You are on page 1of 72

PENGARUH LAJU ALIR UDARA DAN LAMA INKUBASI TERHADAP HIDROLISIS IN SITU MINYAK JARAK DALAM BIJI JARAK

UNTUK PRODUKSI ASAM RISINOLEAT

Oleh HEVY SUSANTI F34101066

2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Kupersembahkan karya ini untuk Ibu, Bapak, adikku Hendra, dan Mas Fajar serta orang-orang yang kusayangi

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain

PENGARUH LAJU ALIR UDARA DAN LAMA INKUBASI TERHADAP HIDROLISIS IN SITU MINYAK JARAK DALAM BIJI JARAK UNTUK PRODUKSI ASAM RISINOLEAT

SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh HEVY SUSANTI F34101066

2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Hevy Susanti. F34101066. Pengaruh Laju Alir Udara dan Lama Inkubasi Terhadap Hidrolisis In Situ Minyak Jarak dalam Biji Jarak untuk Produksi Asam Risinoleat. Di bawah bimbingan Prayoga Suryadarma. 2006.

RINGKASAN
Tanaman jarak (Ricinus communis L.) dapat menghasilkan minyak jarak yang memiliki kandungan asam risinoleat sebesar 87 persen (Swern, 1979). Asam risinoleat sangat mudah dimodifikasi menjadi berbagai macam produk karena memiliki ikatan rangkap dan dua gugus aktif yaitu gugus hidroksil dan karboksil (Ramamurthi et al., 1998). Selama ini asam risinoleat dihasilkan dari proses hidrolisis minyak jarak. Hidrolisis minyak dapat dilakukan secara enzimatis dengan memanfaatkan lipase sebagai biokatalisator. Namun, proses hidrolisis enzimatis belum umum digunakan karena memerlukan waktu yang lebih lama, proses kontinyu relatif lebih sulit dan harga enzim yang lebih mahal. Penggunaan teknik hidrolisis in situ diharapkan dapat memperbaiki proses hidrolisis enzimatik yang ada saat ini. Teknik hidrolisis in situ dilakukan dengan memanfaatkan kandungan enzim lipase alami dalam biji jarak yang jumlahnya sangat besar, serta mikroorganisme penghasil lipase yang ditumbuhkan pada biji jarak. Teknik ini dilakukan dengan menginkubasi biji jarak dalam inkubator dengan kondisi proses terkontrol. Agar proses hidrolisis in situ berjalan lebih optimal, dilakukan pengaturan kondisi inkubasi yang meliputi laju alir udara dan lama inkubasi sehingga dihasilkan minyak dengan bilangan asam yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh faktor laju alir udara dan lama inkubasi terhadap sifat fisikokimia minyak jarak, serta mengetahui permukaan respon parameter bilangan asam minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak. Parameter fisikokimia yang diamati meliputi bilangan asam, bilangan iod, bilangan penyabunan dan indeks bias. Penelitian dilakukan dalam empat tahap, yaitu analisis proksimat biji jarak, karakterisasi awal minyak jarak, penentuan pengaruh faktor terhadap sifat fisikokimia minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak, identifikasi kapang pada biji jarak, dan analisis permukaan respon parameter bilangan asam. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan faktorial dua taraf dengan dua faktor perlakuan yaitu laju alir udara dan lama inkubasi. Untuk mengetahui permukaan respon dari parameter bilangan asam digunakan Metode Permukaan Respon (Response Surface Methodology). Nilai rendah dan tinggi untuk laju alir udara adalah 563 dan 1102 ml/menit, sedangkan untuk lama inkubasi adalah 4 dan 7 hari. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa laju alir udara berpengaruh positif terhadap peningkatan bilangan asam pada tingkat signifikansi 94,31 persen. Interaksi laju alir udara dengan lama inkubasi juga masih berpengaruh positif terhadap peningkatan nilai bilangan asam pada tingkat kepercayaan 80 persen. Pada tingkat kepercayaan 96,82 persen, interaksi antara laju alir udara dan lama inkubasi berpengaruh positif terhadap peningkatan bilangan penyabunan. Lama inkubasi juga berpengaruh terhadap bilangan penyabunan pada tingkat signifikansi 90 persen. Pengaruh linear dari laju alir udara, lama inkubasi, maupun interaksi kedua faktor tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai bilangan iod maupun indeks bias minyak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak. Uji mikrobiologi menunjukkan bahwa pada biji jarak yang telah diinkubasi, teridentifikasi jenis kapang penghasil lipase antara lain Aspergillus niger, Rhizopus sp., dan Penicillium sp. Hasil analisis canonical menunjukkan bahwa model permukaan respon bilangan asam berbentuk sadel sehingga nilai optimum tidak dapat ditentukan. Hasil pendugaan nilai terbaik dari bilangan asam sebesar 37,81 mg KOH/g minyak, dihasilkan pada kondisi inkubasi dimana laju alir udara sebesar 1208,22 ml/menit dan lama inkubasi 6,03 hari.

Hevy Susanti. F34101066. Effects of Air Flow Rate and Incubation Period on In Situ Hydrolysis of Castor Oil in Castor Seed for Ricinoleic Acid Production. Supervised by Prayoga Suryadarma. 2006.

SUMMARY
Castor oil which contain 87 % of ricinoleic acid can be produced from castor plant (Ricinus communis L.). Ricinoleic acid is a versatile compound due to its three active groups i.e. hydroxyl group, carboxyl group and double bond (Ramamurthi et al., 1998). Up to now, ricinoleic acid can be produced by hydrolyzing castor oil. Oil hydrolysis can be carried out by enzymatic hydrolysis using lipases as biocatalyst. However enzymatic hydrolysis is not commonly used because it needs longer period, more complicated continuous process of enzymatic hydrolysis, and more expensive enzyme cost. Application of in situ hydrolysis method is expected will improve enzymatic hydrolysis nowadays. In situ hydrolysis is carried out by exploiting a huge amount natural lipases in castor seed and the microorganism grown in castor seed. In this method, castor seed is incubated in incubator with controlled condition. To accomplish an optimum process, incubation condition, which consist of air flow rate and incubation period, should be controlled in order to produce oil with high acid number. The aims of this research are to determine effects of air flow rate and incubation period to physical-chemical characteristics of castor oil and to find out the respon surface of acid number from castor oil produced with Surface Respon Methodology. Physicalchemical characteristics of castor oil consist of acid number, iodine number, saponification number, and refractive index. This research is carried out in four steps, characterization of castor seed, precharacterization of castor oil, study of air flow rate and incubation period effects to physical-chemical characteristics of castor oil, respon surface analysis of acid number and mold identification at castor seed. The experimental design used in this researh is two level factorial with two treatment, air flow rate and incubation period. While to determine the optimum condition from main parameter using Response Surface Methodology. Low and high value for air flow rate are 563 and 1102 ml/minute, while for incubation period are 4 and 7 days. Statistic analysis indicated that air flow rate has positive influence for the increasing of acid number at 94.31 percent significancy. Interaction between air flow rate and incubation period is also significant for the increasing of acid number at 80 percent significancy. The most significant effect on saponification number is interaction between air flow rate and incubation period. It has positive influence for the increasing of saponification number at 96.82 percent significancy. While incubation period also significant for the increasing of saponification number at 90 percent significancy. Linear influence of air flow rate, incubation rate, or both interaction, does not influence sigficantly to iodine number or refractive index. Mold identification showed that lipases producer grown in incubated castor seed, i.e. Aspergillus niger, Rhizopus sp., and Penicillium sp. Canonical analysis showed that surface respon model of acid number is a saddle point, so that the optimum value can not be determined. Estimation of the best acid number is 37.81 mg KOH/g oil with incubation condition of 1208.22 ml/minute air flow rate and 6.03 day incubation period.

SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul : Pengaruh Laju Alir Udara dan Lama Inkubasi Terhadap Hidrolisis In Situ Minyak Jarak dalam Biji Jarak untuk Produksi Asam Risinoleat adalah karya asli saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing akademik, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.

Bogor, Pebruari 2006 Yang Membuat Pernyataan

Hevy Susanti F34101066

BIODATA PENULIS
Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara yang dilahirkan di Madiun pada tanggal 10 Mei 1983 dari seorang ibu bernama Suwartini dan ayah bernama Munawan. Pendidikan dasar penulis dimulai sejak tahun 1989 di SDN Bangsal 2 Kediri, lalu pada tahun 1990 dipindahkan ke SDN Bajulan 3 Nganjuk hingga selesai pada tahun 1995. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Nganjuk, kemudian melanjutkan pendidikan menengahnya di SMU Negeri 2 Nganjuk. Pada tahun 2001 penulis berhasil diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada Departemen Teknologi Industri Pertanian melalui jalur USMI. Pada saat menjalani kegiatan akademis, penulis aktif pada berbagai organisasi kemahasiswaan antara lain Badan Eksekutif Mahasiswa FATETA (BEM FATETA) periode 2002-2003, Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri (HIMALOGIN) periode 2002-2003, dan Himpunan Mahasiswa Islam cabang Bogor (HMI) periode 2002 - 2004. Selama masa perkuliahan penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Laboratorium Bioproses pada Departemen Teknologi Industri Pertanian. Pada tahun 2004, penulis melaksanakan Praktek Lapang di PT. Arnotts Indonesia dengan topik Mempelajari Preaplikasi Sistem Manajemen Mutu Seri ISO 9000 : 2000 di Departemen Sandwich PT Arnott's Indonesia. Penulis mengakhiri masa studi di IPB setelah menyelesaikan skripsi berjudul Pengaruh Laju Alir Udara dan Lama Inkubasi Terhadap Hidrolisis In Situ Minyak Jarak dalam Biji Jarak untuk Produksi Asam Risinoleat.

TERIMA KASIHKU
Yang Pertama dan Utama yaitu Atas segala rahmat dan nikmat yang telah dilimpahkan-Nya padaku Ibu dan Bapak...doamu adalah harapanku, kesempatanku, motivasiku serta memberikan kekuatan untuk terus berkarya dan berbakti Adikku Hendra...teteplah jadi Adek yang baik yach!!! Mas Fajar... makasih untuk semua pengertian, kesabaran juga kasih sayangnya selama ini, ilmu sabar dan semangat-nya pasti Adek inget. Tuk Bpk & Ibu Cip, d Lia atas doa, dukungan dan rasa kekeluargaannya Goldati Titut Agritha... tengkyu banget untuk semua pengertian dan persaudaraan yang unik dan indah ini. Thanks udah ngejagain dan ngebantuin Vitut selama ini. Jalin terus persaudaraan kita ya... Sister and Brotherku tersayang : Yuni, Indi, Wanto, Fahmy, Galih, Dicki, Aji, Rifqi...makasih untuk semangat, dorongan, dan kebersamaan selama ini. Semoga tali persaudaraan ini akan selalu abadi Yeni Mbok Trie (teman seperjuanganku)...thanks atas kebersamaan selama penelitian, ingatlah kesabaran tiada batasnya dan selalu ada hikmah atas apa yang terjadi pada kita. Buat Mas Lilik...makasih untuk nasehat2nya selama ini pada kami Nia Nong, Nisa, Oo, Ani, Wiwin, Yuni Jo, Ibuk, Frida, Mela, Asti, Febby, Anas, Slamet, Mas Ferry, Johar, Choy, keluarga besar TINers 38... makasih atas kebersamaan kita sekarang dan selamanya Perwira 46 crew Fadia, Anez, Memel, Herdi, juga semuanya makasih untuk semua kebersamaan yang indah selama ini Seluruh pengurus HMI cabang Bogor 2002-2004, HIMALOGIN dan

BEM FATETA 2002-2003... terima kasih telah memberikan pengalaman yang sangat berharga dalam berorganisasi. Semoga kekeluargaan yang telah terjalin akan abadi walaupun terhambat oleh jarak Teteh Ellis dan Synthia...makasih tuk jadi sahabat baikku dari kota kecil Nganjuk, semoga persahabatan kita tidak akan pudar selamanya Seluruh adik-adik kelasku TIN 39 dan TIN 40, terutama untuk Reni dan Ryan (TIN 39) semoga sukses dan selalu semangat Terima kasih untuk semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu

20

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji hanyalah milik Allah SWT. Penulis memanjatkan rasa syukur ke hadirat-Nya atas segala rahmat, karunia, dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat melakukan penelitian serta menyelesaikan skripsi ini. Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, dengan perasaan tulus penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prayoga Suryadarma STP, MT., selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan selama penulis menjalani kegiatan akademis di Departemen Teknologi Industri Pertanian, 2. Ibu Dr. Ir. Ani Suryani, DEA dan Bapak Ir. Andes Ismayana, MT., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan masukan bagi kesempurnaan skripsi ini, 3. Keluarga penulis yaitu Bapak, Ibu dan Adik tercinta yang telah mengisi harihari indah dalam hidup ini dengan kasih, doa dan bimbingan yang tak pernah lekang oleh waktu. Semoga Allah senantiasa melimpahkan barokah dan hidayah-Nya, 4. Segenap laboran dan staff di Departemen Teknologi Industri Pertanian yang telah membimbing dan membantu penulis selama penelitian. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat menghargai masukan dan kritik yang dapat menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Amin. Bogor, Pebruari 2006

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ...................................................................................... i DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... I. PENDAHULUAN ...................................................................................... A. LATAR BELAKANG .......................................................................... B. TUJUAN ............................................................................................... C. RUANG LINGKUP .............................................................................. II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. A. BIJI JARAK (Ricinus communis L.) .................................................... B. REAKSI HIDROLISIS ......................................................................... C. ENZIM LIPASE ................................................................................... v 1 1 3 3 4 4 6 8

D. ASAM RISINOLEAT .......................................................................... 10 III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 13 A. ALAT DAN BAHAN ........................................................................... 13 1. Alat .................................................................................................. 13 2. Bahan .............................................................................................. 14 B. METODE PENELITIAN ...................................................................... 14 C. RANCANGAN PERCOBAAN ............................................................ 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 19 A. ANALISIS PROKSIMAT BIJI JARAK .............................................. 19 B. KARAKTERISASI AWAL MINYAK JARAK .................................. 21 C. PENGARUH FAKTOR LAJU ALIR UDARA DAN LAMA INKUBASI ........................................................................................... 22 D. PERMUKAAN RESPON PARAMETER BILANGAN ASAM ......... 33 V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 40 A. KESIMPULAN ..................................................................................... 40 B. SARAN ................................................................................................. 40 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 41 LAMPIRAN ...................................................................................................... 44

ii

DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Komposisi biji jarak .......................................................................... Tabel 2. Spesifikasi persyaratan mutu biji jarak ............................................. Tabel 3. Sifat fisikokimia minyak jarak .......................................................... Tabel 4. Kandungan asam lemak minyak jarak .............................................. 5 5 6 6

