You are on page 1of 10

Nama NIM Prodi

: Yuda Irfani : 0901610 : Pendidikan IPS

Mata Kuliah : Isu-isu Sosial Kontemporer GENERASI BARU DALAM STRUKTUR SOSIAL YANG BARU A. Konflik antara Keluarga dan Korporasi Keluarga selalu menjadi entitas yang didalamnya berlangsung banyak aktivitas: produksi ekonomi, konsumsi bersama, berketurunan, sosialisasi anakanak, dan kegiatan rekreasi. Umumnya, keluarga tidak bisa dianggap sebagai pelaku purposif, sebab biasanya keluarga tidak bisa digambarkan memiliki tujuan yang berhubungan dengan tindakannya. Keluarga itu seperti masyarakat sebagai satu keseluruhan, tetapi pada skala lebih kecil. Keluarga adalah saling berhubungan. Namun, dalam beberapa kapasitas, keluarga boleh dianggap sebagai pelaku purposif, karena keluarga adlah entitas dalam hal mempunyai kepentingankepentingan yang dirasakan sebagai dasar tindakan pelaku orang. Banyak aktivitas keluarga yang saling memberikan ekstenalitas kuat. Mengasuh anak, misalnya, selalu dilakukan bersama-sama dengan aktivitas lain, khususnya produksi ekonomi dan konsumsi. Anak-anak terbiasa membantu ibu atau ayah mereka dengan pekerjaan-pekerjaan kerumahtanggaan. Dengan demikian, mereka belajar untuk bekerja secara produktif. Di rumah tangga yang menjalankan aktivitas keterampilan atau kerajinan tangan, anak-anak melakukan tugas-tugas kecil sejak usia dini, yang kemudian meningkat ke peran-peran yang lebih pokok seiring dengan bertambahnya usia mereka. Anak-anak yang lebih tua dalam keluarga-keluarga itu diharapkan untuk mengasuh adik-adik mereka dengan begitu, mereka belajar kemahiran mengasuh anak. Jadi, rumah tangga dicirikan dengan produksi bersama beberapa produk, salah satunya adalah pengasuhan anak. Maka, pengasuhan anak dapat dianggao

sebagai salah satu produk sampingan dari aktivitas-aktivitas lain dalam keluarga tradisional. Revolusi industri telah membawa perubahan penting pada struktur sosial tradisional, karena satu bagian dari aktivitas yang secara ekonomis produktif, telah diambil dari dalam rumah tangga. Industri rumah tangga yang aktivitas produksinya tetap dalam rumah, merupakan upaya dini untuk meleburkan perubahan teknologi kedalam struktur sosial yang ada saat itu. Namun, perlahanlahan struktur sosial disesuaikan dengan perkembangan ekonomi, dengan memenfaatkan bentuk kelompok yang baru. Sejak tahun 1850 dan seterusnya, bentuk kelompok itu melahirkan korporasi modern. Terbukti para pelaku kelompok baru memindahkan sebagian besar produksi dari rumah tangga kesuatu tempat diluar rumah: pabrik dan kantor. Aktivitas produksi di luar rumah biasanya berupa suami dan ayah yang menukarkan kerjanya dengan gaji dan membawa pulang gaji itu untuk menafkahi keluarganya. Dalam masyarakat industri modern, ada dua struktur organisasional yang sejajar: struktur primordial yang berbasiskan dan berasal dari keluarga dan struktur baru yang terdiri dari pelaku-pelaku kelompok purposif yang sepenuhnya lepas dari keluarga. Struktur primordial terdiri dari keluarga, keluarga besar, lingkungan, dan kelompok-kelompok agama. Struktur purposif terdiri dari organisasi-organisasi ekonomi, asosiasi relawan satu tujuan, dan pemerintah. Terbentuknya struktur sosial purposif yang lepas dari keluarga dan segenap produk sampingannya, telah memfasilitasi perpindahan berbagai macam aktivitas keluar dari rumah. Struktur sosial primordial berbasib keluarga pun menjadi struktur purposif. Dalam keluarga, saling ketergantungan antargenerasi terdiri dari dua tahap. Pertama, anak-anak bergantung pada orang tua mereka untuk menyediakan pengasuhan dan pendidikan yang terakhir ini dengan kemampuan orang tua sendiri atau lewat bantuan finansisal atau lainya untuk sekolah. Kedua, orang tua, di usia senjanya, bergantung kepada anak-anak yang telah dewasa. Akan tetapi, saling ketergantungan ini telah dibatasi dengan munculnya dana asuransi dan pensiun yang merupakan pengambilalihan tanggung

