You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya. Hak dan kewajiban warga negara dalam upaya bela negara, secara hukum telah dimuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Peraturan Perundang-undangan lainnya, yaitu : 1) Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 27 ayat (3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara 2) Undang-Undang No. 39 tentang HAM tahun 1999 dalam pasal 68 dinyatakan bahwa Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 3) Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara dalam pasal 2 Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri; pada pasal 9 ayat (1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.

Tentang hak dan kewajiban bela negara perlu dikaji lebih mendalam dari sisi etika, khususnya etika politik. Mengapa demikian ? Karena alasan-alasan hukum saja tidak memadai untuk dijadikan dasar tentang hak dan kewajiban bela negara. Maknanya hukum yang dibuat harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral, karena menyangkut martabat manusia. Pertanyaan yang mendasar yang diajukan dalam tulisan ini ialah, atas dasar apa negara menetapkan hak dan kewajiban warga negara untuk melakukan bela negara ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dalam pembahasan ini dibatasi pada tiga konsep, yaitu : a) kesadaran ; b) bela negara ; c) hak dan kewajiban membela negara.

Sebagai warga negara yang baik sudah sepantasnya kita turut serta dalam bela negara dengan mewaspadai dan mengatasi berbagai macam ATHG atau ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan pada NKRI ( Negara Kesatuan Republik Indonesia) seperti para pahlawan yang rela berkorban demi kedaulatan dan kesatuan NKRI.

B. Identifikasi Masalah Makalah ini akan mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1) Konsep-konsep bela Negara 2) Kewajiban bela negara 3) Perwujudan bela negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

C. Batasan Masalah Agar pembahasan makalah ini tidak terlalu luas dan lebih terfokus kepada masalah yang kami bahas, maka kami membatasi masalah hanya pada ruang lingkup konsep bela Negara, kewajiban bela negara dan aplikasi perwujudan bela negara

D. Metode Pembahasan Dalam membahas masalah-masalah tersebut kami menggunakan beberapa metode Statistik Deskriptif. Metode Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Statistik deskripstif berfungsi mempelajari tata cara pengumpulan, pencatatan, penyusunan dan penyajian data penelitian dalam bentuk tabel frekuensi atau grafik dan selanjutnya dilakukan pengukuran nilai-nilai statistiknya seperti mean atau rerata aritmetik, median, modus, deviasi standar. Pada umumnya memberikan informasi mengenai karakteristik variabel

penelitian utama dan data demografi responden.

BAB II ISI

1. Konsep Bela Negara Konsep bela negara pasal 30 UUD 1945 menyebutkan bahwa "tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara". Konsep bela negara dapat diuraikan yaitu secara fisik maupun non-fisik.

a. Secara Fisik Bela negara secara fisik dapat didefinisikan dengan cara "memanggul bedil" menghadapi serangan atau agresi musuh. Bela negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar.

Bela negara secara fisik melibatkan warga negara sipil dalam upaya pertahanan negara dan merupakan hak dan kewajiban konstitusional setiap warga negara Republik Indonesia. Namun, seperti diatur dalam UU No. 3 tahun 2002dan sesuai dengan doktrin sistem pertahanan semesta, maka pelaksanaannya dilakukan oleh Rakyat Terlatih (Ratih) yang terdiri dari berbagai unsur misalnya resimen mahasiswa, perlawanan rakyat, pertahanan sipil, mitra babinsa, OKP yang telah mengikuti pendidikan dasar militer dan lainnya. Rakyat Terlatih mempunyai empat fungsi yaitu ketertiban umum, perlindungan masyarakat, keamanan rakyat dan perlawanan rakyat. Tiga fungsi yang disebut pertama umumnya dilakukan pada masa damai atau pada saat terjadinya bencana alam atau darurat sipil, di mana unsur-unsur rakyat terlatih membantu pemerintah daerah dalam menangani keamanan dan ketertiban masyarakat, sementara fungsi perlawanan rakyat dilakukan dalam keadaan darurat perang di

mana rakyat terlatih merupakan unsur bantuan tempur bagi pasukan reguler TNI dan terlibat langsung di medan perang. b. Secara Non-Fisik Sedangkan secara non-fisik, bela negara dapat didefinisikan sebagai segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan

Republik Indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara.

