You are on page 1of 15

MAKALAH LANDASAN SOSIAL BUDAYA PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh:

Riza Hidayat (1000341) Indra Hendiyana (1000600) Muhammad Taufik Karim (1000617) Resha Marsalova (1000619) Muhamad Luky Ramdani (100) Teguh Prakosa Waspada (1003077)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN PERANCANGAN 2010

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2011


0

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat izin dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul landasan sosial budaya pada mata kuliah bimbingan dan konseling. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini ijinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. 2. Bapak Drs. Ari Rahmat Riadi, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Bimbingan dan Konseling. Kedua orang tua beserta keluarga tercinta, yang telah memberi dorongan moril dan spiritual kepada penulis untuk melaksanakan kajian, hingga penulis bisa menyelesaikan paper ini. Rekan-rekan satu tim, atas kerjasamanya. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan paper ini, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Hanya Allah Yang Maha Membalas semua amal perbuatan hamba-hamba-Nya.

3. 4.

Akhir kata penulis ucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, apabila terdapat kekeliruan pada makalah ini, juga tak lupa penulis menunggu kritik dan saran dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi suatu sumbangsih pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bandung, 1 Mei 2012

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... . DAFTAR ISI ........................................................................................................... . BAB I. PENDAHULAN ................................................................................... . 1 2 3 3 4 5 5

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... . B. Rumusan Masalah ................................................................................... . BAB II. PEMBAHASAN A. Kajian Teoritis ................................................................................... . ................................................................................... .

a) Pengertian Sosial Budaya ........................................................... . 5 b) Pengertian Sosial ................................................................................... . 5 c) Faktor-faktor Sosial Budaya yang Menimbulkan Kebutuhan akan Bimbingan 1. Individu sebagai Produk Lingkungan Sosial Budaya............................... . 2. Bimbingan dan Konseling Antara Budaya............................................... . 6 8

B. Permasalahan-permasalahan yang Terjadi Dalam Landasan Sosial Budaya. 10 C. Solusi Dari Permaslaaha-permasalahan yang Terjadi Dalam Landasan Sosial Budaya.......................................................................................................... . 11 D. Fungsi Sosial Budaya terhadap Pendidikan.................................................. . 12 BAB III. PENUTUP ............................................................................................... . Kesimpulan ............................................................................................... . 13 13 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... .

BAB I PENDAHULAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh Tuhan, setidaknya manusia diberikan panca indera dalam hidupnya. Namun tentu saja potensi yang dimilikinya harus digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal dalam menjalani hidupnya. Untuk memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh kita sebagai manusia, tentunya harus ada sesuatu yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai dengan apa yang diharapkan. Mengingat begitu besar dan berharganya potensi yang dimiliki manusia, maka manusia harus dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak dini. Dilain pihak manusia juga memiliki kemampuan dan diberikan akal pikiran yang berbeda dengan makhluk yang lain. Sedangkan pendidikan itu adalah usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan manusia agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya. Secara sosiologi pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari generasi kegenerasi, agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan identitas masyarakat itu tetap terpelihara. Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur sosial budaya. Memasuki abad ke-21 dan menyongsong milenium ketiga tentu akan terjadi banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat dari era globalisasi. Dan pada kenyataannya masyarakat mengalami perubahan sosial yang begitu cepat, maju dan memperlihatkan gejala desintegratif yang meliputi berbagai sendi kehidupan dan menjadi masalah, salah satunya dirasakan oleh dunia pendidikan. Tak hanya perubahan sosial, budaya pun berpengaruh besar dalam dunia pendidikan akibat dari pergeseran paradigma pendidikan yaitu mengubah cara hidup, berkomunikasi, berpikir, dan cara bagaimana mencapai kesejahteraan. Dengan mengetahui begitu pesatnya arus perkembangan dunia diharapkan dunia pendidikan dapat merespon hal-hal tersebut secara baik dan bijak. Situasi global membuat kehidupan semakin kompetitif dan membuka peluang bagi manusia untuk mencapai status dan tingkat kehidupan yang lebih baik. Dampak positif dari kondisi global telah mendorong manusia untuk terus berpikir dan meningkatkan kemampuan. Adapun dampak negatif dari globalisasi yaitu, 1) keresahan hidup di kalangan masyarakat karena terjadi berbagai konflik, 2) adanya kecenderungan pelanggaran disiplin, kolusi, dan korupsi, makin sulit diterapkannya ukuran baik-jahat dan benar-salah secara tegas, 3) adanya ambisi kelompok yang dapat menimbulkan konflik, tidak saja konflik psikis tapi juga fisik, dan 4) pelarian dari masalah melalui jalan pintas, yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obatan terlarang. Oleh karena itu, pendidikan yang bermutu merupakan pendidikan yang seimbang, tidak hanya mampu menghantarkan peserta didik pada pencapaian standar kemampuan akademis, tetapi juga mampu membuat perkembangan diri yang sehat dan produktif. Pencapaian standar kemampuan akademis dan tugas-tugas perkembangan peserta didik, memerlukan kerjasama yang harmonis antara para pengelola atau manajemen pendidikan, pengajaran, dan bimbingan sebab ketiganya merupakan bidang-bidang utama dalam pencapaian tujuan pendidikan. Prayitno mengungkapkan, bimbingan dan konseling adalah serangkaian tahapan bantuan yang sistematis antara dua orang yaitu konseli dan konselor dalam rangka pengembangan diri, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan oleh konseli. Pada
3

