You are on page 1of 11

A.

Definisi Apoptosis Apoptosis (dari bahasa Yunani apo = "dari" dan ptosis = "jatuh") adalah mekanisme biologi yang merupakan salah satu jenis kematian sel terprogram. Apoptosis digunakan oleh organisme multisel untuk membuang sel yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh. Apaptosis adalah merupakan kematian sel yang terprogram, melalui proses kerusakan kromatin pada nukleus / inti sel, sel menyusut dengan pembentukan badan-badan apoptosom (apoptotic body) dan sel mengepak dirinya sendiri untuk dimakan makrofag. Apoptosis terjadi setiap hari dalam tubuh kita. Sel dalam tubuh ada yang berproliferasi (lahir) dan ada yang mati. Untuk terjadi apoptosis ada berbagai macam stimulus. Stimulusnya sangat regulated fashion (sangat terkontrol bukan sesuatu yang asal lalu mati). Apoptosis dibedakan dengan necrosis karena necrosis menginduksi inflamasi yang dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Proses dimana sel memegang peranan dalam kematiannya sendiri. Central pada apoptosis yaitu caspase yang beperan sebagai protein eksekutor. yang memutuskan sel untuk apoptosis. Caspase atau Cysteine Aspartate Specific proteases. Caspase belum aktif merupakan procaspase. Agar berfungsi maka caspase harus mengami aktivasi dengan pemotongan sisi karboksil dan pemotongan sisi terminal amino (jumlah amino) sehingga sisinya menempel sedemikian rupa sehingga menjadi active caspase. Ada stimulus tertentu yang merubah procaspase menjadi caspase. 1 molekul caspase dapat mengaktifkan molekul caspase yang lainnya (snowball effect). Hasil caspase-nya berbeda-beda yang memiliki fungsi masing-masing. Aktifnya caspase maka selanjutnya ada pembentukan vesikel, dan degradasi DNA. Sel mengalami apoptosis (DNA intake), kemudian mulai terlihat leader (DNA dipotong) dengan urutan tertentu sehingga punya pola tertentu (cirri-ciri sel yang mengalami apoptosis, sedangkan kalau necrosis DNA-nya remuk). Apoptosis berbeda dengan nekrosis. Apoptosis pada umumnya berlangsung seumur hidup dan bersifat menguntungkan bagi tubuh, contoh nyata dari keuntungan apoptosis adalah pemisahan jari pada embrio. Apoptosis yang dialami oleh sel-sel yang terletak di antara jari menyebabkan masingmasing jari menjadi terpisah satu sama lain. Bila sel kehilangan kemampuan melakukan apoptosis maka sel tersebut dapat membelah secara tak terbatas dan akhirnya menjadi kanker. Nekrosis adalah kematian sel yang disebabkan oleh kerusakan sel secara akut, Sel-sel

yang dimusnahkan karena cedera (seperti cedera oleh mekanikal, terinfeksi oleh toksik) dan mati melalui nekrosis memerlihatkan beberapa perubahan: a. Sel-sel tersebut (serta organel) menjadi bengkak kerana keupayaan membran plasma mengawal keluar masuk ion dan air terganggu b. isi sel bocor keluar c. keradangan berlaku dalam tisu berhampiran

B. Fungsi apoptosis Apoptosis dapat terjadi ketika sel mengalami kerusakan dan tidak dapat diperbaiki lagi. Keputusan untuk melakukan apoptosis berasal dari sel itu sendiri,dan dari jaringan yang mengelilinginya, atau berasal dari sel sistem imun. Pertimbangan dilakukan apoptois pada srl bergantung kepada keseimbangan antara:

a. Penerimaan isyarat positif, yaitu isyarat untuk terus hidup: sel tersebut masih dipertimbangkan untuk hidup ataupun tidak, tergantung dari kegunaan sel itu sendiri terhadap sel atau jaringan lainnya yang dipengaruhnya. Bila sel tersebut masih memiliki manfaat bagi yang lain, maka sel tersebut masih dipertimbangkan untuk hidup dan menjalankan tugasnya. b. Penerimaan isyarat negatif: penerimaan isyarat negative merupakan pertanda bila sel tersebut sudah tidak di ijinkan untuk terus hidup dan berkembang. Kerusakan DNA oleh oksidan atau agen lain, isyarat pada sel untuk siap melakukan proses apoptosis dengan penggabungan molekul-molekul tertentu melalui reseptor spesifik pada permukaan sel. Contoh-contoh isyarat ini termasuk:

faktor nekrosis tumor yang bergabung dengan reseptor TNF.

limfotoksin (TNF), yang juga bergabung dengan reseptor TNF.

Fas ligand (FasL), satu molekul yang bergabung dengan reseptor permukaan yang disebut Fas (atau CD95).

Suatu sel akan mengadakan proses apoptosis ketika :

1. Sebagai respon stress atau kerusakan DNA Kondisi yang mengakibatkan sel mengalami stress, misalnya kelaparan, atau kerusakan DNA akibat racun atau paparan terhadap ultraviolet atau radiasi, dapat menyebabkan sel memulai proses apoptosis.

2. Sebagai upaya menjaga kestabilan jumlah sel Pada organisme dewasa, jumlah sel dalam suatu organ atau jaringan harus bersifat konstan pada range tertentu Sel darah dan kulit, misalnya, selalu diperbarui oleh aktivitas pembelahan diri sel-sel progenitornya, tetapi pembelahan diri tersebut harus diseimbangkan dengan kematian sel yang sudah tua. Diperkirakan 50-70 milyar sel mati setiap harinya karena apoptosis pada manusia dewasa. Dalam satu tahun, jumlah pembelahan sel dan kematian yang terjadi pada tubuh seseorang mencapai kurang lebih sama dengan berat badan orang tersebut. Keseimbangan (homeostasis) tercapai ketika kecepatan mitosis (pembelahan sel) pada jaringan sama dengan kematian sel. Bila keseimbangan ini terganggu, salah satu dari hal berikut ini akan terjadi: a). Bila kecepatan pembelahan sel lebih tinggi daripada kecepatan kematian sel, akan terbentuk tumor b). Bila kecepatan pembelahan sel lebih rendah daripada kecepatan kematian sel c).Bila kecepatan pembelahan sel lebih rendah daripada kecepatan kematian sel, akan terjadi penyakit karena kekurangan sel.

3. Sebagai bagian dari pertumbuhan

Kematian sel terprogram merupakan bagian penting pada perkembangan jaringan tumbuhan dan organisme multisel. Sel yang mengalami apoptosis mengkerut, inti selnya mengecil, sehingga sel tersebut mudah difagositosis. Proses fagositosis memungkinkan komponen-komponen sel yang tersisa digunakan kembali oleh makrofaga atau sel-sel yang

berada di sekitarnya.

