You are on page 1of 31

FILSAFAT ILMU DAN PERKEMBANGANNYA

DI INDONESIA
PENGARANG : Drs. SURAJIYO

Tugas ini dibuat sebagai Tugas akhir semester pendek Pada mata kuliah filsafat ilmu
DI TULIS KEMBALI (RESUME) OLEH: ALARAS 06 14 003

DOSEN PEMBIMBING: Drs. Suyitno, M.Ag

FAKULTAS SYARIAH JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSYIYYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2008

PRAKATA
Filsafat ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaiknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Kelahiran filsafat di Yunani menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunani dari pandangan mitologi akhirnya lenyap dan pada gilirannya rasiolah yang dominan. Perubahan dari pola pikir mite-mite kerasio membawa implikasi yang tidak kecil. Alam dengan segala gejalanya, yang selama itu ditakuti kemudian didekati dan bahkan bisa dikuasai. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik alam semesta maupun pada manusia sendiri.

Maret, 2007 Penulis

DAFTAR ISI

PRAKATA --------------------------------------------------------------------------------------------KATA PENGANTAR-------------------------------------------------------------------------------Bagian Pertama: PENGENALAN FILSAFAT ILMU BAB I PENGANTAR FILSAFAT-----------------------------------------------------------------3 A. Pengertian Filsafat -------------------------------------------------------------------------3 B. Objek Filsafat-------------------------------------------------------------------------------7 C. Metode Filsafat-----------------------------------------------------------------------------9 D. Ciri-ciri Filsafat----------------------------------------------------------------------------14 E. Asal dan Peranan Filsafat------------------------------------------------------------------16 F. Kegunaan Filsafat--------------------------------------------------------------------------18 G. Pembagian (Cabang-cabang Filsafat)----------------------------------------------------20

FILSAFAT ILMU DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA


Oleh : Drs. Surajiyo

BAB I Pengantar Ilmu Filsafat


A. Pengertian Filsafat B. Objek Filsafat 1. Objek Material filsafat Yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di oandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak. Menurut Drs. H.A.Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu : a. b. Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya. Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi). 2. Objek Formal filsafat Yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu di sorot. Contoh : Objek materialnya adalah manusia dan manusia ini di tinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya.

C. Metode Filsafat Sebenarnya jumlah metode filsafat hampir sama banyaknya dengan defenisi dari para ahli dan filsuf sendiri karena metode ini adalah suatu alat pendekatan untuk mencapai hakikat sesuai dengan corak pandangan filsuf itu sendiri. Penjelasan secara singkat metode-metode filsafat yang khas adlah sebagai berikut: 1. kemukakan Metode Kritis : Socrates dan plato Metode ini bersifat analisis istilah dan pendapat atau aturan-aturan yang di orang. Merupakan hermeneutika, jalan yangmenjelaskan bertanya keyakinan dan memperlihatkan 2. pertentangan. Dengan (berdialog), membedakan,

membersihkan, menyisihkan dan menolak yang akhirnya di temukan hakikat. Metode Intuitif : Plotinus dan bergson Dengan jalan metode intropeksi intuitif dan dengan pemakaian simbol-simbol di usahakan membersihkan intelektual (bersama dengan pencucian moral), sehingga tercapai suatu penerangan pemikiran. Sedangkan bergson dengan jalan pembauran antara kesadaran dan proses perubahan, tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan. 3. Metode Skolastik : aristoteles, thomas aquinas, filsafat abad pertengahan. Metode ini bersifat sintetis-deduktif dengan bertitik tolak dari defenisi-defenisi atau prindip-prinsip yang jelas dengan sendirinya di tarik kesimpulan-kesimpulan. 4. Metode Geometris : rene descartes dan pengikutnya Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks di capai intiuisi akan hakikat-hakikat sederhana (ide terang dan berbeda dari yang lain), dari hakikat-hakikat itu di dedukasikan secara matematis segala pengertian lainnya. 5. Metode Empiris :Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian (ideide ) dalam intropeksi di bandingkan dengan cerapan-cerapan (impresi) dan kemudian di susun bersama secara geometris.