praktiknya di lapangan, proses bimbingan dan konseling sering ditafsirkan dengan makna yang berbeda; 1) bimbingan identik dengan pendidikan, 2) bimbingan hanya untuk siswa yang salah suai, 3) bimbingan berarti bimbingan jabatan/pekerjaan, 4) bimbingan diperuntukkan bagi murid sekolah lanjutan, 5) bimbingan hanya usaha pemberian nasihat, 6) bimbingan menghendaki kepatuhan dalam tingkah laku. B. Rumusan Masalah Oleh karena itu, makalah ini disusun untuk membahas landasan-landasan bimbingan dan konseling, agar konselor memahami prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang kokoh secara profesional agar dapat menepis segala persepsi keliru tentang bimbingan dan konseling. Disini kelompok kami akan menjelaskan tentang landasan yang nomor 4 yaitu landasan sosial-budaya.

BAB II PEMBAHASAN
A. Kajian Teoritis Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak dijembatani, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya. a) Pengertian Sosial Budaya Kebudayaan Menurut Para Ahli a. Tentang kebudayaan belum diperoleh rumusan tunggal yang menyatukan berbagai pandangan tentang kebudayaan. b. Kroeber dan C. Kluckhohn dalam makalahnya Culture: a Critical Review of Concept and Definitions tahun 1952 telah menganalisis dan mengklasifikasikan 179 definisi mengenai kebudayaan, dan menyatakan: Kebudayaan adalah suatu pola, baik secara eksplisit maupun implisit, dari atau bagi perilaku yang diperoleh dan ditransmisikan melalui simbol konstitusi yang berbeda yang terdapat di dalam kelompok masyarakat; yang meliputi bagian-bagiannya dan yang dicip-takannya, dan esensi budaya asli yang terdapat pada masyarakat tradisional, ide dan terutama berhubungan dengan nilai. c. Edward B. Taylor (1871): Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, keper-cayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, serta kemampuan -kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. b) Pengertian Sosial Kita harus mengakui bahwa manusia merupakan mahluk sosial karena manusia tidak bisa hidup tanpa berhubungan dengan manusia yang lain bahkan untuk urusan sekecil apapun kita tetap membutuhkan orang lain untuk membantu kita. Berikut ini adalah pengertian dan definisi sosial menurut beberapa ahli: Lewis Sosial adalah sesuatu yang dicapai, dihasilkan dan ditetapkan dalam interaksi seharihari antara warga negara dan pemerintahannya Keith Jacobs