Di masa transisi menuju masyarakat madani sesuai tuntutan reformasi saat ini, justru kesadaran bela negara ini perlu ditanamkan guna menangkal berbagai potensi ancaman, gangguan,hambatan dan tantangan baik dari luar maupun dari dalam seperti yang telah diuraikan di atas.Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, bela negara tidak selalu harus berarti "memanggul bedil menghadapi musuh". Keterlibatan warga negara sipil dalam bela negara secara non-fisik dapatdilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam segala situasi, misalnya dengan cara: a. meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati arti demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak. b. menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus kepada masyarakat. c. berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata (bukan retorika). d. meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum atau undang-undang dan menjunjung tinggihak azasi manusia

e. pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Allah swt melalui ibadah sesuai agama/kepercayaan masingmasing.

2. Kewajiban Bela Negara Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 30 tertulis bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara." dan " Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang." Jadi sudah pasti mau tidak mau sebagai warga negara Indonesia kita wajib ikut serta dalam membela negara dari segala macam ancaman, gangguan, tantangan dan hambatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara: 1. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional. 2. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat. 3. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI. Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988. 4. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI. 5. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI. 6. Amandemen UUD '45 Pasal 30 dan pasal 27 ayat 3. 7. Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Dengan hak dan kewajiban yang sama setiap orang Indonesia tanpa harus dikomando dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela negara. Membela negara tidak harus dalam wujud perang tetapi bisa diwujudkan dengan cara lain seperti: 1. Ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti siskamling) 2. Ikut serta membantu korban bencana di dalam negeri 3. Belajar dengan tekun pelajaran atau mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

atau PKn 4. Mengikuti kegiatan ekstraklurikuler seperti Paskibra, PMR dan Pramuka. 5. Melestarikan budaya 6. Taat akan hukum dan aturan-aturan negara

Sebagai warga negara yang baik sudah sepantasnya kita turut serta dalam bela negara dengan mewaspadai dan mengatasi berbagai macam ATHG atau ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan pada NKRI ( Negara Kesatuan Republik Indonesia ) seperti para pahlawan yang rela berkorban demi kedaulatan dan kesatuan NKRI. Beberapa jenis atau macam ancaman dan gangguan pertahanan dan keamanan negara : 1. Terorisme Internasional dan Nasional. 2. Aksi kekerasan yang berbau SARA. 3. Pelanggaran wilayah negara baik di darat, laut, udara dan luar angkasa. 4. Gerakan separatis pemisahan diri membuat negara baru. 5. Kejahatan dan gangguan lintas negara. 6. Pengrusakan lingkungan. Contoh terorisme internasional dan nasional antara lain sebagai berikut: 1. Terorisme Internasional WASHINGTON (Berita SuaraMedia) Keengganan pemerintah Obama untuk menyebut peristiwa serangan pesawat di sebuah fasilitas pemerintahan Amerika Serikat di Texas pekan lalu sebagai tindakan terorisme menunjukkan adanya standar ganda Amerika Serikat. Amerika Serikat menentukan apa saja yang dapat dikategorikan sebagai tindak "terorisme". Penyematan label "terorisme" agaknya hanya khusus diberikan untuk tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Muslim.