6.

Metode Transendental : Immanuel Kant dan Neo skolastik Metode ini bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan analisis di

selidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian demikian. 7. Metode fenomenologis : Husserl, Eksistensialisme Yakni dengan jalan beberapa pemotongan sistematis (reduction), refleksi atau fenomin dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-hakikat murni. Fenomelogi adalah suatu aliran yang membicarakan tentang segala sesuatu yang menampakkan diri, atau yang membicarakan gejala. Hakikat segala sesuatu adalah reduksi atau penyaringan dan menurut Husserl ada tiga macam reduksi yaitu: a. b. c. 8. reduksi fenomologis, kita harus menyaring pengalaman-pengalaman kita agar mendapat fenomena semurni-murninya. Reduksi eidetis. Reduksi transendental Metode Dialektis : Hegel dan Mark Dengan jalan mengikuti dinamik pikiran atau alam sendiri menurut triade tesis, antitetis, sistesis di capai hakikat kenyataan. Dialektis itu di ungkapkan sebagai tiga langkah, yaitu dua pengertian yang bertentangan kemudian di damaikan (tesis-antitesis-sintesis). 9. Metode Non-positivistis Kenyataan yang di pahami menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturanaturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksakta). 10. Metode analitika bahasa : Wittgenstein Dengan jalan analisa pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau tidaknya ucapan-ucapan filosofis. Metode ini di nilai cukup netral sebab tidak sama sekali mengendalikan salah satu filsafat. Keistimewaannya adalah semua kesimpulan dan hasilnya senantiasa di dasarkan kepada penelitian bahasa yang logis.

D. Ciri-ciri Filsafat Menurut Drs. Suyadi MP dan Drs. Sri suprapto widodonongrat ciri filsafat adalah menyeluruh, mendasar dan spekulatif. Sedangkan Sunoto menyebutkan ciri-cirinya adalah deskriptip, kritik atau analitik, evaluatif atau normativ, spekulatif dan sistematik. E. Asal dan Peranan filsafat 1. Asal filsafat a. b. c. 2. Peranan filsafat - Pendobrak Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara tradisi dan kebiasaan. Dalam penjara itu, manusia terlena dalam alam mistik yang penuh sesak dengan hal-hal serba rahasia yang terungkap lewat berbagai mitos dan mite. Keadaan tersebut berlangsung cukup lama dan kehadiran filsafat telah mendobrak pintu dan tembok tradisi yang begitu sakral yang selama itu tidak boleh digugat. Kendati pendobrakan itu membutuhkan waktu yang cukup panjang, kenyataan sejarah telah membuktikan bahwa filsafat benar-benar telah berperan selaku pendobrak yang mencengangkan. - Pembebas Filsafat bukan hanya sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos dan mite itu melainkan juga merenggut manusia keluar dari penjara itu. Filsafat membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan kebodohannya. Demikian pula filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara berpikiryang mistis dan mitis. - Pembimbing Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang mistik mitis denganmembimbing manusiauntuk berpikir secara rasional. Membebaskan manusia dari cara berpikir yang picik dan dangkal dengan membbimbing untuk berpikir lebih luas dan mendalam. Keheranan Kesangsian Kesadaran akan keterbatasan Ada tiga peranan yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu:

