You are on page 1of 15

STRATEGI PENGEMBANGAN E-GOV

BAB II KONSEP PENGEMBANGAN E-GOV


2.1. Konsep Dasar TIK Teknologi informasi dan komunikasi sampai sekarang telah

menunjukkan perkembangan yang begitu cepat (Naisbit, 1982). Sebagian besar aspek kehidupan manusia hampir pasti bersinggungan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), baik yang sifatnya privat maupun publik. Oleh karena itu lahirlah transformasi kehidupan manusia yang serba berbasis TIK. Salah satu konsep dari TIK adalah e-government. E-government adalah salah satu bukti transformasi area kehidupan dalam sektor publik yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi informasi. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah seiring dengan semakin bertambahnya penetrasi internet, sebagai bagian dari TIK, sekarang sangat mungkin meninggalkan prosedur lama yang terkesan kaku dan harus berbasis tatap muka. Fenomena di atas menunjukkan bahwa dengan adanya e-government masyarakat sebagai pengguna pelayanan publik dapat menikmati pelayanan yang lebih baik karena pelayan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan mudah tanpa dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Kantor pelayanan publik buka selama 24 jam dan dapat diakses dari manapun. Pelayanan publik di Indonesia yang telah banyak dinilai oleh banyak kalangan belum

menunjukkan kinerja yang memuaskan sangatlah mungkin diperbaharui melalui e-government. Apalagi dengan telah ditetapkannya Undang-Undang
Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 6

STRATEGI PENGEMBANGAN E-GOV

No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), hal ini menambah peluang bahwa transaksi pelayanan publik diperbolehkan melalui e-government.

2.2.Terminologi E-Goverment Secara terminologi e-government telah banyak dikembangkan baik oleh kalangan praktisi maupun akademisi sehingga definisi yang ada mengandung perspektif yang berbeda-beda. The World Bank Group (2001) mendefinisikan E-government sebagai penggunaan teknologi informasi oleh instansi pemerintah (seperti Wide Area Networks (WAN), internet, Mobile computing) yang dapat digunakan untuk membangun hubungan dengan masyarakat, dunia usaha, dan instansi pemerintah lainnya. Di pihak lain egovernment didefinisikan sebagai penggunaan teknologi informasi untuk membuka pemerintah dan informasi pemerintah untuk memungkinkan dinasdinas pemerintah untuk berbagi informasi demi kemanfaatan publik, untuk memungkinkan terjadinya transaksi secara online dan untuk mendorong pelaksanaan demokrasi. Terdapat terminologi lain dari e-government sebagai berikut:

E-government

applies

concepts

of

electronic

commerce

(e.g.

information and marketing through Web sites, selling to customers online) to government operations.

Refers to the federal governments use of information technologies (such as Wide Area Networks, the Internet, and mobile computing) to

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang

STRATEGI PENGEMBANGAN E-GOV

exchange information and services with citizens, businesses, and other arms of government.

Government activities that take place by digital processes over a computer network usually use the Internet, between the government and members of the public and entities in the private sector, especially regulated entities. These activities generally involve the electronic exchange of information to acquire or provide products or services, to place or receive orders, to provide or obtain information, or to complete financial transactions. The anticipated benefits of e-government include reduced operating costs for government institutions and regulated entities, increased availability since government services can be accessed from virtually any location, and convenience due to roundthe-clock availability.

It is the process of transforming government, so that the use of the internet and electronic processes are central to the way that government operates.

Electronic government services over the Internet (e.g. application forms, driving licenses, etc.).

The range of electronic services that enable transactions with the Government or electronic voting or improved interactive communication between the Government and the citizen. Dari berbagai definsi di atas sebenarnya dapat disarikan ke dalam kata

yang lebih singkat yakni bring the government service to the Web. Sedangkan definisi formal dari pemerintah Republik Indonesia, sebagaimana diatur oleh
Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 8

STRATEGI PENGEMBANGAN E-GOV

Depkominfo (Undang-Undang No. 11 tahun 2008) adalah pelayanan publik yang diselenggarakan melalui situs pemerintah dimana domain yang digunakan juga menunjukkan domain pemerintah Indonesia yakni go.id. Sehingga berdasarkan definisi formal ini, walaupun ada website yang secara real dikelola oleh pemerintah dan digunakan untuk pelayanan publik namun apabila tidak ber-domain go.id maka tidak masuk klasifikasi e-government.