Sosial adalah sesuatu yang dibangun dan terjadi dalam sebuah situs komunitas RUTH AYLETT Sosial adalah sesuatu yang dipahami sebagai sebuah perbedaan namun tetap inheren dan terintegrasi PAUL ERNEST Sosial lebih dari sekedar jumlah manusia secara individu karena mereka terlibat dalam berbagai kegiatan bersama c) Faktor-faktor Sosial Budaya yang Menimbulkan Kebutuhan akan Bimbingan Kebutuhan akan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yang dihadap oleh inividu yang terlibat dala kehidupan masyarakat. Semakin rumit struktur masyarakat dan keadannya, semakin banyak dan rumit pulalah masalah yang dihadapi oleh individu yang terdapat dalam masyrakat itu. Jadi kebutuhan akan bimbingan itu timbul karena terdapat faktor yang menambah rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor itu diantaranya adalah sebagai berikut. (John J. Pietrfesa dkk., 1980; M. Surya & Rochman N., 1986; dalam Syamsu dan Juntika, 2008:119). a. Perubahan Konstelasi Keluarga Pada tahun 1970 keluarga di Amerika mengalami perubahan yang cukup berarti, seperti; melemahnya otoritas pria (suami), meningkatnya tuntutan kesamaan hak dan kewajiban kaum perempuan, dan meretaknya kedekatan hubungan antar anggota keluarga. Masalah tersebut diikuti oleh permasalahan lain, yaitu semakin meningkatnya angka perceraian dari tahun 1970 sampai tahun 1980, dan kecenderungan orangtua tunggal dalam keluarga. Ketidakberfungsian keluarga melahirkan dampak negatif bagi kehidupan moralitas anak. Bagi keluarga yang mengalami kondisi disfungsional seperti di atas, seringkali dihadapkan kepada kebuntuan atau kesulitan mencari jalan keluar atau pemecahan masalah yang dihadapinya, sehingga apabila tidak segera mendapat bantuan dari luar, maka masalah yang dihadapinya akan semakin parah. Salah satu bantuan yang dapat memfasilitasi keluarga memecahkan masalah yang dihadapinya adalah layanan bimbingan dan konseling yang berupaya membantu untuk memelihara kebutuhan atau keharmonisan keluarga. b. Perkembangan Pendidikan Demokrasi dalam bidang kenegaraan menyebabkan demokratisasi dalam bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Hal ini berarti pemberian kesempatan kepada setiap orang untuk menikmati pndidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pun oleh badan swasta. Kesempatan yang terbuka ini menyebabkan berkumpulnya murid-murid dari berbagai kalangan yang berbeda-beda latar belakangnya antara lain: agama, etnis, keadaan sosial, adat istiadat dan ekonomi. Hal semacam ini menimbulkan bertumpuknya masalah yang dihadapi oleh orang yang terlibat dalam kelompok campuran itu. Pemecahan ini dapat diperoleh
6

dengan melakasanakan bimbingan bagi anggota kelompok yang bersangkutan, dalam hal ini kelompok murid sekolah. c. Dunia Kerja

Berbagai perubahan dalam dunia kerja menuntut keahlian khusus dari para pekerja. Untuk itu perlu dipersiapkan tenaga-tenaga yang terampil dan memiliki sikap mental yang tangguh dalam bekerja. Bimbingan dan konseling diperlukan untuk membantu menyiapkan mental para pekerja yang tangguh itu. d. Perkembangan Kota Metropolitan Kecenderungan bertumbuhnya kota-kota di abad ke-21 akan mendorong semakin meledaknya arus urbanisasi. Kondisi ini akan menimbulkan dampak sosial yang buruk bagi kehidupan masyarakat di perkotaan. Kondisi kehidupan di atas dapat menjadi sumber pemicu malapetaka kehdupan terutama menyangkut masalah-masalah psikologis seperti gejala maladjustment dan Pathologic (gangguan sakit jiwa dan sakit jiwa. Bimbingan dan konseling dibutuhkan untuk membantu masyarakat mengatasi masalah-masalah psikologis sehingga meraka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. e. Perkembangan Komunikasi Dampak media massa (terutama televisi) terhadap kehidupan manusia sangatlah besar. Pengaruhnya seperti virus influensa yang mudah menyebar ke tubuh manusia. Dewasa ini anak-anak dan para remaja rata-rata menghabiskan waktu setiap harinya 6 jam untuk menonton televisi. Propaganda atau iklan yang ditayangkan televisi telah mengembangkan sikap konsumerisme di kalangan masyarakat. Di samping itu, program-program yang ditayangkan tidak sedikit yang telah merusak nilai-nilai pendidikan, karena banyak sekali adegan kekersan, mistik dan amoral yang disuguhkan. Sehubungan dengan hal tersebut, sangatlah penting bagi orangtua untuk membimbing anak dalam rangka mengembangkan kemampuannya untuk menilai setiap tayangan yang ditontonnya secara kritis. Dalam hal ini layanan bimbingan yang memfasilitasi berkembangnya kemampuan ana dalam mengambil keputusan (decision-making skil) merupakan pendekatan yang angat tepat. f. Seksisme dan Rasisme Seksisme merupakan paham yang mengunggulkan salah satu jenis kelamin dari jenis kelamin lainnya. Sementara rasisme adalah paham yang mengunggulkan ras yang satu dengan ras yang lainnya. Berdasarkan kondisi tersebut, program bimbingan mempunyai peranan penting dalam upaya memberikan pemahaman bahwa antara laki-laki dan perempuan mempunyai peluang yang sama dalam melakukan segala hal tanpa ada batasan-batasan gender dan memberikan pemahaman bahwa perlakuan diskriminatif terhadap ras-ras yang berbeda bukanlah suatu pemecahan masalah yang baik. Semuanya hanya akan menimbulkan permusuhan satu sama lain. g. Kesehatan Mental