F. Kegunaan filsafat Pada umumnya dapat dikatakan bahawa dengan belajar filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menangani berbagai pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metodis ilmu-ilmu khusus. Jadi filsafat membantu untuk mendalami berbagai pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan lingkup tanggung jawabnya. Kemampuan itu dipelajarinya dari dua jalur yakni secara sistematis dan historis. G. Pembagian ( cabang-cabang) filsafat Pembagian secara garis besar dapat dibagi kedalam dua kelompok, yakni filsafat sistematis dan sejarah filsafat. Filsafat sistematis bertujuan dalam pembentukan dan pemberian landasan pemikiran. Didalamnya meliputi logika, metodelogi, epistimologi, filsafat ilmu, etika, estetika metafisika, teologi (filsafat ketuhanan), filsafat manusia, dan kelompok filsafat khusus seperti filsafat sejarah, hukum, komunikasi dan lain-lain. Adapun sejarah filsafat adalah bagian yang berusaha meninjau pemikiran filsafat sepanjang masa. Sejak zaman kuno hingga zaman modern, bagian ini meliputi sejarah filsafat yunani (barat), india, cina dan sejarah filsafat islam. Berikut ini pengertian ari cabang-cabang filsafat yang utama: Logika, adala cabang filsafat yang menyelildiki lurus tidaknya pemikran kita. Lapamngan dalam logika adlah asa-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat dan sehat. Dengan mempelajari logika diharapkan dapat menerapkan asas bernalar sehingga dapat menaarik kesimpulan dengan tepat. Epistemologi, adlah bagian filasfat yang membicarakan tentang terjadinya pengetauan, sumber pengetahuan, asla mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan kesahihan pengetahuan. Etika, adlah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau Estetika, adlah cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik buruk.

Metafisika, adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada

atau membicarakan sesuatu di sebalik yang tampak. Persoalan metafisis di bedakan menjadi tiga yaitu ontologi, kosmologi dan antropologi.

BAB II FILSAFAT PENGETAHUAN (EPISTEMOLOGI) A. Pengertian Epistemologi B. Arti pengetahuan Pengetahuan adlah suatu istilah yang di pergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu.suatu hal yang menjadi penggetahuannya adalah selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya itu.oleh karna itu penggetahuan selalu menuutut adanya subjek yang mempunyai kesdaran untuk mengetahui tentang sesuatu objek dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal ingin diketahuinya.jadi bisa dikatakan penggetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu,atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya,atau asil usaha manusia untuk memahami suatu objek. C. Terjadinya suatu pengetahuan Alat untuk mengetahui terjadinya penggetahuan menurut jhon horpers ada enam yaitu 1. Pengalaman indera 2. Nalar 3. Otoritas 4. Intuisi 5. Wahyu 6. Keyakinan D. Jenis-jenis penggetahuan Penggetahuan menurut Soejono Soemargono (1983) dapat dibagi atas : 1. Penggetahuan non-ilmiah. 2. Penggetahuan ilmiah

10

Sedangkan menurut plato dan aristoteles.plato membagi penggetahuan menurut tingkatan-tingkatan penggetahuan sesuai dengan karakteristik objeknya.pembagiannya adalah sebagai berikut : 1. Penggetahuan eikasia (khayalan) 2. Penggetahuan fistis 3. Penggetahuan dianoya(metematik) 4. Penggetahuan neosis(filsafat) Aristoteles mempunyai pendapat yang berbeda, menurut aristoteles penggetahuan harus merupakan kenyataan yang dpat dihindari dan kenyataan adalah sesuatu yang merangsang budi kita kemudian mengolahnya.penggetahuan yang umumnya merupakan kumpulan yang dinamakan rational knowledge dipisahkan dalam 3 jenis kumpulan yaitu (1) Penggetahuan produksi (seni) (2) Penggetahuan praktis (etika, ekonomi, politik) (3) Penggetahuan teoretis (fisika, matematika ,dan metafisika) E. Asal usul penggetahuan 1. Aliran-aliran dalam penggetahuan a. Rasoinalisme Aliran ini berpendapat bahwa sumber penggetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal) b. Empirisme Aliran ini berpendapat, bahwa empiris atau pengalamlah yang menjadi sumber penggetahuan baik pengalaman yang batiniah maupun lahiriah. c. Kritisme Penyelesaian pertentangan antara rasionalisme danempirisme hnedak diselesaikan oleh umanuel kant dengan kritismenya. d. Positivisme Positivisme berpangkal dari apa yang telah di ketahui, yanng faktual dan yang positif.