Apaptosis adalah merupakan kematian sel yang terprogram, melalui proses kerusakan kromatin pada nukleus / inti sel, sel menyusut dengan pembentukan badan-badan apoptosom (apoptotic body) dan sel mengepak dirinya sendiri untuk dimakan makrofag. Apoptosis terjadi setiap hari dalam tubuh kita. Sel dalam tubuh ada yang berproliferasi (lahir) dan ada yang mati. Untuk terjadi apoptosis ada berbagai macam stimulus. Stimulusnya sangat regulated fashion (sangat terkontrol bukan sesuatu yang asal lalu mati). Apoptosis dibedakan dengan necrosis karena necrosis menginduksi inflamasi yang dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Proses dimana sel memegang peranan dalam kematiannya sendiri. Central pada apoptosis yaitu caspase yang beperan sebagai protein eksekutor. yang memutuskan sel untuk apoptosis. Caspase atau Cysteine Aspartate Specific proteases. Caspase belum aktif merupakan procaspase. Agar berfungsi maka caspase harus mengami aktivasi dengan pemotongan sisi karboksil dan pemotongan sisi terminal amino (jumlah amino) sehingga sisinya menempel sedemikian rupa sehingga menjadi active caspase. Ada stimulus tertentu yang merubah procaspase menjadi caspase. 1 molekul caspase dapat mengaktifkan molekul caspase yang lainnya (snowball effect). Hasil caspase-nya berbeda-beda yang memiliki fungsi masing-masing. Aktifnya caspase maka selanjutnya ada pembentukan vesikel, dan degradasi DNA. Sel mengalami apoptosis (DNA intake), kemudian mulai terlihat leader (DNA dipotong) dengan urutan tertentu sehingga punya pola tertentu (cirri-ciri sel yang mengalami apoptosis, sedangkan kalau necrosis DNA-nya remuk).

Mekanisme induksi pemicu terjadinya apoptosis bisa karena radiasi, cell stress, infeksi virus, death receptors, grandzymes (sel mengeluarkan granzymes yang akan menginduksi apoptosis pada mekanisme imun). Apoptosis dibagi 2 jalur utama yaitu : intrinsik (Mitochondrial pathway) dan ekstrinsik (Death receptor).

Intrinsik: contohnya cellular stress (radiasi, infeksi virus, growth faktor, stress oksidasi) intinya sinyal apoptosisnya melalui pintu mitokondria yang melibatkan protein bcl-2 dan bugs (p53), walaupun dari luar tetapi hancurnya di mitokondria.

1. Jalur Intrinsik (Mitochondrial pathway apoptosis) Intinya: pelepasan sitokrom c. Karena begitu sitokrom c keluar maka akan diikat oleh Apaf-1 (apoptosis activating faktor), dia akan diikat dan membentuk CARD domain dan membentuk apoptoseome. Apoptosome akan mengaktivasi caspase 9 (caspase awal yang diaktifkan oleh release sitokrom c), sehingga caspase 9 akan mengaktivasi caspase selanjutnya (3,6,7) untuk selanjutnya caspase tersebut akan mengaktifkan system yang lain. Protein yang berperan dalam apoptosis yaitu BH1, BH2, BH3, BH4, artinya satu gen yang terdiri dari beberapa lobus. Bila yang dinyalakan BH1, BH2, BH3, BH4 maka akan menjadi Bcl2/Bcl-XL yang merupakan anti-apoptosis. Kalau yang dinyalakan BH1, BH2, BH3 (atau hanya BH3) maka akan menjadi pro-apoptosis. Pro-survival / anti apoptosis (Bcl-2, Bcl-XL, Bcl-w, Mcl-1, A1) dikepung oleh pro-apoptosis (molekul yang menginduksi -apoptosis yang disbanding oleh

gen yang sama tapi terjadi alternatif slpicing sehingga gen yang sama tetapi splicing berbeda bisa menjadi protein yang berbeda. Sehingga gen yang sama tetapi karena splicing yang berbeda bisa menjadi pro/anti-apoptosis. Pada kondisi sel yang normal, cytochrome c hanya ada pada mitochondria (dalam sel) karena dijaga oleh bcl2 protein supaya permeabilitas mitokondria selalu terjaga. Sebenarnya antara yang pro dan anti apoptosis selalu bersaing. Sehingga kalau banyak yang anti-apoptosis maka membrane mitokondria akan tetap intake dan sitokrom c tidak keluar. Tetapi kalau produksi bax berlimpah, maka akan mengganggu permeabilitas dan sitokrom c keluar, sehingga mulai apoptosis.