Tabel 5. Nilai rendah dan tinggi perlakuan ..................................................... 17 Tabel 6. Matriks rancangan faktorial dari masing-masing faktor reaksi ........ 18 Tabel 7. Hasil analisis proksimat biji jarak ..................................................... 19 Tabel 8. Hasil karakterisasi awal sifat fisikokimia minyak jarak ................... 21 Tabel 9. Koefisien parameter dan nilai signifikansi bilangan asam ............... 24 Tabel 10. Koefisien parameter dan nilai signifikansi bilangan iod .................. 27 Tabel 11. Koefisien parameter dan nilai signifikansi bilangan penyabunan .... 29 Tabel 12. Koefisien parameter dan nilai signifikansi indeks bias ..................... 33 Tabel 13. Koefisien parameter dan nilai signifikansi optimasi bilangan asam .. 35

iii

DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Asam risinoleat ............................................................................ Buah jarak .................................................................................... Tahapan hidrolisis trigliserida yang dikatalisis oleh lipase ......... 1 4 7

Penampang membujur biji jarak .................................................. 10 Ikatan rangkap dan dua gugus aktif dalam asam risinoleat ......... 10 Skema inkubator dan komponen penyusunnya ............................ 13 Inkubator yang digunakan dalam penelitian ................................ 14 Diagram alir tahapan penelitian ................................................... 15 Biji jarak (Ricinus communis L.) ................................................. 19

Gambar 10. Pengaruh interaksi laju alir udara masuk (X1) dan lama inkubasi (X2) terhadap bilangan asam ......................................... 26 Gambar 11. Reaksi dekomposisi hidroperoksida ............................................ 31 Gambar 12. Pengaruh interaksi laju alir udara (X1) dan lama inkubasi (X2) terhadap bilangan penyabunan .............................. 31 Gambar 13. Hubungan laju alir udara (X1) dan lama inkubasi (X2) terhadap bilangan asam ................................................................ 34 Gambar 14. Pengaruh lama inkubasi (X2) terhadap bilangan asam pada laju alir udara tinggi ..................................................................... 36 Gambar 15. Pengaruh lama inkubasi (X2) terhadap bilangan asam pada laju alir udara rendah ................................................................... 37 Gambar 16. Pengaruh laju alir udara (X1) terhadap bilangan asam pada lama inkubasi tinggi ..................................................................... 38 Gambar 17. Pengaruh laju alir udara (X1) terhadap bilangan asam pada lama inkubasi rendah ................................................................... 39

iv

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Prosedur analisis proksimat biji jarak ....................................... 44 Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak ............................... 48 Data analisis minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak ........................................................................................... 51 Hasil pengujian mikrobiologi kapang pada biji jarak ............... 52

Lampiran 5a. Hasil analisis keragaman bilangan asam terhadap pengaruh laju alir udara dan lama inkubasi .............................................. 53 Lampiran 5b. Koefisien parameter, standar deviasi dan nilai pada analisis bilangan asam ............................................................................ 53 Lampiran 6a. Hasil analisis keragaman bilangan iod terhadap pengaruh laju alir udara dan lama inkubasi .............................................. 53 Lampiran 6b. Koefisien parameter, standar deviasi dan nilai pada analisis bilangan iod ............................................................................... 53 Lampiran 7a. Hasil analisis keragaman bilangan penyabunan terhadap pengaruh laju alir udara dan lama inkubasi .............................. 54 Lampiran 7b. Koefisien parameter, standar deviasi dan nilai pada analisis bilangan penyabunan ................................................................ 54 Lampiran 8a. Hasil analisis keragaman indeks bias terhadap pengaruh laju alir udara dan lama inkubasi .............................................. 54 Lampiran 8b. Koefisien parameter, standar deviasi dan nilai pada analisis indeks bias ................................................................................. 54 Lampiran 9a. Hasil analisis keragaman optimasi bilangan asam terhadap pengaruh laju alir udara dan lama inkubasi .............................. 55 Lampiran 9b. Koefisien parameter, standar deviasi dan nilai pada analisis optimasi bilangan asam ............................................................. 55 Lampiran 9c. Hasil pendugaan optimasi terhadap nilai bilangan asam .......... 55 Lampiran 10. Dokumentasi ............................................................................. 56

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Tanaman jarak (Ricinus communis L.) merupakan tanaman tahunan yang hidup di daerah tropis maupun sub tropis. Tanaman ini dapat dibudidayakan dengan sistem tumpang sari pada lahan kering. Pada tahun 2000, luas area tanaman jarak di Indonesia telah mencapai 12.791 hektar dengan produksi biji jarak sebesar 1.504 ton/tahun. Produksi biji jarak di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sampai akhir tahun 2003, produksi biji jarak Indonesia telah mencapai 2.978 ton/tahun (Departemen Pertanian, 2004). Harga ekspor biji jarak saat ini mencapai US$ 0,32/kg atau Rp 3.100/kg (www.nafed.go.id, 2005). Tanaman jarak menghasilkan biji jarak yang memiliki kandungan minyak sekitar 54 persen. Minyak jarak mengandung komponen asam lemak yang 90 persen terdiri dari asam risinoleat. Asam risinoleat memiliki ikatan rangkap dan dua gugus aktif, yaitu gugus hidroksil dan gugus karboksil, yang menjadikan minyak jarak mudah dimodifikasi (Ramamurthi et al., 1998). Harga asam risinoleat saat ini mencapai US $57,98/500 ml, jauh lebih tinggi daripada harga minyak jarak sendiri yang bernilai US $7,55/l (www.sciencelab.com, 2005). Asam risinoleat dan turunannya dapat digunakan dalam industri surface-active agents, plasticizer, aditif minyak pelumas, serta bahan kimia seperti sebacic acid, methyl n-hexyl ketone, capryl alcohol, 10-undecylenic acid, dan heptaldehid (Kirk dan Othmer, 1964). Selain itu asam risinoleat juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat sakit lambung, emulsifier dalam cat dan tinta, bahan sabun dan kosmetik, bahan campuran plastik dan karet, serta antibioterapi. Rumus molekul asam risinoleat dapat dilihat pada Gambar 1. H H H H H CH3(CH2)4C C C C C (CH2)7COOH H OH H Gambar 1. Asam risinoleat

Selama ini asam risinoleat dihasilkan dari proses hidrolisis minyak jarak. Proses hidrolisis minyak dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu hidrolisis termik menggunakan suhu tinggi (250oC) dan tekanan tinggi (50 atm), menggunakan alkali, dan secara enzimatis. Penggunaan proses termik, selain membutuhkan energi yang cukup besar dan investasi peralatan yang mahal, juga menghasilkan produk berwarna gelap dan bau yang relatif kurang disukai konsumen. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan teknik hidrolisis enzimatik dengan memanfaatkan lipase sebagai biokatalisator dalam proses hidrolisis tersebut (Herawan, 1993). Kelebihan proses hidrolisis secara enzimatik antara lain tidak memerlukan energi tinggi, investasi peralatan tidak mahal, ramah lingkungan, dan mutu produk yang dihasilkan lebih baik (Herawan, 1993). Namun, proses ini belum umum digunakan secara komersial karena memerlukan waktu yang lebih lama, proses kontinyu relatif lebih sulit dan harga enzim lipase yang lebih mahal. Penggunaan teknik hidrolisis in situ diharapkan dapat memperbaiki proses hidrolisis enzimatis. Saat ini sedang banyak dikembangkan teknik hidrolisis in situ dalam biji jarak, yaitu teknik hidrolisis minyak jarak tanpa mengisolasi minyak maupun enzim lipase dari biji jarak (Mukherjee dan Hills, 1994). Teknik hidrolisis in situ dilakukan dengan memanfaatkan enzim lipase alami dalam biji jarak yang jumlahnya sangat besar, serta mikroorganisme penghasil lipase yang tumbuh pada biji jarak. Hidrolisis in situ akan lebih optimal jika produksi lipase oleh mikroba berjalan dengan optimal. Jumlah lipase mikroba yang diproduksi dalam proses fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, salah satunya adalah ketersediaan oksigen (Aires-Barros et al., 1994). Oksigen merupakan senyawa vital untuk pertumbuhan mikroorganisme. Aerasi pada fermentasi padat yang dilakukan dengan udara yang dipaksakan maupun agitasi substrat, dapat meningkatkan pertumbuhan mikroba secara signifikan. Dengan demikian, ketersediaan oksigen dalam inkubator dapat meningkatkan produksi enzim (Ridder et al., 1999). Ketersediaan oksigen dalam inkubator dapat diatur dengan pengaturan laju alir udara yang masuk dalam inkubator. Aktivitas lipase akan mencapai maksimum pada lama inkubasi tertentu kemudian mengalami penurunan. Aktivitas lipase dari Yarrowia lipolytica 681

mencapai nilai maksimum setelah 60 jam. Setelah 80 jam, aktivitas lipase akan menurun seiring dengan berhentinya pertumbuhan mikroba dan setelah glukosa substrat terkonsumsi serta pH medium menurun (Corzo et al., 1999). Pengaturan laju alir udara dan lama inkubasi dilakukan agar proses hidrolisis in situ berjalan lebih optimal sehingga dihasilkan minyak dengan bilangan asam yang tinggi. Bilangan asam menunjukkan kandungan asam lemak bebas dalam minyak, dalam hal ini adalah asam risinoleat. Semakin tinggi nilai bilangan asam, semakin banyak pula asam risinoleat yang terbentuk. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kondisi hidrolisis in situ yang optimal perlu dilakukan pengaturan terhadap laju alir udara dan lama inkubasi. B. TUJUAN 1. Menentukan pengaruh faktor laju alir udara dan lama inkubasi terhadap sifat fisikokimia minyak jarak yang dihasilkan pada proses hidrolisis in situ minyak jarak dalam biji jarak, meliputi bilangan asam, bilangan iod, bilangan penyabunan dan indeks bias. 2. Mengetahui permukaan respon parameter bilangan asam minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak dengan menggunakan Metode Permukaan Respon (Response Surface Methodology), dalam rangka produksi asam risinoleat. C. RUANG LINGKUP 1. Analisis proksimat biji jarak yang meliputi analisis kadar air, kadar protein, kadar abu, kadar lemak, kadar karbohidrat dan kadar serat kasar. 2. Karakterisasi awal minyak jarak hasil ekstraksi biji jarak yang belum diinkubasi yaitu meliputi bilangan asam, bilangan iod, bilangan penyabunan, dan indeks bias. 3. Karakterisasi sifat fisikokimia minyak jarak hasil hidrolisis in situ minyak jarak dalam biji jarak yang meliputi bilangan asam, bilangan iod, bilangan penyabunan, dan indeks bias. 4. Identifikasi kapang pada biji jarak sebelum dan setelah proses inkubasi. 5. Analisis permukaan respon bilangan asam minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. BIJI JARAK (Ricinus communis L.) Tanaman jarak (Ricinus communis L.) merupakan salah satu tanaman yang telah lama dikenal di Indonesia. Tanaman ini termasuk dalam famili Euphorbiaceae yaitu tanaman tahunan yang hidup di daerah tropik maupun sub tropik dan dapat tumbuh pada ketinggian 0 - 800 m di atas pemukaan laut (Ketaren, 1986). Buah jarak berbentuk agak bulat, berwarna hijau dan memiliki tiga buah lokus (loculi) yang masing-masing lokus mengandung satu biji jarak. Pemanenan dilakukan pada saat buah sudah cukup tua dan durinya mengeras. Hal ini dapat dilihat dari kulit buah yang mulai mengering dan batas antara ruang biji sudah kelihatan bergaris jelas. Bentuk buah jarak dapat dilihatkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Buah jarak (Armstrong, 2004) Tanaman jarak menghasilkan biji jarak berbentuk oval dengan berat bervariasi antara 0,1 - 1 gram yang terdiri dari 75 persen kernel (daging biji) dan 25 persen kulit. Kira-kira dua per tiga dari berat kernel terdiri dari minyak. Kulit biji jarak berwarna hitam dan ada pula yang berwarna coklat terang tetapi ciri-ciri tersebut dipengaruhi oleh varietas tanaman jarak. Ukuran biji jarak bervariasi dengan panjang 4 - 25 milimeter dan lebar 5 - 16 milimeter (Salunkhe et al., 1992). Komposisi biji jarak disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi biji jarak Jumlah (%) Komponen Minyak Protein Karbohidrat Serat Abu Air
Kirk dan Othmer (1964) Salunkhe et al. (1992)

A 48,6 17,9 13,0 12,5 2,5 5,5

B Dengan kulit 45 50 12 16 37 23 27 2 5-6 Tanpa Kulit 64 71 18 26 2 23 56

A B

Biji jarak adalah biji dari buah jarak (Ricinus communis LINN) yang telah dikeringkan, dilepaskan dari kulit buahnya dan dibersihkan (SNI 011677-1989). Biji jarak digolongkan dalam satu jenis mutu dengan nama Ricinus Castor Seed. Spesifikasi persyaratan mutu yang harus dipenuhi biji jarak menurut SNI 01-1677-1989 disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Spesifikasi persyaratan mutu biji jarak No. 1 2 3 4 5 6 Jenis Uji Biji rusak (b/b) Biji jarak pecah (b/b) Benda-benda asing (b/b) Kadar minyak (b/b) Kadar air (b/b) Bilangan asam Satuan Persen Persen Persen Persen Persen Persyaratan Maks. 2,0 Maks. 4,0 Maks. 0,5 Min. 47,0 Maks. 7,0 Maks. 3,0

Biji jarak mengandung protein yang cukup tinggi, terdiri dari globulin, protease dan albumin. Kandungan minyak pada biji jarak juga sangat tinggi yaitu sekitar 54 persen, sehingga dari biji jarak ini dapat diekstrak minyak jarak. Sifat fisikokimia minyak jarak berbeda dengan minyak nabati lain. Hal ini disebabkan minyak jarak memiliki bobot jenis, kekentalan (viskositas), bilangan asetil, dan kelarutan dalam alkohol yang nilainya relatif tinggi (Ketaren, 1986). Sifat fisikokimia minyak jarak disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Sifat fisikokimia minyak jarak No 1. 2. 3. 4. 5. Sifat - sifat Bilangan Asam Bilangan Penyabunan Bilangan Iod (Wijs) Warna (appearance) Indeks Bias, 25oC Nilai 0,4 4,0 176 181 82 88 bening 1,477 1,478

Sumber : Kirk dan Othmer (1964)

Minyak jarak memiliki kandungan asam lemak yang sebagian besar terdiri dari asam risinoleat. Kandungan asam lemak esensial dalam minyak jarak sangat rendah sehingga minyak jarak berbeda dengan minyak nabati lainnya. Selain itu, minyak jarak memiliki rasa asam dan bersifat racun sehingga tidak dapat digunakan sebagai minyak makan dan bahan pangan (Ketaren, 1986). Kandungan dan komposisi asam lemak minyak jarak disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan asam lemak minyak jarak Asam Lemak Risinoleat Oleat Linoleat Palmitat Stearat Jumlah (%) Rumus Molekul CH3(CH2)5CH(OH)CH2CH=CH(CH2)7COOH 87 CH3(CH)2CH=CHCH(CH2)7COOH CH3(CH2)7CH=CHCH2CH=CH(CH2)7COOH C15H31COOH C17H35COOH 7 3 2 1

Sumber : Swern (1979)

B. REAKSI HIDROLISIS Salah satu reaksi yang terjadi pada produk atau bahan pangan berlemak adalah hidrolisis, yaitu proses pembentukan gliserol dan asam lemak bebas melalui pemecahan molekul lemak dan penambahan elemen air (Hartley, 1977). Ditambahkan oleh Winarno (1997), bahwa lemak dan minyak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak dengan adanya air. Reaksi ini dapat dipercepat dengan adanya basa, asam, dan enzim.