Masalah kesehatan mental di beberapa tempat di dunia ini semakin marak saja, seperti orang-orang yang mengalami gangguan jiwa (neurotik), sakit jiwa (psikosis), kepribadian anti sosial, gangguan emosional, orang dewasa atau remaja yang melakukan tindak kejahatan yang serius, orang-orang yang kecanduan minuman keras, menyalahgunakan obat-obatan terlarang dan lain-lain. Terkait dengan masalah ini, maka sekolah-sekolah atau lembagalembaga perusahaan dituntut untuk menyelnggarakan program layanan bimbingan dan konseling dalam upaya mengembangkan mental yang sehat dan mencegah serta menyembuhkan mental yang tidak sehat. h. Perkembangan Teknologi Dengan perkembangan teknologi yang pesat, timbul dua masalah penting yang menyebabkan kerumitan struktur dan keadaan masyarakat yaitu, (1) penggantian skonan besar tenaga kerja manusia dengan mesin menyebabkan jumlah pengangguran semakin meningkat, (2) bertambahnya jenis-jenis pekerjaan dan jabatan baru yang menghendaki keahlian khusus dan memerlukan pendidikan khusus pula bagi orang-orang yang hendak menjabatnya. Kedua masalah utama ini menyebabkan orang-orang yang bersangkutan meminta bantuan kepada orang lain atau badan yang berwenang untuk memecahkannya.Di sinilah kebutuhan akan bimbingan dan konseling terasa sangat dibutuhkan. i. Kondisi Moral dan Keagamaan Kebebasan untuk menganut agama sesuai dengan keyakinan masing-masing individu menyebabkan seorang individu berpikir dan menilai setiap agama yang dianutnya. Kadangkadang menilainya berdasarkan nilai moral umum yang dianggapnya paling baik, kadangkadang didasarkan pada kesenangan pribadi yang nyata yang akan membawa pada perasaan tertekan oleh norma-norma agama ataupun keraguan akan kepercayaan yang telah diwarisinya dari orangtua mereka. Ini merupakan pilihan yang tidak mudah untuk ditentukan segera karena menyangkut hal yang sangat mendasar dan peka. Oleh karena itu makin, terasalah kebutuhan akan bimbingan yang baik untuk menanggulanginya. j. Kondisi Sosial Ekonomi Perbedaan yang besar dalam faktor ekonomi di antara anggota kelompok campuran, menimbulkan masalah yang berat. Masalah ini terutama sangat dirasakan oleh individu yang berasal dari golongan ekonomi lemah, tidak mampu, atau golongan rendahan. Di kalangan mereka, terutama anak-anak dari sosial ekonomi lemah, tidak mustahil timbul kecmburuan sosial perasaan rendah diri atau perasaan tidak nyaman untuk bergaul dengan anak-anak dari kelompok orang-orang kaya. Untuk menanggulangi masalah ini dengan sendirinya memerlukan adanya bimbingan, baik terhadap mereka yang datang dari golongan yang kurang mampu atau pun mereka dari golongan sebaliknya. Kebudayaan akan bimbingan timbul karena terdapat faktor yang menambah rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor tersebut seperti perubahan kontelasi keuangan, perkembagan pendidikan, dunia-dunia kerja, perkembangan komunikasi dll (Jonh), Pietrofesa dkk, 1980; M. Surya & Rochman N, 1986; dan Rocman N, 1987) 1. Individu sebagai Produk Lingkungan Sosial Budaya