11

2.Metode ilmiah Menurut soejono soemargono (1983) metode ilmiah secara garis besar ada dua macam,yaitu sebagai berikut a. Metode ilmiah yang bersifat umum Metode ilmiah yang bersifat umum masih dapat dibagi dua,yaitu metode analitiko-sintesis dan metode nono deduksi b. Metode penyelidikan ilmiah Metode penyelidikan dibagi menjadi dua,yaitu metode penyelidikan yang berbentuk daur atau metode siklus empiris dan metode vertikal yang berbentuk garis lempang atau metode linier. 3.Sarana berpikir ilmiah Sarana berpikir ilmiah pada dasarnya ada tiga yakni; a. Bahasa ilmiah, yaitu kalimat berita yang merupakan suatu pernyataan atau pendapat-pendapat. b. Bahasa logika dan matematika, merupakan dua pengetahuan yang selalu berhubungan erat, yang keduanya sebagai sarana berpikir deduktif. Baik logika maupun matematika lebihh mementingkan bentuk logis pernyataanpernyataannya mempunyai sifat yang jelas. c. Logika dan statistika, mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif untuk konsep yang berlaku umum.

12

BAB III RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU A. Pengertian filsafat ilmu B. Objek filsafat ilmu 1. Objek Material Filsafat Ilmu Objek material adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang yang di pelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum. 2. Objek Formal Filsafat Ilmu Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fingsi ilmu itu bagi manusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis. C. Lingkupan filsafat ilmu menurut para filsuf

D. Problema filsafat ilmu

E. Manfaat belajar filsafat ilmu 1. 2. keilmuan. 3. Memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga menjadi kritis Merupakan usaha merepleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode terhadap kegiatan ilmiah.

13

BAB IV APA ITU ILMU PENGETAHUAN A. Defenisi Ilmu Pengetahuan Ilmu pengetahuan di ambil dari bahasa inggris science, yang berasal dari bahasa latin scientie dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui.pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan arti sehingga menunjuk segenap pengetahuan sistematik. Adapun menurut Bahm defenisi ilmmu pengetahuan paling tidak melibatkan enam macam komponen yaitu masalah, sikap, metode, aktivitas, kesimpulan dan pengaruh. B. Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan C. Keragaman Dan Pengelompokan Ilmu Pengetahuan Berikut ini merupakan penggolongan ilmu-ilmu, yaitu: Ilmu formal dan ilmu non formal (non empiris) Ilmu murni dan ilmu terapan Dua contoh ilmu formal atau non empiris yaitu matematika dan filsafat. Ilmu terapan atau praktis ialah ilmu yang bertujuan untuk di aplikasikan atau di ambil manfaatnya. Contoh : ilmu kedokteran Ilmu nomotesis dan idiografis Yang termasuk ilmu nomotesis adlah ilmu-ilmu alam yang objeknya adlah gejala pengalaman yang dapat di ulangi terus menerus dan hanya merupakan kasuskasus yang mempunyai hubungan dengan suatu hukum alam. Sedangkan ilmu idiografis yakni ilmu-ilmu budaya yang objeknya bersifat individual yang terjadi sekali untuk di pahami dan di mengerti menurut keunikannya. Ilmu deduktif dan induktif Deduktif adalah proses pemikiran dimana akal budi manusia dari pengetahuan yang umum yang abstrak menyimpulkan hal yang bersifat khusus dan individual. Contoh : ilmu deduktif matematika sedangkan ilmu induktif adalah bertolak belakang dari ilmu deduktif yakni dari khusus menjadi umum dan abstrak.