Proses hidrolisis pada umumnya disebabkan oleh aktifitas enzim dan mikroba. Proses hidrolisis dapat berlangsung bila tersedia sumber nitrogen, garam mineral, dan sejumlah air. Hidrolisis yang terjadi pada minyak atau lemak yang mempunyai asam-asam lemak dengan rantai karbon panjang mengalami proses yang lebih lambat (Djatmiko dan Wijaya, 1984). Efek air terhadap kinetika reaksi hidrolisis sangat penting karena air dapat menyebabkan proses hidrolisis lemak dan akan mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan. Hidrolisis minyak dan lemak merupakan reaksi kesetimbangan yang memungkinkan terjadinya pengubahan arah reaksi dengan cara mengatur kadar air sistem reaksi atau kandungan air (Kurashige et al., 1993). Pada awalnya, hidrolisis minyak dan lemak pada industri dilakukan pada suhu dan tekanan yang sangat tinggi yaitu sekitar 250oC dan 50 - 55 bar (Loebis, 1989). Penggunaan proses ini, selain membutuhkan energi yang cukup besar dan investasi peralatan yang mahal, juga menghasilkan produk berwarna gelap dan bau yang relatif kurang disukai konsumen (Herawan, 1993). Untuk meminimumkan biaya, energi dan produk yang kurang baik maka dilakukan hidrolisis secara enzimatis (Macrae, 1983). Reaksi hidrolisis trigliserida terjadi secara bertahap dan merupakan reaksi yang bersifat reversible (bolak-balik) sehingga akan berakhir dalam suatu kesetimbangan (Swern, 1979). Secara sistematik reaksi hidrolisis yang dikatalis oleh enzim lipase disajikan pada Gambar 3. TAG + H2O DAG + H2O MAG + H2O TAG + 3H2O
lipase lipase lipase lipase

DAG + ALB MAG + ALB Gliserol + ALB Gliserol + 3ALB DAG : Diasilgliserol ALB : Asam Lemak Bebas

Keterangan : TAG : Triasilgliserol MAG : Monoasilgliserol

Gambar 3. Tahapan hidrolisis trigliserida yang dikatalisis oleh lipase (Brockman, 1984)

Menurut Herawan (1993), kelebihan hidrolisis enzimatis antara lain : (1) Reaksi dilakukan pada suhu rendah, sehingga kualitas produk lebih baik, (2) Menggunakan lipase spesifik, sehingga produk yang diinginkan dapat ditingkatkan dan produk samping dapat dikurangi, (3) Investasi lebih murah, dan (4) Lingkungan kerja aman.

C. ENZIM LIPASE Enzim adalah protein yang terdiri dari asam amino dalam komposisi dan urutan yang teratur dan tetap. Enzim berfungsi sebagai katalis biologis yang digunakan makhluk hidup untuk melaksanakan berbagai konversi senyawa kimia (Web dan Dixon, 1979). Semua enzim yang telah diamati sampai saat ini adalah protein, dan aktivitas katalitiknya bergantung kepada integritas strukturnya sebagai protein (Lehninger, 1995). Enzim merupakan protein sehingga sifat enzim sama dengan sifat protein. Suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan denaturasi protein (enzim), sedangkan suhu yang terlalu rendah akan menyebabkan aktivitasnya rendah (Darwis dan Sukara, 1990). Enzim lipase didefinisikan sebagai enzim yang mengkatalis hidrolisis ikatan ester. Menurut sistem International Union of Biochemistry (IUB), enzim lipase diklasifikasikan sebagai enzim hidrolase dengan nama sistematiknya gliserol ester hidrolase (EC 3.1.1.3) yang menghidrolisis gliserida menjadi asam lemak bebas (ALB), gliserida parsial (monogliserida atau digliserida) dan gliserol (Macrae, 1983). Reaksi yang dikatalis oleh lipase diperkirakan terjadi melalui pembentukan suatu senyawa antara asil-enzim. Jenis reaksi yang terjadi ditentukan oleh kondisi substrat terutama jumlah air yang terdapat dalam campuran reaksi. Pada kondisi jumlah air yang banyak (aqueous), reaksi diarahkan ke hidrolisis lemak/minyak. Sebaliknya pada jumlah air terbatas yaitu < 1% (mikroaqueous) maka reaksi diarahkan ke reaksi pemindahan atau pertukaran gugus asil membentuk senyawa ester (Macrae, 1983; Iwai dan Tsujisaka, 1984; Hariyadi, 1997).

Media merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan mikroba sekaligus produksi enzim. Komposisi media yang diperlukan adalah yang mengandung unsur karbon, nitrogen, dan mineral (Darwis dan Sukara, 1990). Selain faktor media, produksi enzim lipase juga dipengaruhi oleh kondisi aerasi, agitasi dan keberadaan induser (Macrae, 1983). Lipase mikroba diproduksi dari fermentasi bakteri, kapang dan khamir, seperti Rhizopus delemar, Aspergillus niger, Geotrichum candidum, Candida rugosa dan Chromobacterium viscocum (Gandhi, 1997). Jumlah lipase mikroba yang diproduksi dalam proses fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, antara lain suhu kultivasi, pH, komposisi nitrogen, sumber karbon dan lemak, konsentrasi garam anorganik, serta ketersediaan oksigen (Aires-Barros et al., 1994). Produksi lipase dari Rhizopus delemar sangat tergantung pada konsentrasi oksigen pada kultur media (Giuseppin, 1984). Hasil penelitian pada Yarrowia lipolytica 681 menunjukkan bahwa aktivitas lipase mencapai nilai maksimum setelah 60 jam. Namun, setelah 80 jam aktivitas lipase akan menurun seiring dengan berhentinya pertumbuhan mikroba dan setelah glukosa dalam substrat terkonsumsi serta pH medium menurun (Corzo et al., 1999). Biji jarak mengandung enzim hidrolase trigliserida dengan jumlah yang sangat besar (Aires-Barros et al., 1994). Lemak nabati yang masih berada dalam jaringan mengandung enzim yang dapat menghidrolisis lemak. Minyak nabati hasil ekstraksi dari biji-bijian yang disimpan dalam jangka panjang dan terhindar dari proses oksidasi, mengandung bilangan asam yang tinggi akibat kombinasi kerja antara enzim lipase dalam jaringan dan enzim yang dihasilkan oleh kontaminasi mikroba (Ketaren, 1986). Hartley (1977) menambahkan bahwa asam lemak bebas dalam minyak sawit dibentuk melalui reaksi autokatalis oleh enzim lipolitik lipase yang berasal dari buah sawit ataupun dari kapang. Saat ini sedang banyak dikembangkan teknik hidrolisis in situ dalam biji jarak, yaitu teknik hidrolisis minyak jarak tanpa mengisolasi minyak maupun enzim lipase dari biji jarak (Mukherjee dan Hills, 1994).

Menurut Stark et al. (1994), aktivitas maksimum epoksida hidrolase yang ada dalam biji jarak terjadi setelah 4 - 6 hari germinasi dan setelah itu terjadi penurunan yang sangat tajam. Aktivitas enzim yang tertinggi terdapat pada bagian endosperma. Penampang membujur biji jarak disajikan pada Gambar 4. endosperma kotiledon hipokotil radikel karunkel Gambar 4. Penampang membujur biji jarak (Weiss, 1971) testa

D. ASAM RISINOLEAT Asam risinoleat (C17H32OH.COOH) merupakan asam lemak yang paling dominan dalam minyak jarak. Kandungan asam risinoleat dalam minyak jarak sebesar 87 persen (Swern, 1979). Kandungan asam risinoleat yang tinggi dan paling dominan dalam minyak jarak menyebabkan minyak jarak tergolong dalam minyak yang memiliki jenis asam lemak yang mudah berubah (Guner, 1997). Hal ini dikarenakan asam risinoleat pada minyak jarak mengandung ikatan rangkap dan dua gugus aktif, yaitu gugus hidroksil dan gugus karboksil (Ramamurthi et al., 1998). Keberadaan ikatan rangkap dan dua gugus aktif dalam asam risinoleat disajikan pada Gambar 5.
gugus hidroksil ikatan rangkap H s.d. 18 C 13 OH C 12 H C 11 C 10 C 9 C 1 OH O

gugus karboksilat

Gambar 5. Ikatan rangkap dan dua gugus aktif dalam asam risinoleat

10

Berat molekul asam risinoleat sebesar 298,46 dengan nama struktur asam 12-hidroksi-9-oktadekanoat (Kirk dan Othmer, 1964). Asam risinoleat merupakan asam oleat dengan gugus hidroksil pada posisi 12. Keberadaan gugus hidroksil dalam asam risinoleat ini memberikan keunikan pada minyak jarak dalam hal kelarutan dalam alkohol. Sintesis asam risinoleat dalam embrio biji dihasilkan dengan mudah dari asam oleat, bukan asam linoleat (Weiss, 1971). Asam risinoleat tidak dibentuk pada biji yang masih muda. Setelah biji masuk pada hari ke-36 jumlah asam risinoleat (Weiss, 1971). Asam risinoleat dan turunannya dapat digunakan dalam industri surface-active agents, plasticizer, additif minyak pelumas, serta bahan kimia seperti sebacic acid, methyl n-hexyl ketone, capryl alcohol, 10-undecylenic acid, dan heptaldehid (Kirk dan Othmer, 1964). Asam risinoleat juga berguna dalam bidang kesehatan, diantaranya sebagai pencegah kehamilan (senyawa jelli kontrasepsi). Produk dari asam risinoleat yang berupa natrium risinoleat dan sulforisinoleat dapat digunakan dalam formulasi pasta gigi. Selain itu, sifat dapat membunuh bakteri dari natrium risinoleat menyebabkan asam risinoleat mempunyai peranan yang tinggi sebagai penghilang racun dalam lambung. Melalui proses sulfonasi, asam risinoleat juga dapat dikonversi menjadi amida dan substitusi amida untuk membentuk produk yang menyerupai turkey oil (SBP Board of Consultants and Engineers, 1983). Kirk dan Othmer (1964) menambahkan bahwa sulfonasi asam risinoleat dapat digunakan sebagai emulsifier, agen pendispersi, surfaktan, serta membantu proses pencelupan dan finishing dalam pembuatan kain pada industri tekstil. Selain itu, esterifikasi asam risinoleat dengan gliserol dan glikol dapat menghasilkan monorisinoleat yang dapat digunakan sebagai bahan emulsifier. Turunan asam risinoleat yang berupa butyl acetyl risinoleat dapat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan plastik dan bahan pembuatan pelumas. Sementara itu, kalsium risinoleat dapat digunakan dalam industri plastik sebagai pelumas (SBP Board of Consultants and Engineers, 1983). mencapai 90 persen dan setelah itu komposisi asam lemak minyak cenderung konstan

11

Perlakuan panas pada asam risinoleat menyebabkan terbentuknya estolida yang dapat dikonversi menjadi gliserida poliester yang dapat digunakan sebagai pelumas dan bahan yang memberikan fleksibilitas tekstil dan kulit. Dilain pihak, oksidasi asam risinoleat akan menghasilkan asam azelat dan asam suberat yang dapat direaksikan dengan asam dibasat untuk menghasilkan poliamida sebagai serat sintetis. Asam risinoleat juga dapat digunakan sebagai bahan aktif permukaan yang sangat baik dengan mereaksikan kelompok karboksil asam risinoleat dengan kelompok hidroksil pertama maupun kedua dari risinoleat alkohol (Kirk dan Othmer, 1964). Oksidasi dan pirolisis asam risinoleat dalam kondisi vakum menghasilkan cincin keton jenuh dalam jumlah besar, yang mengandung cyclohepsi dan cyclooktan yang dapat digunakan dalam parfum. Di sisi lain, produk hidrogenasi dari asam risinoleat yang berupa asam 12-hidroksistearat dan ester-esternya dapat digunakan untuk kosmetik, obat salep, lilin sintetik, dan sebagai agen anti jamur (Kirk dan Othmer, 1964).

12

III. METODOLOGI PENELITIAN


A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Peralatan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah inkubator silinder berputar yang dilengkapi dengan termokontrol, kompresor (pemasok udara), filter udara, flowmeter (pengukur laju alir), timer (pengontrol waktu), termometer, dan pemanas listrik. Skema inkubator secara lengkap disajikan pada Gambar 6. Peralatan utama yang digunakan dalam penelitian diperlihatkan pada Gambar 7. Selain itu juga digunakan hydraulic press untuk memecah biji jarak dan ekstraksi minyak. Alat-alat yang digunakan untuk analisis antara lain cawan aluminium, oven, desikator, labu kjeldahl, cawan porselin, timbangan digital, pemanas destruksi, tanur pengabuan, tabung sampel berpori (dari kertas), kapas, soxhlet, labu lemak, batu didih, kertas saring whatman no. 41, corong buchner, erlenmeyer, penangas air, refraktometer abbe, pendingin tegak, gelas piala, buret, corong pemisah, kertas saring, dan pipet.