MC Daniel memandang setiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya tuntutan biologisnya, tepapi juga tuntutan budaya ditempat ia hidup, tuntutan Budaya itu menghendaki agar ia mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang dapat diterima dalam budaya tersebut. Fullmer memandang lebih jauh individu mencapai kemanusiaannyayang unik itu berkat pengaruh nilai-nilai, aspirasi, ide-ide, harapan dan keinginan yang ditujukan kepadanya melalui lembaga-lembaga yang sengaja dikembangkan, yang semuanya itu berada dalam khasanah kebudayaan manusia. Tolbert memandang bahwa organisasi sosial, lembaga keagamaan, kemasyarakatan, pribadi, dan keluarga, politik dan masyarakat secara menyeluruh memberikan pengaruh yang kuat terhadap sikap, kesempatan dan pola hidup warganya. Unsur-unsur budaya yang ditawarkan oleh organisasi dan budaya lembaga-lembaga tersebut mempengaruhi apa yang dilakukan dan dipikirkan oleh individu, tingkat pendidikan yang ingin dicapainya, tujuantujuan dan jenis-jenis pekerjaan yang dipilihnya, rekreasinya dan kelompok-kelompok yang dimasukinya. Padersen memandang seluruh pengaruh unsur-unsur sosial-budaya dalam segenap tingkatannya tersebut membentuk unsur-unsur subjektif pada diri individu. Unsur-unsur subjektif itu meliputi berbagai konsep dan asosiasi, sikap, lepercayaan, penilaian, harapan dan keinginan, ingatan, pendapat, persepsi tentang peranan, stereotip, dan nilai. Bimbingan konseling harus mempertimbangkan aspek sosial budaya dalam pelayanannya agar menghasilkan pelayanan yang lebih efektif. 2. Bimbingan dan Konseling Antara Budaya Menurut Pedersen, dkk ada 5 macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi non verbal, stereotip, kecenderungan menilai, dan kecemasan. Menurut Sue dkk. (1992) konselor yang diharapkan akan berhasil dalam menyelenggarakan konseling antarbudaya adalah mereka yang telah mengembangkan tiga dimensi kemampuan, yaitu dimensi keyakianan dan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang sesuai dengan klien antarbudaya yang akan dilayani. Pedersen mengemukakan bahwa perbedaan dalam latar belakang ras atau etnik, kelas sosial ekonomi dan pola bahasa menimbulkan masalah dalam hubungan konseling, dari awal pengembangan hubungan yang akrab dan saling mempercayai (rapport) antara klien dan konselor, penstrukturan suasana konseling, sampai peniadaan sikap menolak diri klien. Beberapa Hipotesis yang dikemukakan Pedersen dkk (1976) tentang berbagai aspek konseling budaya antara lain: Makin besar kesamaan harapan tentang tujuan konseling antara budaya pada diri konselor dan klien maka konseling akan berhasil Makin besar kesamaan pemohonan tentang ketergantungan, komunikasi terbuka, maka makin efektif konseling tersebut

Makin sederhana harapan yang diinginkan oleh klien maka makin berhasil konseling tersebut Makin bersifat personal, penuh suasana emosional suasana konseling antar budaya makin memudahkan konselor memahami klien. Keefektifan konseling antara budaya tergantung pada kesensitifan konselor terhadap proses komunikasi Keefektifan konseling akan meningkat jika ada latihan khusus serta pemahaman terhadap permasalahan hidup yang sesuai dengan budaya tersebut. Makin klien kurang memahami proses konseling makin perlu konselor /program konseling antara budaya memberikan pengarahan tentang proses ketrampilan berkomunikasi, pengambilan keputusan dan transfer. Model konsleing yang khusus dirancang untuk pola budaya tertentu akan efektif digunakan terhadap klien-klien yang berasal dari budaya tersebut daripada budaya lainnya Konseling antarbudaya akan efektif apabila konselor memperlihatkan perhatian kepada kliennya sebagai seorang individu yang spesial .