14

Naturwissenschaften dan geisteswissenschaften Ilmu-ilmu empiris secara lebih khusus

D. Susunan ilmu pengetahuan 1. langkah-langkah dalam ilmu pengetahuan : perumusan masalah, dirumuskan secara tepat dan jelas dalam bentuk pertanyaan agar ilmuwan mempunyai jalan unuttuk mengetahu fakta-fakta apa saja yang di kumpulkan. Pengamatan dan pengumpulan data (observasi) Pengamatan dan klasifikasi data Perumusan pengetahuan (defenisi) Tahap ramalan (prediksi) Pengujian kebenaran hipotesis

2. limas ilmu 3. siklus empiris a. b. c. d. e. 4. Observasi Induksi Deduksi Kajian (eksperimentasi) Hasil-hasil kajian membawa kepada ahap evaluasi yang di

susun secara deduksi dan induksi. penjelasan dan ramalan a. b. c. d. e. penjelasan logis penjelasan probabilistik penjelasan finalistik penjelasan historis atau genetik penjelasan fungsional

untuk ramalan E. Ilmu Dan Teknologi

15

F. Wujud ilmu

BAB V SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

16

A. Pengantar Pemikiran filsafat banyak dipengaruhi oleh lingkungan.namun pada dasarnya filsafat baik dibarat, india dan Cina muncul dari yang sifatnya religius. Pembagian secara periodesasi filsafat barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern dan masa kini. Periodesasi filsafat cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman neokonfusionisme dan zaman modern. Untuk cina adalah periode weda, biracarita, sutra-sutra dan sekolastik. Dalam filsafat india yang penting adalah bagaimana manusia bisa berteman dengan dunia bukan untuk menguasai dunia. Adapun filsafat islam hanya ada 2 periode yaitu: periode mutakalimin dan filsafat islam. Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak melainkan berlangsung secara bertahap. Karena untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian secara periode yang menampilkan ciri khas tertentu. B. Zaman Pra Yunani Kuno(zaman batu) Pada abad VI SM yunani muncul lahirnya filsafat dan mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan. Mulai saat itu orang mencari jawaban rasional tentang problem alam semesta.dengan demikian filsafat dilahirkan. C. Zaman yunani kuno 1. Zaman keemasan yunani Zaman yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk menguingkapkan ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu, karena yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. 2. Masa Helinistis Romawi Pada masa ini muncul beberapa aliran yaitu sebagai aliran sebagai berikut: a. stoisisme, menurut paham ini jagad raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut logos. Oleh karena itu segala kejadian menurut ketetpan yang tidak dapat dihindari.

17

b. epikurisme, segala-galanya terdiri dari atom-atom. c. skepisisme, mereka berfikir bahwa bidang teoritis manusia tidak sanggup mencapai kebenaran d. eklektisisme, suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur filsafat dari aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh-sungguh. e. neoplatoisme, yakni paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat plato. D. Zaman Abad Pertengahan Pada abad pertengahan mengalami 2 periode, yaitu: 1. a. b. terkenal pada masa patristik 2. yakni: a. filsafat b. yahudi c. periode akhir, ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang kearah nominalisme. E. Zaman Renaissance Ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan Illahi. periode puncak, ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat arab dan periode awal, ditandai dengan pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan periode skolastik; menjadi 3 tahap periode patriktis; mengalami 2 tahap: permulaan agama kristen filsafat agustinus; yang

18

F. Zaman Modern Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance. G. Zaman Kontemporer (Abad XX Dan Seterus) Fisi kawan termashur adalah Albert Einstein yang percaya akan kekekalan materi. Dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Zaman kontemporer ini ditandai dengan penemuan teknologi canggih.