Pemanas listrik

Keterangan :

aliran udara arus listrik kabel sensor

Gambar 6. Skema inkubator dan komponen penyusunnya

Gambar 7. Inkubator yang digunakan dalam penelitian 2. Bahan Bahan baku utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji tanaman jarak (Ricinus communis LINN). Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis sampel adalah H2SO4 pekat, CuSO4, air suling, NaOH 50%, H2SO4 0.02 N, heksana (atau pelarut lemak lainnya), H2SO4 0,325 N, NaOH 1,25 N, alkohol netral 95%, fenolphtalein, NaOH 0,1 N, air, kloroform/tetraklorida, pereaksi Wijs, KI 15%, Na2S2O3 0,1 N, larutan kanji 1%, HCl 0,5 N, dan KOH 0,5 N.

B. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam empat tahap, yaitu (1) Analisis proksimat biji jarak, (2) Karakterisasi awal minyak jarak, (3) Penentuan pengaruh faktor terhadap sifat fisikokimia minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak, (4) Identifikasi kapang dalam biji jarak dan (5) Analisis permukaan respon parameter bilangan asam. Diagram alir tahapan penelitian ini disajikan pada Gambar 8.

14

Mulai Analisis Proksimat Biji Jarak Karakterisasi Awal Minyak Jarak Penentuan Pengaruh Faktor Terhadap Sifat Fisikokimia Minyak Jarak Hasil Hidrolisis In Situ dalam Biji Jarak Identifikasi Kapang pada Biji Jarak Analisis Permukaan Respon Parameter Bilangan Asam

Selesai

Gambar 8. Diagram alir tahapan penelitian 1. Analisis Proksimat Biji Jarak Biji jarak yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Mataram, Nusa Tenggara Barat. Analisis proksimat biji jarak bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen penyusun biji jarak. Analisis ini meliputi analisis kadar air, kadar protein, kadar abu, kadar minyak, kadar karbohidrat dan kadar serat kasar. Prosedur analisis proksimat disajikan pada Lampiran 1. 2. Karakterisasi Awal Minyak Jarak Karakterisasi awal minyak jarak dilakukan pada minyak hasil ekstraksi dari biji jarak yang belum mendapatkan perlakuan. Karakterisasi terhadap minyak jarak tersebut dilakukan untuk mengetahui sifat fisikokimia minyak jarak sebelum mendapatkan perlakuan. Sifat fisikokimia tersebut meliputi bilangan asam, bilangan iod, bilangan penyabunan dan indeks bias. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak jarak disajikan pada Lampiran 2. 3. Penentuan Pengaruh Faktor terhadap Sifat Fisikokimia Minyak Jarak Hasil Hidrolisis In Situ dalam Biji Jarak Pengaruh faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengaruh laju alir udara (X1) dan lama inkubasi (X2). Laju alir udara (X1) yang

15

digunakan sebesar 563 1102 ml/menit dan lama inkubasi (X2) sebesar 4 - 7 hari. Rentang nilai laju alir udara ditentukan berdasarkan hasil percobaan awal yang dilakukan di laboratorium. Rentang nilai lama inkubasi ditentukan berdasarkan literatur. Tahap penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh laju alir udara (X1) dan lama inkubasi (X2) terhadap parameter fisikokimia minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak. Proses hidrolisis secara in situ ini menggunakan inkubator tipe silinder berputar berbahan besi. Proses inkubasi biji jarak ini diharapkan dapat menghasilkan minyak jarak yang mempunyai kandungan asam risinoleat yang tinggi dengan parameter tingginya nilai bilangan asam. Proses hidrolisis in situ dalam biji jarak dimulai dengan melakukan pemecahan biji jarak yang akan diinkubasi dengan menggunakan hydraulic press. Pemecahan biji bertujuan agar oksigen dapat berdifusi ke dalam biji dengan mudah. Pemecahan biji dilakukan dengan memasukkan biji ke dalam hydraulic press yang diberi tekanan sebesar 10 kg/cm2. Kecukupan pecahnya biji ditandai dengan mulai keluarnya minyak dari dalam biji. Biji jarak yang sudah pecah dimasukkan ke dalam inkubator yang telah ditentukan laju alir udaranya. Suhu dalam inkubator dijaga pada kisaran 29oC 31oC dengan menggunakan termokontrol. Laju alir udara dijaga agar konstan dan setelah waktu inkubasi tercapai, minyak dalam biji jarak siap untuk diekstrak. Minyak jarak diekstrak secara mekanis dengan menggunakan hydraulic press, kemudian minyak siap untuk dianalisis. 4. Identifikasi Kapang pada Biji Jarak Pada tahap ini dilakukan pengujian mikrobiologi terhadap kapang yang tumbuh pada biji jarak sebelum dan setelah proses inkubasi. Uji identifikasi kapang dilakukan di laboratorium Balai Penelitian Veteriner, Bogor. Tahapan identifikasi kapang dimulai dengan melakukan pengenceran terhadap sampel biji jarak yang sudah dihaluskan pada tingkat pengenceran 10-1 sampai 10-6. Kemudian suspensi diinokulasikan pada media agar dan diinkubasi pada suhu 25oC dan 37oC. Pengamatan dilakukan pada hari ke-3 dan ke-5 dengan

16

melihat morfologinya, terutama secara mikroskopik. Sifat-sifat yang digunakan dalam identifikasi kapang meliputi: bentuk hifa septat atau nonseptat, miselium terang atau keruh dan berwarna atau tidak berwarna, memproduksi atau tidak memproduksi spora seksual, jenis spora aseksual (oospora, zigospora, atau askospora), ciri-ciri kepala pembawa spora, penampakan sporangiospora atau konidiospora, penampakan mikroskopik spora aseksual, serta adanya struktur atau spora spesifik. 5. Analisis Permukaan Respon Parameter Bilangan Asam Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap permukaan respon bilangan asam yang dipengaruhi oleh faktor sehingga diperoleh nilai faktor yang menghasilkan nilai bilangan asam yang tinggi. Analisis permukaan respon bilangan asam minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak dilakukan dengan menggunakan Metode Permukaan Respon (Response Surface Methodology). Prosedur analisis bilangan asam disajikan pada Lampiran 2. C. RANCANGAN PERCOBAAN 1. Pengaruh Faktor Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan faktorial dua taraf (two level factorial) dengan 2 faktor perlakuan, yaitu laju alir udara (X1) dan lama inkubasi (X2). Besarnya nilai laju alir udara (X1) dan lama inkubasi (X2) disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai rendah dan tinggi perlakuan Jenis Perlakuan Laju alir udara [X1] (ml/menit) Lama inkubasi [X2] (hari) Nilai Rendah (-) Nilai Tinggi (+) 563 1102 4 7

Analisis sampel dilakukan secara duplo. Parameter respon utama yang digunakan dalam menentukan jumlah asam risinoleat adalah nilai bilangan asam. Model rancangan percobaan untuk mengetahui pengaruh linier dari kedua faktor terhadap respon adalah sebagai berikut :
2

Y = a o + a ix i + a ij x i x j
i =1 i< j

17

Y = Respon dari masing-masing perlakuan ao , ai , aij , aii = Koefisien parameter


xi x ix j
= Pengaruh linier faktor utama = Pengaruh linier dua faktor

2. Permukaan Respon Pengaruh Faktor Analisis permukaan respon dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing faktor terhadap respon utama yaitu bilangan asam. Analisis ini diselesaikan menggunakan Metode Permukaan Respon (Response Surface Methodology). Matriks rancangan faktorial dari masing-masing faktor reaksi disajikan pada Tabel 6. Untuk mengetahui pengaruh linier dan pengaruh kuadratik dari kedua faktor terhadap respon utama yaitu bilangan asam, model rancangan percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
2 2

Y = ao + aixi + aijxixj + aiixi


i =1 i< j i =1

Y = Respon dari masing-masing perlakuan ao , ai , aij , aii = Koefisien parameter


xi x ix j
xi
2

= Pengaruh linier faktor utama = Pengaruh linier dua faktor = Pengaruh kuadratik faktor utama

Tabel 6. Matriks rancangan faktorial dari masing-masing faktor reaksi Run 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kode X1 X2 -1 -1 1 1 0 0 0 0 -2 2 -1 1 -1 1 0 0 -2 2 0 0 Kondisi inkubasi Laju alir udara (X1) Lama inkubasi (X2) ml/menit hari 563 4 563 7 1102 4 1102 7 813 5,50 813 5,50 813 3,38 813 7,62 487,40 5,50 1211,20 5,50

18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. ANALISIS PROKSIMAT BIJI JARAK Pada tahap ini dilakukan analisis proksimat pada biji jarak yang digunakan sebagai bahan baku utama dalam penelitian ini. Analisis proksimat biji jarak bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen penyusun biji jarak. Analisis ini meliputi analisis kadar air, kadar protein, kadar abu, kadar minyak, kadar karbohidrat dan kadar serat kasar. Hasil analisis proksimat biji jarak disajikan pada Tabel 7. Biji jarak yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 9. Tabel 7. Hasil analisis proksimat biji jarak Komposisi Minyak (%bb) Protein (%bb) Karbohidrat (%bb) Serat (%bb) Abu (%bb) Air (%bb)
Kirk dan Othmer (1964) Salunkhe et al. (1992)

A B

Hasil Penelitian 55,4 14,4 10,0 9,7 3,1 6,9

Nilai (%) A 48,6 17,9 13,0 12,5 2,5 5,5

B 45 50 12 16 37 23 27 2 5-6

Gambar 9. Biji jarak (Ricinus communis L.) Hasil analisis proksimat biji jarak dapat dipengaruhi oleh perbedaan spesies biji jarak, kandungan mineral, daerah penanaman buah jarak, atau karena penanganan pasca panen. Pada Tabel 7 terlihat bahwa komponen terbesar dalam biji jarak adalah minyak sebesar 55,4 persen. Hal ini

menunjukkan bahwa biji jarak cukup potensial untuk digunakan sebagai sumber minyak nabati. Tabel 7 menunjukkan bahwa komponen tertinggi kedua dalam biji jarak setelah minyak adalah protein. Protein yang terkandung dalam biji jarak memiliki persentase yang cukup tinggi yaitu 14,4 persen. Kandungan protein yang cukup tinggi pada biji jarak ini mengindikasikan tingginya enzim dalam biji jarak mengingat struktur enzim hampir sama dengan struktur protein. Semua enzim yang telah diamati sampai saat ini adalah protein, dan aktivitas katalitiknya bergantung kepada integritas strukturnya sebagai protein (Lehninger, 1995). Biji jarak mengandung enzim hidrolase trigliserida yang jumlahnya sangat besar (Aires-Barros et al., 1994). Kandungan enzim lipase yang tinggi dalam biji jarak menyebabkan minyak jarak sangat berpotensi untuk dihidrolisis secara in situ dalam biji jarak. Saat ini sedang banyak dikembangkan teknik hidrolisis minyak jarak tanpa mengisolasi minyak maupun enzim lipase dari biji jarak, yaitu teknik hidrolisis in situ dalam biji jarak (Mukherjee dan Hills, 1994). Dari hasil analisis diperoleh kadar air biji jarak sebesar 6,9 persen. Nilai kadar air biji jarak perlu diketahui karena kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan pertumbuhan kapang penghasil lipase kurang optimal. Di sisi lain, kadar air yang terlalu tinggi akan menurunkan porositas media untuk difusi oksigen, pertukaran gas serta meningkatkan resiko kontaminasi bakteri lain. Dari hasil uji mikrobiologi dapat diketahui bahwa dalam biji jarak yang belum diinkubasi, teridentifikasi jenis kapang penghasil lipase antara lain Aspergillus niger. Hasil pengujian mikrobiologi kapang pada biji jarak segar secara lengkap disajikan pada Lampiran 4 yaitu pada sampel B. Kadar serat kasar biji jarak hasil analisis sebesar 9,7 persen. Serat terdiri dari berbagai polisakarida dengan berat molekul berbeda yang terjalin secara kompleks, sehingga menyulitkan pengklasifikasiannya, baik secara kimia maupun struktural. Nilai kadar serat dipengaruhi oleh tingkat kematangan buah pada waktu dipanen. Semakin tinggi tingkat kematangan buah, maka kadar seratnya akan semakin rendah. Kadar serat biji jarak yang dianalisis cukup rendah, hal ini menunjukkan bahwa biji jarak yang digunakan cukup

20

matang atau tua. Asam risinoleat tidak dibentuk pada biji yang masih muda. Setelah biji masuk pada hari ke-36 jumlah asam risinoleat mencapai 90 persen dan setelah itu komposisi asam lemak minyak cenderung konstan (Weiss, 1971). Kadar karbohidrat biji jarak berdasarkan metode by difference sebesar 10 persen. Kadar abu biji jarak yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 3,1 persen. Kadar abu menyatakan banyaknya kandungan bahan-bahan anorganik (unsur mineral) dalam suatu bahan. Dalam proses pembakaran, bahan-bahan organik terbakar tetapi zat anorganiknya tidak, karena itulah disebut abu. B. KARAKTERISASI AWAL MINYAK JARAK Karakterisasi awal sifat fisikokimia minyak jarak dilakukan pada minyak biji jarak yang belum mengalami inkubasi. Karakterisasi sifat fisikokimia yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pengujian bilangan asam, bilangan iod, bilangan penyabunan, dan indeks bias. Hasil karakterisasi awal sifat fisikokimia minyak jarak disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8. Hasil karakterisasi awal sifat fisikokimia minyak jarak Sifat Fisiko Kimia Bilangan asam (mg KOH/g minyak) Bilangan iod (g I2/g minyak) Bilangan penyabunan (mg KOH/g minyak) Indeks bias 25oC Hasil Karakterisasi 1,6 84,7 155,5 1,4747

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai bilangan asam minyak jarak pada biji yang belum diinkubasi masih berada pada kisaran nilai bilangan asam minyak jarak menurut Kirk dan Othmer (1964). Bilangan asam digunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak (Ketaren, 1986). Nilai bilangan asam biji jarak di beberapa tempat dipengaruhi oleh faktor iklim (Weiss, 1971). Bilangan asam minyak pada biji jarak yang digunakan dalam penelitian ini tergolong rendah yaitu 1,6 mg KOH/g minyak. Rendahnya bilangan asam minyak jarak pada awal

21

penelitian dikarenakan asam-asam lemak penyusun minyak jarak masih berikatan dengan gliserol membentuk trigliserida. Asam lemak paling dominan dalam minyak jarak adalah asam risinoleat. Hal ini mengindikasikan bahwa minyak yang tersimpan dalam biji jarak yang merupakan bahan baku penelitian masih bagus. Dilihat dari nilai bilangan iodnya, minyak jarak tergolong dalam minyak tidak mengering (non drying oil). Jenis minyak yang memiliki nilai bilangan iod kurang dari 100 termasuk dalam jenis minyak tidak mengering. Berdasarkan nilai bilangan iod, minyak dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu (1) Minyak tidak mengering memiliki bilangan iod kurang dari 100, (2) Minyak setengah mengering memiliki bilangan iod 100 130 dan (3) Minyak mengering memiliki bilangan iod lebih dari 130 (Ketaren, 1986).

