You are on page 1of 48

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK RETARDASI MENTAL DOSEN PENGAMPU VENNY VIDYANTI.,S.Kep.

,Ns

OLEH KELOMPOK I KELAS A6.2 1. MARIA JULIETA ESPERANCA NAIBILI 2. ELISABETH NOVIA INA REGI 3. SUPENI RAMBU PIRAS 4. HASRY KURNIATY SAMBE RUMANGUN 5. HERMAN SYS INDRAJAYA 6. JUWITA VESBARIANA NAHAK 7. MARIA ERLINDA SERAN 8. ANDI INTAN 9. AMIRIL MUKMININ 10. MARIA PAULINA NAHAK 11. SILVANUS ROGA MISI (09130055) (09130058) (09130059) (09130061) (09130065) (09130067) (09130072) (09130079) (09130081) (09130086) (09130088)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA 2010

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahma-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Retardasi Mental. Makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan,motivasi,dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak.Untuk itu,penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihakyang telah turut membantu dalam menyusun makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari peranan berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis. Untuk itu,dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada : 1. Tim Dosen pengampu mata kuliah asuhan keperawatan perkembangan anak. 2. Teman-teman yang telah membantu dan berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik guna memperbaiki penyusunan asuhan keperawatan berikutnya. Akhir kata,semoga makalah asuhan keperawatan pada anak retardasi mental ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Yogyakarta,Januari 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Juduli. Kata Pengantar.ii Daftar Isi..iii Bab I Pendahuluan..1 A. Latar Belakang. B. Tujuan penulisan.. Bab II Tinjauan Teori A. Pengertian Retardasi Mental. B. Klasifikasi Retardasi Mental.. C. Etiologi Retardasi Mental.. D. Diagnosis dan Gejala klinis. E. Pemeriksaan Penunjang F. Penatalaksanaan.. G. Pencegahan. Bab III Pembahasan Bab IV Penutup A. Kesimpulan B. Saran.. Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0,3 % dari seluruh populasi , dan hamper 3% mempunyai IQ dibawah 70. Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bisa dimanfaatkan,karena 0,1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan,bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya (Swaiman KF,1989).Sehingga retardasi mental masih merupakan dilemma,sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis,pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu membuat dan mengaplikasikan proses pemberian asuhan keperawatan pada anak retardasi mental. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengertian retardasi mental b. Mengetahui klasifikasi retardasi mental c. Mengetahui etiologi retardasi mental d. Mengetahui diagnosis dan gejala klinis e. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien retardasi mental f. Mengetahui penatalaksanaan pada pasien retardasi mental g. Mengetahui pencegahan terjadinya retardasi mental

h. Memahami asuhan keperawatan komprehensif pada anak dengan retardasi mental

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Retardasi Mental Menurut WHO (dikutip dari Menkes 1990),retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi. Carter CH(dikutip dari Toback C.) mengatakan retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal. Menurut Crocker AC 1983,retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah,yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku,dan gejalanya timbul pada masa perkembangan. Menurut Melly Budhiman,seseorang dikatakan retardasi mental,bila memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Fungsi intelektual umum dibawah normal b. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif social c. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun

B. Klasifikasi Retardasi Mental

Menurut nilai IQ-nya maka intelegensi seseorang dapat digolongkan sebagai berikut (dikutip dari Swaiman 1989) :

Nilai IQ Sangat superior Superior Diatas rata-rata 130 atau lebih 120-129 110-119

Rata-rata Dibawah rata-rata Retardasi mental borderline Retardasi mental ringan(mampu didik) Retardasi mental sedang (mampu latih ) Retardasi mental berat Retardasi mental sangat berat

90-110 80-89 70-79 52-69 36-51 20-35 Dibawah 20

Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70,retardasi mental tipe ringan masih mampu didik,retardasi mental tipe sedang mampu latih,sedangkan retardasi mental tipe berat dan sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya.Bila ditinjau dari gejalanya,maka Melly Budhiman membagi :

a. Tipe Klinik Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah dideteksi sejak dini,karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup berat penyebabnya sering kelainan organic,kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus-menerus dan kelainan ini dapat terjadi pada kelas social tinggi ataupun yang rendah.Orangtua dari anak yang menderita retardasi mental tipe klinik ini cepat mencari pertolongan oleh karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.

b. Tipe sosio budaya Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran.Penampilannya seperti anak normal,sehingga disebut juga retardasi enam jam karena begitu mereka keluar sekolah mereka dapat bermain seperti anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan social ekonomi rendah. Para orangtua dari anak tipe ini tidak melihat adanya kelainan pada anaknya mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau psikolog,karena anaknya gagal beberapa kali tidak

naik kelas. Pada umumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan. C. EPIDEMOLOGI

Sekitar 3% populasi umum mempunyai kuotien intelegensi (IQ) kurang dari 2 simpang baku dibawah mean. Telah diperkirakan bahwa 80-90% individu dalam populasi dengan retardasi mental berfungsi dalam kisaran ringan, sementara hanya 5% populasi dengan retardasi mental yang gangguannya berat sampai sangat berat. Prevalensi retardasi mental ringan berbanding terbalik dengan status sosial ekonomi, sementara ketidakmampuan sedang sampai berat terjadi dengan frekuensi yang sama pada hampir semua kelompok pendapatan. Karena diagnosis retardasi mental didasarkan pada penilaian perilaku penyesuaian diri dan tidak hanya pada IQ, maka epidemiologinya juga bervariasi sejalan dengan siklus hidup. Insiden retardasi yang pada mulanya dilaporkan meningkat sejalan dengan usia, jumlahnya meningkat dengan tajam pada awal tahun-tahun sekolah dan menurun pada akhir masa remaja ketika individu dengan gannguan ringan menyelesaikan pendidikan formalnya dan berasimilasi kedalam kehidupan dewasa normal. Identifikasi anak dengan retardasi ringan pada masa pra sekolah paling lazim dipercepat dengan perhatian pada perkembangan bahasanya.