B. Permasalahan-permasalahan yang Terjadi Dalam Landasan Sosial Budaya Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : a. Perbedaan bahasa Dalam perbedaan bahasa ini dapat meimbulkan permasalahan yang terjadi dalam Bimbingan Konseling yaitu, ketiadaan penguasaan bahasa asing yang dipakai oleh konselor atau guru pembimbing dalam proses konseling dengan latar budaya yang berbeda akan menyebabkan komunikasi dapat berhemti sama sekali, atau tersendat-sendat yang mengakibatkan terjadinya kekurang pengertian dan menimbulkan kesalahpahaman. b. Komunikasi non-verbal Dalam menggunakan Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna yang berbedabeda, dan bahkan mungkin bertolak belakang. Pesan-pesan yang disampaikan melalui isyarat, tanda-tanda atau bahasa non-verbal lainnya tidak banyak menolong, bahkan sering isyarat dan tanda-tanda yang sama dalam bahasa non-verbal itu memiliki arti yang berbeda-beda atau bahkan bertentangan dalam budaya yang berbeda dalam melakukan proses konseling. Sehingga hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan dalam bimbingan konseling, yaitu masih adanya konselor atau guru pembimbing dalam melakukan proses konseling kurang dapat memahami bahasa non-verbal muridnya pada saat melakukan konseling dengan muridnya yang latar belakang budayanya berbeda, hal ini mengakibatkan sulitnya mengetahui penanganan apa yang seharusnya diberikan kepada muridnya dalam membantu menyelesaikan permasalahannya.
10

c. Stereotipe Stereotipe cenderung menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif (social prejudice) yang biasanya tidak tepat. Hal ini dapat menimbulkan permasalahan yaitu menyebabkan seorang konselor atau guru pembimbing memandang sesuatu (khususnya orang lain) menurut kemauan orang yang memandangnya itu berdasarkan anggapan-anggapan yang sudah tertanam pada dirinya dan orang tersebut biasanya tidak mau menerima kenyataan-kenyataan yang berbeda dari anggapananggapannya, sehingga hal ini akan mempersulit proses konseling berjalan dengan baik. d. Kecenderungan menilai Penilaian terhadap orang lain memang sering dilakukan oleh individu-individu yang berkomunikasi. Kecenderungan menilai ini baik yang menghasilkan penilaian positif positif maupun negatif, seringkali didasarkan pada standar objektif, dan sering pula merangsang timbulnya reaksi-reaksi baik positif maupun negatif dari pihak yang menilai. Masih banyak guru-guru pembimbing disekolah yang mengahdapi siswanya yang melakukan kesalahan kemudian langsung memberikan penilaian terhadap siswanya tersebut tanpa mencari tahu apa yang menyebabkan permasalahan itu timbul. e. Kecemasan. Sumber hambatan komunikasi dan penyesuaian yang lain ialah kecemasan yang ada pada pihak-pihak yang berinteraksi dalam suasana antarbudaya. Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yang berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budaya dapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, dimana dan kapan harus berbuat sesuatu. Pada saat melakukan proses konseling masih ada konselor atau guru pembimbing yang mengalami kecemasan karena hambatan komunikasi dan penyesuaian dengan kliennya yang berbeda latar belakang budayanya, hal ini menimbulkan permasalahan sehingga proses konseling akan berjalan kaku tanpa komunikasi yang lancar. Agar komuniskasi sosial antara konselor dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi. C. Solusi Dari Permaslaaha-permasalahan yang Terjadi Dalam Landasan Sosial Budaya Solusi utama dari permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam Landasan Sosial Budaya, yaitu dengan adanya konseling profesional yang bersifat antarbudaya, atau bahkan multibudaya, yang merupakan kebutuhan yang amat mendesak bagi terselenggaranya pelayanan yang etis, dan hal ini merupakan bagian yang integral dari tugas profesional bimbingan dan konseling. Selain itu, meskipun agakmya tidak mungkin mengharapkan sebagian besar konselor memiliki keakraban dan keterampilan yang tinggi terhadap spektrum sosial budaya yang luas dan berbeda-beda, adalah tetap dimungkinkan, dan bahkan menjadi kewajiban kita, untuk menekankan (kepada seluruh konselor) penting dan perlunya sikap menghargai dan menjadi pertimbangan utama segenap aspek lingkungan sosial budaya yang unik yang berpengaruh terhadap tingkah laku klien.