19

BAB VI PRINSIP-PRINSIP METODOLOGI A. Pengantar Metodologi merupakan hal yang mengkaji perurutan langkah-langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi pengetahuan yang ilmiah. Untuk memahami perinsip-perinsip metode filsafat perlu dibahas pengertian metodologi, unsur-unsur metodologi, dan beberapa pandangan tentang prinsip metodologi bagi para filsuf. B. Pengertian Metodologi Metodologi dapat diartikan sebagai ilmu yang membicarakan tentang metode-metode. Metode ialah cara bertindak menurut aturan tertentu. C. Unsur-Unsur Metodelogi Menurut anton Baker dan ahmad charris zubair adalah 1. (menafsirkan) 2. deduksi 3. intern 4. 5. n historis 6. 7. 8. 9. 10. Idealisasi Komperasi Heuristika Analogi Deskripsi Holistis Kesinambunga Koherensi Induksi dan Interpretasi

20

BAB VII PENEMUAN KEBENARAN A. Cara Penemuan Kebenaran Cara penemuan kebenaran berbeda-beda, kebenaran dapat dilihat secara ilmiah dan non ilmiah. Menurut hartono kasmadi dkk (1960) adalah sebagai berikut: 1. 2. yang dicari. 3. penemuan melalui otoritas atau kewibawaan, misalnya orang-orang yang mempunyai kedudukan dan kekuasaan sering di terima sebagai kebenaran meskipun pendapatnya tidak di dasarkan pada pembuktian ilmiah. 4. ralat memang ada. 5. penemuan kebenaran lewat cara berpikir, kritis dan rasional. Cara berpikir yang di tempuh pada tingkat permulaan dalam memecahkan masalah adlah dengan cara berpikir analitis dan sintetis. 6. penemuan kebenaran melalui penelitian ilmiah, cara mencari kebenaran yang di pandang ilmiah adlah yang dilakukan melalui penelitian. Penelitian adlah penyaluran hasrat ingin tahu pada manusia dalam teraf keilmuan. lpenemuan secara spekulatif, cara ini mirip dengan cara coba dan ralat. Akan tetapi, perbedaannya dengan coba dan penemuan secara kebetulan, adalah penemuan coba dan ralat ( trial dan penemuan yang berlangsung secara tanpa disengaja. error), terjadi tanpa adanya kepastian akan berhasil atau tidak berhasil kebenaran

21

B. Defenisi kebenaran Hal kebenaran sesungguhnya memang merupakan tema sentral dalam filsafat ilmu. Problematik mengenai kebenaran, sebenarnya seperti halnya problematik tentang pengetahuan, merupakan masalah-maslah yang mengacu pada tumbuh dan berkembangnya dalam filsafat ilmu. C. Jenis-jenis kebenaran Telaah dalam filsafat ilmu membawa orang kepada kebenaran di bagi dalam tiga jenis menurut A.M.W.Pranarka (1987) yaitu: 1. epistemologikal 2. ontologikal 3. semantikal D. Sifat Kebenaran Menurut Abbas hamami mintaredja (1983), kata kebenaran dapat di gunakan sebagai suatu kata benda konkrit maupun abstrak. Jika subjek hendak menuturkan kebenaran artinya proposisi yang benar. E. Teori kebenaran dan kehilafan 1. (coherence theory of truth) Teori koherensi dibangun oleh para pemikir rationalis seperti Leibniz, Spinoza, Hegel, dan Bradley. Menurut Kattsoff (1986) dalam bukunya Elements of Philosophy teori koherensi dijelaskan ...suatu proposisi cenderung benar jika proposisi tersebut dalam keadaan saling berhubungan dengan proposisi-proposisi lain yang benar, atau jika makna yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman kita. Teori Kebenaran Saling Berhubungan Kebenaran Kebenaran Kebenaran

22

2. (Correspondence Theory of Truth)

