat anak laki-lakinya berpakaian seperti perempuan. Hal tersebut dapat menyebabkan anak bingung akan IG yang dia miliki,yang dapat menyebabkan konflik IG pada anak. Selain itu bagaimana cara orang tua memperlakukan anaknya juga dapat mempengaruhi terjadinya GIG misalnya : ibu yang menginginkan anak cewek tapi melahirkan anak laki-laki,maka ia akan memperlakukan anaknya seperti anak cewek. Jenis Gangguan Seksual dan Identitas Gender ,yakni: 1. Parafilia Parafilia terdiri dari para ( deviasi ),filia ( ketertarikan ). Parafilia adalah ketertarikan seksual terhadap objek yang tidak wajar / aktivitas seksual yang tidak pada umumnya. Contoh :memamerkan alat kelamin kepada orang asing / berkhayal melakukan hal tersebut. 2. Fethishisme Fethisme adalah kecenderungan pada benda-benda mati untuk menimbulkan gairah seksual yang berkaitan dengan memakai pakaian lawan jenis. Mereka yang mengidap fethisme merasa tidak nyaman dengan IG yang dimilikinya ( disforia gender ). Mereka suka memakai pakaian wanita secara keseluruhan yang biasanya dilakukan sendiri atau di tempat tersembunyi. 3. Pedofilia Pedofilia adalah orang dewasa yang mendapatkan kepuasan seksual melalui kontak fisik dan sering kali melakukannya pada anak prapubertas yang tidak memiliki hubungan darah dengan mereka. Dimana anak-anak yang menjadi sasaran mereka terutama pada anak-anak yang belum mencapai kematangan seksual. Pedofil bisa heteroseksual ataupun homoseksual. Kadang pedofil senang membelai rambut si anak,namun ia juga dapat memainkan alat kelaminnya,mendorong si anak untuk memainkan alat kelamin pedofil tersebut dan jarang terjadi mencoba memasukkan ke alat kelamin si anak. Sejumlah kecil pedofil dapat diklasifikasikan sebagai sadistis seksual / berkepribadian antisosial ( psikopatik) Menyakiti objek nafsu mereka secara fisik dan menyebabkan cidera serius,bahkan

16

terkadang dapat membunuh korbannya. Pedofil umumnya mengenal korbannya seperti tetangga atau teman keluarga pedofil tersebut. 4. Incest Incest adalah hubungan seksual yang terjadi antar kerabat dekat yang dilarang untuk menikah. Incest lebih sering terjadi antara sesama anggota keluarga.Yang menjadi korbannya umumnya anak-anak yang telah melewati kematangan seksual. 5. Voyeurisme Voyeurisme adalah kondisi dimana seseorang memiliki prefensi yang tinggi untuk mendapatkan kepuasaan seksual dengan melihat orang lain yang sedang tanpa busana atau sedang melakukan hubungan seksual. Voyeurisme biasanya terjadi pada awal masa remaja. 6. Eksibisionisme Eksibisionisme adalah pretensi tinggi dan berulang untuk mendapatkan kepuasan seksual dengan memarkan alat kelamin kepada orang lain yang tidak dikenal,terkadang kepada seorang anak-anak. Gairah seksual terjadi dengan berfantasi memamerkan alat kelaminnya dan melakukan mesturbasi pada saat itu/benar-benar melakukannya. Pada sebagian besar kasus ada keinginan untuk mengejutkan atau membuat malu korbannya. Umumnya pengidap eksibisionis rata-rata sudah menikah namun memiliki hubungan seksual yang tidak memuaskan dengan pasangannya. 7. Froteurisme Froteurisme adalah gangguan seksual yang berkaitan dengan melakukan sentuhan yang berorientasi seksual pada bagian tubuh seseorang yang tidak menaruh curiga akan terjadinya hal tersebut. Froteurisme bisa menggosokkan penisnya ke paha/pantat seseorang perempuan/menyentuh payudara / alat kelaminnya.Yang biasanya dilakukan di tempat keramaian seperti dalam bus. 8. Sadisme seksual dan masokisme seksual Karakteristik utama sadisme seksual adalah preferensi kuat untuk mendapatkan / meningkatkan kepuasan seksual dengan menimbulkan rasa sakit / penderitaan psikologis (seperti dipermalukan ) pada orang lain. Sedangkan karakteristik utama masokisme adalah preferensi kuat untuk mendapatkan /
17