Anti apoptotic menghambat supaya BH123 tidak bergabung menjadi satu supaya sitokrom c tidak keluar. Selanjutnya karena adanya apoptotic stimulus sehingga BH123 mengumpul jadi satu akan memberikan jalan ke sitokrom c untuk menginduksi terjadinya apoptosis. Tetapi ada juga ada

apoptosis stimulus yang meng-inaktivasi Bcl2 sehingga BH123 tetap menjadi satu dan sitokrom c terlepas. Mitokondria juga melepaskan protein anti-IAP (untuk memblok caspase). IAP akan menempel pada caspase dan memblok caspase. Tetapi pada saat BH123 terlepas, anti IAP juga terlepas sehingga memblok supaya IAP tidak menghambat caspase. Caspase yang aktif pada jalur ini adalah dari procaspase 9 menjadi caspase 9, selanjutnya caspase 9 akan mengaktifkan caspase 3.

Caspase 3 termasuk dalam caspase eksekutor yang diaktifkan oleh caspase inisiator meliputi: caspase 8 dan caspase 9. Aktivasi apoptosis baik jalur ekstrinsik maupun jalur intrinsik akan berujung pada aktivasi caspase-3 sebagai caspase eksekutor. Apabila caspase-3 telah teraktivasi, terjadi determinasi tak terhindarkannya kematian sel, akan terjadi apoptosis. Cara penghambatan apoptosis melalui extraselular : Cara A: meningkatkan jumlah protein Bcl2, bila Bcl2 semakin banyak maka dia akan bersifat anti apoptosis sehingga apoptosisnya terblok. Cara B: meng-inaktifasi BH3 (pro-apoptosis) sehingga apoptosis tidak terjadi. Cara C: meng-inaktifasi anti-IAPs sehingga apoptosis tetap bisa diblok. Protein-protein berperan dalam apoptosis Famili protein Bcl-2 merupakan regulator apoptosis jalur intrinsik yang bekerja dengan mengontrol pelepasan cytochrome c dan protein intermembran mitokondria lainnya ke sitosol. Beberapa protein Bcl-2 merupakan pro-apoptosis yang memicu apoptosis dengan meningkatkan pelepasan cytochrome c ke sitosol, sedangkan protein Bcl-2 lainnya merupakan anti-apoptosis yang menghambat apoptosis dengan menghambat pelepasan cytochrome c ke sitosol. Protein Bcl-2 yang termasuk protein anti-apoptosis antara lain Bcl-2, Bcl-xL, Bcl-w, MCL-1, dan A1 (Alberts et.al., 2008).

Gen BCL2L1

Gen yang mengkode Bcl-xL adalah gen BCL2L1. Gen BCL2L1 (Bcl-2-like protein 1) memiliki nama lain yaitu BCL2L dan BCLX. Locus gen BCL2L1 yaitu 20q11.21 (pada subpita 2 pita 1 regio 1 lengan panjang kromosom 20). Gen BCL2L1 tersusun atas 59.537 pasang basa. Jumlah exonnya 4 (www.ensembl.org, www.uniprot.org, www.atlasgeneicsoncology.org). Struktur Bcl-xL Protein Bcl-xL merupakan suatu transmembran protein dengan berat molekul 26 kDa. Bcl-xL tersusun dari 233 asam amino (www.uniprot.org). Bcl-xL tersusun dari 2 helix hidrofobik yang terletak di sentral. Helixhelix hidrofobik tersebut dikelilingi oleh helix lain yang bersifat ampiphatic. Bcl-xL memiliki transmembran domain dan 4 domain Bcl-2 homology (BH) yaitu BH1, BH2, BH3, dan BH4. Domain BH1, BH2, dan BH3 letaknya saling berdekatan dan membentuk suatu celah hidrofobik yang panjang yang merupakan tempat untuk berikatan dengan domain BH3 milik protein Bcl-2 yang pro-apoptosis (Muchmore et.al., 1996). Bcl-xL terutama terletak di membran luar mitokondria. Selain itu, Bcl-xL juga terletak di di retikulum endoplasma dan pada membran nucleus. Bcl-xL berfungsi untuk menjaga integritas membran, mencegah pengeluaran protein intermembran dari mitokondria dan mencegah pengeluaran ion Ca2+ dari retikulum endoplasma (Alberts et.al., 2008).