"Tidak diragukan lagi, kejadian itu seharusnya diklasifikasikan sebagai tindak terorisme," kata profesor Michael Greenberger, direktur Pusat Kesehatan dan Keamanan (CHHS) di Universitas Maryland kepada IslamOnline. Sebagaimana sudah diketahui, hari Kamis (18/02) pagi lalu, Joseph Stack, seorang teknisi software berusia 53 tahun, dengan sengaja menabrakkan sebuah pesawat kecil ke bangunan Inland Revenue Service (IRS) di Austin, Texas. Hal tersebut menyebabkan bangunan tersebut dilalap api dan menewaskan satu orang lainnya, selain Stack yang juga tewas dalam serangan bunuh diri tersebut. Dalam sebuah catatan yang sengaja ditinggalkan setelah dirinya melakukan serangan bunuh diri, Stack menuliskan bahwa dirinya mengeluhkan layanan pemerintah Amerika Serikat. Stack kecewa karena dirinya mengaku dua kali ditarik pajak oleh IRS, hal tersebut menyebabkan dirinya kehilangan uang ribuan dolar. Stack kemudian menuliskan bahwa pada akhirnya, dirinya menetapkan bahwa "kekerasan bukan hanya merupakan sebuah jawaban, tapi kekerasan adalah satusatunya jawaban." Tapi, Gedung Putih tetap saja menolak menyebut serangan tersebut sebagai tindak terorisme. Departemen Keamanan AS membantah adanya "kaitan" dengan aktivitas para "teroris".Kepala kepolisian Austin juga bersikukuh mengatakan bahwa serangan tersebut bukanlah aksi terorisme. Namun, para pakar hukum dan keamanan memiliki pandangan yang berbeda. Mereka tanpa ragu lagi menyebut orang yang sengaja menabrakkan pesawat ke sebuah bangunan yang berisi banyak orang dengan dilandasi oleh dendam pribadi terhadap pemerintah atau demi mengeluarkan pernyataan politis sebagai seorang teroris. "Jika kita buka kembali definisi di dalam buku-buku, maka tindakan itu jelas termasuk tindak terorisme," kata Greenberger. "Terorisme didefinisikan sebagai tindakan teror yang bertujuan untuk mengubah arah kebijakan pemerintah. Sementara tindak kriminal adalah tindakan

yang murni bersifat pribadi dan tidak ditujukan untuk mengubah kebijakan pemerintah." Mark Potok, dari Southern Poverty Law Center (SPLC), sebuah organisasi di Oklahoma yang bertujuan untuk memerangi ekstremisme dan kejahatan yang dilandasi kebencian, mengamini ucapan Greenberg tersebut. "Jika seseorang melakukan sesuatu untuk menyuarakan pernyataan politik atau didorong atas ideologi, maka hal itu termasuk tindak terorisme," katanya kepada IOL. "Apa yang dilakukan pria itu, setidaknya sebagian di antaranya, betulbetul memiliki motif ideologis." Greenberger, yang juga menjadi pengajar di Fakultas Hukum Universitas Maryland, mengatakan bahwa serangan Texas tersebut menjadi contoh bahwa penyematan label teroris harus dilakukan secara objektif. "Jika dia adalah seorang Muslim atau berasal dari ras berbeda, mereka (pemerintah Amerika Serikat) akan langsung menyebut tindakan itu sebagai tindak terorisme," tuturnya. "Tapi, dalam hal ini kita tidak boleh memberikan penilaian berdasarkan warna kulit atau ras seseorang." Organisasi-organisasi pembela hak asasi manusia menghubungkan keengganan pemerintah untuk menyebut tindakan itu sebagai aksi terorisme dengan fakta bahwa sang penyerang tidak cocok dengan "deskripsi baku" dari profil seorang "teroris". "Jika saja nama si penyerang adalah Abdullah Mohamed, AS akan langsung menyebut tindakan itu sebagai aksi terorisme," kata Nihad Awad, direktur nasional Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), kepada IOL. "Tapi, berhubung nama si penyerang adalah Joe Stack, maka penyematan label teroris secara otomatis digugurkan." CAIR mengorganisir sebuah konferensi pers pada hari Senin waktu setempat untuk mengemukakan kekhawatiran atas penerapan standar ganda AS terhadap penyematan label terorisme di kalangan non-Muslim.

Menurut Awad, terorisme adalah terorisme, tanpa memandang agama, ras atau identitas dari pelaku atau korban.Ia mendesak pemerintah AS untuk tidak menggunakan istilah terorisme sebagai bola politik dan tidak lagi menggunakan persepsi tertentu untuk menentukan siapa saja yang boleh disebut teroris. "Harus ada arti yang jelas terhadap istilah seperti terorisme. Dan kita harus menggunakan (istilah itu) secara benar atau tidak perlu menggunakannya sama sekali."