D. Etiologi dan Patologi Retardasi Mental

Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental,penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial.Namun,ada beberapa factor potensial berperanan dalam terjadinya retardasi mental yang dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992) antara lain

Faktor-Faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental

1) Non-organik a. Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis

b. Faktor sosiokultural c. Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik d. Penelantaran anak

2) Organik 2.1. Faktor Prakonsepsi a. Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolic,kelainan neurocutaneos) b. Kelainan kromosom (X-linked,translokasi,fragile-X) sindrom polygenic familial

2.2.Faktor Pranatal a. Gangguan pertumbuhan otak trimester I b. Kelainan kromosom (trisomi,mosaic) c. Infeksi intrauterine,misalnya TORCH,HIV (Human Immunodeficiency virus ) d. Zat-zat teratogen (alcohol,radiasi,kokain,logam berat) e. Disfungsi plasenta f. Kelainan congenital dari otak (idiopatik) g. Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III h. Ibu:diabetes mellitus,PKU(Phenylketonuria) i. Toksemia gravidarum j. Ibu malnutrisi

2.3.Faktor Perinatal a. Sangat premature b. Asfiksia neonatorum c. Trauma lahir : Perdarahan Intakranial d. Meningitis e. Kelainan metabolic : Hipoglikemia,Hiperbilirubinemia

2.4.Faktor postnatal a. Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat b. Neuro toksin,misalnya logam berat c. CVA (Cerebrovascular accident) d. Anoksia,misalnya tenggelam e. Metabolic f. Gizi buruk g. Kelainan hormonal,misalnya hipotiroid,pseudohipoparatirid h. Aminoaciduria,misalnya PKU (phenyl ketonuria) i. Kelainan metabolism karbohidrat,galaktosemia j. Polisakaridosis,misalnya sindrom Hurler k. Cerebral lipidosis (Tay Sachs),dengan hepatomegali (Gaucher) l. Penyakit degeneratif /metabolic lainnya m. Infeksi n. Meningitis,ensefalitis o. Subakut sklerosing panesefalitis Penentu kemampuan pada setiap individu adalah kompleks dan banyak faktor. Tanpa memandang tingkat kemampuannya, kemampuan setiap anak dipengaruhi oleh status integritas maupun maturasi sistem saraf dan oleh sifat serta kualitas pengalaman hidupnya. Bebearap anak terus menerus mangalami gangguan neurologis yang berarti dan kemampuannya berkembang normal. Yang lain menampakan gangguan kognitif berat meskipun tidak ada tanda-tanda neurologis setempat yang dapat dikenali atau bukti adanya riwayat faktor resiko disfungsi sistem saraf sentral yang bermakna. Sebab-sebab neurologis retardasi mental mungkin terdapat pada berbagai faktor seperti malformasi struktural otak, kelainan metabolik, dan defisoit sistem saraf sentral yang terkait dengan infeksi, malnutrisi atau jejas hipoksik-iskemik. Berdasarkan pengalaman tanda-tanda retardasi dapat dikenali dengan adanya riwayat disfungsi penyedia perawatan yang terkait dengan psikopatologi orangtua, disorganisasi keluarga yang ekstrim, atau kesulitan ekonomi. Anak yang hidup dalam kemiskinan biasanya rentan terhadap beban stres sosial yang kumulatif maupun kerentanan biologis yang lebih besar yang terkait dengan faktorfaktor resiko lebih tinggi seperti komplikasi perinatal dan defisiensi nutrisi.

Faktor-faktor potensial yang berperan menyebabkan patogenesis Retardasi Mental: Gangguan Prakonsepsi Kelainan gena tunggal (misalnya: kesalahan metabolisme bawaan, gangguan neurokutan) Kelainan kromosom (misanya: gangguan terkait-X, translokasi, X fragile) Sindrom poligenik familial. Gangguan Embrio Awal Gangguan kromosom (misalnya: trisomi, mosaiks) Infeksi (misanya: sitomegalovirus, rubella, toksoplasmosis, virus imunodefisiensi manusia) Teratogens (misalnya: alkohol, radiasi) Disfungsi plasenta Malformasi sistem saraf sentral kongenital (idiopatik) Gangguan Otak Janin Infeksi (misanya: virus imunodefisiensi manusia, toksoplasmosis, sitomegalovirus, herpes simpleks) Toksin (misalnya: alkohol, kokain, timah hitam, fenilketonuria pada ibu) Insufisiensi plasenta /malnutrisi intrauteri Kesukaran Perinatal Prematur ekstrim Jejak hipoksik iskemik Perdarahan intrakranium Gangguan metabolik (misalnya : hipoglikemia, hiperbilirubinemia) Infeksi misalnya herpes simpleks, meningitis bakteria) Gangguan Otak Pascahlahir Infeksi (misalnya ensefalitis, meningitis) Trauma (misalnya jejas kepala berat) Asfiksia (misalnya hampir tenggelam, apneu lama, tercekik) Gangguan metabolisme (misalnya hipoglikemia, hepernatremia,) Toksin (misalnya : tima hitam) Perdarahan intrakranium Malnutrisi

Gangguan Berdasarkan Pengalaman Pascahlahir Kemiskinan dan disorganisasi keluarga Disfungsi interaksi penyedia perawatan Psikopatologi orang tua Orang tua yang menyalahgunakan obat Pengaruh pengaruh yang belum diketahui Behrman, dkk.1999

Tabel di atas merupakan daftar faktor faktor yang berpotensi turut menimbulkan patogenesis retardasi mental dari prakonsepsi sampai awal tahun tahun masa kanak kanak. Hanya sedikit faktor etiologi yang termasuk dalam tabel ini, namun memberikan kejelasan sempurna mengenai fenomena retardasi pada setiap individu agaknya ketidakmampuan perkembangan

menggambarkan interaksi yang kompleks antara berbagai faktor risiko dan faktor protektif.

