You are on page 1of 15

TUGAS KELOMPOK Bimbingan dan Konseling

DOSEN PENGAMPU Dra.Riswani,M.Ed

Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling (BK)

Arranged By : Risma Yanti Sachbanuddin.S.M Widia Fitriani

DEPARTMENT OF ENGLISH EDUCATION FACULTY OF TARBIYAH AND TEACHER TRAINING UNIVERSITY SULTAN SYARIF KASIM RIAU 2010-2012

Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 1 1.3 Tujuan Penulisan makalah .............................................................. 1 1.4 Metode Penulisan ........................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3 2.1 Sejarah dan Bimbingan Konseling ................................................... 3 2.2 Definisi Bimbingan dan Konseling ................................................... 3 2.3 Tujuan Bimbingan dan Konseling .................................................... 4 2.4 Fungsi Bimbingan dan Konseling .................................................... 4 2.5 Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling ........................................ 4 2.6 Azas Bimbingan dan Konseling ....................................................... 5 2.7 Landasan Bimbingan dan Konseling ............................................... 6 BAB III PENUTUP ............................................................................................ 11

BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk 3okum3 tidak akan pernah terlepas dari berbagai masalah. Masalah yang menimpa manusia terkadang membuat manusia menjadi frustasi, tak berdaya, nelangsa dan putus asa. Bahkan tak jarang orang yang begitu banyak diterpa berbagai masalah hidup lebih memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri karena tak kuasa menghadapi masalah tersebut. Hal ini diakibatkan oleh tidak adanya pengetahuan, ilmu, serta pengalaman, dalam menghadapi masalah. Oleh sebab itu manusia harus mendapat bimbingan agar mampu membantu keluar dari masalah yang sedang dihadapinya, termasuk bimbingan dalam hal pendidikan. Pendidikan yang bermutu (Syamsu dan Juntika, 2008:4) adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang 3okum3tic3al3e dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kurikuler, dan bidang pembinaan siswa (bimbingan dan konseling). Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang 3okum3tic3al3e dan pengajaran dengan mengabaikan bidang bimbingan mungkin hanya akan menghasilkan individu yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek psikososiospiritual. Karena bidang pembinaan siswa (bimbingan dan konseling) terkait dengan program pemberian `layanan bantuan kepada peserta didik (siswa) dalam upaya mencapai perkembangannya yang optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya. Personil yang paling bertanggung jawab ini adalah guru pembimbing atau konselor. Jadi, betapa pentingnya peranan bimbingan dan konseling dalam pendidikan, sehingga kita harus tahu terlebih dahulu konsep-konsep dasar mengenai bimbingan dan konseling. Namun disini, penyusun hanya akan mencoba menguraikan tentang konsep-konsep dasar konseling tersebut. Sehingga mudah-mudahan akan mempermudah pembaca dalam memahami konsep dasar konseling, serta menerapkannya dalam pendidikan. 1.2 Rumusan Masalah Dengan merujuk pada latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Sejarah dan Definisi Bimbingan Konseling? 2. Tujuan Bimbingan Konseling?

3. Fungsi Bimbingan Konseling?


4. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling? 5. Azas Bimbingan Konseling?

6. Landasan Bimbingan Konseling? 1.3 Tujuan Penulisan Makalah Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini yakni sebagai berikut:

1. Sejarah dan Definisi Bimbingan Konseling?


2. Tujuan Bimbingan Konseling? 3. Fungsi Bimbingan Konseling? 4. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling? 5. Azas Bimbingan Konseling? 6. Landasan Bimbingan Konseling? 1.4 Metode Penulisan Metode penulisan yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan 4okum4tic4 buku yaitu mencari bahan-bahan yang bersangkutan dengan materi ini kemudian merangkumnya serta mencari bahan materi lainnya dengan menelusuri internet.