2.3. Kegunaan E-Government E-Government merupakan suatu upaya untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang

STRATEGI PENGEMBANGAN E-GOV

Tabel 2.1. Pergeseran Paradigma dalam Penyampaian Pelayanan Publik Kriteria Pelayanan Publik Orientasi Paradigma Birokratis Paradigma e-government

Efisiensi biaya produksi

Fleksibel, pengawasan dan kepuasan pengguna (customer).

Proses organisasi

Merasionalisasikan Hirarki horisontal, jaringan peranan, pembagian tugas organisasi dan tukar dan pengawasan hirarki informasi vertical Manajemen berdasarkan peraturan dan mandat (perintah) Manajemen bersifat fleksibel, team work antar departemen dengan koordinasi pusat. Fasilitator, koordinatif dan entrepreneurship inovatif. Jaringan banyak tujuan dengan koordinasi pusat dan komunikasi langsung. Formal dan informal, umpan balik langsung, cepat dan banyak saluran Pertukaran elektronik dan interaksi non face-to-face. Penyeragaman bagi semua pengguna dan bersifat personal.

Prinsip manajemen

Gaya kepemimpinan Memerintah dan mengawasi Komunikasi internal Hirarki (berperingkat) dan top-down

Komunikasi eksternal Terpusat, formal dan saluran terbatas

Cara penyampaian pelayanan Prinsip-prinsip penyampaian pelayanan

Dokumen dan interaksi antar personal Terstandarkan, keadilan dan sikap adil

Sumber: Inovasi Online (2009)

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang

10

STRATEGI PENGEMBANGAN E-GOV

Implementasi e-government adalah sebagai suatu upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan transparansi serta akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan, oleh karena itu diperlukan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pemerintahan. Paradigma pelayanan pemerintah yang bercirikan pelayanan melalui birokrasi yang lamban, prosedur yang berbelit, dan tidak ada kepastian berusaha, maka diatasi melalui penerapan e-government. Paradigma pelayanan publik bergeser dari paradigma birokratis menjadi paradigma e-government yang mengedepankan efisiensi,

transparansi, dan fleksilbiltas, yang akhirnya bermuara pada kepuasan pengguna layanan publik. Pergeseran paradigma ini telah dikaji oleh Alfred (2002) (Lihat Tabel 2.1).

2.4. Klasifikasi Pengembangan E-Government Klasifikasi Pengembangan e-government dapat dibedakan atas tingkat kompleksitas pengembangan dan fasilitas yang tersedia untuk melayani masyarakat. Beberapa institusi dan pakar telah mengemukakan pendapat tentang klasifikasi pengembangan e-government, namun pada intinya dapat dibedakan kepada 4 klasifikasi (Inovasi Online,2009), yaitu : (1) Sebagai Informasi, yaitu e-government hanya digunakan untuk sarana publikasi informasi pemerintah secara on-line, misalnya profil daerah, peraturan, dokumen, dan formulir saja.

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang

11

STRATEGI PENGEMBANGAN E-GOV

(2)

Sebagai

Interaksi,

yaitu

e-government

sudah

menyediakan sarana untuk interaksi dua arah antara pejabat pemerintah dengan masyarakat sebagai

pengguna layanan publik, misalnya dalam bentuk sarana untuk menampung keluhan, forum diksusi, atau hotline nomor telepon atau email pejabat. (3) Sebagai Transaksi, sarana yaitu untuk e-government bertransaksi sudah bagi

menyediakan

masyarakat dalam menggunakan layanan publik, yakni transaksi yang melahirkan kesepakatan (deal) yang dapat disertai dengan pembayaran sebagai akibat dinikmatinya layanan publik yang telah digunakan. Misalnya trasaksi untuk pembayaran pajak atau retibusi. (4) Sebagai Integrasi, yaitu semua pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah di samping disediakan secara konvensional juga disediakan secara online melalui e-government.