2. Terorisme Nasional Solo (ANTARA News) - Korban bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton Solo, Minggu, sebanyak 11 orang sedangkan satu orang tewas yang diduga pelaku bom bunuh diri tersebut. "Hingga saat ini diketahui korban luka 10 orang dirawat di RS Oen dan satu lainnya di RS Brayat Minulyo, satu orang tewas diduga pelaku bom bunuh diri," kata Wali Kota Solo, Joko Widodo di sela meninjau lokasi. Hingga saat ini belum diketahui keberadaan korban tewas yang diduga sebagai pelaku bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh, Kepunton, Kota Solo sekitarpukul10.55WIBitu. Wartawan ANTARA di lokasi kejadian melaporkan, aparat kepolisian berjaga di Gereja Bethel Injili Sepenuh, di Jalan AR Hakim Nomor 49, Kepunton, Solo.Sekeliling kompleks itu telah dipasangi garis polisi. Petugas menutup arus lalu lintas sekitar 100 meter dari depan gereja itu, sedangkan masyarakat setempat tampak menyaksikan dari jauh lokasi tersebut. Wali Kota Solo, Joko Widodo, dan Wakil Wali Kota Solo, FX Hady Rudiatmo sekitar pukul 12.45 WIB tiba di gereja untuk meninjau lokasi ledakan. Pintu gereja ditutup oleh petugas dan polisi berjaga-jaga di berbagai tempat di sekitar kompleks gereja. Mobil gegana kepolisian setempat juga telah tiba di depan gereja tersebut.

10

Berikut ini beberapa penyebab memudarnya semangat bela negara dikalangan anak-anak ( penerus bangsa): 1.Faktor Internal Pemerintahan pada zaman reformasi jauh dari harapan para anak, sehingga membuat mereka kecewa pada kinerja pemerintah saat ini. Terkuaknya kasus kasus korupsi, penggelapan uang negara, dan penyalahgunaan kekuasaan oleh para pejabat negara membuat para pemuda tidak memerhatikan pemerintahan. Sikap keluarga dan lingkungan sekitar yg tidak mencerminkan rasa nasionalisme dan patriotisme, sehingga para anak mencontoh sikap tersebut. Para anak merupakan pencontoh yang baik terhadap lingkungan sekitarnya. Demokratisasi yg melewati batas etika dan sopan santun serta maraknya unjuk rasa, telah menimbulkan frustasi di kalangan anak dan hilangnya optimisme, sehingga yang ada hanya sifat malas, egois dan emosional. Tertinggalnya Indonesia dengan negara-negara lain dalam segala aspek kehidupan, membuat para pemuda tidak bangga lagi menjadi bangsa Indonesia. Timbulnya etnosentrisme yang menganggap sukunya lebih baik dari sukusuku lainnya, membuat anak lebih mengagungkan daerah atau sukunya daripada persatuan bangsa. 2.Faktor Eksternal Cepatnya arus globalisasi yg berimbas pada moral pemuda. Mereka lebih memilih kebudayaan negara lain, dibandingkan dgn kebudayaanya sendiri, sebagai contohnya para pemuda lebih memilih memakai pakaian minim yg mencerminkan budaya barat dibandingkan memakai batik atau baju yg sopan yg mencerminkan budaya bangsa Indonesia.

11

Para pemuda kini dikuasai oleh narkoba dan minum - minum keras, sehingga sangat merusak martabat bangsa Indonesia.Paham liberalisme yang dianut oleh negara-negara barat yang memberikan dampak pada kehidupan bangsa. Anak cenderung meniru paham libelarisme, seperti sikap individualisme yg hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan keadaan sekitar dan sikap acuh tak acuh pada pemerintahan.

Upaya Menanamkan Rasa Cinta Tanah Air dan Bela Negara di Sekolah Melaksanakan Upacara Bendera Rasa Cinta Tanah Air dapat ditanamkan kapada anak sejak usia dini agar rasa terhadap cinta tanah air tertananam di hatinya dan dapat menjadi manusia yang dpt menghargai bangsa dan negaranya misalnya dengan upacara sederhana setiap hari Senin yg di lakukuan di sekolah dengan menghormat bendera Merah Putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan penuh bangga, dan mengucapkan Pancasila dengan semangat. Kegiatan seperti ini bisa diarahkan pada lima aspek perkembangan sikap perilaku maupun kemampuan dasar. Pada aspek sikap perilaku, melalui cerita bisa menghargai dan mencintai Bendera Merah Putih, mengenal cara mencintai Bendera Merah Putih dengan merawat dan menyimpan dengan baik, menghormati bendera ketika dikibarkan Melatih siswa untuk aktif dalam berorganisasi dan kegiatan anak di luar belajar formal juga melatih inisiatif. Anak yang melibatkan dirinya dalam organisasi, akan berusaha menjadi pribadi yg berguna. Inilah sebabnya, anak menjadi pribadi yg berinisiatif tinggi karena ia merasa diperlukan oleh organisasinya. Anak yg berorganisasi juga cenderung lebih obyektif dalam menilai sesuatu. Ia terbiasa dengan perbedaan dan lebih mudah menerimanya. Anak juga lebih mudah menerima konflik yg biasa terjadi dalam organisasi. Melalui acara memperingati hari Besar Nasional.Kegiatan lain adalah memperingati hari besar nasional dengan kegiatan lomba atau pentas budaya, mengenalkan aneka kebudayaan bangsa secara sederhana dengan menunjukkan