E. Diagnosis dan Gejala Klinis Retardasi Mental

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata congenital,yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah ke suatu sindrom penyakit tertentu.Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental yaitu (Swaiman,1989): 1. Kelainan pada mata 1.1. Katarak a. Sindrom Cockayne b. Sindrom Lowe c. Galaktosemia d. Sindrom down e. Kretin f. Rubella prenatal

1.2. Bintik cherry-merah pada daerah macula a. Mukolipidosis b. Penyakit niemann-pick c. Penyakit Tay-Sachs

1.3. Korioretinitis a. Lues Kongenital b. Penyakit sitomegalo virus c. Rubela prenatal

1.4.Kornea keruh a. Lues Kongenital b. Sindrom Hunter c. Sindrom Hurler d. Sindrom Lowe

2. Kejang 2.1.Kejang umum tonik klonik a. Defisiensi glikogen shintetase b. Hiperlisinemia c. Hipoglikemia,terutama yang disertai glycogen storage disease I,III,IV,VI d. Phenyl ketonuria e. Sindrom malabsorbsi methionin

2.2.Kejang pada masa neonatal a. Arginosuccinic asiduria b. Hiperammonemia I dan II c. Laktik asidosis

3. Kelainan kulit Bintik caf-au-lait a. Ataksia telengiektasia b. Sindrom Bloom c. Neurofibromatosis d. Tuberous sclerosis 4. Kelainan rambut 4.1.Rambut rontok a. Familial laktik asidosis dengan necrotizing ensefalopatik 4.2.Rambut cepat memutih a. Atrofi progresif serebral hemisfer b. Ataksia telangiektasia

c. Sindrom malabsorbsi methionin 4.3.Rambut halus a. Hipotiroid b. Malnutrisi

5. Kepala a. Mikrosefali b. Makrosefali c. Hidrosefalus d. Mucopolisakaridase e. Efusi subdural

6. Perawakan pendek a. Kretin b. Sindrom Prader-wili

7. Distonia a. Sindrom Hallervorden-spaz

Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya adalah sebagai berikut : 1. Retardasi mental ringan Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini termasuk dalam tipe social budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas.Golongan ini termasuk mampu didik,artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bisa sampai kelas 4-6 SD,juga bisa dilatih ketrampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal.Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress,sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.

2. Retardasi mental sedang Kelompok ini kira-kira 12 % dari seluruh penderita retardasi mental,mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik.Taraf kemampuan intelekualnya hanya dapat sampai kelas 2 SD saja,tetapi dapat dilatih menguasai suatu ketrampilan tertentu misalnya pertukangan,pertanian dan apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan,mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri.Kelompok ini juga kurang mampu menghaadapi stress dan kurang dapat mandiri,sehingga memerlukan bimbingan dan pengawasan.

3. Retardasi mental berat Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan secara dini,karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orangtua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa,kelompok ini termasuk tipe klinik mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana,tidak dapat dilatih ketrampilan kerja dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.

4. Retardasi mental sangat berat Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalm tipe klinik.Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas.Kemampuan berbahasanya sangat minimal mereka ini seluruh hidupnya tergantung pada orang disekitarnya.

Anak dengan temuan-temuan fisik yang menunjukan sindrom-sindrom yang dapat dikenali yang disertai dengan retardasi mental harus diidentifikasi pada saat lahir atau selama awal masa bayi. Sindrom down dan mikrosefali primer merupakan contoh keadaan- keadaan demikian. Namun, gangguan ini mewakili sebagian kecil anak kecil dengan gangguan intelektual. Sebagian besar anak diidentifikasi karena kegagalannya dalam memenuhi harapan harapan sesuai dengan umurnya.

F. Pemeriksaan Penunjang Beberapa pemerisaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi mental yaitu ( Shonkoff JP,1992):

1. Kromosom kariotipe a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen c. Terdapat beberapa kelainan congenital d. Genitalia abnormal 2. EEG (Elektro Ensefalogram) a. Gejala kejang yang dicurigai b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat

3. CT(Cranial Computed Tomography) atau MRI(Magnetic Resonance Imaging ) a. Pembesaran kepala yang progresif b. Tuberous sklerosis c. Dicurigai kelainan otak yang luas d. Kejang local e. Dicurigai adanya tumor intrakranial 4. Titer virus untuk infeksi congenital a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural b. Neonatal hepatosplenomegali c. Petechie pada periode neonatal d. Chorioretinitis e. Mikroptalmia f. Kalsifikasi intracranial g. mikrosefali 5. Serum asam urat (uric acid serum) a. Choreoatetosis b. Gout c. Sering mengamuk 6. Laktat dan piruvat darah a. Asidosis metabolic b. Kejang mioklonik c. Kelemahan yang progresif d. Ataksia e. Degenerasi retina f. Ophtalmoplegia g. Episode seperti stroke yang berulang 7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang a. Hepatomegali b. Tuli c. Kejang dini dan hipotonia d. Degenerasi retina

e. Opthalmoplegia f. Kista pada ginjal 8. Serum seng (Zn) a. Acrodermatotis 9. Logam berat dalam darah a. Anamnesis adanya pika b. anemia 10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin a. Gerakan yang involunter b. Sirosis c. Cincin Kayser-Fleischer 11. Serum asam amino atau asam organic a. Kejang yang tidak diketahui penyebabnya b. Gagal tumbuh c. Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit d. Warna rambut yang tidak biasa e. Mikrosefali f. Asidosis yang tidak diketahui sebabnya 12. Plasma ammonia a.Muntah-muntah dengan asidosis metabolik 13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit a. Kehilangan fungsi motorik dan kognitif b. Atrofi N.Optikus c. Degenerasi retina d. Serebelar ataksia yang berulang e. Mioklonus f. Hepatosplenomegali g. Kulit yang kasar dan lepas-lepas h. Kejang i. Pembesaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun 14. Urin mukopolisakarida

a. Kiposis b. Anggota gerak yang pendek c. Badan yang pendek d. Hepatosplenomegali e. Kornea keruh f. Gangguan pendengaran g. Kekakuan pada sendi 15. Urin reducing substance a. Katarak b. Hepatomegali c. kejang 16. Urin ketoacid a. Kejang b. Rambut yang mudah putus 17. Urin asam vanililmandelik a. Muntah-muntah b. Isapan bayi pada saat menyusu yang lemah c. Gejala disfungsi autonomic G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat individual oleh sebab itu sebaiknya : a. Dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin b. Melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan kognitifnya,dokter anak untuk memeriksa fisik anak,menganalisis penyebab,dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada,pekerja social diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. c. Melibatkan ahli saraf bila anak juga menderita epilepsi,cerebral palsy d. Melibatkan psikiater bila anak menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orangtuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga

e. Melibatkan ahli rehabilitasi medis bila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya f. Melibatkan ahli terapi wicara untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk merangsang perkembangan bicaranya serta diperlukan guru pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental. g. Bagi orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan serta diperlukan kerjasama yang baik antara guru dengan orang tuanya,agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak di sekolah dan di rumah,anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian agar anak tidak diejek atau dikucilkan h. Masyarakat perlu diberikan penerangan tentang retardasi mental agar mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar i. Diberikan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan taraf IQ-nya mereka digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi mental ringan dan yang mampu dilatih untuk anak dengan retardasi mental sedang, j. Sekolah khusus untuk anak retardasi mental adalah SLB-C di sekolah ini diajarkan juga keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri dikemudian hari diajarkan pula tentang baik buruknya suatu tindakan tertentu sehingga mereka diharapkan tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji sperti mencuri,merampas,kejahatan seksual k. Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin,imunisasi,dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. l. Masalah nutrisi juga perlu mendapat perhatian

Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental bersifat multidimensi dan sangat individual. Walaupun harus dipikirkan perlunya upaya multidisiplin yang sangat terspesialisasi, namun tidak semua anak dengan retardasi mental ditangani paling baik dengan sederetan pelayanan dan profesional yang kompleks. Keputusan yang bijaksana mengenai sumber kebutuhan adalah paling mungkin terjadi bila mereka

diberikan informasi mengenai perkembangan rencana yang diindividualisasikan tujuan dan objektif yang timbul dari perkembangan yang cermat mengenai risiko tertentu dan faktor faktor protektif yang ada dalam diri anak dan keluarga. Salah satu peran yang penting dan paling utama yang dilakukan dokter mencakup sintesis awal dan penyajian temuan temuan diagnostik kepada keluarga penderita. Proses ini melibatkan interaksi sensitif yang rinciannya sering diingat dan diceritakan kata demi kata oleh para orang tua selama bertahun tahun kemudian. Klinis yang terampil memberikan informasi lengkap dan akurat mengenai apa saja yang diketahui menyangkut sifat dan kemungkinan penyebab kecacatan anak, mengidentifikasi daerah kemampuan relatif dan perilaku adaptif, memberikan dukungan emosional, bekerja sama dengan keluarga untuk menentukan tujuan dan sasaran tertentu dan merumuskan strategi untuk menajemen lebih lanjut, memberikan cukup kesempatan pada orangtua untuk mengenali kebutuhan-kebutuhannya sendiri terhadap informasi yang lebih lanjut, dan berespon secara jujur terhadap pertayaan-pertayaan yang tidak dapat dijawab. Bila ditangani dengan baik, wawancara awal yang penuh informasi dapat memberikan dasar yang kuat untuk kerja sama terus menerus antara orangtua dan para ahli. Pelayanan pendidikan dan terapeutis yang terspesialisasi merupakan unsur pokok dalam penanganan secara multi disiplin pada anak dengan retardasi mental. Selama tahun-tahun masa remaja berbagai masalah yang terkait dengan seksualitas, pelatihan kerja, dan kehidupan bermasyarakat menjadi lebih menonjol daripada stadiun sebekumnya. Peran dokter perlu bervariasi sesuai dengan kebutuhan anak dan keluarganya. Semua anak harus dipastikan mendapat pelayanan rumatan kesehatan rutin yang meliputi imunisasi, pemantauan pertumbuhan, dan pengobatan segera umtuk penyakit-penyakit minor. Komplikasi medis tertentu yang terjadi dengan frekuensi yang lebih besar pada anak dengan kecacatan perkembangan (misalnya, gangguan kejang-kejang, gangguan

penglihatan dan pendengaran dan masalah nutrisi) memerlukan diagnosis yang tepat dan manajemen yang cepat. Pengawasan kesehatan terus menerus harus didasari dengan pengetahuan mengenai risiko relatif gangguan tertentu yang

terkait (misanya, gangguan pendengaran sensorineural yang progresivitasnya lambat pada anak dengan infeksi CMV kongenital, atau perkembangan hipotiroidisme, ketidakstabilan atlantoaksial, tuli konduktif atau penyakit seliakus pada anak dengan sindrom Down). Akhirnya, dokter mempunyai tanggung jawab penting untuk memastikan adanya konseling genetik yang canggi kapanpun diagnosis gangguan yang dapat diwariskan dipikirkan. Kerjasama antara dokter puskesmas dan sistem pelayanan intervensi awal sangat penting pada manajemen anak dengan gangguan perkembangan pada usia tahun-tahun pertama. Identifikasi dini dan rujukan segera menjamin adanya jadi individualisasi untuk anak bersama pelayanan pendukung fleksibel untuk keluarganya. Pelayanan demikian disampaikan paling baik bila mereka memfokuskan pada keluarga sebagai sistem yang dinamis dan memandang adaptasi anak dan keluarga sebagai sesuatu yang saling tergantung dan sama-sama dipengaruhi oleh lingkungan tempat mereka tinggal. Meskipun keterbatasan metodologi secara bermakna menurunkan kemampuan untuk melakukan evaluasi yang adekuat terhadap kisaran pengaruh program intervensi awal pada anak kecil yang cacat, penelitian yang besar menunjukkan adanya manfaat positif jangkapendek pada skor uji perkembanagan yang telah distandarisasi. Pengaruh jangkapanjang intervensi awal pada kemampuan sosial anak dan adaptasi keluarga sebagian besar belum diketahui