11

Tuntutaan tentang kompetensi konselor di atas membawa implikasi terhadap pribadipribadi konselor serta sekaligus lembaga pendidikan dan latihan bagi konselor untuk meghilangkan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam Landasan Sosial Budaya. Kurikulum dan program pendidikan serta latihan (teori dan praktek) oleh konselor perlu mencakup pengkajian dan kegiatan praktek lapangan berkenaan dengan aspek-aspek sosial budaya klien yang berbeda-beda. Hal ini merupakan solusi kedua agar para Konselor dan guru pembimbing mengetahui secara mendalam tentang berbagai unsur konseling antarbudaya. Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya (2006) mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Hal tersebut merupakansolusi ketiga dari permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam Landasan Sosial Budaya. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik. D. Fungsi Sosial Budaya terhadap Pendidikan Dalam perkembangan landasan sosial budaya memiliki fungsi yang amat penting dalam dunia pendidikan yaitu : 1. Mewujudkan masyarakat yang cerdas Yaitu masyarakat yang pancasilais yang memiliki cita-cita dan harapan dapat demokratis dan beradab, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan bertanggung jawab dan berakhlak mulia tertib dan sadar hukum, kooperatif dan kompetitif serta memiliki kesadaran dan solidaritas antar generasi dan antara bengsa. 2. Transmisi budaya Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat pendidikan tinggi. 3. Pengendalian Sosial Pengendalian sosial berfungsi memberantas atau memperbaiki suatu perilaku menyimpang dan menyimpang terjadinya perilaku menyimpang. Pengendalian sosial juga berfungsi melindungi kesejahteraan masyarakat seperti lembaga pemasyarakatan dan lembaga pendidikan. 4. Meningkatkan Iman dan Taqwa kepada Tuhan YME Pendidikan sebagai budaya haruslah dapat membuat anak-anak mengembangkan kata hati dan perasaannya taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya. 5. Analisis Kedudukan Pendidikan dalam Masyarakat Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motif atau pola-pola gambarnya adalah lembaga pendidikan dan kain latarnya adalah masyarakat. Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat terjadi hubungan timbal balik simbiosis mutualisme. Pendidikan atau sekolah memberi manfaat untuk meningkatkan peranan mereka sebagai warga masyrakat.

12

PENUTUP
Kesimpulan Dari hasil hasil pembahasan yang telah disajikan pada bab II, secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kebudayaan adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat. 2. Bahwa pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan. 3. Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motif atau pola-pola gambarnya adalah lembaga pendidikan dan kain latarnya adalah masyarakat. Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat terjadi hubungan timbal balik simbiosis mutualisme. Pendidikan atau sekolah memberi manfaat untuk meningkatkan peranan mereka sebagai warga masyrakat

13

DAFTAR PUSTAKA
Made, Pidarta, Prof. Dr. 2007. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia , Rineka Cipta : Jakarta Ruswandi, Uus. Hermawan Heris, A. Nurhamzah. Landasan Pendidikan. Bandung: CV. Insan Mandiri, 2008. Sutikno Sobry, M. Landasan Pendidikan. Bandung: Prospect, 2008. Tim Sosiologi. Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Yudhistira, 2003. kirena may. Pada alamat [online] : http://maykirena.blogspot.com/2011/06/landasan-bklandasan-sosial-budaya.html www.newyouth.com/archives www.re-searchengines.com http://www.scribd.com/anaganeh/d/24800435-Landasan-BK http://adiatmoko.wordpress.com/2009/05/04/landasan-sosial-budaya-bimbingan/ http://carapedia.com/pengertian_definisi_sosial_menurut_para_ahli_info516.html http://maykirena.blogspot.com/2011/06/landasan-bk-landasan-sosial-budaya.html http://liberty-aries.blogspot.com/2012/02/bimbingan-konseling-pribadi-sosial.html http://himcyoo.wordpress.com/2011/12/01/landasan-sosial-budaya-bimbingan-dan-konseling/ http://sarjoni.wordpress.com/2011/05/20/landasan-dalam-bimbingan-dan-konseling/

14

You might also like