C. PENGARUH FAKTOR LAJU ALIR UDARA DAN LAMA INKUBASI Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan penelitian ini adalah melakukan inkubasi biji jarak dengan kondisi faktor yang sesuai dengan rancangan faktorial. Faktor yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua faktor, yaitu laju alir udara (X1) dan lama inkubasi (X2). Biji jarak yang sudah diinkubasi kemudian dikempa sehingga menghasilkan minyak jarak yang akan dianalisis. Ekstraksi minyak jarak dilakukan dengan cara pengepresan mekanis menggunakan alat hydraulic press pada suhu rendah dan tekanan sebesar 200 kg/cm2. Pengepresan pada suhu rendah dapat mengeluarkan 25 35 persen minyak dalam biji. Mutu minyak yang dihasilkan digolongkan dalam mutu No. 1 (Kirk dan Othmer, 1964). Analisis yang dilakukan pada tahap ini meliputi analisis bilangan asam, bilangan iod, bilangan penyabunan, dan indeks bias. Hasil analisis kemudian dihitung secara statistik sehingga dapat diketahui pengaruh linier dari faktorfaktor yang digunakan dalam penelitian ini.

22

1. Bilangan Asam Bilangan asam didefinisikan sebagai jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam lemak bebas dari satu gram minyak atau lemak (Ketaren, 1986). Bilangan asam digunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak yang dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak. Semakin tinggi nilai bilangan asam suatu minyak, maka semakin banyak pula asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak tersebut. Sebaliknya semakin sedikit asam-asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak, maka nilai bilangan asam minyak tersebut akan semakin rendah. Pada proses hidrolisis in situ minyak jarak dalam biji jarak, bilangan asam dapat digunakan sebagai parameter tingkat keberhasilan proses hidrolisis in situ. Indikator utama terjadinya reaksi hidrolisis adalah terbentuknya asam lemak bebas dari pemecahan trigliserida dengan bantuan enzim lipase. Semakin tinggi nilai bilangan asam minyak jarak, semakin banyak pula asam lemak bebas yang dihasilkan dari proses hidrolisis in situ. Nilai bilangan asam minyak jarak hasil hidrolisis in situ pada penelitian ini berkisar antara 8,0652 hingga 28,9247 mg KOH/g minyak. Nilai bilangan asam terendah yaitu senilai 8,0652 mg KOH/g minyak dihasilkan pada kondisi proses dimana laju alir udara sebesar 563 ml/menit dan lama inkubasi selama 4 hari. Bilangan asam tertinggi sebesar 28,9247 mg KOH/g minyak dihasilkan pada kondisi inkubasi dimana laju alir udara sebesar 813 ml/menit dan lama inkubasi selama 5,5 hari. Data hasil analisis bilangan asam disajikan pada Lampiran 3. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa faktor laju alir udara (X1) berpengaruh nyata terhadap nilai bilangan asam minyak jarak. Hasil analisis statistik bilangan asam minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak disajikan pada Lampiran 5. Koefisien parameter dan nilai signifikansi analisis bilangan asam minyak jarak hasil hidrolisis in situ disajikan pada Tabel 9.

23

Tabel 9. Koefisien parameter dan nilai signifikansi bilangan asam Parameter Intersep Laju alir udara (X1) Lama inkubasi (X2) Interaksi X1 dan X2 r2 Koefisien Parameter -103,90406 0,28569 -0,60442 0,00425 0,9839 Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa pada selang kepercayaan 94,31 persen, laju alir udara (X1) berpengaruh signifikan terhadap peningkatan bilangan asam minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak. Semakin besar laju alir udara yang diberikan akan mengakibatkan bilangan asam semakin meningkat. Peningkatan bilangan asam minyak jarak menunjukkan peningkatan kandungan asam lemak bebas dalam minyak, dalam hal ini adalah asam risinoleat. Asam lemak bebas ini disamping berasal dari aktivitas hidrolisis lipase biji jarak, kemungkinan juga berasal dari aktivitas lipase kapang yang tumbuh pada biji jarak selama proses inkubasi. Menurut Hartley (1977), asam lemak bebas dalam minyak sawit dibentuk melalui reaksi autokatalis oleh enzim lipolitik lipase yang berasal dari buah sawit ataupun dari kapang. Pertumbuhan kapang pada proses hidrolisis in situ minyak jarak dalam biji jarak mulai terlihat nyata setelah 1 hari inkubasi. Laju alir udara (X1) yang tinggi menunjukkan tingginya laju difusi oksigen ke dalam biji jarak. Ketersediaan oksigen merupakan salah satu faktor lingkungan yang menentukan pembentukan enzim lipase mikrobial. Giuseppin (1984) menyatakan bahwa produksi lipase dari Rhizopus delemar tergantung pada konsentrasi oksigen pada kultur media. Peningkatan konsentrasi oksigen akan meningkatkan konsentrasi lipase pula. Semakin tinggi laju difusi oksigen dalam inkubator akan mempermudah pertumbuhan mikroba lipolitik sehingga dihasilkan lipase yang lebih banyak. Jenis-jenis kapang penghasil lipase yang tumbuh pada biji jarak selama proses inkubasi antara lain Aspergillus niger dan Signifikansi 0,9274 0,9431 0,5720 0,8042

24

Rhizopus sp. Hasil pengujian mikrobiologi kapang pada biji jarak yang telah diinkubasi disajikan pada Lampiran 4 yaitu pada sampel A. Menurut Gandhi (1997), lipase mikroba diproduksi dari fermentasi bakteri, kapang dan khamir yang berbeda, seperti Rhizopus delemar, Aspergillus Niger, Geotrichum candidum, Candida rugosa dan Chromobacterium viscocum. Lipase mikroba merupakan enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh mikroba lipolitik yang bertindak sebagai katalisator terhadap proses hidrolisis minyak dan lemak. Dengan demikian keberadaan lipase mikroba akan semakin meningkatkan bilangan asam minyak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak akibat proses hidrolisis yang dikatalisisnya. Biji jarak berbeda dengan biji-biji yang lain, meskipun dalam keadaan dorman, biji jarak masih mengandung enzim lipase aktif (Mukherjee dan Hills, 1994). Tingginya kandungan lipase dalam biji jarak akan semakin mempercepat terjadinya proses hidrolisis in situ dalam biji jarak karena enzim lipase merupakan biokatalis dalam reaksi hidrolisis dalam biji jarak. Menurut Kirk dan Othmer (1964), biji jarak mengandung enzim lipase yang dapat mengkatalisis hidrolisis minyak dalam air. Dalam proses inkubasi ini dilakukan penambahan air ke dalam inkubator melalui aerasi yang dipaksakan dengan udara lembab. Hal ini dilakukan karena laju alir udara yang membawa udara lembab akan mempercepat terjadinya reaksi hidrolisis dalam biji jarak. Minyak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak dengan adanya air (Winarno, 1997). Semakin tinggi laju alir udara yang masuk inkubator, semakin banyak pula udara lembab yang dibawa. Hal ini akan menunjang berjalannya proses hidrolisis in situ minyak jarak dalam biji jarak. Pada selang kepercayaan 90 persen, faktor lama inkubasi (X2) tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan bilangan asam. Hal ini disebabkan lipase yang merupakan biokatalis dalam proses hidrolisis hanya beraktivitas secara maksimum dalam rentang waktu tertentu saja. Menurut Stark et al. (1998), aktivitas enzim epoksida hidrolase yang terdapat dalam biji jarak akan mencapai titik maksimum setelah melewati 4 6 hari inkubasi.

25

Interaksi antara faktor laju alir udara (X1) dan lama inkubasi (X2) masih berpengaruh terhadap nilai bilangan asam pada tingkat signifikansi 80,42 persen. Hubungan antara laju alir udara dan lama inkubasi terhadap bilangan asam disajikan pada Gambar 10.
30 25 Bilangan Asam 20 15 10 5 0 X2Lama inkubasi X2+ X1X1+ X1X1+

Gambar 10. Pengaruh interaksi laju alir udara (X1) dan lama inkubasi (X2) terhadap bilangan asam. Gambar 10 menunjukkan bahwa penambahan lama inkubasi pada laju alir udara tinggi maupun rendah akan meningkatkan nilai bilangan asam. Namun peningkatan nilai bilangan asam pada laju alir udara tinggi lebih cepat dibandingkan peningkatan bilangan asam pada laju alir udara rendah. Hal ini disebabkan pada laju alir udara tinggi, difusi oksigen akan semakin banyak sehingga mikroorganisme penghasil lipase akan tumbuh dengan optimal.

2. Bilangan Iod Bilangan iod merupakan parameter yang menyatakan derajat ketidakjenuhan atau adanya kandungan ikatan rangkap pada minyak atau lemak (AOAC, 1995). Tingkat ketidakjenuhan minyak ditunjukkan melalui pengikatan senyawa iod oleh ikatan rangkap (tidak jenuh) pada minyak. Asam lemak yang tidak jenuh mampu menyerap sejumlah iod membentuk senyawa yang jenuh. Besarnya iod yang diserap menunjukkan jumlah ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh dalam minyak. Bilangan iod

26

dinyatakan dalam gram iod yang diikat oleh 100 gram minyak atau lemak (Ketaren, 1986). Bilangan iod minyak jarak pada penelitian ini berkisar antara 74,8970 hingga 88,6779 g I2/g minyak. Nilai bilangan iod terendah yaitu 74,8970 g I2/g minyak dihasilkan pada kondisi proses dimana laju alir udara sebesar 1102 ml/menit dan lama inkubasi selama 4 hari. Bilangan iod tertinggi sebesar 88,6779 g I2/g minyak dihasilkan pada kondisi inkubasi dimana laju alir udara sebesar 813 ml/menit dan lama inkubasi selama 5,5 hari. Data hasil analisis bilangan iod disajikan pada Lampiran 3. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa baik laju alir udara (X1) maupun lama inkubasi (X2) tidak berpengaruh nyata terhadap nilai bilangan iod minyak jarak. Koefisien parameter dan nilai signifikansi analisis bilangan iod minyak jarak hasil hidrolisis in situ minyak jarak dalam biji jarak disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Koefisien parameter dan nilai signifikansi bilangan iod Parameter Intersep Laju alir udara (X1) Lama inkubasi (X2) Interaksi X1 dan X2 r2 Koefisien Parameter 29,67182 0,11510 -0,27094 0,00302 0.7010 Signifikansi 0,6399 0,7247 0,5126 0,6168

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa pada tingkat signifikansi 80 persen, laju alir udara (X1) dan lama inkubasi (X2) tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai bilangan iod minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan jumlah ikatan rangkap (tidak jenuh) pada minyak jarak selama proses hidrolisis. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pada proses inkubasi biji jarak ini hanya terjadi reaksi hidrolisis. Reaksi-reaksi lain yang menyebabkan perubahan jumlah ikatan rangkap seperti polimerisasi

27

termal, dehidrasi dan oksidasi termal, kecil kemungkinan terjadi karena proses inkubasi biji jarak ini menggunakan suhu pada kisaran 29 31oC. Tidak adanya perubahan jumlah ikatan rangkap pada proses hidrolisis in situ minyak jarak dalam biji jarak ini menunjukkan bahwa proses sudah berlangsung seperti yang diinginkan. Perubahan jumlah ikatan rangkap pada minyak jarak mengindikasikan perubahan jenis asam lemak dominan dalam minyak jarak. Asam lemak dominan dalam minyak jarak adalah asam risinoleat yang hanya mempunyai satu ikatan rangkap. Perubahan jumlah ikatan rangkap pada asam lemak minyak jarak mengindikasikan bahwa asam lemak bebas yang terbentuk bukan lagi asam risinoleat melainkan asam lemak yang lain seperti asam palmitat (CH3(CH2)14COOH) yang merupakan asam lemak jenuh. Hal ini jelas tidak diinginkan dalam proses produksi asam risinoleat melalui hidrolisis in situ ini.