Teori Kebenaran Saling Berkesesuaian

Teori ini berpandangan bahwa suatu proposisi bernilai kebenaran apabila berkesesuaian dengan dunia kenyataan. Kebenaran demikian dapat dibuktikan secara langsung pada dunia kenyataan. 3. of truth) Kadang-kadang teori ini disebut juga teori pragmatis. Pandangannya adalah suatu proposisi bernilai benar apabila mempunyai konsekuensi yang dapat dipergunakan atau bermanfaat. 4. (semantic theory of truth) Teori kebenaran semantik dianut oleh paham filsafat analitika bahasa yang dikembangkan paska filsafat bertrand Russell sebagai tokoh pemula dari filsafat Analitika Bahasa. 5. pemakaian gramatika. 6. Teori Kebenaran Nondeskripsi Teori ini dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme. Karena pada dasarnya suatu statemen atau pernyataan akan mempunyai nilai benar yang amat tergantung pada peran dan fungsi dari pernyataan itu. 7. (logical superfluity of truth) Teori ini dikembangkan oleh kaum positivistik yang diawali oleh Ayer. Pada dasarnya menurut teori kebenaran ini, problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahsa saja dan hal ini mengakibatkan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logis yang sama yang masing-masing saling melingkupinya. Teori Kebenaran Logik Yang Berlebihan Teori Kebenaran Sintaktis Teori berkembang diantara filsuf analisis bahasa, terutama yang begitu ketat terhadap Teori Kebenaran Berdasarkan Arti Teori Kebenaran Inherensi (inherent theory

23

BAB VIII DEFINISI DAN PENALARAN

Dalam penalaran ada dua proposisi pokok yang dinalar, yakni proposisi kategoris dan proposisi majemuk. A. Definisi Definisi terdiri atas dua bagian, yakni bagian pangkal disebut defeniendum yang berisi istilah yang harus diberi penjelasan, dan bagian pembatas disebut disebut definiens yang berisi uraian mengenai arti dari bagian pangkal. 1. a. b. Macam-macam Definisi Definisi nominalis ialah menjelaskan sebuah kata Definisi Realis dengan kata lain lebih umum dimengerti.

24

Ialah penjelasan tentang hal yang ditandai oleh suatu term. c. sederhana. 2. a. apa yang didefinisikan. b. dengan yang didefinisikan. c. d. secara rumusan positif. e. sebuah definisi harus dinyatakan secara singkat dan jelas terlepas dari rumusan yang kabur atau bahsa kiasan. B. PENALARAN 1. 2. Penalaran ada dua: Penalaran Langsung Penalaran tidak langsung Prinsip Identitas Prinsip Kontradiksi Prinsip Eksklusif. Penalaran Proposisi Penalaran adalah suatu proses penarikan kesimpulan dari satu atau lebih proposisi. Prinsip-prinsip Penalaran sebuah definisi harus menghindarkan pernyataan yang sebuah definisi harus sedapat mungkin dinyatakan memuat term yang didefinisikan. sebuah definisi harus merupakan suatu kesetaraan arti Syarat-Syarat Definisi sebuah definisi harus menyatakan ciri-ciri hakiki dari Definisi Praktis Ialah penjelasan tentang hal sesuatu ditinjau dari segi penggunaan dan tujuan yang

C. Silogisme Kategoris Silogisme adalah proses menggabungkan tiga proposisi, dua menjadi dasar penyimpulan, satu menjadi kesimpulan.

25

D. Proposisi Majemuk Proposisi majemuk adalah pernyataan yang terdiri atas dua bagian yang dapat dinilai benar atau salah. E. Silogisme Majemuk dan Dilema 1. 2. 3. 4. 5. F. Sesat Pikir Sesat pikir dapat terjadi ketika menyimpulkan sesuatu lebih luas daripada dasarnya (latinus hos). Silogisme disjungtif inklusif Silogisme disjungtif ekskutif Silogisme disjungtif alternatif Silogisme hipotesis kondisional Silogisme hipotesis bikondisional

BAB IX HUBUNGAN DAN PERANAN ILMU PENGETAHUAN TERHADAP PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN NASIONAL A. Ilmu Masyarakat Dewasa ini ilmu menjadi sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, seolah-olah manusia sekarang tidak dapat hidup tanpa ilmu pengetahuan. Kebutuhan manusia yang paling sederhana pun sekarang memerlukan ilmu. B. Pengertian dan Unsur-Unsur Kebudayaan

26

Ki Hajar Dewantara; kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. C. Pengaruh Timbal Balik Antara Ilmu dan Kebudayaan Ilmu adalah dari pengetahuan. Untuk mendapatkan ilmu diperlukan cara-cara tertentu, ialah adanya suatu metode dan mempergunakan sistem, mempunyai objek formal dan objek material. D. Peranan Ilmu Terhadap Pengembangan Kebudayaan Nasional Istilah kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. E. Strategi Kebudayaan Strategi kebudayaan merupakan upaya bagaimana menangani kebudayaan khususnya di Indonesia yang beragam budaya.