12

miniatur candi dan menceritakannya, gambar rumah dan pakaian adat, mengenakan pakaian adat pada hari Kartini, serta mengunjungi museum terdekat, mengenal para pahlawan melalui bercerita atau bermain peran. Bisa juga diintegrasikan dalam tema lain melalui pembiasaan sikap dan perilaku, misalnya manjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan, menyayangi sesama penganut agama, menyanyangi sesama dan makhluk Tuhan yang lain, tenggang rasa dan menghormati orang lain. Menciptakan kedamaian bangsa adalah juga perwujudan rasa cinta tanah air. Tidak kalah menariknya adalah menanamkan rasa cinta tanah air melalui lagu.Dengan menyanyi apalagi jika diiringi dengn musik, anak akan merasa senang, gembira, serta lebih mudah hafal dan memahami pesan yang akan disampaikan guru. Jika lagu wajib nasional dianggap masih terlalu sulit untuk anak, maka guru bisa menciptakan lagu sendiri yang sesuai untuk anak usia dini. Guru diberikan kebebasan untuk mengembangkan kreativitasnya di sekolah termasuk dlm menciptakan lagu. Lagu untuk anak usia dini biasanya dengan kalimat yang sederhana, mudah diucapkan, mudah dipahami dan dihafalkan. Lagu sebaiknya yang bernada riang gembira, karena hal ini akan merangsang perkembangan otak anak, anak terbiasa utk selalu riang dalam bekerja, cepat dalam menghadapi dan memutuskan masalah, tidak cepat putus asa. Memberikan pendidikan moral dan membentuk moral anak bisa dilakukan lewat story telling (dongeng). Kegiatan membaca dongeng dan berdiskusi antara guru dan anak, ini dapat dilakukan di sekolah maupun di rumah. Anak tentu saja mnjadi anugerah terindah bagi setiap orangtua. Namun, ketika sang buah hati beranjak remaja atau dewasa, bisa jadi anak yang telah dibesarkan dan dididik sebaik mungkin, mnjadi anak yang tidak mengerti nilai- nilai moral dlm kehidupan.

13

Penanaman Bela Negara Secara Global Sistem ketahanan negara, khususnya bagi bangsa Indonesia, adalah sesuatu yang sangat penting. Bukan saja karena ada kebutuhan dan tuntutan empirik-objektif kondisi wilayah Indonesia dan pluralisme sosial bangsa Indonesia, tetapi demi kepentingan masa depan bangsa Indonesia sendiri. Tanpa memerhatikan masalah seperti ini, maka setiap orang akan mengalami kesulitan mendapatkan keamanan dan kenyamanan dalam hidup berbangsa dan bernegara. Salah satu solusi jangka panjang menciptakan sistem ketahanan negara yang tangguh adalah melalui pendidikan bela negara. Pendidikan dimaksud sesuai amanat Pasal 30 UUD 1945 bahwa setiap warga negara memiliki kewajiban untuk bela negara. Pendidikan bela negara menjadi sesuatu yang wajib, sejalan dengan kenyataan empirik yang berkembang saat ini dan menjadi satu kebutuhan Indonesia, untuk melakukan reorientasi sistem ketahanan nasional. Melalui pendidikan bela negara, diharapkan terbangun kesadaran kolektif bangsa Indonesia yang kuat dan kokoh. Kesadaran kolektif ini akan menjadi fundamen ketahanan negara, di masa kini dan masa yang akan datang. Di samping itu, melalui pendidikan bela negara, diharapkan akan tersosialisasikan nilai-nilai nasionalisme, patriotisme, atau kebangsaan secara rasional, objektif, dan kontekstual. Hal paling menonjol dan perlu diperhatikan secara seksama, adalah Indonesia berada pada persilangan dua kekuatan besar dunia. Secara geografis, Indonesia berada di persilangan dua benua Asia dan Australia. Dua samudra Hindia dan Pasifik. Kedua letak geografis ini, sudah dikenal lama dan mungkin juga sudah familiar di telinga bangsa Indonesia. Sementara itu, banyak yang khilaf mengenai letak bangsa Indonesia dari sisi yang lain. Kekhilafan ini menyebabkan kita kurang memiliki kepekaan dan kepedulian yang tinggi, terhadap masa depan ketahanan negara Indonesia. Dalam konteks ini, ada dua letak Indonesia yang perlu mendapat perhatian seksama.