Fungsi Bcl-xL Bcl-xL terutama berperan dalam penghambatan jalur intrinsik apoptosis. Pada saat terdapat stimulus apoptosis, Bcl-xL yang terdapat pada membran luar mitokondria diikat oleh Bad, suatu protein Bcl-2 pro-apoptosis, sehingga Bcl-xL tidak dapat melakukan fungsinya dalam menghambat apoptosis. Stimulus apoptosis menyebabkan Bax yang terdapat di sitosol akan bergerak menuju membran luar mitokondria. Di membran luar mitokondria, Bax mengalami oligomerisasi dan membentuk suatu kanal pada membran luar mitokondria. Sedangkan Bak yang merupakan transmembran protein pada membran luar mitokondria, segera mengalami oligomerisasi dan membentuk kanal pada membran luar mitokondria setelah terdapat stimulus apoptosis. Melalui kanal yang dibentuk oleh Bax dan Bak, cytochrome c serta protein intermembran akan keluar dari mitokondria menuju sitosol. Di sitosol, cytochrome c berikatan dengan Apaf-1. Apaf-1 kemudian berikatan dengan ATP dan mengalami oligomerisasi. Kemudian beberapa molekul procaspase 9 akan berikatan dengan Apaf-1, agregasi procaspase 9 tersebut akan menyebabkan procaspase 9 melakukan self-cleavage sehingga

procaspase 9 akan aktif menjadi caspase 9. Komplex Apaf-1, cytochrome c, caspase 9, serta ATP disebut apoptosome. Caspase 9 kemudian akan mengaktifkan caspase 3, 6, dan 7, yang memproteolisis protein-protein sel dan memicu terjadinya kematian sel.

Bcl-xL dapat melakukan fungsinya untuk menghambat apoptosis apabila terdapat survival stimulus. Stimulus survival akan mengaktifkan Phosphatidylinositol 3-Kinase/Akt Signaling Pathway. Akt yang mengalami aktivasi akan memfosforilasi Bad. Bad yang terfosforilasi akan melepaskan Bcl-xL, sehingga Bcl-xL dapat melaksanakan fungsinya untuk menghambat apoptosis. Bcl-xL akan mengikat Bak dan Bax. Bak dan Bax yang diikat oleh Bcl-xL tidak dapat mengalami oligomerisasi sehingga tidak dapat membentuk suatu kanal pada membran luar mitokondria, sehingga tidak terjadi pelepasan cytochrome c. Tidak adanya pelepasan cytochrome c menyebabkan tidak terbentuknya interaksi Apaf-1 dan cytochrome c, sehingga tidak terjadi caspase cascade yang memicu kematian sel (Goodman, 2008). Defek pada ekspresi gen BCL2L1 1. Adanya overekspresi gen BCL2L1 menyebabkan follicular lymphoma. Follicular lymphoma lebih disebabkan karena adanya defek pada apoptosis sel daripada karena adanya defek pada proliferasi sel. Bcl-xL berperan penting dalam regulasi apoptosis sel limfosit B. Apabila terjadi overekspresi gen BCL2L1, akan terjadi peningkatan ekspresi Bcl-xL pada sel limfosit B. Ekspresi Bcl-xL yang berlebihan mengakibatkan peningkatan survival sel limfosit B. Selain itu sel limfosit B juga resisten terhadap apoptosis sel yang dipicu oleh Fas (Zhao et.al., 2004). 2. Mutasi pada gen BCL2L1 berperan dalam tumorigenesis Non-Hodgkin Lymphoma. Mutasi missense pada kodon 154, yaitu perubahan susunan basa AGC menjadi GGC menyebabkan perubahan asam amino dari serine menjadi glycine. Mutasi ini berperan dalam tumorigenesis NonHodgkin Lymphoma, tetapi bagaimana mekanismenya, belum dapat diketahui (Yamaguchi et.al., 2002). 3. Penurunan ekspresi gen BCL2L1 pada masa embrio menyebabkan penurunan ekspresi Bcl-xL. Penurunan ekspresi Bcl-xL pada masa embrio menyebabkan kematian sel yang masif, terutama pada neuron-neuron yang imatur pada sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat yang sedang berkembang. Keadaan ini dapat mengakibatkan kematian embrio (Goodman, 2008).