2.5.

Kebijakan Pengembangan E-Government Guna menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi informasi

dan komunikasi serta untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik yang dijiwai oleh nilai-nilai good gevernance, maka Pemerintah RI dalam hal ini Departemen Komunikasi dan Informatika pada tahun 2003 telah

mengeluarkan beberapa panduan berkenaan dengan pengembangan eDiskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 12

STRATEGI PENGEMBANGAN E-GOV

government yang ditujukan kepada setiap instansi pemerintah antara lain (Depkominfo, 2003): 1. Panduan Pembangunan Infrastruktur Portal Pemerintah. 2. Panduan Manajemen Sistem Dokumen Elektronik Pemerintah . 3. Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan E-Government Lembaga. 4. Pedoman Penyelenggaraan Diklat ICT dlm Menunjang E-Government. 5. Pedoman tentang Penyelenggaraan Situs Web Pemerintah Daerah. Selanjutnya pada tahun 2004 Depkominfo juga mengeluarkan enam panduan berupa (Depkominfo, 2004): 1. Standar mutu dan jangkauan pelayanan serta pengembangan aplikasi (e-services). 2. Kebijakan tentang kelembagaan, otorisasi, informasi dan keikutsertaan swasta dalam penyelenggaraan. 3. Kebijakan pengembangan kepemerintahan yang baik dan manajemen perubahan. 4. Panduan tentang pelaksanaan proyek dan penganggaran egovernment. 5. Standar kompetensi pengelola e-government. 6. Blue-print aplikasi e-government pemerintah pusat dan daerah. Selanjutnya, tahun 2006 Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan kebijakan yang berhubungan dengan pemanfaatan TIK, yang secara tidak langsung memperkuat kebijakan dalam pengembangan e-government. Kebijakan tersebut adalah pembentukan Dewan Teknologi Informasi dan
Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 13

STRATEGI PENGEMBANGAN E-GOV

Komunikasi Nasional (Detiknas). Dewan yang dibentuk Presiden SBY melalui Keppres No. 20 pada tanggal 11 November 2006. Dewan ini diberi amanah untuk merumuskan kebijakan umum dan arahan strategis pembangunan nasional, melalui pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Selain itu Dewan juga diminta untuk melakukan pengkajian dalam menetapkan langkah-langkah penyelesaian permasalahan strategis yang timbul dalam rangka pengembangan TIK. Melakukan koodinasi dengan instansi pemerintah pusat/daerah, BUMN/BUMD, dunia usaha dan lembaga profesional dalam rangka pengembangan TIK. Selain itu dewan juga bertugas memberikan persetujuan atas pelaksanaan program TIK yang bersifat lintas departemen agar efektif dan efisien (Majalah e-Indonesia, 2007).

2.6.

Situasi E-Government di Indonesia Berbagai panduan yang telah dikeluarkan Depkominfo tersebut

menunjukkan bahwa Pemerintah RI serius dalam mengembangkan egovernment, di mana instansi pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah didorong untuk mengembangkannya. Namun keberhasilan

pengembangan e-government belum signifikan, terbukti dari e-government Readiness Indonesia masih menempati rangking bawah di antara negara lain di Asia Tenggara apalagi e-government reaadiness secara global, peringkat Indonesia lebih rendah lagi. Posisi Indonesia dalam E-Government Readiness baik di lingkungan Asia Tenggara dapat dijelaskan dalam Tabel 2.2.