14

Pertama, letak ideologi. Setuju atau tidak, diakui atau tidak, Indonesia sebenarnya ada di antara persilangan ideologi dunia yang berbeda. Di sebelah Timur ada Australia yang berhaluan liberalisme-kapitalisme. Bahkan, kita dapat menyebutkannya sebagai negara Barat yang ada di Timur. Australia adalah negara benua yang memiliki haluan kapitalisme-liberalisme, sebagaimana yang berkembang di dunia Barat. Sementara, di sebelah Barat Indonesia berbatasan pula dengan negara Asia yang memiliki ideologi sosialis-komunis, khususnya negara Cina. Kedua, letak ekonomi. Dari sisi mana pun, Indonesia merupakan negara yang berada di daerah persilangan ekonomi yang sangat besar. Indonesia ada di persilangan negara kapitalis-sosialisme. Ekonomi-ekonomi negara Australia dan Singapura adalah negara-negara pengusung kapitalis. Sedangkan negara Cina, masih mengedepankan sistem ekonomi sosialis. Francis Fukuyama 1998-an, sudah memproklamasikan kemenangan kapitalisme-liberalisme dalam pentas peradaban dunia. Ideologi kapitalismeliberalisme saat ini, telah menjadi satu ideologi dunia yang kuat dan kokoh, setelah ideologi sosialisme runtuh, khususnya ditandai runtuhnya kampiun sosialisme Eropa yaitu Uni Soviet. Kendati demikian, keruntuhan Uni Soviet tidak serta merta diikuti melemahnya ideologi sosialisme. Hal ini, ditunjukkan munculnya Cina. Negara sosialis ini muncul dan menggeliat, menjadi salah satu kekuatan ekonomi baru dunia. Produk-produk Cina bermunculan menjadi kompetitor produk ekonomi Asia atau pabrikan Barat lainnya. Barang elektronik dan otomotif dari Cina, sudah merambah ke berbagai penjuru dunia. Ini adalah contoh bahwa Cina mulai menunjukkan kekuatan ekonominya di dunia. Peta persilangan ini menjadi sangat penting, khususnya bila dikaitkan dengan tarikan ideologi dunia terhadap kultur masyarakat Indonesia. Secara sederhana, dengan adanya tarikan kedua ideologi itu, akankah negara Indonesia