H. Pencegahan Terjadinya Retardasi Mental Karena penyembuhan dari retardasi mental ini boleh dikatakan tidak ada,sebab kerusakan dari sel-sel otak tidak mungkin fungsinya dapat kembali normal. Maka diperlukan :

a. Pencegagan primer yaitu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat mengakibatkan retardasi mental misalnya melalui imunisasi b. Konseling perkawinan,pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan dan bersalin pada tenaga kesehatan yang berwenang maka dapat membantu menurunkan angka kejadian retardasi mental c. Demikian pula dengan mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan kerja,memberikan pendidikan yang baik,memperbaiki sanitasi lingkungan,meningkatkan gizi keluarga akan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit d. Dengan adanya program BKB (Bina Keluarga dan Balita) yang merupakn stimulasi mental dini dan bisa juga dikembangkan juga deteksi dini,maka dapat mengoptimalkan perkembangan anak e. Diagnosis dini sangat penting dengan melakukan skrining sedini mungkin terutama pada tahun pertama maka dapat dilakukan intervensi yang dini pula.misalnya diagnosis dini hipotiroid dapat memperkecil kemungkinan retardasi mental Meskipun sebagian besar mekanisme patogenetik tetap belum diketahui namun gangguan yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan diagnostik prenatal, seperti ultrasonografi, amniosentesis, atau biopsi villus korion, jumlahnya semakin bertambah. Penyediaan informasi yang lengkap dan manajemen pengobatan yang sensitif karenanya sangat penting untuk memastikan keputusan keluarga yang telah diberi informasi mengenai semua pilihan intervensi prenatal yang tersedia, termasuk penbedahan janin eksperimental (seperti penempatan pirau (shunt) intrakranial dalam rahim) dan penghentian kehamilan secara elektif. Bila tersedia penanganan dini tertentu pada bayi dengan gangguan metabolik (seperti fenilketonuria) atau kelainan strukrural (seperti hidrosefalus), pencegahan yang berhasil memerlukan diagnosis segera dan manajemen yang canggih. Sebaliknya, gangguan metabolik yang dapat diidentifikasi tetapi terapi spesifiknya belum tersedia, seperti mukopolisakharidosis, harus menunggu kemajuan biologi

molekular lebih lanjut sebelum upaya pencegahan yang efektif dapat direalisasikan. Tema utama yang umum dijumpai pada semua upaya pencegahan retardasi mental adalah meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan yang merangsang pertumbuhan. Karena mayoritas populasi individu dengan retardasi mental adalah retardasi ringan, dan karena retardasi ringan secara tidak seimbang lazim dijumpai pada kelompok sosioekonomi rendah, banyak upaya pencegahan harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang hidup dalam kemiskinan. Dalam hal ini, perawatan prenatal, pengawasan kesehatan reguler, dan pelayanan dukungan keluarga merupakan srategi pencegahan utama

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS Anak X berusia 7 tahun kelas 2 SD mengalami gangguan perkembangan.Berdasarkan keluhan dari orangtua dimana anak sejak awal usia 3 tahun sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik,keterlambatan dalam bicara dan bahasa serta kendala dalam penyesuaian perilaku maupun intelegensi yang rendah,menurut orangtuanya Anak X baru diketahui setelah Anak X masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran dan pada akhirnya tidak naik kelas karena An.X tidak dapat membaca dan berhitung. Padahal kedua orangtuanya sudah berusaha melatih anak dalam belajar berhitung dan membaca namun An.X tidak memahami apa yang diajarkan oleh kedua orangtuanya.Berdasarkan pemeriksaan dan pengkajian pada An.X diperoleh tingkat intelengensia 51 termasuk dalam retardasi mental sedang.

A. PENGKAJIAN

Nama Mahasiswa Tempat Praktek Tanggal Praktik

:Bria Kleuk :RS Respati Ruang Melati IV :

I. IDENTITAS DATA Pasien Nama Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat : An.X : 7 Tahun : Islam : SD :: Janti,Jl.adisucipto 56 Yogyakarta

Penanggung Jawab Nama Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat : Tn.D : 24 Tahun : Islam : SMA : : Janti,Jl.adisucipto 56 Yogyakarta Hubungan dengan Klien : Orangtua

Diagnosa Medis

:RM(Retardasi Mental)

II.

KELUHAN UTAMA Pusing

III.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Ibu An.X mengatakan bahwa anaknya tiba-tiba menjerit kesakitan pada kepala sambil menangis dan menurut ibunya hal ini muncul ketika anak X hendak belajar.Oleh karena,An.X selalu menjerit kesakitan pada kepala dan pusing maka ibunya berhenti untuk melatih anaknya dalam membaca dan berhitung.Selain itu menurut Ibunya, An.X juga tampak lemah,lelah setelah ia merasa sakit kepala dan pusing.Ibu An.X mengatakan bila tiap kali hendak diajarkan atau setelah diajarkan An.X selalu mengeluh pusing dan kesakitan pada kepala sehingga bila diajak untuk belajar An.X tidak ada keinginan untuk belajar dan lebih suka menarik diri.

IV.

RIWAYAT MASA LAMPAU 1. Prenatal Ibu An.X mengatakan selama Ia mengandung pada usia kehamilan 5 bulan Ibu An.X menderita penyakit malaria Falciparum selama 1 minggu dan Ia meminum obat klorokuin yang diperoleh di POLINDES. Ibu An.X juga mengatakan selama masa kehamilannya Ia makan 2x sehari pada siang dan malam dengan nasi tanpa lauk oleh karena status ekonomi mereka yang rendah. Ibu An.X juga jarang memeriksa kehamilannya pada pelayanan kesehatan dengan alasan tidak mempunyai uang untuk mengontrol kehamilannya. 2. Natal ( tindakan persalinan, obat-obatan, tempat persalinan ) Ibu An.X melahirkan An.X dengan persalinan yang normal,Ia melahirkan di rumahnya sendiri di bantu oleh bidan desa namun An.X dilahirkan belum cukup bulan,Ibu klien mengatakan ia melahirkan pada usia kehamilan 7 bulan. 3. Postnatal Ibu klien mengatakan ia melahirkan An.X dengan BB 3,5 kg dan PBL : 75 cm 4. Penyakit waktu kecil Ketika An.X berusia 4 Tahun An.X pernah mengalami demam yang tinggi selama 1 minggu,dan ibu klien hanya membeli termorex untuk menurunkan demam An.X,tutur Ibu An.X 5. Pernah dirawat di RS

Ibu An.X mengatakan bahwa Ia dan keluarganya tidak pernah berobat di Rumah Sakit dan ini merupakan pertama kali Ibu klien datang membawa anaknya ke Rumah sakit Respati. 6. Obat-obatan yang digunakan Ibu Klien mengatakan bahwa bila An.X sakit kepala atau pusing dan demam Ibu An.X biasa membeli termorex untuk menurunkan demam An.X. 7. Allergi Ibu klien mengatakan bahwa An.X lebih menyukai makan daging ayam karena An.X mengalami allergi bila makan ikan,kulit An.X bila mengkonsumsi ikan terasa gatal dan tampak kemerahan,tutur Ibu An.X 8. Kecelakaan Ibu klien mengatakan ketika An.X berusia 3 tahun,An.X mengalami kecelakaan lalu lintas bersama Ayahnya dan kecelakaan tersebut An.X mengalami benturan yang sangat keras pada trotoar,namun tidak keluar darah dalam benturan tersebut.Penanganan yang dilakukan oleh ayah dan ibunya terhadap An.X yaitu berobat di POLINDES.