3. Bilangan Penyabunan Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan satu gram minyak atau lemak. Bilangan penyabunan merupakan parameter yang menyatakan jumlah kandungan asam lemak yang dapat disabunkan. Proses penyabunan adalah proses hidrolisis yang disengaja, yaitu dengan mereaksikan minyak dengan alkali pada kondisi lingkungan asam (AOAC, 1995; Ketaren, 1986). Proses penyabunan dapat terjadi karena adanya reaksi antara tiga molekul KOH dengan trigliserida menghasilkan gliserol dan sabun. Nilai bilangan penyabunan berkorelasi dengan bobot molekul minyak. Minyak yang memiliki bobot molekul lebih tinggi akan memiliki bilangan penyabunan yang lebih rendah daripada minyak dengan bobot molekul rendah. Sebagai contoh, bilangan penyabunan asam linoleat pada minyak sawit lebih tinggi daripada bilangan penyabunan asam oleat pada minyak sawit (Ketaren, 1964). Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai pendek berarti mempunyai bobot molekul relatif kecil sehingga memiliki nilai bilangan penyabunan yang besar dan sebaliknya. Jadi nilai

28

bilangan penyabunan ditentukan oleh bobot molekul asam lemak penyusunnya. Bilangan penyabunan minyak jarak yang dihidrolisis secara in situ pada penelitian ini berkisar antara 159,2723 hingga 159,9789 mg KOH/g minyak. Nilai bilangan penyabunan terendah yaitu 159,2723 mg KOH/g minyak dihasilkan pada kondisi proses dimana laju alir udara sebesar 563 ml/menit dan lama inkubasi selama 4 hari. Bilangan penyabunan tertinggi sebesar 159,9789 mg KOH/g minyak dihasilkan pada kondisi inkubasi dimana laju alir udara sebesar 1102 ml/menit dan lama inkubasi selama 7 hari. Data hasil analisis bilangan penyabunan disajikan pada Lampiran 3. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa bilangan penyabunan minyak jarak hasil proses hidrolisis in situ dalam biji jarak dipengaruhi oleh interaksi antara laju alir udara (X1) dengan lama inkubasi (X2) dan lama inkubasi (X2). Koefisien parameter dan nilai signifikansi analisis bilangan penyabunan minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Koefisien parameter dan nilai signifikansi bilangan penyabunan Parameter Intersep Laju alir udara (X1) Lama inkubasi (X2) Interaksi X1 dan X2 r2 Koefisien Parameter 159,158676 0,000505 -0,140303 0,000274 0.9984 Signifikansi 0,9996 0,7608 0,9460 0,9682

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa, pada tingkat signifikansi sebesar 90 persen, laju alir udara (X1) tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bilangan penyabunan minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak. Namun, interaksi antara laju alir udara (X1) dan lama inkubasi (X2) berpengaruh nyata terhadap peningkatan bilangan penyabunan minyak jarak pada tingkat kepercayaan 96,82 persen. Hal ini disebabkan

29

interaksi antara kedua faktor tersebut akan mempercepat terbentuknya hidroperoksida dalam minyak. Keberadaan hidroperoksida menyebabkan minyak mengalami penguraian dan pemecahan pada rantai gliserida menjadi rantai yang lebih pendek. Terbentuknya senyawa dengan rantai yang lebih pendek ini menyebabkan peningkatan bilangan penyabunan minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak. Hidroperoksida pada asam lemak tak jenuh terbentuk oleh proses autooksidasi (Ho et al., 1996). Autooksidasi oleh oksigen udara akan terjadi secara spontan jika bahan yang mengandung minyak dibiarkan kontak dengan udara. Peningkatan laju alir udara ke inkubator akan menyebabkan laju difusi oksigen ke dalam biji jarak akan semakin cepat sehingga kontak oksigen dengan minyak dalam biji jarak akan semakin tinggi. Hal tersebut akan mempercepat terjadinya proses autooksidasi dalam minyak. Dekomposisi hidroperoksida meliputi pemecahan gugus -OOH menghasilkan radikal alkoksi dan radikal hidroksi seperti disajikan pada Gambar 11. Mekanisme pembentukan radikal bebas dari hidroperoksida meliputi pemindahan atom hidrogen dari gugus -metilen pada minyak (Ho et al., 1996). Menurut Winarno (1997), sebuah atom hidrogen yang terikat pada atom karbon yang terletak di sebelah atom karbon lain yang mempunyai ikatan rangkap dapat disingkirkan oleh suatu kuantum energi sehingga membentuk radikal bebas. Dengan adanya O2, radikal bebas ini dapat membentuk peroksida aktif yang menyebabkan terbentuknya hidroperoksida yang bersifat sangat tidak stabil dan mudah pecah menjadi senyawa dengan bobot molekul lebih rendah. Menurut Ketaren (1986), hasil degradasi hidroperoksida terdiri dari persenyawaan alkohol, aldehid, asam serta persenyawaan tidak jenuh dengan bobot molekul lebih rendah. Terbentuknya senyawa dengan bobot molekul rendah ini menyebabkan peningkatan bilangan penyabunan minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak.

30

R1

CH

CH CH

R2

R1

CH

CH

CH R2 + OH O

O OH

Gambar 11. Reaksi dekomposisi hidroperoksida Hubungan antara laju alir udara dan lama inkubasi terhadap bilangan penyabunan disajikan pada Gambar 12.
160,2 160 Bilangan penyabunan 159,8 159,6 X1+ 159,4 159,2 159 158,8 X2Lama inkubasi X2+ X1X1X1+

Gambar 12. Pengaruh interaksi laju alir udara (X1) dan lama inkubasi (X2) terhadap bilangan penyabunan. Gambar 12 menunjukkan bahwa semakin besar lama inkubasi dan semakin tinggi laju alir udara menyebabkan bilangan penyabunan minyak jarak semakin tinggi. Hal ini dikarenakan bahwa dengan semakin besar lama inkubasi dan laju alir udara, maka laju reaksi autooksidasi akan semakin tinggi sehingga terbentuk senyawa dengan bobot molekul rendah yang akan meningkatkan nilai bilangan penyabunan. Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa, pada tingkat signifikansi sebesar 94,60 persen, faktor lama inkubasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan bilangan penyabunan minyak jarak. Semakin lama waktu inkubasi akan menyebabkan penurunan bilangan penyabunan. Selama proses inkubasi kadar hidroperoksida dalam lemak akan terus meningkat dan setelah mencapai nilai maksimum, maka

31

persentase oksigen dalam minyak akan meningkat secara bertahap. Setelah itu akan terjadi reaksi degradasi yang menghasilkan senyawa menguap. Hal inilah yang menyebabkan penurunan bilangan penyabunan dengan semakin lamanya waktu inkubasi.

4. Indeks Bias Indeks bias merupakan parameter yang menunjukkan besarnya derajat penyimpangan cahaya yang dilewatkan pada contoh minyak dan lemak (AOAC, 1995). Nilai indeks bias dapat menyatakan panjangnya rantai karbon, peningkatan bobot molekul, dan keberadaan sejumlah ikatan rangkap dalam minyak. Parameter tersebut umumnya digunakan untuk menguji kemurnian minyak. Indeks bias juga dipengaruhi oleh faktorfaktor seperti kadar asam lemak bebas, proses oksidasi, dan suhu (Ketaren, 1986). Minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak menghasilkan nilai indeks bias antara 1,4726 sampai 1,4756. Indeks bias terendah yaitu senilai 1,4726 dihasilkan pada kondisi dimana laju alir udara sebesar 813 ml/menit dan lama inkubasi selama 5,5 hari. Nilai indeks bias tertinggi sebesar 1,4756 dihasilkan pada kondisi inkubasi dimana laju alir udara sebesar 1102 ml/menit dan lama inkubasi selama 7 hari. Data hasil pengukuran indeks bias disajikan pada Lampiran 3. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang memberikan pengaruh nyata terhadap nilai indeks bias minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak. Hal ini menunjukkan bahwa faktor laju alir udara (X1) maupun lama inkubasi (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai indeks bias minyak jarak. Koefisien parameter dan nilai signifikansi indeks bias minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak disajikan pada Tabel 12.

32

Tabel 12. Koefisien parameter dan nilai signifikansi indeks bias Parameter Intersep Laju alir udara (X1) Lama inkubasi (X2) Interaksi X1 dan X2 r2 Koefisien Parameter 1,4841110 -0,0000309 0,0003330 0,0000000 0.7278 Signifikansi 0,9975 0,7802 0,5799 0,5000

Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa pada tingkat signifikansi 80 persen, laju alir udara (X1) dan lama inkubasi (X2) tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai indeks bias minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak. Hal ini menunjukkan bahwa selama proses inkubasi tidak terjadi reaksi pembentukan maupun pemutusan ikatan rangkap secara signifikan. Semakin panjang rantai karbon dan semakin banyak ikatan rangkap, indeks bias bertambah besar. Peningkatan indeks bias suatu minyak atau lemak sebanding dengan peningkatan jumlah ikatan rangkap (Formo, 1979).

D. PERMUKAAN RESPON PARAMETER BILANGAN ASAM Pada penelitian ini dilakukan analisis permukaan respon dari pengaruh faktor perlakuan sehingga diperoleh nilai faktor yang menghasilkan bilangan asam tertinggi. Analisis permukaan respon pada bilangan asam minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak dilakukan dengan menggunakan Metode Permukaan Respon (Response Surface Methodology). Metode Permukaan Respon adalah bentuk analisis yang digunakan pada respon yang dipengaruhi oleh beberapa faktor dan bertujuan untuk menentukan kondisi optimum dari respon tersebut. Nilai bilangan asam minyak jarak hasil hidrolisis in situ pada tahap optimasi ini berkisar antara 8,0652 hingga 44,2250 mg KOH/g minyak. Nilai bilangan asam terendah yaitu senilai 8,0652 mg KOH/g minyak dihasilkan pada kondisi proses dimana laju alir udara sebesar 563 ml/menit dan lama

33

inkubasi selama 4 hari. Bilangan asam tertinggi sebesar 44,2250 mg KOH/g minyak dihasilkan pada kondisi inkubasi dimana laju alir udara sebesar 1211,2 ml/menit dan lama inkubasi selama 5,5 hari. Data hasil analisis optimasi bilangan asam disajikan pada Lampiran 3. Hubungan antara laju alir udara (X1) dan lama inkubasi (X2) terhadap nilai bilangan asam disajikan pada Gambar 13. D

Gambar 13. Hubungan laju alir udara (X1) dan lama inkubasi (X2) terhadap bilangan asam. Koefisien parameter dan nilai signifikansi optimasi bilangan asam disajikan pada Tabel 13. Model terbaik untuk memaksimumkan proses hidrolisis in situ minyak jarak dalam biji jarak menggunakan analisis permukaan respon adalah model polinomial kuadratik. Persamaan dari model tersebut dapat ditulis sebagai berikut. Y = 27,21 + 4,74X1 + 5,05X2 + 1,26(X1)2 + 1,72X1X2 7,06(X2)2 r2 = 0.6610 Keterangan : Y = bilangan asam (mg KOH/g minyak) X1 = Laju alir udara (ml/menit) X2 = lama inkubasi (hari)

34

Tabel 13. Koefisien parameter dan nilai signifikansi optimasi bilangan asam Parameter Intersep Laju alir udara (X1) Lama inkubasi (X2) Interaksi X1 dan X1 Interaksi X1 dan X2 Interaksi X2 dan X2 r2 Koefisien Parameter 27,2093 4,7439 5,0489 1,2627 1,7185 -7,0563 0.6610 Signifikansi 0,9919 0,8817 0,8935 0,6033 0,6302 0,9035

Gambar 13 menunjukkan bahwa nilai bilangan asam akan cenderung mengalami peningkatan seiring dengan penambahan lama inkubasi. Namun penambahan lama inkubasi tidak selamanya akan meningkatkan nilai bilangan asam. Pada lama inkubasi tertentu, bilangan asam minyak jarak akan mencapai nilai maksimum dan setelah itu mulai mengalami penurunan seiring dengan penambahan lama inkubasi. Nilai maksimum bilangan asam minyak jarak didapatkan setelah lama inkubasi mencapai 6,04 hari dan nilai ini merupakan lama inkubasi optimal untuk menghasilkan minyak jarak dengan bilangan asam tertinggi. Kenaikan nilai bilangan asam terhadap lama inkubasi untuk mencapai titik maksimum pada laju alir udara tinggi lebih curam dibandingkan kenaikan bilangan asam pada laju alir udara rendah. Pada Gambar 13 juga dapat dilihat bahwa pada lama inkubasi yang optimum yaitu 6,04 hari (titik 0,3), nilai bilangan asam minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak akan mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan laju alir udara. Nilai bilangan asam tertinggi terjadi pada saat laju alir udara tinggi dan lama inkubasi berada di titik optimum. Nilai bilangan asam mencapai titik terendah pada laju alir udara rendah dan lama inkubasi yang rendah pula. Pengaruh dari satu faktor perlakuan terhadap nilai bilangan asam pada faktor utama lain yang bernilai tetap disajikan pada empat gambar yang berbeda, yaitu Gambar 14 - 17. Gambar 14 merupakan gambar permukaan

35

respon yang menunjukkan pengaruh lama inkubasi (X2) terhadap bilangan asam pada laju alir udara tinggi.

D
40 30 20 10 0 -10

A Gambar 14. Pengaruh lama inkubasi (X2) terhadap bilangan asam pada laju alir udara tinggi. Pada Gambar 14 diketahui bahwa pada laju alir udara tinggi, nilai bilangan asam mengalami peningkatan dengan cepat pada hari-hari awal inkubasi dan akan mencapai nilai maksimum setelah 6,04 hari (titik 0,3). Nilai maksimum bilangan asam yang dapat dicapai pada laju alir udara tinggi sebesar 44,250 mg KOH/g minyak. Seiring dengan bertambahnya lama inkubasi, nilai bilangan asam akan mengalami penurunan setelah melewati batas maksimum yaitu setelah 6,04 hari. Untuk mengetahui pengaruh lama inkubasi (X2) terhadap nilai bilangan asam pada laju alir udara rendah dapat dilihat pada Gambar 15.

36

B
40 30 20 10 0 -10

Gambar 15. Pengaruh lama inkubasi (X2) terhadap bilangan asam pada laju alir udara rendah. Gambar 15 merupakan gambar permukaan respon dari bilangan asam sebagai fungsi dari lama inkubasi pada laju alir udara rendah. Pada gambar 15 dapat diketahui bahwa pada laju alir udara rendah, nilai bilangan asam juga mengalami peningkatan seiring dengan penambahan lama inkubasi. Akan tetapi nilai maksimum bilangan asam pada laju alir udara rendah masih di bawah nilai maksimum bilangan asam pada laju alir udara tinggi. Nilai maksimum bilangan asam yang dapat dicapai pada laju alir udara rendah hanya sebesar 28,6313 mg KOH/g minyak. Sama halnya saat laju udara tinggi, penambahan lama inkubasi pada laju alir udara rendah akan cenderung menurunkan nilai bilangan asam setelah bilangan asam mencapai nilai maksimum. Nilai maksimum bilangan asam pada laju alir udara rendah didapatkan setelah 5,65 hari (titik 0,1) inkubasi. Gambar 16 merupakan gambar permukaan respon yang menunjukkan pengaruh laju alir udara (X1) terhadap nilai bilangan asam pada lama inkubasi tinggi.