15

terjebak dan hanyut dalam sistem ekonomi dunia atau sistem ideologi dunia? Apakah Indonesia akan memiliki karakteristik keunikan sistem kehidupan ekonomi dan kehidupan berbangsa yang berbeda, dengan sistem ekonomi dunia atau sistem ideologi yang lainnya? Inilah pertanyaaan menarik untuk diperhatikan oleh setiap lapisan masyarakat Indonesia saat ini. Krisis multidimensi berkepanjangan yang menimpa bangsa Indonesia, perlu ditafsirkan dalam konteks ini. Artinya, krisis nasional Indonesia merupakan satu pertanda permainan ideologi dunia yang sedang melanda bangsa Indonesia. Korea Selatan, dengan ideologi kapitalisme Barat nya, mampu menunjukkan kecepatannya dalam memulihkan krisis ekonomi nasionalnya. Padahal, krisis moneter akhir abad XX waktu itu, sebelum menimpa Indonesia, menghantam nilai Won Korea terlebih dahulu. Tapi, temyata mereka dapat pulih kembali dengan cepat. Hal yang menarik, justru Cina hampir tidak terkena badai krisis moneter tersebut. Terhadap kondisi ini, patut diajukan pertanyaan, mengapa dapat terjadi seperti itu? Salah satu alternatif jawabannya adalah fundamental ekonomi Cina yang kokoh, sehingga sistem ketahanan negara di bidang ekonomi ini, mampu bertahan dari serangan badai krisis akut yang melanda dunia. Pada sisi lain, bukan hanya Korea Selatan yang kapitalis, namun Cina yang sosialis, begitu kuat dan kokoh dari serangan krisis. Negara jiran Malaysia, yang merupakan salah satu negara yang terkena badai krisis ekonomi, ternyata hanya dalam hitungan bulan mampu menunjukkan kebangkitannya kembali. Negara ini, selain memiliki wajah ekonomi kapitalis, tetapi memiliki wajah ekonomi syariah. Salah satu kebijakan politiknya, Mahathir Muhammad di saat masih menjabat sebagai Perdana Mentri Malaysia adalah menolak bantuan IMF dalam memulihkan ekonomi mereka. Padahal, IMF adalah instrumen kapitalisme global.

16

Jika Korea dapat pulih dengan IMF, Malaysia dapat pulih dengan menjauhi IMF. Bagaimana Indonesia? Sekali lagi kita temukan, Indonesia adalah negara yang masih gamang. Bukan hanya gamang dalam ideologi, tetapi juga gamang dalam ekonomi. Dalam konteks pemulihan ekonomi nasional ini, Indonesia gamang. IMF diterima setengah hati, bangkit dengan keunikan ekonomi koperasi sebagai sokoguru nasional Indonesia juga setengah hati, muncul dengan ekonomi syariah setengah hati. Akibatnya, sudah sangat jelas, kita tidak mudah keluar dari krisis nasional. Dari sisi ideologi, akibat ketidakjelasan kepemihakan bangsa Indonesia, kita menjadi bulan-bulanan politik dunia. Australia, yang bernafsu menjadi polisi dunia di Asia Pasifik, begitu semangat mendukung program-program globalisasi atau kapitalisme dunia. Dalam masalah perang melawan terorisme, Australia menjadi negara terdepan dalam mengampanyekannya. Bahkan, Australia sebagai negara Timur, menjadi pendukung utama penyerangan ke Irak. Australia seolaholah menjadi saudara kembar Amerika Serikat dalam berbagai kampanye dunia global, kampanye kapitalisme, dan kampanye antiterorisme. Sebagai satu negara kembar Barat yang ada di Timur, Australia kerap mengejutkan nurani bangsa Indonesia. Program antiterorisme atau Detasemen 88 milik Polri, dalam operasinya, tidak terlepas dari pantauan Australia. Bahkan, angka 88 pun dihipotesiskan dan dinisbatkan kepada jumlah korban warga Australia dalam peristiwa bom Bali. Pada satu bulan terakhir, Autralia kerap memunculkan kebijakankebijakan yang kurang menyamankan bangsa Indonesia. Pembelian senjata perang jarak jauh, statemen politik yang menyerang dan menyudutkan Indonesia, campur tangan Australia dalam beberapa kasus kriminal di Indonesia, merupakan sebagian persoalan keamanan negara yang terpengaruhi oleh peran Australia yang berobsesi menjadi polisi dunia di wilayah Asia Pasifik.

17

Pendidikan bela negara Salah satu solusi jangka panjang menjaga keutuhan, keamanan, dan kenyamanan hidup berbangsa dan bernegara, Indonesia membutuhkan