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang

14

STRATEGI PENGEMBANGAN E-GOV

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Tabel 2.2. Global E-Government Readiness COUNTRY GLOBAL RANK IN 2004 2005 2008 SINGAPORE 8 7 23 MALAYSIA 42 43 34 THAILAND 50 46 64 PHILIPINES 47 41 66 BRUNEI 63 73 87 DARUSSALAM VIET NAM 112 105 91 INDONESIA 85 96 106 CAMBODIA 129 128 139 MYANMAR 123 129 144 EAST TIMOR 174 144 155 LAO, P.D.R 144 147 156

Sumber: Global E-Govermnet Readiness 2005 dan 2008

Di antara negara-negara Asia Tenggara, ternyata Indonesia pada tahun ini menempati posisi ke tujuh di bawah Brunei Darussalam dan Vietnam, dan hanya satu tingkat lebih tinggi daripada Kamboja. Sedangkan untuk tataran global, posisi Indonesia juga tidak mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 berada pada posisi ke 85, tahun 2005 menempati ranking 86, kemudian pada tahun ini posisi Indonesia merosot lagi menjadi ranking 106 (lihat Tabel 2.2). Dengan demikian, fenomena di atas menarik untuk dikaji guna mengetahui permasalahan e-government di Indonesia. Oleh karena itu, telah dilakukan review terhadap website pemerintah daerah mulai tanggal 2 sampai dengan 6 Mei 2008 (Rokhman, 2009). Propinsi Jawa Tengah dijadikan

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang

15

STRATEGI PENGEMBANGAN E-GOV

sampel secara purposive karena e-government kabupaten dan kota di Propinsi Jawa Tengah pernah mendapatkan penghargaan nasional dari Warta Ekonomi, yaitu e-government Kabupaten Kebumen pada tahun 20042005 dan Sragen pada tahun 2007. Propinsi Jawa Tengah terdiri dari 30 kabupaten dan enam kotamadya. Masing-masing website kabupaten dan kota telah diakses dan dikaji melalui aspek level pengembangan dan menu dan fasilitas yang disediakan. Berdasarkan hasil survei beberapa temuan yang menarik adalah sebagai berikut (Rokhman, 2009): (A) Dari 30 kabupaten dan enam kota, hanya 24 kabupaten (80%) dan lima kota (83%) yang sudah mempunyai website yang dapat diakses, selebihnya setelah dilakukan pencarian dengan menggunakan search engine Google dan Yahoo, website kabupaten dan kota yang bersangkutan tidak ditemukan. Mayoritas website pemerintah

kabupaten dan kota yang sudah dapat diakses masuk dalam level pertama yakni hanya mempublikasikan informasi seputar profil daerah tersebut, dan kebanyakan terdiri dari menu utama: (1) profil daerah, (2) prosedur pelayanan publik, dan (3) berita daerah bersangkutan yang sumbernya sebagian besar bukan dari kabupaten atau kota sendiri tapi hanya mengambil dari media lain. Berita yang ditampilkan juga tidak selamanya ter-update dengan baik karena ada daerah yang

menyajikan berita yang sudah basi. (B) Dari 24 kabupaten dan lima kota yang websitenya dapat diakses, hanya 12 dari website kabupaten (40%) yang dapat dikategorikan pada level interaksi. Sedangkan lima website kota semuanya (100%) sudah
Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 16

STRATEGI PENGEMBANGAN E-GOV

ber-level interaksi. Aplikasi fasilitas interaksi yang disediakan antara lain: (1) Buku tamu, (2) forum, (3) chatting, (5) link kontak, dan (6) polling. Hasil survei menunjukkan fasiltas tersebut kurang berfungsi dengan baik dibuktikan dengan: A. Buku tamu hanya menampilkan keluhan masyarakat tanpa ada respon dari pejabat atau staf briokrasi terkait ataupun dari admin website. Bahkan ada buku tamu yang hanya ditujukan kepada admin hanya bersifat interaksi satu arah. B. Forum diskusi juga masih kosong tidak ada aktivitas. Beberapa website baru membuat topik diskusi namun sama sekali tidak ada aktivitas C. Fasilitas chatting yang disediakan hanya untuk chat antar user, bukan chat dengan pejabat atau staf birokrasi terkait berkaitan dengan pelayanan publik. d. Website yang menyediakan fasilitas polling belum dapat dimanfaatkan untuk menjaring aspirasi masyarakat terhadap isu daerah yang bersangkutan sebagai bagian dari proses

pengambilan keputusan pemerintah daerah. (C) Dari website kabupaten dan kota yang telah mengembangkan egovernment tidak ada satu pun yang termasuk level ketiga yakni level transaksi untuk pelayanan publik. Ada beberapa kabupaten/kota yang sudah menyediakan menu Layanan Publik, tapi masih berifat informatif saja, sekedar menampilkan persyaratan dan prosedur layanan.