37

C
40 30 20 10 0 -10

Gambar 16. Pengaruh laju alir udara (X1) terhadap bilangan asam pada lama inkubasi tinggi. Pada Gambar 16 dapat diketahui bahwa pada lama inkubasi tinggi, perubahan laju alir udara masih mempengaruhi nilai bilangan asam minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak. Nilai bilangan asam akan selalu mengalami peningkatan seiring peningkatan laju alir udara pada lama inkubasi tinggi. Pada laju alir udara rendah peningkatan nilai bilangan asam berjalan dengan lambat. Namun seiring dengan peningkatan laju alir udara, laju kenaikan bilangan asam minyak jarak akan semakin cepat. Untuk mengetahui pengaruh laju alir udara (X1) terhadap nilai bilangan asam pada lama inkubasi rendah dapat dilihat pada Gambar 17. Pada Gambar 17 dapat dilihat bahwa pada lama inkubasi rendah, peningkatan laju alir udara tidak berpengaruh terhadap peningkatan bilangan asam minyak jarak hasil hidrolisis in situ minyak jarak dalam biji jarak. Pada lama inkubasi rendah dan laju alir udara rendah akan memberikan hasil bilangan asam yang terendah diantara kondisi inkubasi lain. Saat lama inkubasi rendah dan laju alir udara tinggi, nilai bilangan asam hanya sedikit

38

A
40 30 20 10 0 -10

Gambar 17. Pengaruh laju alir udara (X1) terhadap bilangan asam pada lama inkubasi rendah. lebih tinggi dari pada saat laju udara rendah. Jika dilihat pada lama inkubasi optimal yaitu 6,04 hari (titik 0,3), peningkatan laju alir udara akan meningkatkan nilai bilangan asam dengan cepat dan bilangan asam akan mencapai nilai tertinggi. Hasil analisis canonical terhadap permukaan respon menunjukkan bahwa model permukaan respon berbentuk sadel (saddle point). Dari model permukaan respon tersebut dapat diketahui bahwa faktor laju alir udara belum memberikan nilai optimum untuk kondisi inkubasi sehingga menghasilkan nilai bilangan asam yang optimum. Akan tetapi faktor lama inkubasi telah menghasilkan nilai optimum untuk inkubasi yaitu selama 6,04 hari. Model permukaan respon yang berbentuk sadel (saddle point) menyebabkan nilai optimum bilangan asam tidak dapat ditentukan karena nilai bilangan asam masih berpotensi naik jika laju alir udara ditingkatkan. Perkiraan nilai bilangan asam terbaik diperoleh dari estimasi nilai maksimum respon. Nilai bilangan asam maksimum adalah 37,81 mg KOH/g minyak dengan kondisi inkubasi dimana laju alir udara sebesar 1208,22 ml/menit dan lama inkubasi selama 6,04 hari.

39

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa laju alir udara berpengaruh positif terhadap peningkatan bilangan asam pada tingkat signifikansi 94,31 persen. Interaksi laju alir udara dengan lama inkubasi juga masih berpengaruh positif terhadap peningkatan nilai bilangan asam pada tingkat kepercayaan 80 persen. Pada tingkat kepercayaan 96,82 persen, interaksi antara laju alir udara dan lama inkubasi berpengaruh positif terhadap peningkatan bilangan penyabunan. Lama inkubasi juga berpengaruh terhadap bilangan penyabunan pada tingkat signifikansi 90 persen. Pengaruh linear dari laju alir udara, lama inkubasi, maupun interaksi kedua faktor tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai bilangan iod maupun indeks bias minyak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak. Uji mikrobiologi menunjukkan bahwa pada biji jarak yang telah diinkubasi, teridentifikasi kapang penghasil lipase antara lain Aspergillus niger, Rhizopus sp., dan Penicillium sp. Hasil analisis canonical terhadap permukaan respon bilangan asam menunjukkan bahwa model permukaan respon berbentuk sadel (saddle point). Hal tersebut menyebabkan nilai optimum tidak dapat ditentukan dari model permukaan respon. Hasil pendugaan nilai terbaik dari bilangan asam sebesar 37,81 mg KOH/g minyak dihasilkan pada kondisi inkubasi dimana laju alir udara sebesar 1208,22 ml/menit dan lama inkubasi selama 6,03 hari.

B. SARAN Hal yang dapat disarankan dari penelitian ini adalah perlunya analisis tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses hidrolisis in situ minyak jarak dalam biji jarak, antara lain faktor suhu inkubasi dan kelembaban udara dalam inkubator.

DAFTAR PUSTAKA Aires-Barros, M.R, M.A. Taipa dan J.M.S. Cabral. 1994. Isolation and Purification of Lipases. Di dalam P. Woolley dan S.B. Petersen, (ed). Lipases: Their Structure, Biochemistry and Application. Cambridge University Press, Cambridge. P 243-270. Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari N.L, Sedarnawati, Budiyanto S. 1989. Analisis Pangan. Petunjuk Laboratorium. Bogor : Depdikbud Dirjen Dikti, PAU Pangan dan Gizi. IPB. Armstrong, W.P. 2004. The Castor Bean. http://waynesword.palomar.edu/ worthypl.htm [27 Juni 2005]. [AOAC] American Official Analytical Chemistry. 1995. Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical Chemist. 14th edition. AOAC, Inc., Arlington, Virginia. Brockman, H.L. 1984. General Feature of Lipolisis Reaction Reaction Schem: Interfacial Structure and Approach in Brongstrom and Brockman (ed), Lipases : 443-469. Corzo, G dan Revah S. 1999. Production and characteristics of the lipase from Yarrowia lipolytica 681. Biresource Tecnology 70 : 173-180. Darwis, A.A dan E. Sukara. 1990. Isolasi, Purifikasi, dan Karakteristik Enzim. PAU Bioteknologi-IPB, Bogor. Departemen Pertanian. 2004. http://database.deptan.go.id/bdst web/f4-free-frame [20 Agustus 2005] Dixon, M. dan Z.C. Webb. 1964. Enzymes. Academic Press Inc. Publ., New York. Djatmiko, B dan P. Wijaya. 1984. Teknologi Minyak dan Lemak, I. Agroindustri Press, Fateta, IPB Bogor. Formo, M.W. 1979. Property of Fat and Fatty Acid. Di dalam Baileys Industrian Oil and Fat Products Vol. 1 4th ed, John Wiley and Sons Inc., A Wiley Interscience Publication, New York. Gandhi, N.N. 1997. Application of Lipase. J. Am. Oil Chem. Soc. 74, 621634. Giuseppin, M.L.F., 1984. Effects of dissolved oxygen concentration of lipase production by Rhyzopus delemar. Appl. Microbial. Biotechnol. 20, 161165.

Guner, F.S. 1997. Castor Oil Dehidration Kinetics. JAOCS Vol. 74 No. 4, 409-412. Hariyadi, P. 1997. Esterification Specificity of C. Antartica Lipase in Microaqueous System. Bogor : IPB, Center for Food and Nutrition Study. Hartley, C.W.S. 1977. The Oil Palm. John Wiley and Sons Inc., New York. Herawan, T. 1993. Pembuatan Produk-Produk Oleokimia dari Minyak Kelapa Sawit Menggunakan Proses Enzimatis. Berita Pusat Penelitian kelapa Sawit, Vol. 1, No. 2. Ho, C.T, Q. Chen dan R. Zhou. 1996. Flavor Compounds in Fats and Oils. Di dalam Baileys Industrian Oil and Fat Products Vol. 1 5th ed, John Wiley and Sons Inc., A Wiley Interscience Publication, New York. http://www.nafed.go.id/indo/berita/index.php?artc=1790 [12 Agustus 2005] http://www.sciencelab.com/page/S/PVAR/10425/SLR1153. [4 Desember 2005] Iwai, N dan Y. Tsujisaka. 1984. Fungal Lipase di dalam Borgstrom (ed.) Lipases. Elsevier Sc. Pub., Amsterdam, Netherland. P443-469. Jachmanian, I, M. Perifanova-Nemska, M. Grompone, dan K. D. Mukherjee. 1995. Germinating rapeseed as biocatalyst: hydrolysis of exogenous and endogenous triacylglycerols. J. Agric. Food Chem, 43, 2992-2996. Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta. Kurashige J, Matsuzaki N dan Takahashi H. 1993. Enzymatic modification of canola/palm oil mixture effects on the fluidity of the mixture. JAOCS 70(9):849-852. Kirk, R.E. dan D.F. Othmer, 1964. Encyclopedia of Chemical Technology Vol. 3. The Interscience Encyclopedia Inc., New York, USA. Loebis, B. 1989. Cara dan Rancangan Perebusan Tandan Kelapa Sawit. Bul. Perkebunan. 20 (2):89-95. Balai Penelitian Perkebunan Medan (RISPA), Medan. Lehninger, A.L. 1995. Dasar-Dasar Biokimia. Terjemahan oleh Suhartono, M.T. Penerbit Erlangga, Jakarta. Macrae, A.R. 1983. Extracelluler Microbial Lipase. Di dalam W. M. Forgarty. Microbial Enzymes and Biotechnology. Appl. Sci Publ. London.

42

Mukherjee. K.D dan M.J. Hills. 1994. Lipases from Plants. Di dalam P. Woolley dan S.B. Petersen, (ed). Lipases: their structure, biochemistry and application. Cambridge University Press, Cambridge. P 49-75. Ramamurthi, S, V. Manohar, dan V.V. S. Mani, 1998. Characterizatiaon of fatty acid isomers in dehydrated castor oil by gas chromathography and gas chromathography-mass spectrometry techniques. AOCS Press. Ridder, E.R., S.E. Nokes, dan B. L. Knutson. 1999. Optimization of solid-state fermentation parameters for the production of xylanase by Trichoderma longibrachiatum on wheat bran in a forced aeration system. ASAE Vol. 42(6) : 1785-1790. Salunkhe, D.K., J.K. Chavan, R.N. Adsule, dan S.S. Kadam. 1992. World Oilseeds Chemistry, Technology and Utilization. Van Nostrand Reinhold, New York. Stark, A, H. Houshmand, M. Sandberg, dan J. Meijer. 1994. Characterization of the activity of fatty-acid epoxide hidrolase in seeds of castor bean (Ricinus communis L.). Planta 97 : 84-88. SBP Board of Consultants and Engineers. 1983. Castor Oil and Its Derivatives, Small Business Publications, New Delhi. SNI 01 - 3555. 1998. Cara Uji Minyak dan Lemak. Standar Nasional Indonesia. Standar Nasional Indonesia. 1989. Biji Jarak. SNI 01-1677-1989. Swern, D. 1979. Baileys Industrial Oil and Fat Products. Vol 1 4th edition. John Wiley and Son, New York. Weiss, E.A. 1971. Castor, Sesame and Safflower. Leonord Hill Books, New York. Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

43

LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat biji jarak 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Sebanyak 2 - 10 gram contoh daging biji jarak yang telah dihaluskan ditimbang dalam cawan aluminium yang telah dikeringkan dan diketahui bobot tetapnya. Cawan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 150oC selama 2 jam. Cawan dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang. Pengeringan dilanjutkan lagi dan setiap setengah jam didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot yang konstan (kehilangan berat selama pengeringan 30 menit tidak lebih dari 0.05%). Kadar air dihitung dengan persamaan berikut : Kadar air = bobot awal bobot konstan bobot awal x 100%

2. Kadar Protein, Metode Mikro-Kjeldahl (Apriyantono et al., 1989) Sejumlah kecil sampel ditimbang (kira-kira 0,1 g), dipindahkan ke dalam labu Kjeldahl 30 ml. Selanjutnya ditambah 1,9 0,1 K2SO4, 40 10 mg HgO, 2,0 0,1 ml H2SO4 dan beberapa butir batu didih. Sample didihkan selama 11,5 jam sampai cairan menjadi jernih. Kemudian didinginkan dan ditambahkan sejumlah kecil air secara perlahan-lahan. Setelah dingin, isi labu dipindahkan ke dalam alat destilasi. Labu dicuci dan dibilas sebanyak 5-6 kali dengan 1-2 ml air, dan dipindahkan air cuciannya ke dalam alat destilasi. Erlenmeyer 125 ml yang berisi 5 ml larutan H2BO3 dan 2-4 tetes indikator (campuran 2 bagian metil merah 0,2% dalam alkohol dan 1 bagian metil biru 0,2% dalam alkohol) diletakkan di bawah kondensor. Ujung tabung kondensor harus terendam di bawah larutan H2BO3. Selanjutnya ditambahkan 8-10 ml larutan NaOH-Na2S2O3, kemudian dilakukan destilasi sampai tertampung kira-kira 15 ml destilat dalam erlenmeyer. Tabung kondensor dibilas dengan air dan air bilasannya ditampung dalam erlenmeyer yang sama. Isi erlenmeyer diencerkan sampai kira-kira 50 ml kemudian dititrasi dengan HCl 0,02 N sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Lakukan juga penetapan blanko. Perhitungan kadar protein biji jarak dilakukan dengan menggunakan

44

faktor konversi, yaitu sebesar 6,25 untuk biji-bijian. Faktor konversi menunjukkan besarnya persentase nitrogen di dalam protein yang terdapat di dalam biji jarak. %N= (ml HCl ml blanko) x N NaOH x 14,007 x 1000 mg sampel

% Protein = % N x faktor konversi Faktor konversi kadar protein berbagai macam bahan No. 1 2 3 4 5 6 7 Bahan Bir, sirup, biji-bijian, ragi, makanan ternak, buah-buahan, teh, malt, anggur, tepung jagung Beras Roti, gandum, makaroni, bakmi Kacang tanah Kedelai Kenari Susu dan produk-produk susu 5,95 5,70 5,46 5,71 5,18 6,38 Faktor konversi 6,25

3. Kadar Abu (AOAC, 1995) Contoh sebanyak 2 10 gram bahan dimasukkan dalam cawan porselin yang sudah ditimbang terlebih dahulu bobotnya. Contoh tersebut kemudian dibakar pada pemanas destruksi sampai terbentuk arang dan tidak timbul asap lagi. Setelah itu contoh dipanaskan dalam tanur pengabuan pada suhu 500oC 25oC, sampai dihasilkan warna abu keputih-putihan. Contoh yang sudah membentuk abu dimasukkan ke dalam desikator dan dibiarkan menjadi dingin sampai suhu kamar, dan ditimbang dengan segera. Contoh kemudian dipanaskan kembali dengan desikator, kemudian ditimbang kembali. Pekerjaan tersebut diulangi sampai selisih antara dua penimbangan berturutturut kurang dari 0.002 gram. Kadar abu = bobot abu bobot contoh X 100%