A. Definisi NEKROSIS Nekrosis adalah kematian sel

Penyebab 1. Iskemia : kekurangan oksigen, metabolik lain 2. Infektif : bakteri, virus, dll 3. Fisiko-kimia : panas, sinas X, asam, dll

Terdapat 2 tipe : a. Nekrosis koagulatif Disebabkan oleh denaturasi protein sekular yang menimbulkan massa padar, menetap berhari-hari/berminggu-minggu larut dan dikeluarkan dari lisis enzimatik. Tipe ini ditemukan setelah kehilangan pasokan darajh, contoh pada infark b. Nekrosis kolikuatif Terjadi pelaritan yang cepat dari sel yang mati. Terutama terjadi pada susunan saraf pusat. pemecahan mielin perlunakan otak likuefaksi, contoh: setelah sumbatan vaskular

Penyebab Nekrosis 1. Iskhemi Iskhemi dapat terjadi karena perbekalan (supply) oksigen dan makanan untuk suatu alat tubuh terputus. Iskhemi terjadi pada infak, yaitu kematian jaringan akibat penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan dapat terjadi akibat pembentukan trombus. Penyumbatan mengakibatkan anoxia. Nekrosis terutama terjadi apabila daerah yang terkena tidak mendapat pertolongan sirkulasi kolateral. Nekrosis lebih mudah terjadi pada jaringanjaringan yang bersifat rentan terhadap anoxia. Jaringan yang sangat rentan terhadap anoxia ialah otak. 2. Agens biologik Toksin bakteri dapat mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh darah dan trombosis. Toksin ini biasanya berasal dari bakteri-bakteri yang virulen, baik endo maupun eksotoksin.

Bila toksin kurang keras, biasanya hanya mengakibatkan radang. Virus dan parasit dapat mengeluarkan berbagai enzim dan toksin, yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi jaringan, sehingga timbul nekrosis. 3. Agens kimia Dapat eksogen maupun endogen. Meskipun zat kimia merupakan juga merupakan juga zat yang biasa terdapat pada tubuh, seperti natrium dan glukose, tapi kalau konsentrasinya tinggi dapat menimbulkan nekrosis akibat gangguan keseimbangan kosmotik sel. Beberapa zat tertentu dalam konsentrasi yang rendah sudah dapat merupakan racun dan mematikan sel, sedang yang lain baru menimbulkan kerusakan jaringan bila konsentrasinya tinggi. 4. Agens fisik Trauma, suhu yang sangat ekstrem, baik panas maupun dingin, tenaga listrik, cahaya matahari, tenaga radiasi. Kerusakan sel dapat terjadi karena timbul kerusakan potoplasma akibat ionisasi atau tenaga fisik, sehingga timbul kekacauan tata kimia potoplasma dan inti. 5. Kerentanan (hypersensitivity) Kerentanan jaringan dapat timbul spontan atau secara didapat (acquired) dan menimbulkan reaksi imunologik. Pada seseorang bersensitif terhadap obat-obatan sulfa dapat timbul nekrosis pada epitel tubulus ginjal apabila ia makan obat-obatan sulfa. Juga dapat timbul nekrosis pada pembuluh-pembuluh darah. Dalam imunologi dikenal reaksi Schwartzman dan reaksi Arthus.

You might also like