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang

17

STRATEGI PENGEMBANGAN E-GOV

2.7.

Kendala Pengembangan E-Government Kendala utama dalam pengembangan e-government jika ditinjau dari

perspektif birokrasi sebagai penyelenggara layanan publik melalui elektronik adalah sebagai berikut (Rokhman, 2009): (a) Peopleware, yaitu merupakan kemampuan para pejabat birokrasi maupun staff dalam menggunakan internet yang masih sangat terbatas. Hal ini terbukti dari masih sangat tergantungnya birokrasi dalam pengembangan e-government terhadap pihak luar.

Operasionalisasi e-government juga tidak berjalan lancar ditandai dengan sarana interaksi yang disediakan tidak ada aktivitas yang berarti. (b) Hardware, yakni berkaitan dengan teknologi dan infrastuktur.

Terbatasnya hardware dan software serta masih sedikitnya instansi pemerintah yang terhubung pada jaringan baik lokal (LAN) maupun global (Internet) menyebabkan perkembangan e-government tidak dapat berjalan lancar. (c) Organoware, yaitu hambatan birokrasi instansi pemerintah seringkali dalam mengoperasionalkan e-government menemui kendala dalam aspek organisasi. Kendala ini ditandai dengan tidak fleksibelnya Struktur Organisasi dan Tatakerja (SOT) birokrasi yang dapat mewadahi perkembangan baru model pelayanan publik melalui egovernment. Para admin e-government di beberapa daerah yang selalu memonitor pengaduan masyarakat tidak mempunyai wewenang
Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 18

STRATEGI PENGEMBANGAN E-GOV

dan kemampuan untuk langsung berinteraksi dengan masyarakat misalnya dalam memberikan jawaban. Sedangkan untuk meminta pejabat atau pegawai yang terkait untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan masyarakat, para admin tersebut tidak mempunyai wewenang. Hambatan birokrasi lainnya adalah belum adanya regulasi yang mengijinkan transaksi melalui media elektronik dapat dianggap sah. Walaupun sudah ada Undang-Undang ITE namun belum ada Juklak dan Juknis. Disamping SOT dan regulasi, hambatan

organoware berikutnya adalah terbatasnya dana yang tersedia untuk pengembangan dan operasionalisasi e-government di daerah.

Pemerintah pusat hanya menyediakan kerangka kebijakan dan panduan tidak disertai dengan alokasi dana sehingga harus

ditanggung oleh daerah yang bersangkutan. Berdasarkan hambatan-hambatan di atas sangat logis jika potret egovernment di negara Indonesia mayoritas masih dalam level yang paling dasar yaitu level informasi, sedangkan yang sudah masuk level kedua pun (interaksi) belum bisa berfungsi dengan baik. Dari semua penjelasan di atas, jelaslah bahwa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di atas, telah menawarkan solusi untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik yang lebih berbasis good governance. Pemanfaatan e-government bagi birokrasi diharapkan dapat menjadi alternatif bagi reformasi birokrasi menuju pelayanan yang lebih baik. Walaupun sejak tahun 2003 Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan mengenai egovernment namun pada kenyataannya potret e-government masih dalam
Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang 19

STRATEGI PENGEMBANGAN E-GOV

level rendah baik level pengembangannya maupun level dalam Global EGovernment Readiness. Keadaan ini disebabkan oleh tiga hambatan utama yakni sumberdaya manusia, hardware, dan birokrasi.

Diskominfo Kota Palembang dan Lepkadi Cabang Palembang

20

You might also like