fundamental ekonomi, budaya, dan pertahanan keamanan nasional yang kuat dan kokoh. Tanpa fundamental ketahanan nasional yang kuat, ancaman keamanan dan kenyamanan bangsa sangat rentan. Untuk itu, solusinya adalah pendidikan kewarganegaraan melalui pendidikan bela negara. Pendidikan bela negara ini menjadi penting, karena pertama kebutuhan legal. Secara hukum, khususnya merujuk Pasal 30 UUD 1945, setiap warga negara memiliki kewajiban bela negara. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan bela negara menjadi sesuatu hal yang legal dan dipayungi konstitusi negara yang sangat kuat. Kedua, sebagaimana merujuk pada penjelasan di atas, pendidikan bela negara menjadi sesuatu yang wajib, sejalan dengan kenyataan empiris yang berkembang saat ini, yaitu jika dikaitkan dengan kondisi empiris Indonesia yang berada pada persimpangan kepentingan dunia. Realitas empiris inilah yang menjadi satu kebutuhan Indonesia untuk melakukan reorientasi sistem ketahanan nasional. Ketiga, kepentingan masa depan, khususnya dikaitkan dengan potensi ancaman di masa yang akan datang. Dalam versi AS dan sekutunya, ancaman terbesar dunia zaman sekarang ini adalah terorisme. Terorisme dimaksud adalah terorisme negara dan teorisme kelompok. Negara besar yang kuat secara militer dan/atau kuat secara ekonomi-politik, merupakan ancaman yang potensial sebagai terorisme negara di masa yang datang. Sebagai contoh kasus penyerangan ke Irak. Kendati tidak mengantongi izin PBB, AS yang merasa kuat secara ekonomi dan militer, kemudian melaksanakan penyerangan ke Irak. Hal demikian, menjadi preseden dan indikasi bahwa negara yang kuat secara ekonomi dan militer, potensial menjadi terorisme negara kepada negara-negara lain. Dengan

18

mengatasnamakan melawan terorisme, negara besar dapat menjadi negara teroris. Bahkan, Palestina sampai sekarang tidak pemah merasakan kenyamanannya sebagai satu negara berdaulat. Sementara, Israel dengan segala fasilitas hukum, fasilitas politik, serta fasilitas militernya dari AS, tetap menjalankan teror kepada masyarakat Palestina.

19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Konsep bela negara pasal 30 UUD 1945 menyebutkan bahwa Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara. 2. Konsep bela negara dapat diuraikan yaitu secara fisik maupun non-fisik. 3. Perwujudan bela negara penting peranannya dalam usaha meningkatkan kesejahteraan dan stabilitas Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4. Dengan hak dan kewajiban yang sama setiap orang Indonesia tanpa harus dikomando dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela negara. Membela negara tidak harus dalam wujud perang tetapi bisa diwujudkan dengan cara lain seperti : a. Ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar seperti siskamling b. Ikut serta membantu korban bencana di dalam negeri c. Belajar dengan tekun pelajaran atau mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan d. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti Paskibra, PMR dan Pramuka e. Melestarikan budaya bangsa f. Taat akan hukum dan aturan-aturan negara

20

B. Saran Kesadaran dan kematangan dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia. Dengan adanya semangat kebangsaan diharapkan Indonesia mampu dan tepat dalam pembenahan fasilitas, politik, dan hukum yang ditegakkan. Dari mulai menumbuhkan semangat bela negara dalam kaum pemuda. Dimana kita lah para pemuda yang sangat menentukan nasib bangsa selanjutnya. Sehingga marilah kita para pemuda dengan semangat nasionalisme terus menjunjung harga diri dan kehormatan bangsa Indonesia yang sangat kita cintai. Mari kita menengok kembali bagaimana sejarah Indonesia telah membuktikan semangat para pemuda pada masa sebelum kemerdekaaan hingga zaman reformasi, oleh karena itu marilah kita terus junjung nilai-nilai luhur bela negara yang telah diwariskan oleh kakek-nenek moyang kita.

21

DAFTAR PUSTAKA Buku pegangan Pendidikan Kewarganegaraan PSIK UNDIP, 2011 Basrie, Chaidir. 1992. Pengetahuan Tentang Penyelenggaraan Pertahanan Keamanan Negara. CV. Citra Delima. Jakarta Tim dosen UGM.2002. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Paradigma. Yogyakarta http://organisasi.org/kewajiban-bela-negara-bagi-semua-warga-negara-indonesiapertahanan-dan-pembelaan-negara. diakses tanggal 28 September 2011 http://www.scribd.com/doc/7219558/Bela-Negara. diakses tanggal 28 September 2011 UUD 1945 Setelah Amandemen Kedua Tahun 2000. Sinar Grafika, Jakarta.

22

You might also like