BAB X ETIKA KEILMUAN A. Pengantar Ilmu berupaya mengungkapkan realitas sebagaimana adanya, sedangkan moral pada dasarnya adalah petunjuk tentang apa yang seharusnya dilakukan manusia. B. Antara, Etika, Moral, Norma, dan Kesusilaan Menurut Sunoto (1982) etika dapat dibagi menjadi dua yaitu etika deskripsi yaitu menggambarkan, dan etika normatif yaitu etika prinsif-prinsif.

27

Moral artinya adat atau cara hidup yang pakai dalam masyarakat. Norma adalah alat tukang kayu atau tukang batu yang berupa segitiga. Kemudian norma adalah sebuah ukuran. Kesusilaan adalah hasil suatu menjadi yang terjadi didalam jiwa. C. Problema Etika Ilmu Pengetahuan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menghambat ataupun meningkatkan keberadaan manusia tergantung pada menusianya itu sendiri, karena ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan oleh manusia dan untuk kepentingan manusia dan kebudayaannya. D. Ilmu Bebas Nilai atau Tidak Bebas Nilai Bebas nilai atau tidak bebas nilai yang dimaksudkan adalah tuntunan setiap kegiatan ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. E. Pendekatan Ontologis Ontologis adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaah keilmuannya hanya pada daerah-daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia. F. Pendekatan Epistemologi Epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur, dan validitas atau kebenaran pengetahuan. G. Pendekatan Akseologis Aksiologis adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum H. Sikap Ilmiah yang Harus Dimiliki Ilmuwan Ilmu bukanlah merupakan pengetahuan yang datang demikian saja sebagai barang yang sudah jadi dan datang dari dunia khayal.

28

BAB XI STRATEGI PENGEMBANGAN ILMU DI INDONESIA A. Pengantar Pancasila digali dari budaya bangsa Indonesia sendiri, sehingga Pancasila mempunyai fungsi dan peranan yang sangat luas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. B. Pengertian Paradigma

29

Paradigma menurut Thomas S. Kuhn adalah suatu asumsi dasar dan asumsi teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga menjadi suatu sumber hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. C. Landasan Ontologis, Epistemologis, axiologis, dan Antropologis Pancasila Landasan ontologis dimaksudkan untuk mengungkapkan jenis keberadaan yang diterapkan pancasila. Landasan epistemologis dimaksudkan untuk mengungkapkan sumber pengetahuan dan kebenaran tentang pancasila sebagai sistem filsafat dari ideologi. Landasan aksiologis dimaksudkan untuk mengungkapkan jenis nilai dasar yang terkandung dalam pancasila. Landasan antropologis dimaksudkan untuk mengungkapkan hakikat manusia dalam rangka pengembangan sistem filsafat pancasila. D. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasionalnya sebagaimana yang dunyatakan dalam pembukaan UUD 1945.

DAFTAR PUSTAKA BUKU Abbas Hamami M. 1976. Filsafat (Suatu Pengantar Logika Formal-Filsafat Pengatahuan). Yogyakarta : Yayasan Pembinaan Fakultas Filsafat UGM. . 1982. Epistemologi Bagian I Teori Pengetahuan. Diktat. Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM. . 1980. Disekitar Masalah Ilmu; Suatu Problema Filsafat. Surabay: Bina Ilmu. . Epistimologi Masa Depan dalam jurnal filsafat. Seri 1, februari 1990.

30

31

You might also like