45

4. Kadar Lemak (AOAC, 1995) Contoh sebanyak 1 2 gram ditimbang secara seksama kemudian dimasukkan ke dalam tabung sampel berpori yang dialasi dengan kertas. Tabung sampel tersebut kemudian disumbat dengan kapas lalu dikeringkan dalam oven pada suhu tidak lebih dari 80oC selama lebih kurang 1 jam. Tabung sampel ini dimasukkan ke dalam soxhlet yang telah dihubungkan dengan labu lemak berisi batu didih yang telah dikeringkan dan telah diketahui bobotnya. Ekstrasi dilakukan menggunakan pelarut heksana atau pelarut lemak lainnya selama lebih kurang 6 jam. Setelah itu pelarut disulingkan dan ekstrak lemak dikeringkan dalam oven pengering pada suhu 105oC, kemudian labu lemak didinginkan dan ditimbang. Pengeringan ini diulangi hingga tercapai bobot tetap. Perhitungan yang berlaku untuk kadar lemak ini sebagai berikut : Kadar lemak = W W1 W2 X 100%

Dimana : W = bobot contoh (gram) W1 = bobot lemak sebelum ekstraksi W2 = bobot lemak sesudah ekstraksi 5. Kadar Serat Kasar (AOAC, 1995) Sebanyak 1 gram contoh ditimbang dengan teliti, kemudian ditambah 50 ml asam sulfat 0.325 N dan didihkan selama 30 menit. Sebanyak 25 ml NaOH 1.25 N ditambahkan ke dalam gelas piala tersebut dan dididihkan selama 30 menit. Kertas saring whatman no. 41 dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC, kemudian setelah didinginkan ditimbang. Campuran yang telah dididihkan disaring dengan kertas saring whatman no. 41 dalam corong buchner. Selanjutnya serat dicuci berturut-turut dengan menggunakan 50 ml air panas, 50 ml H2SO4 panas, 50 ml air panas dan terakhir 25 ml aseton. Kertas saring bersama-sama seratnya dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 1 2

46

jam sampai bobotnya tetap. Kadar serat kasar dihitung dengan menggunakan rumus : Kadar serat kasar = bobot endapan kering bobot awal X 100%

6. Kadar Karbohidrat (by difference) Kadar karbohidrat (%) = 100% - (P + KA + A + L) Dimana : P = kadar protein (%) KA = kadar air (%) A = abu (%) L = kadar lemak (%)

47

Lampiran 2. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak 1. Bilangan Asam (AOAC, 1995) Minyak yang akan diuji ditimbang sebanyak 5 gram dalam erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 50 ml alkohol netral 95%, lalu dipanaskan selama 10 menit dalam penangas air sambil diaduk. Setelah ditambahkan dua tetes indikator penolphtalein 1%, larutan dititrasi dengan KOH 0,1 N sampai berwarna merah jambu yang tidak hilang dalam beberapa detik, dan dihitung jumlah KOH yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas dalam satu gram minyak atau lemak. Perhitungan : Bilangan Asam = A N G A x N x 56,1 G

= jumlah KOH untuk titrasi = normalitas larutan KOH = bobot contoh (gram)

56,1 = bobot molekul KOH 2. Bilangan Iod (AOCS, 1995) Contoh minyak yang telah disaring ditimbang sebanyak 0,5 gram di dalam erlenmeyer 250 ml, lalu dilarutkan dengan 10 ml kloroform atau tetraklorida dan ditambahkan 25 ml pereaksi Wijs. Semua bahan di atas dicampur merata dan disimpan di dalam ruangan gelap selama satu jam. Sebagian iodium akan dibebaskan dari larutan. Setelah penyimpanan, ke dalamnya ditambahkan 10 ml larutan KI 15%. Iod yang dibebaskan kemudian dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai warna biru larutan tidak terlalu pekat. Selanjutya ditambahkan larutan kanji 1% dan titrasi kembali sampai warna biru hilang. Blanko dibuat dengan cara yang sama tanpa menggunakan minyak. Perhitungan : Bilangan Iod = (B S) x N x 12,69 G

48

B S N G 12.69

= jumlah ml Na2S2O3 untuk titrasi blanko = jumlah ml Na2S2O3 untuk titrasi sampel = normalitas larutan Na2S2O3 = bobot sampel (gram) = bobot atom iodium 10

3. Bilangan Penyabunan (SNI 01-3555, 1998) Contoh minyak atau lemak cair disaring dengan kertas saring untuk membuang bahan asing dan kandungan air. Kemudian ditimbang 4 sampai 5 gram contoh di dalam labu erlenmeyer 250 atau 300 ml. Ditambahkan perlahan-lahan 50 ml KOH 0,5 N beralkohol dengan pipet. Labu erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin tegak dan contoh dididihkan hati-hati sampai semua contoh tersabunkan dengan sempurna, yaitu jika diperoleh larutan yang bebas dari butir-butir lemak. Larutan didinginkan dan bagian dalam dari pendingin tegak dibilas dengan sedikit air. Ke dalam larutan ini ditambahkan 1 ml larutan indikator penolphtalein (1 persen di dalam 95 persen alkohol), kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai warna merah jambu menghilang. Blanko dibuat dengan cara yang sama tanpa menggunakan minyak. Perhitungan : Bilangan Penyabunan = (A B) x 28,05 G

A B G 28,01

= jumlah ml HCl 0,5 N untuk titrasi blanko = jumlah ml HCl 0,5 N untuk titrasi sampel = bobot sampel (gram) = setengah dari bobot molekul KOH

49

4. Indeks Bias (AOAC, 1995) Alat yang digunakan pada pengujian ini adalah refraktometer abbe yang dilengkapi dengan pengatur suhu. Pengujian dilakukan pada suhu 40oC untuk lemak dan pada suhu 25oC untuk minyak. Nilai indeks bias suatu minyak dipengaruhi oleh suhu yaitu pada suhu yang lebih tinggi indeks bias semakin kecil. Indeks bias pada suhu tertentu dapat diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut : R = R' + K (T' T) Keterangan : R R' T' K = Pembacaan skala pada suhu ToC = Pembacaan skala pada suhu T'oC = Suhu dimana R' akan dicari (oC) = Faktor koreksi; 0,000365 untuk lemak dan 0,000385 untuk minyak

50

Lampiran 3. Data analisis minyak jarak hasil hidrolisis in situ dalam biji jarak a. Data pengaruh linear faktor terhadap parameter bilangan asam, bilangan iod, bilangan penyabunan, dan indeks bias Run 1 2 3 4 5 6 Laju Alir Udara Masuk (X1) ml/menit 563 563 1102 1102 813 813 Lama Inkubasi (X2) hari 4 7 4 7 5,5 5,5 Kode X1 -1 -1 1 1 0 0 X2 -1 1 -1 1 0 0 Bilangan Asam 8,0652 13,4319 12,5768 24,8174 25,4895 28,9247 Bilangan Iod 75,6974 79,9851 74,8970 84,0678 79,6937 88,6779 Bilangan Penyabunan 159,2723 159,3137 159,4949 159,9789 159,5347 159,5661 Indeks Bias 1,4741 1,4751 1,4746 1,4756 1,4726 1,4743

b. Data permukaan respon parameter bilangan asam Run 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Laju Alir Udara Masuk (X1) ml/menit 563 563 1102 1102 813 813 813 813 487,4 1211,2 Lama Inkubasi (X2) hari 4 7 4 7 5,5 5,5 3,38 7,62 5,5 5,5 Kode X1 X2 -1 -1 -1 1 1 -1 1 1 0 0 0 0 0 -2 0 2 -2 0 2 0 Bilangan Asam 8,0652 13,4319 12,5768 24,8174 25,4895 28,9247 11,7380 27,8478 28,6313 44,2250

44

Lampiran 4. Hasil pengujian mikrobiologi kapang pada biji jarak

52

Lampiran 5a. Hasil analisis keragaman bilangan asam terhadap pengaruh laju alir udara dan lama inkubasi. Faktor X1 (laju alir udara) X2 (lama inkubasi) dk 3 2 JK 282,8016 89,3169 KT 94,2672 44,6584 F-Ratio 15,9770 7,5690 Prob > F 0,1814 0,2489 Beda Nyata Pada Tingkat Kepercayaan 0,8186 0,7511

Lampiran 5b. Koefisien parameter, standar deviasi dan nilai pada analisis bilangan asam Parameter Intersep X1 X2 Interaksi X1 dan X1 Interaksi X2 dan X1 Interaksi X2 dan X2 dk 1 1 1 1 1 0 Koefisien parameter -103,90406 0,28569 -0,60442 -0,00018 0,00425 0 Standar deviasi 24,1350840 0,0516320 2,6289510 0,0000291 0,0030040 . T pada H0: Prob > T Parameter=0 () -4,3050 0,1453 5,5330 0,1138 -0,2300 0,8561 -6,0660 0,1040 1,4150 0,3917 . .

Lampiran 6a. Hasil analisis keragaman bilangan iod terhadap pengaruh laju alir udara dan lama inkubasi Faktor X1 (laju alir udara) X2 (lama inkubasi) dk 3 2 JK 49,3403 51,2440 KT FRatio Prob > F 0,7848 0,6638 Beda Nyata Pada Tingkat Kepercayaan 0,2152 0,3362

16,4468 0,4080 25,6520 0,6350

Lampiran 6b. Koefisien parameter, standar deviasi dan nilai pada analisis bilangan iod Parameter Intersep X1 X2 Interaksi X1 dan X1 Interaksi X2 dan X1 Interaksi X2 dan X2 dk 1 1 1 1 1 0 Koefisien parameter 29,67182 0,11510 -0,27094 -0,00008 0,00302 0 Standar deviasi 63,1213380 0,1350340 6,8755890 0,0000762 0,0078570 . T pada H0: Prob > T Parameter=0 () 0,4700 0,7203 0,8520 0,5506 -0,0394 0,9749 -1,0140 0,4956 0,3840 0,7664 . .

53

Lampiran 7a. Hasil analisis keragaman bilangan penyabunan terhadap pengaruh laju alir udara dan lama inkubasi Faktor X1 (laju alir udara) X2 (lama inkubasi) dk 3 2 JK KT F-Ratio 167,5 119,7 Prob > F 0,0567 0,0645 Beda Nyata Pada Tingkat Kepercayaan 0,9433 0,9355

0,247697 0,082566 0,117985 0,058992

Lampiran 7b. Koefisien parameter, standar deviasi dan nilai pada analisis bilangan penyabunan Parameter Intersep X1 X2 Interaksi X1 dan X1 Interaksi X2 dan X1 Interaksi X2 dan X2 dk 1 1 1 1 1 0 Koefisien parameter 159,158676000 0,000505000 -0,140303000 -0,000000713 0,000274000 0 Standar T pada H0: Prob > T deviasi Parameter=0 () 0,220611000 721,4000 0,0009 0,000472000 1,0700 0,4784 0,024030000 -5,8390 0,1080 0,000000266 -2,6760 0,2276 0,000027462 9,9670 0,0637 . . .

Lampiran 8a. Hasil analisis keragaman indeks bias terhadap pengaruh laju alir udara dan lama inkubasi Faktor X1 (laju alir udara) X2 (lama inkubasi) dk 3 2 Prob > Beda Nyata F Pada Tingkat Kepercayaan 0,00000286 0,000000954 0,6610 0,6938 0,3062 0,00000100 0,000000500 0,3460 0,7688 0,2312 JK KT FRatio

Lampiran 8b. Koefisien parameter, standar deviasi dan nilai pada analisis indeks bias Parameter Intersep X1 X2 Interaksi X1 dan X1 Interaksi X2 dan X1 Interaksi X2 dan X2 dk 1 1 1 1 1 0 Koefisien parameter 1,4841110 -0,0000309 0,0003330 1,9126795 0 0 Standar deviasi 0,0119440 0,0000256 0,0013010 1,4421330 0,0000015 . T pada H0: Prob > T Parameter=0 () 124,3000 0,0051 -1,2100 0,4397 0,2560 0,8403 1,3260 0,4133 0 1,0000 . .

54

Lampiran 9a. Hasil analisis keragaman optimasi bilangan asam terhadap pengaruh laju alir udara dan lama inkubasi Faktor X1 (laju alir udara) X2 (lama inkubasi) dk 3 3 JK 192,4433 463,8505 KT 64,1477 154,6168 FRatio 0,678 1,633 Prob > F 0,6099 0,3161 Beda Nyata Pada Tingkat Kepercayaan 69,51 84,20

Lampiran 9b. Koefisien parameter, standar deviasi dan nilai pada analisis optimasi bilangan asam Parameter Intersep X1 X2 Interaksi X1 dan X1 Interaksi X2 dan X1 Interaksi X2 dan X2 dk 1 1 1 1 1 1 Koefisien parameter 27,2093 4,7439 5,0489 1,2627 1,7185 -7,0563 Standar deviasi 6,8228 3,4115 3,4115 4,5133 4,8244 4,5133 T pada H0: Prob > T Parameter=0 () 3,9880 0,0163 1,3910 0,2367 1,4800 0,2130 0,2800 0,7935 0,3560 0,7397 -1,5630 0,1930

Lampiran 9c. Hasil pendugaan optimasi terhadap nilai bilangan asam Kode Jarak 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 Hasil Pendugaan 27.209250 28.156311 29.079919 30.018703 30.990694 32.004530 33.064709 34.173771 35.333247 36.544118 37.807036 Standar error 6.822762 6.772003 6.624773 6.397348 6.120789 5.846865 5.654293 5.647553 5.935314 6.590636 7.627716 Nilai faktor dengan kode X1 X2 0 0 0.111704 0.086712 0.241894 0.146542 0.379308 0.189991 0.519358 0.224090 0.660382 0.252617 0.801757 0.277614 0.943235 0.300250 1.084714 0.321231 1.226153 0.341011 1.367537 0.359889

55

Lampiran 10. Dokumentasi

a) Biji jarak utuh

b) Biji jarak sebelum proses inkubasi

c) Biji jarak setelah proses inkubasi

d) Minyak hasil ekstraksi biji jarak sebelum dan setelah proses inkubasi

56

You might also like