9. Imunisasi Ibu klien mengatakan An.X sudah menerima imunisasi lengkap di POLINDES yaitu campak,polio,BCG,Hepatitis.

V.

RIWAYAT KELUARGA ( disertai genogram )

Keterangan :

: Wanita

: Garis keturunan

: Pria

: Garis pernikahan

: An.X

: Tinggal serumah

X: Meninggal

Riwayat yang pernah, sedang diderita keluarga, baik yang berhubungan dan tidak berhubungan dangan penyakit yang diderita klien. Gambar Genogram dengan ketentuan yang berlaku ( symbol dan 3 generasi )

VI.

RIWAYAT SOSIAL 1. Yang mengasuh dan alasannya Ibu Klien mengatakan bila Ia dan suaminya bekerja(memotong rumput untuk ternak)mereka menitipkan An.X pada neneknya dari pagi hingga sore hari. 2. Pembawaan secara umum An.X adalah seorang anak perempuan yang pendiam dan pemalu,An.X mempunyai kebiasaan menghisap jarinya. 3. Lingkungan rumah Ibu An.X mengatakan rumahnya sederhana,dan selalu dibersihkan dan ditata dengan rapi,nyaman.Sebelum berangkat bekerja Ibu An.X selalu mengecek kembali keadaan rumah seperti kompor,listrik.

VII.

KEADAAN KESEHATAN SAAT INI 1. Diagnosa medis : Retardasi Mental sedang 2. Tindakan operasi: 3. Obat-obatan : kemampuan anak belajar : glutamic acid , pyrithioxine konvulsi : luminal, dilantin hiperkinetik : tranquilizer, neuroleptik: haldol antidepressant : imipramin 4. Tindakan keperawatan : pendidikan kesehatan 5. Hasil laboratorium 6. Hasil Rontgen 7. Data tambahan

VIII. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL MENURUT GORDON 1. Persepsi dan pola manajemen kesehatan a. status kesehatan anak sejak lahir b. pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi

c. Penyakit yang menyebabkan anak absen dari sekolah d. Praktek pencegahan kesehatan ( pakaian, menukar popok, dll) e. Apakah orang tua merokok ?, didekat anak ? f. Mainan anak/bayi (aman?) keamanan kendaraan ? g. Praktek keamanan orang tua (produk rumah tangga, menyimpan obat-obatan , dll) 2. Nutrisi Pola Metabolic An.X a. Pemberian ASI/PASI, perkiraan jumlah minum, kekuatan menghisap bagi yang masih bayi ) b. Selera makan, makanan tidak disukai/disukai c. Masukan makanan selama 24 jam ? makanan tambahan ? vitamin ? d. Kebiasaan makan e. Alat makan yang digunakan f. Berat badan lahir? Berat badan saat ini? (

g. Masalah kulit : rash, lesi, dll Orang tua status nutrisi orang tua/keluarga? Masalah?

3. Pola Eliminasi a. Pola defekasi (gambarkan: frekuensi, kesulitan, kebiasaan ada darah/tidak) b. Mengganti pakaian dalam/diapers ( bagi bayi ) c. Pola eliminasi urin (gambarkan : berapa kali popok basah/hari, perkiraan jumlah , kekuatan keluarnya urin, bau, warna) Orang tua Pola eliminasi ? masalah ?

4. Aktivitas Pola Latihan

a. Rutin mandi ? ( kapan, bagaimana, dimana, menggunakan sabun apa?) b. Kebersihan rutin ( pakaian, dll) c. Aktivitas sehari-hari dirumah, bermain, tipe mainan yang digunakan, teman bermain, penampilan anak saat bermain, dll) d. Level aktivitas anak/bayi secara umum, tolerans e. Persepsi anak terhadap kekuatan ( kuat atau lemah ) f. Kemampuan kemandirian anak ( mandi, makan, toileting, berpakaian, dll ) Orang tua Aktivitas/pola latihan, pemeliharaan anak, pemeliharaan rumah ?

5. Pola Istirahat Tidur a. Pola istirahat/tidur anak, perkiraan jam, dll b. Perubahan pola istirahat, mimpi buruk, nocturia ? c. Posisi tidur anak? Gerakan tubuh ? Orang tua Pola tidur orang tua

6. Pola Kognitif Persepsi a. Responsive anak secara umum b. Respons anak untuk berbicara, suara, object, sentuhan ? c. Apakah anak mengikuti object dengan matanya ? respon untuk meraih mainan d. Vokal suara, pola bicara, mainan, dsb e. Kemampuan anak untuk mengatakan nama, waktu, alamat, nomor telepon, dsb f. Kemampuan anak untuk mengatakan kebutuhan : lapar, haus, nyeri, tidak nyaman ? Orang tua Masalah dengan penglihatan, pendengaran, sentuhan ,dsb Kesulitan membuat keputusan, judgments ?

7. Persepsi Diri Pola Konsep Diri a. status mood bayi/anak ( iritabilitas ) b. Pemahaman anak terhadap identitas diri, kompetyensi,dll Anak/Bayi : a. Status mood? b. Banyak teman / seperti yang lainnya / c. Persepsi diri (baik umumnya waktu, sulit untuk menjadi baik ) d. Kesepian ? e. Takut ? Orang tua Persepsi diri sebagai orang tua Pendapat umum tentang identitas, kompetensi ?