meningkatkan kepuasan seksual dengan menjadikan diri sendiri sebagai subjek rasa sakit / kondisi dipermalukan. Kedua gangguan ini terjadi dalam hubungan hetero dan homoseks. Yang berawal pada masa dewasa awal. Sadistis dapat memperoleh kenikmatan organik sempurna dengan menimbulkan rasa sakti pada pasangannya dan masokis dapat terpuaskan dengan membiarkan dirinya disakiti. Aktivitas sadisme antara lain : Infantilisme : keinginan untuk diperlakukan seperti bayi yang tidak berdaya dan memakai popok Hipoksifilia : menimbulkan gairah seksual dengan mengalami kekurangan oksigen,yang dapat dicapai dengan menggunakan tali,kantong plastik,kompresi dada/bahan ki8mia yang menyebabkan menurunnya kadarnya oksigen di otak. Aktivitas yang mereka lakukan sangatlah terencana.Terkadang sadistis dapat membunuh atau memutilasi korbannya. 9. Perkosaan Ada beberapa perkosaan yang direncanakan dan di antaranya dianggap impulsif,suatu kejahatan yang dilakukan secara spontan.Beberapa perkosaan tampaknya dimotivasi oleh hasrat untuk mengendalikan orang lain,atau nafsu seksual. Perkosaan lebih dianggap sebagai tindakan kekerasan,agresi dan dominasi tindakan seks.Perkosaan juga dapat terjadi dalam suasana kencan,yang dapat disebut perkosaan oleh kenalan/perkosaan oleh teman kencan.Korban perkosaan oleh teman kencan berhubungan secara sukarela dengan laki-laki yang memerkosanya. Tapi ada juga beberapa kasus,kalau hal tersebut tidaklah diingini oleh korbannya. Pemerkosa memberi obat penenang kepada korbannya, di mana obat tersebut tidak berbau dan tidak berasa. Jika terminum maka orang yang akan meminumnya pingsan, hanya sedikit mengingat/bahkan sama sekali tidak ingat apa yang telah terjadi dengannya. 10. Gangguan disfungsi seksual

18

Gangguan disfungsi seksual adalah berbagai masalah seksual aynmg biasanya dianggap mencerminkan hambatan dalam siklus respons seksual normal. Ada 4 macam disfungsi seksual : Gangguan nafsu seksual, Gangguan gairah seksual, Gangguan orgasme, Gangguan nyeri seksual D. Gangguan Impuls Gangguan impuls ini disebabkan oleh ketidak mampuan seseseorang mengendalikan dorongan atau godaan untuk melakukan perbuatan tertentu. DSM-IV-TR memasukkan lima gangguan pengendalian impuls tambahan yaitu : 1. Intermitten explosive disorder : dimana seseorang bertindak berdasarkan impuls impuls agresif yang menghasilkan tindakan tindakan penyerangan serius atau perusakan harta benda (American Psychiatric Association, 2000). Diduga, faktor psikososial seperti stress, gaya asuh orang tua dsb. berpengaruh dalam memicu gangguan tsb. 2. Kleptomania : ketidak mampuan seseorang menolak dorongan berulang untuk mencuri barang barang yang seebenarnya tidak diperlukan untuk kegunaan pribadi atau yang dicuri bukan karena nilai uangnya. Tindakannya mengikuti pola tertentu yaitu merasakan ketegangan tepat sebelum mencuri dan diikuti rasa puas atau lega saat pencurian dilakukan (Mc. Elroy dan Arnold, 2001). 3. Piromania : gangguan pengendalian impuls yang melibatkan adanya dorongan yang tidak dapat ditolak untuk melakukan pembakaran. Polanya sama dengan kleptomania, dimana muncul perasaan puas atau lega saat api mulai membakar. 4. Judi Patologis : Adanya kebutuhan untuk mempertaruhkan uang dalam jumlah yang semakin banyak dari waktu ke waktu dan timbul gejala gelisah ketika berusaha berhenti (withdrawal). Saat ini perilaku tsb. diperkirakan menimpa 3%-5% orang Amerika dewasa (Slutske, Jackson dan Sher, 2003). 5. Trikotilomania : Adanya dorongan untuk mencabuti rambut sendiri dari bagian tubuh yang manapun, termasuk rambut di kulit kepala, alis dan bulu bulu tangan. Gangguan
19

ini terlihat pada 1%-5% mahasiswa dan lebih banyak dialami oleh perempuan ketimbang laki laki (Scott dan kawan kawan, 2003). E. Macam-Macam Gangguan Kepribadian Manusia Menurut PPDGJ III ( Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan Jiwa di Indonesia III ). Pada Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III (Rusdi,2000:102-105) Terdapat Yang di sebut dengan diagnosa Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa dewasa antara lain adalah sebagai berikut: 1. Gangguan Kepribadian Paranoid dengan ciri-ciri :

Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam Kecurigaan dan kecenderungan mendistorsikan pengalaman dengan menyalah artikan tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan dan penghinaan

Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi yang ada (actual situation)

Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification) tentang kesetiaan seksual dari pasangannya

Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan yang bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri (self-referential attitude)

Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak substatantuf dari suatu peristiwa baik yang menyangkut diri pasien sendiri maupun dunia pada umumnya.