jawab atas perawatan orang lanjut usia oleh struktur purposif, melepaskannya dari struktur primordial. B. Konsekuensi-konsekuensi Struktur Sosial Baru terhadap Modal Sosial Kerugian terhadap anak-anak akibat keluarnya perempuan dari rumah tangga dan lingkungan, untuk bekerja pada pelaku-pelaku kelompok modern, juga bisa disebut sebagai hilangnya banyak modal sosial selebihnya yang diandalkan anak-anak dan remaja baik untuk memperoleh dukungan sosial maupun dukungan psikologis untuk pembatasan sosial dari rumah tangga dan lingkungan sekitarnya. Modal sosial penting untuk pengasuhan anak ada pada tiga aspek struktur sosial: 1. Intensitas relasi-relasi antara orang dewasa dengan anak; 2. Relasi anatara dua orang dewasa yang mempunyau relasi-relasi dengan intensitas tertentu dengan anak; 3. Kelanjutan struktur sepanjang waktu.

Bentuk-bentuk sosial struktural yang menghasilkan modal sosial untuk mengasuh anak.

(E)

(F)

Gambar (A) modal sosial terdapat pada kemampuan relasia antar dua titik, orang dewasa dan anak, untuk meneruskan dari satu titik ketitik yang lain. Ada relasi-relasi yang bisa meneruskan kontak emosional, atau perasaan-perasaan mendalam, sedangkan relasi-relasi yang lain mampu meneruskan muatan dengan kisran berbeda. Beberapa muatan menjadi penting artinya dikarenakan alasan psikologis. Gambar (B-E) Modal sosial disini berasal dari adanyan kedekatan suatu jaringan sosial yang melibatkan seorang anak dengan dua orang dewasa (atau lebih). Kedekatan itu ada hanya jika ada relasi diantara orang-orang dewasa yang mereka sendiri memiliki relasi dengan si anak. Orang-orang dewasa itu bisa mengawasi tindakan anak dalam keadaan berbeda-beda, saling membicarakan prihal si anak, membanding-bandingkan catatan, dan menegakan normanorma.kedekatan jaringan tersebut dapat melengkapi dukungan dan ganjaran dari orang-orang dewasa tambahan yang menguatkan dukungan dan ganjaran dari orang dewasa yang pertama dan menciptakan norma dan sanksi yang tidak dapat diadakan oleh satu orang dewasa sendirian saja. Gambar (B) kedekatan bergantung pada kekuatan relasi antar orang tua anak. Jika relasi itu kuat, orang tua akan bertindak secara konsisten sebagai satu unit terhadap anak. Jika relasi itu lemah atau tidak ada, lingkungan rumah si anak banyak berisi inkonsistensi dan tanda-tanda yang saling bertentangan. Orang tua tidak akan mampu saling mnguatkan dalam mendisiplinkan anak. Gambar (C) Kedekan terjalin lewat relasi antara satu orang tua dengan orang dewasa lain. Relasi ini bisa memberikan penguatan bagi orang tua tersebut dalam mendisiplinkan anak, kalu orang dewasa lain itu setuju, atau pengaruh yang membatasi, kalau pengalam orang dewasa lain itu berkata lain. Relasi ini memungkinkan antara orang tua dan orang dewasa lain untuk bertukar informasi dalam mengambil tindakan yang disetujui atau tidak disetujui masing-masing. Gambar (D) Keadaan ini terjadi lewat relasi antara orang tua dan guru, relasi ini penting karena sekolah dimasyarakat modern mengisi sebagian besar dari waktu seorang anak dan merupakan suatu konteks bagi bentuk pembedaan