8. Pola Peran Hubungan a. struktur keluarga b. Masalah / Stressor keluarga c. Interaksi antara anggota keluarga dan anak d. Respon anak/bayi terhadap perpisahan e. Anak : ketergantungan? f. Anak : pola bermain / g. Anak : temper tantrum ? masalah disiplin / penyesuaian sekolah ? Orang tua : Peran ikatan ? kepuasan ? Pekerjaan/ sosial / hubungan perkawinan ?

9. Sexualitas a. Perasaan sebagai laki-laki/perempuan ? b. Pertanyaan sekitar sexuality ? bagaimana respon orang tua ? Orang tua Jika mungkin riwayat reproduksi ? Kepuasan sexual / masalah ?

10. Koping Pola Toleransi Stress a. Apa yang menyebabkan stress pada anak? level stress? Toleransi ? b. Pola penanganan masalah, support system ? 11. Nilai Pola Keyakinan a. Perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen / b. Keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama Orang tua sesuatu yang bernilai dalam hidupnya ( spirituality) semangat untuk masa depan ? Keyakianan akan kesembuhan, dampak penyakit dan tujuan ?

IX. a.

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum : Kesadaran Vital Sign : Compos mentis (CM) : TD : mmHg : x/mnt : reguler kuat ireguler sedang lemah

Nadi : Frekuensi Irama

Kekuatan/isi :

Respirasi : Frekuensi Irama Suhu :.oC

:x/mnt : reguler ireguler

Nyeri

: Palliative/Profokatif :/. Quality : Region : hilang timbul terus menerus

Depan

Belakang

Scale Time

: :

b. Kepala :

Kulit Rambut Muka Mata

: : :

Normal Normal Normal

Hematoma kotor bells palsy Normal Normal isokor normal normal normal ka/ki rontok

Lesi

kotor kering/kusam lesi Hiperemis

hematom Anemis ikterik anisokor hordeolum keruh miopi ka/ki astigmatisme ka/ki

: konjungtiva : Sclera Pupil Palpebra Lensa Visus : : : : :

oedema

hipermetropi ka/ki Kebutaan ka/ki Hidung : normal septum defiasi

polip

epistaksis

Gangguan indra penghidu Mulut : gigi : normal caries dentis, di :

Gisi palsu, di:.. Bibir : normal kering stomatitis sianosis

c. Leher :

Normal kaku kuduk

Pembesaran thyroid Hematom Nyeri telan Lesi

Pelebaran JVP

Tenggorokan :

Normal

Hiperemis

Pembesaran tonsil d. Dada : Bentuk : Normal Pigeon chest Pulmo : Palpasi : Fremitus taktil ka/ki :. Perkusi : ka/ki : Auskultasi : vesikuler ka/ki whezing ronkhi Barrel chest Funnel chest

Cor

: Palpasi : Ictus cordis : Perkusi : batas jantung :... Auskultasi : Bunyi jantung I (SI):.. Bunyi jantung II (SII) : Bunyi jantung III (SIII):.. Murmur :.

e. Abdomen : Bentuk : Palpasi :

normal normal Tumor

ascites hepatomegali splenomegali

Perkusi :

normal

Hypertimpani

pekak

Auskultasi : Peristaltik : x/mnt

f. Genetalia : Pria : hernia

Normal

Hypospadia Tumor kondiloma

Epispadia

Hydrocell normal Perdarahan

Perempuan :

prolapsus uteri

keputihan

g. Perkemihan : frekuensi BAK :x/hr Jumlah urine :cc/hr Warna : Keluhan : h. Rectum : Normal normal nokturia Hemoroid hematuria retensi urine Prolaps seperti teh inkontinensia urine Tumor

i. Ektremitas : atas : kekuatan otot ka/ki :.. ROM ka/ki :.. capilary refile :.. bawah : kekuatan otot ka/ki :.. ROM ka/ki :.. Capillary refile :.

X.

PEMERIKSAAN

PERKEMBANGAN

Penilaian

berdasarkan

format

DDST/Denver II ) bagi anak usia 0 6 tahun 1. kemandirian dan bergaul 2. Motorik halus 3. Kognitif dan bahasa 4. Motorik kasar Bagi anak diatas 6 tahun, maka ditanyakan tumbuh kembang secara umum sbb: a. Berat badan lahir, 6 bulan, 1 tahun dan saat ini b. Pertumbuhan gigi

usia tumbuh gigi jumlah masalah dengan pertumbuhan gigi

c. Usia mulai menegakkan kepala, duduk, berjalan, kata-kata pertama d. Perkembangan sekolah, lancar ? masalah apa ? e. Interaksi dengan peers dan orang dewasa f. Partisipasi dengan kegiatan organisasi ( kesenia, OR, dsb )

XI.

INFORMASI LAIN

XII.

RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN

A. Analisa Data

Nama klien : An.X

No.Register : 656107

Umur : 7 tahun

Diagnosa medis :

Ruang Rawat : Melati IV

Alamat :Janti,Jl.adisucipto 56

Tanggal/Jam Senin,20/12/ 2010 Pukul 09.00

Data Fokus

Etiologi

Problem

DS : Orangtua klien Efek dari kecacatan Gangguan mengatakan bahwa fisik pertumbuhan dan perkembangan

klien kesulitan dalam membaca berhitung DO : An.X lambat dalam berbicara An.X lama memberi respon berkomunikasi ketika dan

Senin,20/12/ 2010

DS : Orangtua klien

Kondisi fisiologis

Hambatan

Pukul 09.00

mengatakan An.x bila berkomunikasi ia sulit dalam memilih perhatian pada orang yang mengajak ia berbicara DO : An.X kesulitan dalam berbicara atau mengungkapkan dengan katakata,bicara gagap dan pelo

komunikasi verbal

Senin,20/12/ 2010 Pukul 09.00

DS : DO : An.X mengalami ganggan pendengaran (tuli) dan gangguan penglihatan

Kerusakan mobilitas fisik

Risiko cedera

Senin,20/12/ 2010 Pukul 09.00

DS : Orangtua An.X mengatakan DO :

Hambatan komunikasi

Hambatan interaksi sosial

Senin,20/12/ 2010 Pukul 09.00

DS : DO:

Pergeseran keluarga

peran Perubahan proses keluarga

Senin,20/12/ 2010 Pukul 09.00

DS : DO: An.X belum bisa

Hambatan perkembangan

Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan mobilitas

mandi sendiri An.X belum bisa mengenakan pakaian sendiri

fisik/kurangnya kematangan perkembangan

B. Prioritas Diagnosa Keperawatan

1.