2. Gangguan Kepribadian Skizoid ditandai dengan deskripsi berikut :


Sedikitnya (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan Emosi dingin, efek mendatar, atau tak peduli (detachment) Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau kemarahan terhadap orang lain

Tampak nyata ketidak-pedulian baik terhadap pujian maupun kecaman


20

Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain (perhitungkan usia penderita)

Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri Preokupasi dengan fantasi dan intropeksi yang berlebihan Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau ada hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti itu

Sangat sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku

3. Gangguan Kepribadian Dissosiala deskripsi berikut :


Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus-menerus (persistent), serta tidak peduli terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial

Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama, meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya

Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang rendah untuk melampiaskan agresi, termasuk tindakan kekerasan

Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari pengalaman, khususnya dari hukuman

Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat

4. Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil deskripsi sebagai berikut :

Terdapat kecenderungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsif tanpa mempertimbangkan konsekuensinya

Dua varian yang khas adalah berkaitan denga impulsivitas dan kekurangan pengendalian diri.

5. Gangguan Kepribadian Histrionik

deskripsi sebagai berikut :

21

Ekspresi emosi yang dibuat-buat (self dramatization) seperti bersandiwara (theariticality) yang dibesar-besarkan (exaggerated)

Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh keadaan Keadaan afektif yang dangkal dan labil Terus-menerus mencari kegairahan (excitement). Penghargaan (appreation) dari orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat perhatian Penampilan atau perilaku merangsang (seductive) yang tidak memadai Terlalu peduli dengan daya tarik fisik

6. Gangguan Kepribadian Anankastik ditandai dengan ciri-ciri :


Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan; Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas; Ketelitian yang berlebihan, terlalu berhati-hati, dan keterikatan yang tidak semestinya pada produktifitas, sampai mengabaikan kepuasan dan hubungan interpersonal;

Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial; Kaku dan keras kepala; Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu atau keengganan yang tak beralasan untuk mengizinkan orang lain mengerjakan sesuatu;

Mencampur-adukan pikiran dan dorongan yang memaksa dan yang enggan.

7. Gangguan Kepribadian Cemas ( Menghindar ) dengan ciri ciri :


Perasaan tegang dan taku yang menetap dan pervasif Merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi social Keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disukai Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.

8. Gangguan Kepribadian Dependen


22

deskripsi sebagai berikut :

Mendorong dan membiarkan orang lain untuk mengambil sebahagian besar keputusan penting untuk dirinya

Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah dari orang lain kepada siapa ia bergantung dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap keinginan mereka

Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada orang dimana tempat ia bergantung

Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidak mampuan mengurus diri sendiri

Preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat dengan nya dan dibiarkan untuk mengurus dirinya sendiri

Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang lain.

23

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Perilaku abnormal adalah kekalutan mental & melampaui titik kepatahan mental = dikenal sebagai nervous breakdown. (get mental breakdown). Sepanjang sejarah budaya barat, konsep perilaku abnormal telah dibentuk, dalam beberapa hal, oleh pandangan dunia waktu itu. Contohnya, masyarakat purba menghubungkan perilaku abnormal dengan kekuatan supranatural atau yang bersifat ketuhanan. Pendekatan biologis dalam penyembuhan perilaku abnormal berpendapat bahwa gangguan mental, seperti penyakit fisik disebabkan oleh disfungsi biokimiawi atau fisiologis otak. Terapi fisiologis dalam upaya penyembuhan perilaku abnormal meliputi kemoterapi, elektrokonvulsif dan prosedur pembedahan.

3.2 Saran
Kepercayaan biologis penyebab perilaku abnormal harus dikaitkan dengan Hippocrates, dokter Yunani. Dia percaya bahwa perilaku abnormal dapat diperlakukan seperti penyakit lainnya dan otak, yang bertanggung jawab untuk kesadaran, kecerdasan, emosi dan kebijaksanaan, adalah akar penyebab dari perilaku tersebut.

24

You might also like