peran yang menjadi ciri masa kanak-kanak modern. Seorang guru berjumpa dan mengenal anak dalam peran sebagai murid dan teman sekelas bagi anak-anak lain yang sebaya. Ini adalah peran lain yang dilihat guru itu. Jadi, guru dan orangtua mempunyai informasi yang sangat berbeda perihal sianak. Saling berbagai informasi ini bisa menjadikan tindakan yang mereka ambil terhadap anak lebih konsisten, memperkuat tindakan mereka masing-masing saat pengamatan mereka menunjukan kesimpulan yang sama, dan juga bisa mendorong terciptanya norma yang dijalankan oleh keduanya. Gambar (E) menggambarkan jaringan dengan kedekatan yang umum. Jaringan itu berisi seorang anak, seorang teman anak itu, orang tua teman anak itu, dan orang tua si anak. Dalam hal ini, para orang tua itu mempunyai tugas dan sasaran serupa dalam mendukung perkembangan anak-anak mereka. Kalau diantara para orang tua itu tidak ada relasi, kepentingan mereka bersama ada yang mendukung aktivitas anak-anak mereka, ada yang saling mendukung sesama mereka sendiri dalam menentang aktivitas anak-anak mereka tidak akan saling diperkuat. Anak-anak mereka punya relasi, mengembangkan siasat bersama, dan saling mendukung dala tindakan mereka. Ketika kepentingan, nilai, citaras anakanak berlawanan dengan kepentingan, nilai, atau citarasa orang tua mereka, penguatan timbal balik ini menguntungkan mereka kalu relasi serupa tidak ada diantara orangtua-orangtua mereka. Jika kepentingan anak-anak harus dilindungi dari pelaku-pelaku lain, tidak adanya relasi orang tua membuat setiap orangtua kurang efektif dalam menentang pelaku lain demi kepentingan anaknya. Bentuk-bentuk yang dijelaskan dengan bagian B-E terjadi pada sebuah komunitas yang para tetangga saling mengenal, anak-anak bersekolah di sekolah yang sama, dan guru-guru adalah bagian dari komunitas itu. Struktur demikian adlah bagian dari struktur sosial primordial yang berbasis pada keluarga. Dalam struktur sosial purposif yang berbasis pada pelaku-pelaku kelompok modern, kedekatan dalam bentuk-bentuk diatas seringkali tidak ada. Ada orang dewasa lain dimasyarakat yang memiliki relasi cukup kuat dengan anak dan dengan orang tua, tetapi biasanya mereka ini berasal dari struktur primordial.

Gambar (F) menggambarkan kedekatan struktur sosial yang ada hubungannya dengan waktu. Waktu kedekatan berarti bahwa orang dwasa yang menjalin tipe relasi tertentu dengan seorang anak pada satu waktu adalah orang dewasa yang sama yang menjalin hubungan ini dengan anak tersebut pada waktu sebelumnya. Sampai taraf tertentu, semua relasi gambar menyiratkan

kesinambungan sepanjang waktu, atau waktu kedekatan, karena relasi-relasi itu sudah tetap. Waktu kedekatan itu sendiri penting, terlepas dari intensitas yang ditimbulkannya. Waktu kedekatan mempunyai pengaruh prospektif maupun pengaruh retrospektif. Secara prospektif, waktu kedekatan membangkitkan investasi-investasi dalam relasi itu yang akan berbayar lunas hanya setelah beberapa saat berlalu, juga dengan kejujuran di pihak si orang dewasa maupun si anak. Secara retrospektif, waktu kedekatan memberikan relasi itu sejarah masa silam dalam kenangan kedua belah pihak yang terlibat, yang bisa menjadi dasar untuk menempatkan kepercayaan, salah satu bentuk kokoh dari modal sosial. C. Konsekuensi Empiris dari Kurangnya Modal Sosial bagi Remaja Tolok ukur intensitas relasi orang tua dan anak ada bermacam-macam, yaitu : 1. Kehadiran kedua orangtua di dalam rumah tangga, relasi akan lebih kuat jika kedua orang tua sama-sama hadir. 2. Jumlah saudara kandung, Semakin banyak anak di dalam keluarga, semakin berkurang modal sosial yang tersedia bagi setiap anak. 3. Membicarakan soal-soal pribadi. Menunjukan perhatian dan kepentingan orangtua yang lebih besar pada anak. 4. Ibu bekerja di luar rumah sebelum anak bersekolah,kekuatan relasi ibu tersebut dengan anaknya berkurang karena waktu yang dihabiskannya bersama anak selama masa pertumbuhan berkurang pula. Fokus perhatian ibu lebih tercurah pada karier sehingga menjauhkannya dari anak. 5. Kepentingan orangtua pada perguruan tinggi yang dimasuki anak, orang tua yang mempunyai kepentingan pada perguruan tinggi anak mereka lebih memperhatikan anak mereka dan mempedulikan masa depan anak

ketimbang orangtua tidak punya kepentingan pada perguruan tinggi anak mereka.

D. Dampak Berikutnya

LangsungKkedua

Struktur

Sosial

terhadap

Generasi

1. Lenyapnya kehadiran fisik dan kepentingan orang-orang dewasa dari struktur primordial 2. Anak-anak terisolasi dari orang-orang dewasa yang merupakan agen sosialisasi utama mereka. 3. Bentuk relasi yang dimiliki anak anak dan remaja dengan pelaku orang dan pelaku kelompok diluar keluarga