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Konseling 2.1 Sejarah Bimbingan dan Konseling Pada Awalnya Sejarah perkembangannya ilmu bimbingan dan konseling di Indonesia dikenal dengan istilah bimbingan dan penyuluhan yang merupakan terjemahan dari istilah guidance and counseling. Penggunaan istilah bimbingan dan penyuluhan sebagai terjemahan dari kata guidance and counseling ini diceruskan oleh Tatang Mahmud, MA. Sebagaimana yang dikemukakan oleh DR. TohariMusnawar( 1985:8 ). Konseling merupakan dasar inti bimbingan secara keseluruhan yang berkenaan dengan pengentasan masalah dan fasilitasi perkembangan individu. Konseling merupakan suatu hubungan antara pemberi bantuan yang terlatih dengan seorang yang mencari bantuan, dimana keterampilan pemberi bantuan dan suasana yang dibuatnya membantu orang lain belajar untuk berhubungan dengan dirinya sendiri atau orang lain dengan cara-cara yang lebih tumbuh dan produktif. (canavagh1982.1-2). Akan tetapi dalam perkembangan bahasa Indonesia selanjutnya pada tahun 1970 sebagai awal dari masa pembangunan Orde Baru, istilah penyuluhan yang merupakan terjemahan dari kata Counseling dan mempunyai konotasi psychological-counseling, banyak pula dipakai dalam bidang-bidang lain, seperti penyuluhan pertanian, penyuluhan KB, penyuluhan gizi, penyuluhan 5okum, penyuluhan agama, dan lain sebagainya, yang cenderung diartikan sebagai pemberian penerangan atau informasi bahkan kadang-kadang hanya dalam bentuk pemberian ceramah atau pemutaran film saja. Menyadari perkembangan pemakaian istilah yang demikian, maka sebagian para ahli bimbingan dan penyuluhan Indonesia yang tergabung dalam oraganisasi profesi IPBI (Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia) mulai meragukan ketepatan penggunaan istilah penyuluhan. Sebagai terjemahan dari istilah counseling tersebut. Oleh karena itu sebagian dari mereka berpendapat, sebaiknya istilah penyuluhan itu dikembalikan ke istilah aslinya yaitu counseling, sehingga pada saat itu dipopulerkan istilah bimbingan dan konseling untuk ilmu ini, tetapi ada pula sebagian ahli bimbingan dan penyuluhan yang berpendapat bahwa kalau istilah guidance diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan istilah bimbingan, istilah counseling harus pula dicarikan istilah bahasa Indonesianya. Berdasarkan pemikiran yang demikian maka ada para ahli itu ada yang menggunakan istilah bimbingan dan wawanwuruk, bimbingan dan wawanmuka, bimbingan dan wawancara untuk memberi nama bagi ilmu ini. Namun diantara sedemikian banyak istilah tersebut, saat ini yang pa ling 5okum5t adalah istilah Bimbingan dan Konseling. 2.2 Definisi Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya

sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.

3
2.3 Tujuan Bimbingan dan Konseling

1. Menghayati nilai-nilai agama sebagai pedoman dalam berperilaku 2. Berperilaku atas dasar keputusan yang mempertimbangkan aspek-aspek nilai dan
berani menghadapi resiko. 3. Memiliki kemampuan mengendalikan diri (self-control) dalam mengekspresikan emosi atau dalam memenuhi kebutuhan diri. 4. Mampu memecahkan masalah secara wajar dan objektif. 5. Memelihara nilai-nilai persahabatan dan keharmonisan dalam berinteraksi dengan orang lain.

6. Mengembangkan potensi diri melalui berbagai aktivitas yang positif 7. Memperkaya strategi dan mencari peluang dalam berbagai tantangan kehidupan yang
semakin kompetitif. 8. Mengembangkan dan memelihara penguasaan perilaku, nilai, dan kompetensi yang mendukung pilihan dalam berprestasi. 2.4 Fungsi Bimbingan dan Konseling

Fungsi pemahaman
Memahami Karakteristik/Potensi/Tugas-tugas perkembangan Peserta didik dan membantu mereka untuk memahaminya secara objektif/6okum6tic

Fungsi Pencegahan (Preventif)


Memberikan Layanan orien-tasi dan informasi mengenai berbagai aspek kehidupan yg patut dipahami peserta didik agar mereka tercegah dari masalah

Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan


Memberikan Layanan Bimbingan untuk Membantu Peserta didik Mampu Mengembangkan potensi dirinya/Tugas-tugas perkembagannya

Fungsi Perbaikan Walaupun fungsi pencegahan dan pemahaman telah di lakukan, namun mungkin saja siswa masih menghadapi masalah-masalah tertentu. Disinilah fungsi perbaikan itu berperan, yaitu

fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpecahkanya atau teratasinya berbagai permasalahan yang di alami siswa. 2.5 Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling 1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan :

a. melayani semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, suku, agama
dan status hukum b. memperhatikan tahapan perkembangan c. perhatian adanya perbedaan individu dalam layanan. 2. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan yang dialami individu : a. menyangkut pengaruh kondisi mental maupun fisik individu terhadap penyesuaian pengaruh lingkungan, baik di rumah, sekolah dan masyarakat sekitar b. timbulnya masalah pada individu oleh karena adanya kesenjangan hukum,ekonomi dan budaya 3. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan Bimbingan dan Konseling : a. bimbingan dan konseling bagian integral dari pendidikan dan pengembangan individu, sehingga program bimbingan dan konseling diselaraskan dengan program pendidikan dan pengembangan diri peserta didik b. program bimbingan dan konseling harus fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan c. program bimbingan dan konseling disusun dengan mempertimbangkan adanya tahap perkembangan individu d. program pelayanan bimbingan dan konseling perlu diadakan penilaian hasil layanan 4. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan : a. diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu secara mandiri membimbing diri sendiri b. pengambilan keputusan yang diambil oleh klien hendaknya atas kemauan diri sendiri c. permaslahan individu dilayani oleh tenaga ahli hukum yang relevan dengan permasalahan individu d. perlu adanya kerja sama dengan personil sekolah dan orang tua dan bila perlu dengan pihak lain yang berkewenangan dengan permasalahan individu, dan e. proses pelayanan bimbingan dan konseling melibatkan individu yang telah memperoleh hasil pengukuran dan penilaian layanan 2.6 Azas Bimbingan dan Konseling

1) Asas kerahasiaan
Asas ini merupakan asas kunci, karena klien mampu mengungkap masalahnya pada orang yang dipercaya klien. Dengan adanya keterbukan masalah akan dapat diselesaikan dengan baik.

2) Asas keterbukaan
Asas ini didasarkan atas asas kerahasiaan. Klien dan konselor perlu suasana keterbukaan untuk mengungkapkan perasaan, pemikiran dan keinginan yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin diselesaikan. 3) Asas kesukarelaan Asas ini lebih terkait dengan pribadi konselor. Konselor perlu memiliki sikap sukarela dalam membantu menyelesaikan permasalahan klien. Dengan sikap sukarela dari konselor klien akan dengan sukarela pula menceritakan dan mencari solusi atas permasalahannya.

4) Asas kekinian
Fokus pemecahan permasalahan klien adalah pada masa saat ini. Apa yang saat ini dirasakan dan menjadi permasalahan klien adalah hal yang perlu diselesaikan dalam pertemuan konseling.

5) Asas kegiatan
Konseling dapat berlangsung baik apabila klien mau melaksanakan tugas yang diberikan. Konselor hendaknya mampu memotivasi klien melakukan kegiatan yang disarankan dalam sesi konseling demi tujuan penyelesaian masalah klien.

6) Asas kedinamisan
Dinamis merupakan perubahan menuju pada kemajuan yang terjadi pada klien. Konselor hrus memberikan layanan yang sesuai dengan sifat keunikan tiap individu demi perubahan 8okum8t perkembangan pribadi yang lebih baik. 7) Asas keterpaduan Dalam pemberian layanan, konselor perlu memperhatikan aspek kepribadian klien yang diarahkan untuk mencapai keharmonisan dan keterpaduan. Keterpaduan ini berkaitan dengan aspek klien maupun mengenai keterpaduan isi dan proses layanan. 8) Asas kenormatifan Usaha layanan tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlalu sehingga tidak terjadi penolakan dari pihak yang dibimbing. Asas ini berkaitan dengan proses dan saran atau keputusan yang dibahas dalam konseling. 9) Asas keahlian Proses konseling harus dilakukan dengan 8okum8tic8al dan oleh orang yang 8okum8tic8al yang menntut ketrampilan khusus dan terlatih untuk melakukan konseling. 10)Asas alih tangan Asas ini bertujuan agar tidak terjadi pemberian layanan yang tidak tepat. Bila permasalahan klien perlu penanganan dari ahli yang lain maka pengalihtanganan kepada pihak yang lebih ahli perlu dilaksanakan. 11)Asas tut wuri handayani Makna layanan bimbingan dan konseling tidak hanya berkaitan dengan permasalahan saat tertentu melainkan makna tersebut tetap dirasakan oleh klien pada masa yang akan hukum. 12) Asas Kemandirian Pelayanan BK bertujuan menjadikan siterbimbing dapat bediri sendiri, tidak tergantung pada orang tua / tergantung pada konselor individu yang dibimbing setelah dibantu diharapkan dapat mendiri dengan cirri-ciri pokok mampu : 1. Mengenal dri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya;

2. Menerima diri dendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis. 3. Mengambil keputusan untuk dan leh diri sendiri. 4. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu, dan 5. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat dan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya 2.7 Landasan Bimbingan dan Konseling Membicarakan tentang landasan dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan dalam pendidikan, seperti landasan dalam pengembangan kurikulum, landasan pendidikan non formal atau pun landasan pendidikan secara umum. Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan 9okum9-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya (klien). Secara teoritik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan 9okum9-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi. Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-masing landasan bimbingan dan konseling tersebut : 6

Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih 9oku dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat postmodern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat .(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut : Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya. Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan. Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.

Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri. Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri. Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu. Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu. Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya. Landasan Psikologis Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan kepribadian.

a. Motif dan Motivasi


Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan,baik dari dalam diri individu (motivasi 10okum10tic) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik)-, menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.

7
b. Pembawaan dan Lingkungan Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan 10okum10-faktor yang membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada. Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda. Ada individu yang memiliki pembawaan yang tinggi 10okum10t pula yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau ideot). Demikian pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Namun ada pula individu yang hidup dan berada dalam lingkungan yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana

yang serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik.dan menjadi tersia-siakan. c. Perkembangan Individu Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan 11okum11. Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan sebagai rujukan, diantaranya : (1) Teori dari McCandless tentang pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam perkembangan individu; (2) Teori dari Freud tentang dorongan seksual; (3) Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial; (4) Teori dari Piaget tentang perkembangan kognitif; (5) teori dari Kohlberg tentang perkembangan moral; (6) teori dari Zunker tentang perkembangan karier; (7) Teori dari Buhler tentang perkembangan hokum; dan (8) Teori dari Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan individu semenjak masa bayi sampai dengan masa dewasa. Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan 11okum11 pembawaan dan lingkungan. d. Belajar Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tandatanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya. Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa teori belajar yang 11oku dijadikan rujukan, diantaranya adalah : (1) Teori Belajar Behaviorisme; (2) Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasi; dan (3) Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini mulai berkembang teori belajar hukum konstruktivisme. e. Kepribadian Hingga saat ini para ahli tampaknya masih belum menemukan rumusan tentang kepribadian secara bulat dan komprehensif.. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan 11okum11 50 8 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai 11okum11 psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider dalam Syamsu Yusuf (2003) mengartikan penyesuaian diri sebagai suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.

Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, 12okum12t, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Landasan Sosial-Budaya Landasan 12okum12-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai 12okum12 yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan 12okum12-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan 12okum12budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan 12okum12-budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan 12okum12-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam 12okum12-budaya ini tidak dijembatani, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor 12okum12tic memiliki latar 12okum12 dan budaya yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi 12okum12 dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) 12okum12tic12; (d) kecenderungan menilai; dan kecemasan. Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang. Stereotipe cenderung menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif (social prejudice) yang biasanya tidak tepat. Penilaian terhadap orang lain disamping dapat menghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi 12okum12ti. Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yanmg berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budaya dapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, dimana dan kapan harus berbuat sesuatu. Agar komuniskasi 12okum12 antara konselor dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi.

Landasan Pendidikan
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan hukum yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya. 9 Sejak awal dicetuskannya gerakan bimbingan, layanan bimbingan dan konseling telah menekankan pentingnya logika, pemikiran, pertimbangan dan pengolahan lingkungan secara ilmiah (McDaniel dalam Prayitno, 2003).

Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat multireferensial. Beberapa disiplin ilmu lain telah memberikan sumbangan bagi perkembangan teori dan praktek bimbingan dan konseling, seperti : psikologi, ilmu pendidikan, 13okum13tic, evaluasi, biologi, filsafat, sosiologi, antroplogi, ilmu ekonomi, manajemen, ilmu 13okum dan agama. Beberapa konsep dari disiplin ilmu tersebut telah diadopsi untuk kepentingan pengembangan bimbingan dan konseling, baik dalam pengembangan teori maupun prakteknya. Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling selain dihasilkan melalui pemikiran kritis para ahli, juga dihasilkan melalui berbagai bentuk penelitian.

10

BAB III PENUTUP


Kesimpulan Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antar konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseling merasa bahagia dan efektif perilakunya. Konseling merupakan dasar inti bimbingan secara keseluruhan yang berkenaan dengan pengentasan masalah dan fasilitasi perkembangan individu. Konseling merupakan suatu hubungan antara pemberi bantuan yang terlatih dengan seorang yang mencari bantuan, dimana keterampilan pemberi bantuan dan suasana yang dibuatnya membantu orang lain belajar untuk berhubungan dengan dirinya sendiri atau orang lain. Jadi dari penjelasan sebelumnya dpt kita ketahui bahwa pentingnya Bimbingan dan Konseling dalam kehidupan kita, maupun setiap individu untuk mengarahkan kearah yg lebih baik.

11

REFERENSI
o Dr.Syamsu Yusuf,L.N & Dr.A.Juntika Nurihsan (2008).Landasan Bimbingan dan Konseling.Jakarta:Depdikbud Drs.Dewa Ketut & Sukardi,MBA,MM (2005).Bimbingan dan Konseling di Sekolah.Jakarta:Depdikbud

You might also like