1. Tanda dan gejala : a. Mengenali sindrom seperti adanya DW atau mikrosepali

b. Adanya kegagalan perkembangan yang merupakan indikator : RM seperti anak RM berat biasanya mengalami kegagalan perkembangan pada tahun pertama keidupannya ,terutama psikomotor; RM sedang memperlihatkan penundaan pada kemampuan bahasa dan bicara ,dengan kemampuan motorik normal-lambat ,biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun;RM ringan biasanya terjadi pada usia sekolah dengan memperlihatkan kegagalan anak untuk mencapai kinerja yang diharapkan. Gangguan neurologis yang progresif Tingkatkan/klasifikasi RM (APA dan Kaplan;sadock dan Grebb,1994)

1. Ringan (IQ 52-69; umur mental 8-12 tahun)

Karakteristik :

a. Usia prasekolah tidak nampak sebagai anak RM,tetapi terlambat kemampuan berjalan,bicara,makansendiri. b. Usia sekolah dapat melakukan ketrampilan membaca dan aritmati dengan pendidik khusus diarahkan pada kemampuan aktivitas social. c. Usia dewasa,melakukan ketrampilan social dan vokasional diperbolehkan menikah tidak dianjurkan memiliki anak. Ketrampilan psikomotor tidak berpengaruh kecuali koordinasi.

2. Sedang (IQ 35-40 hingga 50-55;umur mental 3-7 tahun)

Karakteristik :

a. Usia prasekolah,kelambatan terlihat pada perkembangan motorik,terutama bicara,respon saat belajar dan perawatan diri. b. Usia sekolah,dapat mempelajari komunikasi sederhana,dasar kesehatan,perilaku aman,serta ketrampilan mulai sederhana,tidak ada kemampuan membaca dan berhitung.

c. Usia dewasa,melakukan aktivitas latihan tertentu,berpartisipasi dalam rekreasi,dapat melakukan perjalanan sendiri ke tempat yang dikenal,tidak biasa membiayai sendiri.

3. Berat (IQ 20-25 s.d. 35-40;umur mental<3 tahun)

Karakteristik :

a. Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik, kemampuan komunikasi sedikit bahkan tidak ada,bisa berespon dalam perawatan diri tingkat dasar seperti makan. b. Usia sekolah,gangguan spesifik dalam kemampuan berjalan ,memahami sejumlah komunikasi/berespon ,membantu bisa dilatih sistematis. c. Usia dewasa,melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang perlu arahan berkelanjutan dan protektif lingkungan,kemampuan bicara minimal,menggunakan gerak tubuh.

4. Sangat Berat(IQ dibawah 20-25;umur mental seperti bayi)

Karakteristik : a. Usia Prasekolah retardasi mencolok,fungsi sensorimotor minimal,butuh perawatan total. b. Usia sekolah,kelambatan nyata disemua area perkembangan,memperlihatkan respon emosional dasar,ketrampilan latihan kaki,tangan dan rahang.Butuh pengawas pribadi.Usia mental bayi muda. c. Usia dewasa,mungkin bisa berjalan ,butuh perawatan total,biasanya diikuyi dengan kelainan fisik.

B. Pemeriksaan Fisik s 1. Kepala : mikro/makrosepali,plagiosepali(bentuk kepala tidak simetris) 2. Rambut : pusar ganda,rambut jarang/tidak ada ,halus,mudah putus dan cepat berubah 3. Mata :mikroftalmia,juling,nistagmus,dll 4. Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar,ukuran kecil,cuping melengkung ke atas dll 5. Mulut : bentuk V yang terbalik dari bibir atas,langit-langit lebar/melengkung tinggi 6. Geligi : odontogenesis yang tidak normal 7. Telinga : keduanya letak rendah,dll 8. Muka : panjang filtrum yang bertambah ,hipoplasia 9. Leher :pendek;tidak mempunyai kemampuan yang gerak sempurna. 10. Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing ,ibu jari gemuk dan lebar,klinodaktili dll. 11. Dada dan abdomen : terdapat beberapa putting buncit dll 12. Genetalia : mikropenis,testis tidak turun,dll 13. Kaki : Jari kaki saling tumpang tindih,panjang dan tegap/panjang kecil meruncing diujung nya,lebar,besar,gemuk.

C. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Kromosom 2. Pemeriksaan urin,scrum atau titer virus 3. Test Diagnostik seperti :EEG,CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan otak,injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan.

D. Diagnosa

1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kelainan fungsi kognitif 2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kelainan fungsi kognitif

3. Risiko cedera berhubungan dengan perilaku agresif/ketidakseimbangan mobilitas fisik 4. Gangguan interaksi social berhubungan dengan kesulitan bicara/kesulitan adaptasi social. 5. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan memiliki anak RM 6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan mobilitas fisik/kurangnya kematangan perkembangan

E. Intervensi

1. Kaji factor penyebab gangguan perkembangan anak 2. Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang optimal 3. Berikan perawatan yang konsisten 4. Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil 5. Berikan instruksi berulang dan sederhana 6. Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak 7. Dorong anak melakukan perawatan sendiri 8. Manajemen perilaku anak yang sakit 9. Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok 10. Ciptakan lingkungan yang aman

F. Implementasi

Pendidikan pada orangtua : a. Perkembangan anak untuk tiap tahap usia b. Dukung keterlibatan orangtua dalam perawatan anak c. Bimbingan antisipasi dan manajemenmenghadapi perilaku anak yang sulit d. Informasikan sarana pendidikan yang ada dan kelompok

G. Evaluasi

a. Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannya b. Keluarga dan anak mampu menggunakan koping terhadap tantangan karena adanya ketidakmampuan c. Keluarga mampu mendapatkan sumbersumber sarana komunitas

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Retardasi mental dapat didefinisikan sebagai keterbatasan dalam kecerdasan yang mengganggu adaptasi normal terhadap lingkungan B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Soetjininsih.1995.Tumbuh Kembang Anak.Jakarta : EGC

You might also like