Perbedaannya : Unsur-unsur pelaku kelompok primordial adalah orang, dan unsurunsur pelaku kelompok modern/purposif adalah posisi, yang hanya diduduki sementara oleh orang. E. Kepentingan Pelaku Kelompok Primordial pada Anak-anak Pelaku-pelaku kelompok primordial ini mempunyai kepentingan agar anak menjadi manusia yang bermoral. Komunitas mempunyai kepentingan agar anak tumbuh menjadi oarang dewasa yang mandiri, suka hidup bermasyarakat, dan menjadi penyumbang bagi komunitas. Baik komunitas maupun badan keagamaan mempunyai kepentingan agar anak menaati norma-norma yang mendorong tindakan-tindakan yang menguntungkan orang lain, dan karenanya

berkepentingan agar anak menginternalisasi norma-norma itu. Kepentingan Pelaku Kelompok Purposif pada Anak-anak Banyak pelaku purposif yang berinteraksi dengan anak-anak mempunyai kepentingan yang sangat berbeda dengan pelaku-pelaku kelompok lainnya. Pelaku

purposif yang membuat program televisi untuk anak-anak harus dibedakan menjadi 2: 1. Kelompok yang kepentingannya berhubungan dengan perubahan-

perubahan yang dibuat suatu program pada anak-anak Kepentingan kelompok ini ada kemiripan dengan kepentingan para pelaku kelompok primordial. Walau berkepentingan pada kesusksesan, yang biasanya didefinisikan untuk menghasilkan uang, mereka

memandang kesuksesan itu tidak hanya tergantung pada memperoleh perhatian dari anak-anak, tetapi juga pada pengaruh-pengaruh yang dirasakan dari program itu terhadap anak-anak. Umumnya program anakanak yang didanai publik, muatan moral pengaruh-pengaruh yang dikehendaki lebih sedikit ketimbang yang menjadi tujuan para pelaku kelompok primordial, karena konsensus sosial tentang nilai mana yang akan ditanamkan hanya sedikit. Konsensus sosial mengenai

pengembangan kemampuan atau pengetahuan pada anak-anak jauh lebih besar. Biasanya program-program ini bertujuan untuk menambah pengetahuan anak-anak atau pengembangan kemampuan kognotif mereka. 2. Kelompok yang kepentingannya tidak mencakup mengubah anak-anak Kepentingan dari kelompok ini semata-mata terletak pada memikat perhatian anak dan lewat itu, bisa menguras uang dari rumah tangga. Pengaruh lainnnya, menguntungkan atau merugikan bagi anak-anak, bersifat kebetulan. F. Konflik-konflik Kepentingan yang Mempengaruhi Pengasuhan Anak Dalam setiap masyarakat, ada konflik-konflik kepentingan diantara berbagai pelaku mengenai pengasuhan anak-anak. Konflik-konflik ini sudah menjadi sifat struktur yang berbeda pada sebuah sistem sosial, tetapi konflik pada sistem-sistem sosial yang pelaku kelompok utama di dalamnya adalah keluarga dan segenap turunannya, berbeda dengan konflik dalam sistem-sistem yang pelaku kelompok utama di dalamnya adalah pelaku kelompok porfosif modern.

Potensi-potensi konflik kepentingan antara keluarga dan masyarakat terkait pengasuhan anak-anak dapat dianggap terjadi menurut tiga dimensi berikut ini : 1. Nilai, orientasi, adat-istiadat, bahasa, norma-norma, dan budaya keluarga melawan nilai, orientasi, adat-istiadat, bahasa, norma-norma, dan budaya tatanan sosial yang lebih luas.(Konflik budaya) Contohnya, Sebuah keluarga yang terlibat kejahatan atau aktivitas menyimpang lainya mungkin memiliki kepentingan untuk membesarkan anak-anaknya gunan menimpakan kerugian serupa terhadap orang-orang lain di luar keluarga. 2. Kepentingan keluarga dalam menggunakan segenap sarana miliknya untuk mendidik anak-anaknya melawan kepentingan masyarakat dalam

menggunakan sarana milik semua keluarga untuk mendidik semua anak.(Konflik pendidikan) Contohnya, karena kekurangan biaya orangtua lebih memilih menggunakan sarana yang dimilikinya untuk kebutuhan hidup sehari-hari dari pada menyekolahkan anaknya. 3. Kepentingan orang tua atau calon orang tua untuk menggunakan sarana mereka demi diri mereka sendiri melawan kepentingan tatanan sosial yang lebih luas untuk menggunakan sarana mereka demi generasi yang akan datang.(Konflik generasi) Contohnya, orangtua lebih memilih untuk mementingkan

kehidupan diri mereka sendiri tidak bisa melepaskan diri dari barangbarang konsumsi dan tabungan pensiun untuk mendidik anak-anak mereka sampai melewati jenjang pendidikan yang dibiayai negara.

You might also like